Nailatul Hidayah-Fsh
Nailatul Hidayah-Fsh
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat
Mencapai gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
NAILATUL HIDAYAH
106044101431
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
NAILATUL HIDAYAH
106044101431
Pembimbing
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta
Nailatul hidayah
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ
Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala taufiq dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga sekripsi ini bisa
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ketidak sanggupan suami
dalam melunasi hutang istri sebagai sebab pengajuan perceraian”. Studi analisis di
pengadilan Agama Depok dan pengadilan Agama Jakarta Timur. Shalawat seta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan
Penulis menyadari skripsi ini terselesaikan berkat dan dorongan bagi semua
pihak. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fakultas Syari’ah dan
Endjah, Teh IIm, Ust. Djajuly, Dinda Aisy, K Ipeh, K Iyan, yang tercinta serta
i
kakanda Bachtyar Rifa’i yang semunya selalu mendoakan dan memberikan
khusus buat Nur’aida, Jamilah, Imam Hanafie, Qisty, Luqman, Wahyu Pa (A),
Mustafidz, Pipih, K Yani, Rika, Milqi, Wawad, Cahya, Teh A’I, silvie, Zumi
yang selalu berbagi cerita suka dan duka bersama-sama serta semangat kepada
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa sekripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dikemudian hari dan
memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, dan
semoga yang telah penulis lakukan mendapat ridha Allah SWT. amin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
D. Prosedur Perceraian..................................................................... 34
iii
BAB IV PUTUSAN PENGADILN AGAMA DEPOK DAN JAKARTA
TIMUR ............................................................................................ 49
C. Analisis Penulis........................................................................... 65
BAB V PENUTUP........................................................................................ 78
A. Kesimpulan ................................................................................. 78
B. Saran............................................................................................ 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 87
iv
BAB I
PENDAHULUAN
manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang mana satu dengan yang
tentunya dengan cara yang telah disahkan menurut Undang-Undang atau aturan
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1
yang beriman dan telah memenuhi syarat untuk melaksanakan perkawinan, dalam
untuk memenuhi nafsu syahwatnya yang telah mendesak agar terjaga kemaluan
1
Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Perkawinan (Bandung: Fokusmedia,2005),Cet.Ke-1,h.1.
1
2
dan kehormatannya, jadi perkawinan adalah kebutuhan fitrah manusia yang harus
satu dengan yang lainnya. Sehingga tercapailah kebahagiaan dan cita-cita yang
diinginkan. Tujuan perkawinan itu tertulis pada Kompilasi Hukum Islam atau
Islam sendiri menghendaki di capainya suatu makna yang mulia dari suatu
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai luhur dan harus mencari makna dan
rasa kasih sayang, tenggang rasa, toleransi, solidaritas dan kesempurnaan akhlak
2
Direktorat Pembinaan Badan Peradialan Agama Deprteman Agama, Kompilasi Hukum
Islam Di Indonesia. (Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departeman Agama,
1992).
3
yang kesemuanya akan membawa seseorang pada keimanan dan ketakwaan yang
sempurna. 3 Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataan hidup
yang terdapat di masyarakat roda kehidupan berjalan dinamis, tidak lepas dari
perselisihan antara anggota keluarga tersebut terlebih antara suami dengan istri.
kesinambungan hidup bersama suami istri bukanlah perkara yang mudah untuk
dilaksanakan, bahkan dalam banyak kasih sayang dan kehidupan yang harmonis
rasa ketidakcocokan antara suami istri pun sangat komplek. Secara umum
masalah yang ada itu berkaitan dengan banyak faktor, salah satunya adalah
ekonomi.
Nafkah yang harus dipenuhi oleh seorang suami kepada istrinya. 4 Agama
mewajibkan suami memberi nafkah kepada istrinya, oleh karena dengan adanya
ikatan perkawinan yang sah itu seorang istri menjadi terikat semata-mata kepada
3
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fikih. (Jakarta :
Departeman Agama,1985), h.62
4
Zubair Ahmad, Relasi Suami Istri Dalam Islam, PSW UIN Syahid Jakarta,hal 61.
