Anda di halaman 1dari 15

LEGAL ASPEK PRODUK TIK

“HAK PATEN”

OLEH :
AKMAL FACHRIZAL
FINA ADHA AUDINA
MIGFAR SENTIAKI M.
NOVE ANNE NADYA
RIZQI MUHAMMAD AL-HAKIMI

KELAS 2IA22

UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2013/2014

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun guna
melengkapi tugas Legal Aspek Produk TIK. Dalam penyusunan makalah ini, kerja keras dan
dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai
hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya
kami menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang kami miliki.
Dengan diberikannya kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Dessy Tri Anggraeni selaku dosen Legal Aspek Produk TIK. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat ini tidaklah sempurna, maka dari itu kami meminta kepada ibu untuk
memberikan kritik dan saran kepada kami guna memperbaiki makalah ini di pertemuan
selanjutnya. Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Aamiin.

Bekasi, 31 Maret 2014

Hormat Kami,

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
A. Sejarah dan Pengertian Hak Paten ............................................................................. 1
B. Objek dan Subjek Hak Paten ..................................................................................... 1
C. Sistem Pendaftaran, Pengalihan Hak Paten ............................................................... 1
D. Jangka Waktu dan Ruang Lingkun Hak Paten ........................................................... 3
E. Pemeriksaan Permintaan Paten .................................................................................. 4
F. Lisensi dan Pembatalan Paten .................................................................................... 5
G. Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah ........................................................................... 7
H. Hak Menuntut, Ketentuan Pidana & Penyidikan, Ketentuan Peralihan dalam Paten 7
I. Studi Kasus .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12

iii
A. Sejarah dan Pengertian Hak Paten

Istilah paten berasal dari bahasa Inggris “patent” yang bersumber dari bahasa latin patere yang
berarti membuka diri (untuk pemeriksaan atau diketahui pihak lain)•Istilah ini mulai populer
sejak munculnya letters of patent yaitu surat keputusan kerajaan yang memberikan hak
eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu•1623 Raja James I memberlakukan “S
tatute of Monopolies” yang mengatur pemberian paten hanya kepada temuan-temuan
baru ?dimaksudkan untuk mendorong inventor agar mau membuka temuan atau
pengetahuannya demi kemajuan masyarakat•Paten pertama di Amerika S erikat diberikan
tanggal 30 Juli 1790 atas penemuan metode produksi garam abu (potassium carbonate)•Hak
prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan untuk negara lain yang
tergabung dalam Paris Convention for Protection fo Industrial Property (Paris Convention) atau
Agreement Establishing World Trade Organization (WTO Agreement) ? hak bagi pemohon
untuk mengajukan permohonan paten yang sudah didapatkan di negaranya, di negara-negara
yang meratifikasi Paris C onvention dan WTO Agreement.

B. Objek dan Subjek Hak Paten

Objek Hak Paten


Yang menjadi obyek hak paten ialah temuan (invention) yang secara praktis dapat
dipergunakan dalam bidang perindustrian. Itulah sebabnya Hak Paten termasuk dalam jenis
hak milik perindustrian, yang membedakannya dengan Hak Cipta. Penemuan yang dapat
diberikan hak paten hanyalah penemuan baru di bidang teknologi. Penemuan dimaksud, bisa
berupa teknologi yang ada dalam produk tertentu maupun cara yang dipakai dalam proses
menghasilkan produk tertentu. Sehingga hak paten bisa diberikan pada produk maupun
teknologi proses produksi.

Subjek Hak Paten


a. Penemu atau yang menerima lebih lanjut hak penemu itu. Penemu bisa berjumlah lebih
dari seorang dengan hak yang setara. Catatan: kecuali terbukti sebaliknya, yang
dianggap sebagai penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan
permintaan paten.
b. Pemberi pekerjaan, yang dalam proses pekerjaan, didapat penemuan baru oleh para
penerima pekerjaan.