4
ikatan suami istri masih berjalan, dan istri tidak durhaka atau karena ada hal-hal
kebutuhan istri dan anak-anaknya, namun hal itu tidak menggugurkan kewajiban
perempuan sebagai seorang istri yang secara moral adalah untuk membantu
Perselisihan yang terjadi antara suami istri karena faktor ekonomi secara langsung
dalam perjalanannya, terkadang untung ataupun rugi, itu hal yang biasa dalam
mencari nafkah (bekerja). seperti yang terjadi pada kasus di Pengadilan Agama
Show Room. karena ingin mendapatkan untung banyak maka si istri yang berniat
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah. Penerjemah: Muhammad Thalib, (Alma’arif), hal 80
5
karena usahanya merugi maka si istri mempunyai hutang yang banyak. Awalnya
suami tidak tahu masalah ini ternyata si istri memiliki hutang yang sangat besar
dan untuk menutupi hutang tersebut, si suami telah menjual seluruh hartanya yang
si suami miliki dan juga meminjam uang ke saudara dan teman-teman si suami,
sampai akhirnya si suami tidak punya tempat tinggal lagi dan masih memiliki
hutang. Pada bulan Mei 2009 merupakan puncak perselisihan dan pertengkaran
dalam rumah tangga mereka, si suami sudah tidak sanggup lagi membayar hutang
si istri tersebut, malah si suami sering didatangi oleh orang-orang yang menagih
hutang si istri tersebut ke rumah kontrakannya. Suami sudah tidak sanggup lagi
dimusyawarahkan keluarga, akan tetapi hal tersebut tidak berhasil. Keunikan dari
perbedaan pendapat (cekcok) akibat si istri terlilit hutang yang sangat besar,
dengan alasan suami tidak mampu membayar hutang istri sebagai penyebab
Pengadilan Agama kota Depok. karena latar belakang di atas penulis mengambil
skripsi dengan “ketidak sanggupan suami dalam melunasi hutang istri sebagai
6
154/Pdt.G/2009/PA.JT)
1. Pembatasan Masalah
seharusnya suami melakukan tanggung jawabnya namun pada kasus ini suami
2. Perumusan Masalah
karena itu penulis dalam penulisan skripsi ini terfokus untuk mengetahui hal-
a. Apakah suami tidak sanggup melunasi hutang istri dapat menjadi suatu
alasan perceraian?
skripsi ini dapat menjelaskan sesuai dengan tema yang penulis ambil dalam
judul skripsi ketidak sanggupan suami dalam melunasi hutang istri sebagai
1. Tujuan Penelitian
Perceraian.
b. Dapat memahami hak dan kewajiban suami kepada istri menurut Hukum
Positif
mata kuliah pokok dan sebagai ilmu yang dimiliki penulis yang akan
dan juga biasa dijadikan informasi untuk dibahas lebih lanjut dan bahan
untuk didiskusikan.
Timur.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Pendekatan
7
Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta; Raja Grafindo Persada,2005)
Cet. Ke-7, h.54.
8
Lexy J Meoleong, Metodologi Penelitian, (Bandung; Remaja Rosdakarya,2004) hal.135
11
mengambil data yang sudah ada contohnya berupa putusan dan hasil dari
hasil putusan itu dianalisis, diolah datanya dengan metode tertentu dan
tersebut.
9
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta; Raja Grafindo Persada,2005),
Cet.ke-7,h.70.
12
Jakarta Utara dengan dilihat dari Hukum Islam dan Hukum Positifnya.
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007 dan UIN Jakarta
E. Studi Review
Singaraja, BALI.
Tahun : 2003
tangga. Karena dalam hal ini pihak ketiga lah yang mempengaruhi ekonomi
yang akan diterima oleh pihak istri akan berkurang sedangkan kebutuhan dari
waktu sewaktu terus merangkak naik. Adapun perceraian karena pihak ketiga
13
ini maksudnya ada pihak luar selain suami istri yang berperan dalam
Idaman lain, dan Wanita Idaman lain yang hadir dalam kehidupan rumah
yang akhirnya istri atau suami merasa terlecehkan dan mengajukan gugatan
kepada objek atau orang yang terkait penulis hanya berpedoman terhadap
teks dari buku-buku yang ada. Karena kalau kita tinjau lagi fungsi dari
permasalahan tersebut.
Tahun : 2005
disebabkan karena adanya sikap-sikap dan prilaku yang tidak baik di antara
“ kewajiban utama bagi suami istri ialah berbakti lahir dan batin kepada
agama, dan dari point ini atau penganiayaan dapat dianalisiskan sebagai
keduanya pada saat pacaran, dan sang istri pun tidak mengetahui
lebih jauh pekerjaan tetap yang dilakoni oleh calon suaminya, dan
apabila calon istri pun tahu latar belakang pekerjaan dan bisa
Yang dilakukan oleh pihak suami ke pihak istri. Dan bisa dilihat
Agama Jaksel.
Dari dua Tinjauan Review atau Kajian Terdahulu yang sudah dibahas di
atas maka penulis ingin lebih mengkhususkan judul skripsi penulis yakni: Ketidak
Perceraian ( Analisis Studi di Pengadilan Agam Kota Depok Jawa Barat Nomor
mendalam mengenai latar belakang dari permasalahan yang terjadi oleh kedua
pasangan yang disebabkan oleh karena dari faktor finansial atau faktor ekonomi.
dibahas dan ditulis oleh para kakak kelas penulis yakni Muhammad Ridwan, dan
Etty F. karena di dalam karyanya para kedua penulis itu membahas judul yang
judul yang sudah tertera. Dan mohon izinkan penulis diberikan kesempatan untuk
membahas dan meneliti kembali dari judul yang sudah penulis tetapkan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi sebagai
berikut:
Sistematika Penulisan.
prosedur perceraian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
1. Pengertian Perceraian
Kata perceraian atau talak dalam bahasa Arab berasal dari tholaqo-
baik tali pengikat itu bersifat konkret seperti tali pengikat kuda atau unta
kamus Arab Indonesia, cerai adalah terjemahan dari bahasa arab “Thalaqa”
Dalam kamus istilah agama, talak adalah melepaskan ikatan dengan kata-kata
1
Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN Di Jakarta, Ilmu
Fikih, ( Jakarta : Departemen Agama, 1985 ), Cet.ke-2, h.226
2
Ahmad Warsan Munawir, Al-Munawir : Kamus Arab Indonesia, ( Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997 ) Cet Ke-14, h.207
3
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta : PT.Ikhtiar baru Van
Hoeve,1997 ), Cet.Ke-4,h.53
4
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam/Proyek Peningkatan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi IAIN, 1987)
Jilid 3, h.940
18
19
jelas atau sarih, atau dengan kata-kata sindiran atau kinayah. 5 Selanjutnya
lafal talak atau yang semakna dengan lafal itu. Sedangkan Mazhab maliki
atau talak adalah penghapusan perkawinan dengan putusan atau tuntutan salah
itu juga (melalui thalak ba’in) atau pada masa mendatang setelah iddah
Pada Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam (KHI), talak adalah ikrar
suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang terjadi salah satu sebab
Pasal 129,130, dan 131 Ayat (1) dan (2). 9 Dan dalam Undang-Undang
5
Salahuddin Khairi Sadiq, Kamus Istilah Agama, ( Jakarta : CV.Sient Tarama,1983 ),h.358
6
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Talak” Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT.Ikhtiar Baru
Van Hoeve, 1997 ), Cet. Ke-4,h.53
7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid3, Pena Pundi Aksara : 2007, h.135
8
Abu Malik bin Sayyid Salim, Fikih Sunnah Untuk Wanita, Al-I’Tisham, Jakarta : 2007
9
Lihat Kompilasi Hukum Islam
20
perkawinan sehingga setelah ikatan perkawinan itu istri tidak halal lagi
suaminya, dan ini terjadi dalam hal talak ba’in, sedangkan dalam arti
suami dari tiga menjadi dua, dan dua menjadi satu menjadi hilang hak talak
bahwa talak merupakan pemutus hubungan suami dan istri serta hilanglah
pula hak dan kewajiban sebagai suami istri. Meskipun dalam pengucapan
bertujuan yang sama yaitu untuk berpisahnya suami istri, dalam arti putusnya
hubungan perkawinan.