C. Sistem Pendaftaran dan Pengalihan Hak Paten

Sistem Pendaftaran Hak Paten


Adapun prosedur pendaftaran yang diberlakukan oleh Dirjen HAKI adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan, dalam
Bahasa Indonesia yang kemudian diketik rangkap 4 (empat).
2. Dalam proses pendaftaran paten ini, pemohon juga wajib melampirkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Surat Kuasa Khusus, apabila permohonan pendaftaran paten diajukan melalui
konsultan Paten terdaftar selaku kuasa;
b. Surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang bukan
penemu;
c. Deskripsi, klaim, abstrak serta gambar (apabila ada) masing-masing rangkap 3
(tiga);
d. Bukti Prioritas asli, dan terjemahan halaman depan dalam bahasa Indonesia rangkap

1
4 (empat) (apabila diajukan dengan Hak Prioritas);
e. Terjemahan uraian penemuan dalam bahasa Inggris, apabila penemuan tersebut
aslinya dalam bahasa asing selain bahasa Inggris, dibuat dalam rangkap 2 (dua);
f. Bukti pembayaran biaya permohonan Paten sebesar Rp. 575.000,- (lima ratus tujuh
puluh lima ribu rupiah); dan
g. Bukti pembayaran biaya permohonan Paten Sederhana sebesar Rp. 125.000,-
(seratus dua puluh lima ribu rupiah) dan untuk pemeriksaan substantif Paten
Sederhana sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah);
Tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10 (sepuluh) klaim: Rp. 40.000,-
(empat puluh ribu rupiah) per klaim.
3. Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar sebagaimana dimaksud diatas
ditentukan sebagai berikut:
a. Setiap lembar kertas hanya salah satu mukanya saja yang boleh dipergunakan untuk
penulisan dan gambar;
b. Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam kertas HVS atau yang sejenis yang
terpisah dengan ukuran A-4 (29,7 x 21 cm ) dengan berat minimum 80 gram dengan
batas: dari pinggir atas 2 cm, dari pinggir bawah 2 cm, dari pinggir kiri 2,5 cm, dan
dari pinggir kanan 2cm;
c. Kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan pemakaiannya
dilakukan dengan menempatkan sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah
(kecuali dipergunakan untuk gambar);
d. Setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab pada
bagian tengah atas;
e. Pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi nomor baris
dan setiap halaman baru merupakan permulaan (awal) nomor dan ditempatkan di
sebelah kiri uraian atau klaim;
f. Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta (toner) warna hitam, dengan
ukuran antar baris 1,5 spasi, dengan huruf tegak berukuran tinggi huruf minimum
0,21 cm;
g. Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat ditulis
dengan tangan atau dilukis;
h. Gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih ukuran A-
4 dengan berat minimum 100 gram yang tidak mengkilap dengan batas sebagai
berikut : dari pinggir atas 2,5 cm, dari pinggir bawah 1 cm, dari pinggir kiri 2,5 cm,
dan dari pinggir kanan 1 cm;
i. Seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas utuh,
tidak boleh dalam keadaan tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang ditempelkan;
j. Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar harus
konsisten antara satu dengan lainnya.
4. Permohonan pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran
biaya permohonan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).

Dan berdasarkan penjelasan di atas, setelah terdaftarnya hak paten atas nama inventornya,
maka menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemegang paten, dan hak eksklusif yang akan
diperoleh pemegang paten adalah hak untuk melaksanakan sendiri hak paten yang dimilikinya,
memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain dan hak untuk melarang orang lain untuk
melaksanakan patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten.

2
Pengalihan Hak Paten
1. Cara Pengalihan Paten
Cara pengalihan Paten diatur dalam pasal 66 – pasal 68 UU NO. 14 Tahun 2001. sebagai
hak milik perseorangan, maka secara hukum, Paten dapat beralih atau dialihkan baik
seluruhnya maupun sebagian karena:
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pengalihan Paten harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan dengan
Paten itu. Segala bentuk pengalihan Paten wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya.
Pengalihan Paten yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal ini tidak sah dan batal demi hukum.
Syarat dan tata cara pencatatan pengalihan Paten diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Kecuali dalam hal pewarisan, hak sebagai pemakai terdahulu tidak dapat dialihkan. Pengalihan
hak wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. Pengalihan hak tidak menghapus hak
inventor untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya dalam Paten yang bersangkutan.