10
H.A Fuad Said. Perceraian Dalam Hukum Islam ( Jakarta : Pustaka Al-Husna,1993 hal 1)
11
Sri Mulyani, Editor, Relasi Suami Istri Dalam Islam, Pusat Studi Wanita, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta : 2004, Hal 16-17
21
melainkan ikatan suci (Mitsaqan Galizan) yang terkait dengan keyakinan dan
keimanan kepada Allah. Dengan demikian ada dimensi ibadah dalam sebuah
perkawinan. Karena untuk itu syaria’at islam menjadikan pertalian suami istri
dalam ikatan perkawinan sebagai pertalian yang suci dan kokoh, Firman Allah
Q.S An-Nisa(4): 21
⌧
(21 :4/)اﻟﻨﺴﺎء
Oleh karena itu suami istri wajib menjaga terhubungnya tali pengikat
perkawinan dan tidak sepantasnya pasangan suami istri berusaha merusak dan
memutuskan tali tersebut dan perkawinan harus dipelihara dengan baik sehingga
bisa abadi dan apa yang menjadi tujuan perkawinan dalam islam yakni
tidak dapat lagi dipertahankan dan jika dilanjutkan juga akan menghadapi
12
H.Amiur Nuruddin, Hukum Pardata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan
Hukum Islam Dari Fikih, Undang-Undang Nomor 1/1974 Sampai KHI, ( Jakarta :
Kencana,2006),h.206
22
pertengkaran (siqaq) yang terus menerus. Hasan Bin Ziyad meriwayatkan dari
Imam Ja’far Shadiq, beliau berkata : “Seseorang pria tidak boleh menceraikan
istrinya tanpa alasan, kemudian dirujuk dan diceraikan kembali. Ini merupakan
suatu bentuk penganiayaan yang dilarang Allah SWT kecuali apabila dia
menceraikan dan merujuknya kembali dengan tujuan menahan diri dari sesuatu.
dengan perceraian itu dapat merusak kehidupan agama dan kehormatan wanita.
Bertolak dari sini, sudah seharusnya bagi siapa saja yang akan melakukan
cara, waktu maupun risiko yang akan ditimbulkannya sebelum akhirnya berani
baik. 13 Adakalanya perceraian tersebut terjadi tanpa adanya alasan yang kuat, hal
1974. Selain itu juga untuk mewujudkan suatu perkawinan yang bahagia, kekal
dan sejahtera sesuai dengan salah satu prinsip yang ada dalam penjelasan umum
hal ini agama Islam telah terlebih dahulu mengatur sedemikian rupa masalah
13
Ali Husaian Muhammad Makki Al- Amili, Perceraian Salah Siapa ?, ( Jakarta : Lentera,
2001), h.37
14
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1978 ),h.36
23
(228 :2/)اﻟﺒﻘﺮة
☺ ☺
☺ ⌧
⌧
☺
⌧
(229 :2/)اﻟﺒﻘﺮة
24
Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh istri untuk menebus dirinya Itulah hukum-hukum Allah, Maka
janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-
hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
⌧
⌧
⌧ ⌧
☺
☺
(230 :2/)اﻟﺒﻘﺮة ☺
Begitu pula dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah (2) : 231 yang berbunyi
25
☺
(232 :2/)اﻟﺒﻘﺮة
Artinya: apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, Maka
janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan
bakal suaminya apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka
dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang di nasihatkan kepada orang-
orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian.
itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui. (Q.S Al-Baqarah/2 : 232)
26
:65/)اﻟﻄﻼق
15
(1
Artinya: Hai nabi, apabila kamu menceraikan Istri-istrimu Maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada
Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka
dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka
Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu
tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru. (Q.S At-Thalaq/65 : 1)
Namun demikian pada dasarnya perceraian atau talak itu adalah sesuatu
yang tidak disenangi yang dalam istilah usul fikih disebut MAKRUH. Hukum
makruh ini dapat dilihat adanya usaha pencegahan terjadinya talak itu dengan
bahwa bisa saja sebuah rumah tangga mengalami keretakan hubungan yang
15
Imam Abi Husaini Muslim Ibn Hajjaji, Shaih Muslim, (Darul Fiqr,1992),Juz 1,h.685
27
keuntungan sama sekali. Dan pada saat itu, dituntut adanya jalan untuk
menghindari dan menghilangkan berbagai hal negatif tersebut yaitu dengan cara
talak.
Lalu tentang hukum cerai ini, ulama fikih berbeda pendapat. Pendapat
yang paling benar di antara semua itu yaitu yang mengatakan “terlarang” kecuali
karena alasan yang benar. Ini menurut golongan Hanafi dan Hambali. Alasannya
ﻦ
ُ ْ وَاﺑ, ) َروَا ُﻩ َأﺑُﻮ دَا ُو َد.ق
ُ ﻄﻠَﺎ
ﻋﻨْ َﺪ اَﻟﻠﱠﻪِ اَﻟ ﱠ ُ َأﺑْ َﻐ:ρ ِل اَﻟﻠﱠﻪ
ِ ِﺾ اَﻟْﺤَﻠَﺎل ُ ل َرﺳُﻮ
َ ﻗَﺎ:ل َ ﻗَﺎ-ﻋﻨْ ُﻬﻤَﺎ
َ ﻲ اَﻟﻠﱠ ُﻪ
َﺿ ِ َر- ﻋ َﻤ َﺮ
ُ ﻦِ ْﻦ ِاﺑِﻋ
َ
. 16)ُﺢ َأﺑُﻮ ﺣَﺎ ِﺗ ٍﻢ ِإرْﺳَﺎﻟَﻪَﺟ َو َر ﱠ, ﺤ ُﻪ َاﻟْﺤَﺎ ِآ ُﻢ
َﺤ
ﺻﱠ
َ َو, ْﺟﻪ َ ﻣَﺎ
Artinya: Dari Ibnu Umar semoga Allah Swt meridhoi keduanya berkata:
SWT ialah talak. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim, serta
istri yang harmonis dalam rangka membentuk dan membina keluarga yang
sejahtera dan bahagia sepanjang masa. Setiap pasangan suami istri selalu
mendambakan agar hubungan yang diikat oleh akad perkawinan itu semakin
16
Muhammad ibn Ismail Al Amir As-Shan’ni, Subul As-Salam Al Musholah ila Bulugh Al
Maram, Juz 3 (Kairo: Dar Ibn Al Jauzi, 1428 H), h.156
28
1. Karena Kematian
putus. Apabila pihak suami atau istri yang masih hidup ingin menikah lagi
maka bisa saja asalkan telah memenuhi segala persyaratan yang telah
2. Karena Perceraian
17
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 38 dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 113
18
Lili Rasidi, Hukum Perkawinan Dan Perceraian Di Malaysia Dan Indonesia, ( Bandung :
Remaja Rosdakarya,1991),h.194
19
Arso Sostroatmodjo, et.al., Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Jakarta ; Bulan Bintang,
1981),h.60
29
suami istri tersebut, sebagaimana hal tersebut dikaitkan dengan pasal 2 ayat 2
perceraian antara keduanya. Jadi, ketika menikah suami istri tentu memiliki
akta nikah sebagai bukti otentik perkawinannya dari Kantor Urusan Agama.
Namun, apabila terjadi perceraian akta nikah diganti dengan akta cerai yang
terjadi karena putusan pengadilan terjadi di luar kehendak suami atau istri,
20
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 39 Ayat 1
30
( pembatalan perkawinan). 21
dan bukan merupakan talak, fasakh bisa terjadi karena syarat-syarat yang
tidak terpenuhi pada waktu akad nikah atau karena hal-hal lain yang datang
harus ada cukup alasan bahwa pasangan tersebut tidak dapat hidup rukun lagi
sebagai suami istri, sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemandat penjudi,
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain (suami atau istri) selama 2 (dua)
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima ) tahun, atau lebih
21
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia,h.197
22
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah., h.268
31
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga
Cerai talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan Agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan atau perceraian yang dilakukan
Agama Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Perceraian pada Pasal 66 Ayat (1) yaitu :
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal 117 yaitu :
23
Lihat UU No 7 Tahun 1989, Pasal 66
32
belah pihak”. 24
Cerai talak ini hanya dapat dilakukan oleh suami, karena suamilah yang
berhak untuk menalak istrinya, sedangkan istri tidak berhak menalak suaminya.