2. Syarat Pengalihan Hak Paten berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 37


Tahun 2010 tentang Syarat dan Tata Cara Pencatatan Pengalihan Paten (Berlaku sejak
7 Juni 2010), yaitu:
1. Paten yang beralih atau dialihkan wajb dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.
2. Permohonan pencatatan pengalihan paten dapat diajukan oleh pemohon atau
kuasanya. Jika pemohon tidak bertempat tinggal; atau tidak berkedudukan tetap di
wilayah Negara Republik Indonesia, permohonan pencatatan pengalihan paten
harus diajukan melalui kuasanya di Indonesia.
3. Permohonan pencatatan pengalihan paten memuat nomor dan judul paten; tanggal,
bulan, dan tahun permohonan; nama dana alamat lengkap pemohon; nama dan
alamat lengkap pemegang paten; dan nama dan alamat lengkap kuasa bila
permohonan diajukan melalui kuasa.
4. Pencatatan pengalihan paten harus memenuhi sejumlah syarat. Yakni, telah
membayar biaya permohonan pencatatan pengalihan paten; telah membayar biaya
tahunan atas paten untuk tahun yang sedang berjalan; dan kelengkapan dokumen
permohoan pencatatan pengalihan paten.
5. Dijelaskan pula bahwa terhitung 7 Juni 2010, permohonan pencatatan pengalihan
paten yang diterima sebelum ditetapkannya Perpres ini, wajib menyesuaikan
dengan Perpres ini.
6. Jika permohonan belum sesuai dengan persyaratan dalam Perpres ini, dalam jangka
waktu paling lama 60 hari sejak Perpres ini ditetapkan, DIrektorat Jenderak Hak
Kekayaan Intelektual memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapi
persyaratan dimaksud paling lama 90 hari sejak tanggal pemberitahuan dari
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

D. Jangka Waktu dan Ruang Lingkup Hak Paten

Jangka Waktu Paten


Ketentuan yang mengatur mengenai jangka waktu paten terdapat dalam pasal 8 UU No. 14
tahun 2001 tentang Paten. Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun

3
terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Tanggal
mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan. Paten Sederhana diberikan
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu
itu tidak dapat diperpanjang.

Ruang Lingkup Paten


1. Paten Sederhana
Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis
disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.
2. Paten dari Beberapa Invensi
Dalam permohonan paten dapat diajukan satu invensi, atau beberapa invensi akan tetapi
harus merupakan satu kesatuan invensi. Satu kesatuan invensi yang dimaksud adalah
beberapa invensi yang memiliki keterkaitan antara satu invensi dengan invensi yang
lain, misalnya suatu invensi berupa alat tulis yang baru beserta tinta yang baru. Alat
tulis dan tinta tersebut merupakan satu kesatuan, karena tersebut khusus untuk
digunakan pada alat tulis baru tersebut.
3. Invensi yang Tidak Dapat Diberi Paten
Yang tidak dapat diberi paten adalah invensi tentang:
1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, ketertiban umum atau kesusilaan;
2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;
3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau
4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik serta proses biologis yang esensial
untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau
proses mikrobiologis.

E. Pemeriksaan Permintaan Paten

Penerimaan hak paten dilakukan dengan tahap-tahap permintaan atau permohonan, dan
pemeriksaan. Tahapan permohonan hak paten dapat dilihat seperti penjelasan di bawah
ini:
a. Permohonan pendaftaran hak Paten dapat dilakukan sendiri atau melalui
konsultan paten selaku kuasa.
b. Pendaftaran hak paten di Indonesia menganut sistem “First-to-File”. Dalam
sistem ini, hak atas suatu temuan diperoleh melalui pendaftaran. Terhadap suatu
penemuan akan dilakukan pemeriksaan, bila terpenuhi maka akan diberi hak
paten. Sistem ini disebut juga “sistem Ujian (examination system)” atau oleh
Prof Sudargo Gautama disebut “sistem Konstitutif” (karena pendaftaran akan
melahirkan atau membentuk Hak).
c. Cara pemeriksaannya menggunakan Sistem Pemeriksaan-Ditunda (defered
examination system). Dalam cara pemeriksaan ini terdapat dua tahap:
i. Pemeriksaan syarat-syarat administratif;
ii. Pemeriksaan substantif.
d. Pemberian hak paten dilakukan atas dasar permintaan. Permintaan dilakukan
secara tertulis. Menyangkut penemuan yang akan dimintakan hak paten, dalam
surat permintaan perlu dijelaskan mengenai spesifikasi bekerjanya penemuan
baru tersebut. Selain itu, juga perlu dijelaskan klaim atas bagian apa dari

4
spesifikasi tersebut yang hendak dimintakan paten.
e. Secara abstrak, tahap-tahap pendaftaran adalah sebagai berikut:
i. Permintaan secara tertulis.
ii. Pemeriksaan syarat-syarat administratif.
iii. Pengumuman kepada masyarakat tentang permintaan paten; bila ada
keberatan terhadap permintaan ini.
iv. Pemeriksaan substansi.