Bagi suami yang mengajukan gugatan talak maka suami harus melengkapi
2. Surat keterangan akta talak dari Kepala desa atau lurah setempat
5. Surat izin talak dari atasan atau kesatuan bagi pegawai Negeri Sipil (PNS)
istri. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
dilajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya
24
Lihat Kompilasi Hukum Islam, Pasal 117
25
Sutarmadji Dan Mesraini, “ Administrasi Pernikahan Dan Menejemen Keuangan,(Jakarta :
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2006).h149
26
Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,Tentang Peradilan Agama, Pasal 73 Ayat (1)
33
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada Pasal 132 Ayat (1) yaitu : “
Gugatan perceraian yang diajukan oleh istri atau kuasanya pada pengadilan
Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri
Dalam perkara cerai gugat, seorang istri diberikan suatu hak gugat untuk
bercerai dari suaminya, karena dalam cerai talak haknya hanya dimiliki oleh
suami. Akan tetapi bukan berarti cerai gugat haknya mutlak milik istri. Dengan
menuntut perceraian.
Dalam Islam tidak mengenal istilah cerai gugat karena cerai gugat
hanyalah istilah hukum yang digunakan dalam hukum acara di Indonesia. Akan
tetapi dalam Hukum Islam menganal khulu, yang mempunyai persamaan dengan
cerai gugat,dan tetap ada perbedaannya yaitu jika dalam khulu itu ada Iwadl yang
harus dibayar oleh istri, dan yang mengucapkan kalimat perceraian (Talak) adalah
suami setelah adanya pembayaran Iwadl tersebut. Sedangkan cerai gugat tidak
ada pembayaran Iwadl serta yang memutuskan perceraian adalah Hakim. 28 Selain
itu, dalam cerai talak apabila suami ingin mengajukan ikrar talak, ia (suami) tidak
talak di Pengadilan Agama. Karena talak itu ada di tangan suami. Berbeda dengan
27
Lihat Kompilasi Hukum Islam,Pasal 132 Ayat (1)
28
M. Yasir Arafat, “ Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga.” (Skrpsi Fakultas
Syariah dan Hukum, Unifersitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta,2003),h.16
34
cerai gugat yaitu si istri harus minta cerai dulu kepada suami, karena dalam Islam
istri tidak punya hak untuk menceraikan suami serta mengembalikan Iwadl
kepada suami. Hal ini yang menjadi perbedaan antara cerai talak dan cerai gugat.
2. Surat keterangan untuk cerai dari kepala desa atau lurah setempat
5. Surat izin talak dari atasan atau kesatuan bagi pegawai negeri Sipil (PNS) atau
C. Prosedur Perceraian
mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian terbagi dua, yaitu cerai talak dan
cerai gugat. Yang dimaksud cerai talak adalah perceraian yang terjadi karena
talak suami kepada istrinya. Sedangkan yang dimaksud gugat cerai adalah
Awal surat gugatan atau permohonan yang telah dibuat dan ditandatangani
suami dan perceraian atas kehendak istri. Hal ini karena karakteristik Hukum
arahan pada penggugat apabila dalam gugatan yang dibuat tidak sesuai. Apabila
terjadi kesalahan dalam gugatan atau permohonan maka tidak boleh didaftarkan
sebelum petitum dan positanya jelas, seperti ada petitum namun tidak didukung
Jika hal tersebut terjadi maka gugatan atau permohonan tersebut terlebih
dahulu harus diperbaiki, panitera sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam
lalu berkas perkara beserta resume tersebut diserahkan kepada Ketua pengadilan
(dengan buku ekspedisi lokal sebenarnya). Dengan disertai saran tidak misalnya
29
Latif, Anaka Hukum Perceraian Di Indonesia, h.72
30
Mukti Arto, Peraktik Perkara Perdata Pada Peradilan Agama,(Jakarta: Pustaka
Pelajar,2003),cet.ke-4,h.76
31
Raihan A Rasyid, Hukum Acara Peradialan Agama, ( Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2001),ed.ke-2,cet.ke-8,h.129
36
biaya perkara dan menulisnya pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