Untuk pengajuannnya pemohon dapat melakukan tahapan-tahapan pengajuan permohonan


paten seperti di bawah ini:
Mengajukan surat permohonan paten yang diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
kepada DJHKI dengan menggunakan formulir permohonan paten yang memuat:
1. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan;
2. Alamat lengkap dan alamat jelas orang yang mengajukan permohonan paten;
3. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;
4. Nama lengkap dan alamat kuasa (apabila permohonan paten diajukan melalui kuasa);
5. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;
6. Pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;
7. Judul invensi;
8. Klaim yang terkandung dalam invensi;
9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksanakan invensi;
10. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi
(jika ada); dan
11. Abstrak invensi.

Tahap selanjutnya setelah pemohon melakukan tahap permintaan hak paten atau permohonan
hak paten pemohon kemudian melakukan pendaftaran hak paten. Tahapan pendaftaran hak
paten adalah sebagai berikut:
1. Pemohon paten harus memenuhi segala persyaratan.
2. Dirjen HAKI akan mengumumkannya 18 (delapan belas) bulan setelah tanggal
penerimaan permohonan paten.
3. Pengumuman berlangsung selama 6 (enam) bulan untuk mengetahui apakah ada
keberatan atau tidak dari masyarakat.
4. Jika tahap pengumuman ini terlewati dan permohonan paten diterima, maka pemohon
paten berhak mendapatkan hak patennya untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak
terjadi filling date.

Setelah tahap pendaftaran dilakukan, akan dilakukan tahap pemeriksaan. Pemeriksaan


substantif dilakukan oleh pemeriksa paten, dan batas waktunya adalah 36 bulan. Pada proses
pemeriksaan substantif dikenakan biaya Rp. 2.000.000, dalam tahapan pemeriksaan ini tidak
ada jaminan bahwa pendaftar jak paten pasti lulus untuk mendapatkan hak paten.

F. Lisensi dan Pembatalan Paten

Lisensi Paten
Perjanjian lisensi Paten diatur dalam pasal 69- pasal 87 UU No. 14 Tahun 2001. Ada 2 (dua)
jenis pengaturan lisensi Paten, yaitu:
a. Lisensi Sukarela (voluntary license)
Lisensi Sukarela diatur dalam pasal 69 – pasal 73 No. 14 Thn 2001. Pemegang Paten

5
berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi untuk
melaksanakan perbuatan. Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup Lisensi meliputi
semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlangsung selama jangka
waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Paten tetap boleh melaksanakan sendiri atau
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan
tersebut. Perjanjian Lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak
langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan
yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan
mengembangkan teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan Invensi yang
diberi Paten tersebut pada khususnya. Permohonan pencatatan perjanjian Lisensi yang
memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditolak oleh Direktorat
Jenderal. Perjanjian Lisensi harus dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. Dalam
hal perjanjian Lisensi tidak dicatat di Direktorat Jenderal, perjanjian Lisensi tersebut
tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.
b. Lisensi Wajib
Lisensi wajib diatur dalam pasal 74 – pasal 87 UU No. 14 Thn 2001. Lisensi-wajib
adalah Lisensi untuk melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan keputusan
Direktorat Jenderal atas dasar permohonan. Setiap pihak dapat mengajukan
permohonan lisensi-wajib kepada Direktorat Jenderal untuk melaksanakan Paten yang
bersangkutan setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak
tanggal pemberian Paten dengan membayar biaya. Lisensi wajib hanya dapat diberikan
apabila:
a. Pemohon dapat menunjukkan bukti yang meyakinkan bahwa ia:
1) mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri Paten yang
bersangkutan secara penuh;
2) mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan
dengan secepatnya; dan
3) telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang cukup
untuk mendapatkan Lisensi dari Pemegang Paten atas dasar persyaratan dan
kondisi yang wajar, tetapi tidak memperoleh hasil; dan
b. Direktorat Jenderal berpendapat bahwa Paten tersebut dapat dilaksanakan di
Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan manfaat kepada
sebagian besar masyarakat.

Pembatan Paten
Pembatalan Paten diatur dalam pasal 88 – passal 98 UU No. 14 Tahun 2001, berdasarkan pasal-
pasal tesebut ada 3 (tiga) jenis pembatalan paten, yaitu :
a. Paten Batal Demi Hukum
Pembatalan Paten dinyatakan batal demi hukum apabila Pemegang Paten tidak
memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam Undang-undang ini. Paten yang batal demi hukum diberitahukan
secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemegang Paten serta penerima
Lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut.
b. Pembatalan Paten Karena Permohonan.
Paten dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal untuk seluruh atau sebagian atas
permohonan Pemegang Paten yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat
Jenderal. Pembatalan Paten tidak dapat dilakukan jika penerima Lisensi tidak
memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan pada permohonan
pembatalan tersebut.

6
c. Pembatalan Paten Karena Gugatan
d. Gugatan pembatalan Paten dapat dilakukan apabila:
 Paten tersebut menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Pasal 6, atau Pasal 7 seharusnya tidak diberikan;
 Paten tersebut sama dengan Paten lain yang telah diberikan kepada pihak
lain untuk Invensi yang sama berdasarkan Undang-undang ini;
 Pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya
pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan
masyarakat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pemberian
lisensi-wajib yang bersangkutan atau sejak tanggal pemberian lisensi-wajib
pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-wajib.

G. Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah

Apabila pemerintah berpendapat bahwa suatu paten di Indonesia sangat penting artinya bagi
pertahanan keamanan negara dan kebutuhan mendesak untuk kepentingan masyarakat,
Pemerintah dapat melaksanakan sendiri paten yang bersangkutan. Keputusan untuk
melaksanakan sendiri auatu paten ditetapkan dengan keputusan Presiden setelah
mendengarkan pertimbangan Menteri dan/atau pimpinan instansi yang bertanggung jawab di
bidang terkait. Pelaksanaan paten oleh Pemerintah bersifat final.

Cara Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah


1. Pemerintah memberitahukan secara tertulis maksud melaksanakan suatu paten kepada
pemegang paten dengan mencantumkan:
a. paten yang dimaksud disertai nama pemegang paten dan nomornya;
b. alasan;
c. jangka waktu pelaksanaan;
d. hal-hal lain yang dianggap penting.
2. Membayar imbalan yang wajar kepada pemegang paten.

Jika pemegang paten tidak setuju terhadap besarnya imbalan yang ditetapkan oleh
Pemerintah, pemegang paten dapat menggugat ke pengadilan niaga. Gugatan ini tidak
menghentikan pelaksanaan paten oleh Pemerintah.

H. Hak Menuntut, Ketentuan Pidana dan Penyidikan, Ketentuan Peralihan dalam


Paten

Tindak Pidana Terhadap Hak Paten


Ketentuan perlindungan hukum pemegang paten secara administratif terdapat dalam pasal 16
UU No. 14 Tahun 2001 yang berbunyi:
Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya dan
melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:
a. Dalam hal paten-produk : membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,
atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi
paten;
b. Dalam hal paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Dalam
hal paten-proses, dilarang terhadap pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan
impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap impor produk yang
semata- mata dihasilkan dari penggunaan paten-paten yang dimilikinya.

7
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) apabila
pemakaian paten tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang paten.

Pelanggaran terhadap pasal 16 tidak diancam sanksi administratif, melainkan oleh pasal
130 diberikan sanksi pidana sehingga menjadi tindak pidana. Pasal 130 merumuskan sebagai
berikut:
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemenang paten dengan melakukan
salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)