perkara tersebut. Hal ini sejalan dengan Pasal 193 Rbg / Pasal 128 Ayat (1) HIR /
Ketentuan di atas tidak berlaku bagi yang tidak mampu dan diizinkan
Lurah atau Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. Setelah itu,
32
Pasal 90 Ayat (1), Unadng-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Perubahan Undang-Uandang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama,h.74
37
dalam map berkas acara, kemudian menyerahkannya pada Wakil Panitera untuk
menunjuk seorang hakim sebagai ketua majelis dan dibantu dua orang hakim
anggota. 34
menetapkan hari, tanggal serta jam, kapan perkara itu akan disidangkan, ketua
menyelesaikan perkara, maka ditunjuk seorang atau lebih panitera sidang dalam
hal ini panitera, wakil panitera, panitera muda dan panitera pengganti. 36
Tata cara pemanggilan di mana harus secara resmi dan patut, yaitu:
33
M. Fauzan, Pokok-Pokok Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Syari’ah Di
Indonesia, (Jakarta: Sinar Garfika,2004), Cet.ke-2,h.14
34
R. Soeroso, Peraktik Hukum Acara Perdata: Tata Cara dan Proses Persidangan, (Jakarta:
Sinar Grafika,2004), Cet.ke-6,h.39
35
M. FAuzan, Pokok Pokok Acara Peradilan Agama, h.13
36
A. Basiq Djalil, Peradialan Agma Di Indonesia,( Jakarta: Kencana, 2006), cet.ke-1,h.214
38
c. Apabila salah seorang telah meninggal dunia maka disampaikan kepada ahli
warisnya;
(tanda bukti bahwa para pihak telah dipanggil) kepada hakim yang akan
tahap-tahap dalam hukum acara perdata sebagaimana yang telah tertera dalam
Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus
dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan tentang keadaan para pihak, ini hanya
bersifat cecking identitas para pihak apakah para pihak sudah mengerti mengapa
37
R. Soeroso, Peraktik Hukum Acara Perdata, h.40
38
A. Basiq Djalil,Peradilan Agama Di Indonesia,h.202-203
39
perdamaian dapat timbul dari hakim. Penggugat ataupun tergugat. Hakim harus
yang dilakukan tidak berhasil, maka sidang dinyatakan tertutup untuk umum
melalui Hakim. Pada tahap replik penggugat kembali menegaskan isi gugatannya
yang dilakukan oleh tergugat dan juga mempertahankan diri atas sanggahan-
sanggahan yang disangkal tergugat. Kemudian pada tahap duplik, tergugat dapat
39
R. Soeroso, Peraktik Hukum Acara Perdata, h.41-42
40
Ibid.,h.43
41
Ibid., h.45
47
BAB III
Kota Administratif sebagai bagian dari Kab. Bogor kemudian menjadi Kota
Madya, yang pada saat ini menjadi sebuah pemerintahan Kota Depok
2003 di Balai Kota Depok mulai menjalankan fungsi peradilan sejak 1 Juli
a. Depok telah menjadi sebuah pemerintahan Kota, yang berdiri sendiri lepas
40
41
55% nya berasal dari penduduk yang berdomisili di Depok, sesuai hasil
studi kelayakan.
1967.
wilayah hukum DKI Jakarta, bermula dari sebuah proses. Ketika Lembaga
sebutan “Pengadilan Agama Jakarta Timur lalu pada saat yang bersamaan
yaitu :
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. Secara nyata pula dalam ke putusan
dan atau dua sisi yaitu di satu sisi sebagai “Kantor Induk” dari 4 (empat)
Jakarta Pusat”.
2002 Pasal 2 ayat (5) disebutkan bahwa “ Daerah hukum Pengadilan Agama
kekuasaan dan atau pada HIR dikenal pula dengan istilah kompetensi. Adapun
a. Perkawinan;
d. Ekonomi Syari’ah
yang berhubungan dengan wilayah atau domisili pihak atau para pihak pencari
C. Struktur Organisasi
45
karena ia baru dibentuk, yang saat ini dipimpin oleh seorang Ketua (Drs.
Kurtubi Kosim, SH, M.Hum) dan seorang Wakil Ketua (H. Asril
a. Pimpinan:
b. Tenaga Fungsional :
para hakim
c. Kepaniteraan/Kesekretariatan ;
Tahun 1989.
urusan Umum
1
Selayang Pandang Pengadilan Agama Depok.hal 11
46
47
Gambar 3.1
Bagan Struktur Organisasi Peradilan Agama Depok 2
46
40
47
sebagai berikut:
a. Pimpinan:
b. Tenaga Fungsional :
para hakim
c. Kepaniteraan/Kesekretariatan ;
Tahun 1989.
urusan Umum.