Pasal 130 apabila dihubungkan dengan rumusan pasal 16, maka ada dua macam tindak pidana
paten:
Tindak pidana paten yang memenuhi unsur-unsur Pasal 130 juncto Pasal 16 Ayat (1) huruf a.
Apabila dirinci, tindak pidana ini terdiri atas unsur-unsur berikut:
1) Kesalahan: dengan sengaja Tindak pidana ini merupakan tindak pidana dolus. Secara
tegas dicantumkan unsur kesalahan bentuk kesengajaan. Apabila dicantumkan unsur
sengaja seperti ini, ada dua hal yang perlu dipahami, yakni tentang arti “sengaja” dan
tentang “kemana unsur sengaja itu ditujukan” atau diarahkan. Berdasarkan dua hal ini,
maka dengan sengaja dalam rumusan tindak pidana Pasal 130 Pasal 16 (1) a, artinya
pembuat menghendaki melakukan perbuatan membuat, menggunakan dan sebagainya.
Ia juga mengerti bahwa perbuatannya melanggar hak paten yang dilakukan terhadap
suatu produk paten hak orang lain. Demikianlah sengaja dalam hubungannya dengan
unsur-unsur lainnya dan harus dibuktikan, dibahas/diulas dalam surat tuntutan jaksa
karena pembuktian yang demikian sangat masuk akal.
2) Melawan Hukum: tanpa hak Pertama, paten bukan miliknya tetapi milik orang lain.
Jaksa harus membuktikan bahwa suatu produk yang diberi paten yang dijual terdakwa
atau digunakan dan lain- lain adalah bukan haknya tetapi hak orang lain. Kedua ,
perbuatan seperti membuat, menggunakan, menjual produk yang diberi paten “tanpa
persetujuan” pemegang paten.pemegang paten memiliki hak eksklusif yaitu hak yang
hanya diberikan kepada pemegang paten untuk jangka waktu tertentu guna
melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak lebih lanjut untuk itu
kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain dilarang melaksanakan paten tersebut
tanpa persetujuan pemegang paten.
3) Perbuatan (dalam hal paten-produk): membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, menyediakan untuk disewakan,
menyediakan untuk diserahkan Ada sembilan bentuk perbuatan yang dilarang dan
bersifat alternatif, cukup salah satu diantara sembilan perbuatan yang terbukti. Dengan
telah terpenuhinya semua unsur maka tindak pidana ini sudah terjadi. Sementara pihak
lain misalnya, pembeli yang beritikad baik haknya wajib dilindungi. Si pembuat tindak
pidana adalah pelaku perbuatan melawan hukum yang dibebani kewajiban hukum
penggantian kerugian terhadap si pembeli yang beritikad baik (Pasal 1365 BW) tetapi
bagi pembeli yang beritikad buruk dapat ditarik ke dalam perkara pidana dengan
didakwa penadahan (Pasal 480 KUHP).
4) Obyek: produk yang diberi paten
Obyek tindak pidana adalah produk yang diberi paten. Produk yang diberi paten adalah
produk yang dikeluarkan oleh pemegang paten. Baik pemegang paten adalah inventor
maupun pihak yang menerima hak dari inventor.

8
Tindak Pidana Hal Paten-Proses Sengaja dan Tanpa Hak Menggunakan Proses Produksi yang
Diberi Paten untuk Membuat Barang (Pasal 130 16 Ayat (1) huruf b)
1. Kesalahan : dengan sengaja Sengaja dalam artian ini mengandung pengertian sebagai
berikut:
a. Kehendak dalam arti sempit, pembuat menghendaki untuk melakukan
perbuatan menggunakan proses produksi yang diberi paten. Dalam arti luas,
meghendaki untuk melakukan tindak pidana menggunakan proses produksi
yang diberi paten.
b. Diketahuinya apa yang digunakan adalah proses produksi untuk membuat
barang.
c. Diketahuinya proses produksi pembuatan barang yang telah diberi paten milik
orang lain.
d. Diketahuinya juga bahwa proses produksi tersebut tanpa persetujuan pemegang
paten.
2. Melawan hukum : tanpa hak (tanpa persetujuannya) Pertama, bahwa proses produksi
yang diberi paten adalah hak orang lain. Untuk membuktikannya, proses produksi
tersebut terdaftar atas nama orang lain dan masih berlaku. Kedua , pembuat tidak
mendapat izin dari pemegang paten.
3. Perbuatan dan obyek (dalam hal paten-proses) : menggunakan proses produksi untuk
membuat barang yang diberi paten hak orang lain dan tindakan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam huruf a Unsur perbuatan yang dilarang adalah menggunakan. Unsur
objek tindak pidana adalah proses produksi untuk membuat barang. Kalimat “yang
diberi paten hak orang lain” merupakan unsur keadaan yang menyertai dan melekat
pada unsur objek serta tidak terpisahkan. Menurut pengertian tindak pidana pasal ini,
menggunakan adalah membuat barang melalui suatu proses yang sudah mendapat paten
hak orang lain. Dengan kata lain, menggunakan proses pembuatan barang dengan
meniru proses pembuatan barang yang sudah dipatenkan.

Menurut Pasal 16 (2), dalam hal paten-proses larangan terhadap pihak lain tanpa
persetujuannya melakukan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap
impor produk yang hanya dihasilkan dari penggunaan paten-proses yang dimilikinya. Diantara
perbuatan-perbuatan dalam tindak pidana paten Pasal 16 (1), terhadap satu perbuatan saja, ialah
memakai paten produk atau paten proses dapat kehilangan sifat melawan hukum jika dilakukan
dengan memenuhi dua syarat (Pasal 16(3)).
Syarat yang dimaksud adalah Pertama, pemakaian paten-produk atau paten-proses untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis. Kedua, tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pemegang paten.

Penyidikan Tindak Pidana Paten


Dalam hal penyidikan tindak pidana paten selain penyidik pejabat Polri, pejabat pegawai negeri
sipil tertentu (jajaran dari Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM) juga berwenang
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Paten. Pejabat PNS ini berwenang melakukan
pemeriksaan atas pengaduan, pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana Paten, meminta keterangan dan barang bukti pada setiap orang,
memeriksa pembukuan, memeriksa ditempat kejadian, meminta keterangan ahli dan
sebagainya. Sementara itu, kewajiban Penyidik Pejabat sipil yang dimaksud adalah membuat
dan mengirim surat pemberitahuan dimulai penyidikan (SPDP) dan surat pemberitahuan hasil
penyidikan (SPHP) pada penyidik pejabat Polri setempat. Kewajiban lainnya, yakni
menyampaikan BAP hasil penyidikan kepada jaksa penuntut umum setempat melalui penyidik
Polri setempat untuk disidangkan ke pengadilan negeri. Dengan demikian, dalam hal

9
penyidikan tindak pidana di bidang HAKI terdapat dualisme. Penyidikan dari Polri atau
penyidikan dari Dirjen HAKI dan keduanya memiliki wewenang. Agar tidak terjadi satu kasus
dilakukan penyidikan oleh dua penyidik maka berlaku ukuran siapa yang lebih dulu melakukan
penyidikan. Apabila ada dugaan tindak pidana dan telah ditangani Polri maka penyidik yang
melakukan penyidikan sampai tuntas adalah Polri, kecuali jika penyidik Polri menyerahkannya
pada penyidik dari Dirjen HAKI. Demikian juga sebaliknya.

I. Studi Kasus

Apple iPad VS Samsung Galaxy Tab

Seorang hakim di AS mengatakan bahwa tablet Samsung Galaxy Tab melanggar hak
paten iPad milik Apple Inc, namun juga Apple memiliki masalah terhadap validitas paten.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hakim Distrik AS Lucky Koh pada kamis di siding
pengadilan atas permintaan Apple terhadap beberapa produk Galaxy yang dijual di AS. Apple
dan Samsung terlibat dalam konflik hokum yang berat mengucap lebih dari 20 kasus di 10
negara sebagai persaingan untuk posisi dua teratas di pasar smartphone dan computer tablet.
Sebelumnya, pengadilan Australia melakukan larangan penjualan sementara komputer tablet
terbaru Samsung di Negara itu.
Seperti dilansir Reuters, Apple menggugat Samsung di Amerika Serikat pada bulan
april, mengatakan produk ponsel dan tablet Galaxy milik perusahaan Korea Selatan itu meniru
iPhone dan iPad, termasuk smartphone 4G Galaxy S dan Galaxy Tab 10.1 tablet. Sementara
itu, penyedia layanan ponsel, Verizon Wireless dan T-Mobile USA telah menentang
permintaan Apple, dan menyatakan bahwa Apple harus menunjukan bahwa Samsung
melanggar hak paten dan menunjukan paten miliknya yang sah menurut hukum.
Pengacara Apple, Harold McElhinny mengatakan jika design produk Apple jauh lebih
unggul dari produk sebelumnya, sehingga paten produk Apple yang saat ini tidak membatalkan
design yang datang sebelumnya “itu hanya perbedaan dari design”, kata McElhinny. Juru
bicara Apple Huguet Kristen mengatakan, bahwa bukan suatu kebetulan jika produk Samsung
terbaru mirip sekali dengan iPhone dan iPad, hal seperti ini adalah hal yang meniru secara
terang-terangan, dan apple perlu melindungi kekayaan intelektualnya agak perusahaan lain
tidak mencuri ide-idenya.

PEMBAHASAN:
Hasil penyelesaian gugatan Apple Inc, kepada pihak Samsung di beberapa Negara adalah
 Australia
Di Australia, Galaxy Tab 10.1 sempat diblokir sejak Juli 2011. Samsung sudah dua kali
menunda pengenalan Galaxy Tab 10.1 karena Apple. Namun, mendekati momen Natal
2011, pengadilan Australia menghentikan larangan penjualan Galaxy Tab 10.1.
Tapi pada akhirnya Samsung memenangi perang patennya dengan Apple di Pengadilan
Australia. Dengan kemenangan itu, Samsung pun diizinkan menjual tablet Galaxy Tab
10.1 di Australia, setelah sebelumnya diblokir akibat gugatan yang diajukan Apple.
 Perancis
kemenangan perusahaan asal Korea Selatan tersebut tidak berlanjut di Perancis. Karena
Pengadilan di Paris menolak gugatan Samsung yang meminta pemblokiran penjualan
iPhone 4S di Perancis, dengan tuduhan pelanggaran paten. Pengadilan juga
memerintahkan Samsung untuk membayar sejumlah EUR 100 ribu yang dianggap
sebagai ganti rugi Apple yang melakukan biaya hukum. Florian Mueller dari FOSS
Patent memiliki analisis yang mendalam dan panjang mengenai keputusan pengadilan
tersebut.

10
 Amerika Serikat
Di negara asalnya (AS), Apple tidak berhasil menghadang penjualan Samsung.
Samsung bukan satu-satunya vendor smartphone Android yang berseteru dengan Apple
terkait hak paten. HTC dan Motorola juga diserang oleh Apple melalui Komisi
Perdagangan Internasional Amerika Serikat atau International Trade Commission
(ITC). Hakim Distrik Amerika Serikat Lucy Koh memutuskan menolak permintaan
Apple untuk memblok smartphone buatan Samsung di Amerika Serikat. Ini terjadi
dalam sebuah babak baru perang antara 2 raksasa smartphone tersebut yang bermula
ketika Apple mengajukan gugatan kepada Samsung di Amerika Serikat pada bulan
April lalu atas dasar meniru desain Apple.
 Jerman
Apple kembali menggugat Samsung di pengadilan distrik Dusseldorf, Jerman. Kali ini,
Apple akan mengajukan gugatan kepada Samsung terkait 10 model smartphone dari
keluarga Galaxy. Pengadilan Jerman sempat menghentikan penjualan tablet Samsung
Galaxy Tab 10.1 inci pada September 2011 lalu. Karena, Apple mengklaim produk
tersebut melanggar hak paten desain, tampilan, dan nuansa iPad. Untuk menghindari
putusan itu, Samsung melakukan beberapa modifikasi tampilan tablet, lalu produk
modifikasi tersebut diberi nama Galaxy Tab 10.1N (ditambahkan huruf 'N' di
belakangnya). Apple tak juga puas. Perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs ini
mengajukan mosi untuk memblokir Galaxy Tab 10.1N. Namun, pada Desember 2011,
hakim mengeluarkan putusan awal bahwa Galaxy Tab 10.1N ini tidak melanggar desain
hak paten Apple di Eropa. Persidangan kasus smartphone Apple vs Samsung akan
digelar lagi sebelum bulan Agustus 2012. Sementara kasus tablet akan dilanjutkan pada
bulan September.

11
DAFTAR PUSTAKA

Saidin, S.H., M. Hum.1997. Aspek Hukum dan Kekayaan Intelektual. Jakarta: Rajagrafindo.

Lindsey dkk, Tim, Prof., B.A., LL.B., BLitt, Ph.D. 2005. Suatu Pengantar Hak Kekayaan
Intelektual. Bandung: P.T Alumni.

http://theofransuslitaay.i8.com/materi_haki/mod5/materi.html

http://halima1809.blogspot.com/2012/04/tahap-tahap-permintaan-pendaftaran-dan.html

http://bpatp.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=87:pelaks
anaan-paten-oleh-pemerintah&catid=45:paten&Itemid=63

http://kelompoka-126b07.blogspot.com/p/studi-kasus.html

12

Anda mungkin juga menyukai