40
47
Gambar 3.2
Bagan Struktur Organisasi Peradilan Agama Jakarta Timur 3
KETUA
WAKIL KETUA
HAKIM
PANITERA/ SEKRETARIS
WAKIL WAKIL
SEKRETARIS PANITERA
3 http://www.pajaktim.go.id/stuktur-organisai.php/
40 48
47
40
BAB IV
NOMOR:154/Pdt.G/2009/PA.JT
Nomor:826/Pdt.G/2009/PA Dpk
Karnadi bin Drs. Pg Hirwanto, umur 38 tahun, Agama Islam, pendidikan S.2,
pekerjaan PNS Pemda Kota Bogor, tempat tinggal di Telaga Golf Blok E.8B RT.
Dengan termohon Sri Tuti Wartini binti MO. Sjahroni, umur 37 tahun, agama
Sawangan, Kota Depok. Atas dasar surat gugatannya tertanggal 5 Juni 2009 yang
Bandung, Kutipan Akta Nikah Nomor 31/31/IV/1996 tanggal 15 April 1996, yang
Bandung.
49
50
harmonis, tetapi sejak April 2008 sampai sekarang antara pemohon dan termohon
telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus, disebabkan tanpa
sepengetahuan pemohon, termohon memiliki hutang yang sangat besar dan untuk
pemohon miliki dan juga meminjam uang ke saudara dan teman-teman Pemohon,
sampai akhirnya Pemohon tidak punya tempat tinggal lagi dan memiliki hutang.
rumah tangga Pemohon dan Termohon, Termohon memiliki hutang lagi yang
rumah kontrakan Pemohon hingga saat ini Pemohon dan Termohon masih tinggal
kembali rukun dalam membina rumah tangga, namun upaya tersebut tidak
membuahkan hasil.
dan Termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik lagi, sehingga rumah tangga
1. Gugatan Pemohon
berikut:
seadil-adilnya.
menghadap atau menyuruh orang lain sebagai wakil atau kuasanya yang sah
hukum. Majlis hakim telah menasihati Pemohon agar bersabar untuk rukun
Termohon.
2. Pembuktian
tertulis berupa foto copy buku Kutipan Akta Nikah Nomor 31/31/IV/1996
Tanggal 15 April 1996, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA)
dengan aslinya dan diparaf oleh ketua Majlis, selanjutnya diberi kode P.
2) Saksi tahu antara Pemohon dan Termohon adalah suami istri dan telah
4) Semula saksi tidak tahu kalau Termohon terlibat hutang, tetapi sejak
5) Saksi tahu sejak tahun 2009 hutang yang dibuat Termohon semakin
7) Saksi tahu sejak bulan Mei 2009 Termohon berada di tahanan polisi
tidak berhasil
54
10) Saksi tidak sanggup lagi untuk merukunkan Pemohon dan Termohon,
1) Saksi kenal dengan Pemohon sejak tahun 2005 sebagai teman sekantor
2) Saksi tahu saat ini Termohon berada di rutan karena terlibat hutang
piutang.
tetapi sejak tahun 2008 saksi membantu Pemohon untuk pinjam uang
hutang Termohon.
kesimpulan yang pada pokok isinya tetap pada pendiriannya untuk bercerai
55
3. Pertimbangan Hukum
disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah menurut hukum, maka Termohon
Termohon telah melepaskan hak jawabnya dan berarti pula mengakui kebenaran
Yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini adalah sejak dan
Termohon memiliki hutang yang sangat besar dan untuk menutupi hutang
56
tersebut, Pemohon telah menjual seluruh harta yang pemohon miliki dan juga
Pemohon sudah tidak punya tempat tinggal lagi dan memiliki hutang. Pada bulan
Mei 2009 merupakan puncak perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga
Pemohon dan Termohon, Termohon memiliki hutang lagi yang jumlahnya besar,
Pemohon.
bukti tertulis P dan 2 orang saksi sebagaimana tersebut di atas. Dari bukti P
berupa foto copy kutipan akta nikah atas nama Pemohon dan Termohon,
perkawinan yang sah. Dari 2 (dua) orang saksi Pemohon diperoleh keterangan
yang saling bersesuaian bahwa Pemohon dan Termohon telah terjadi perselisihan
hubungan antara Pemohon dan Termohon dalam membina rumah tangga sudah
maksud dari al-Qur’an Surat ar-Rum Ayat 21 dan Pasal 1 Undang-Undang Nomor
57
1 Tahun 1974 Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (INPRES Nomer 1 Tahun
1991). Dalam kondisi tidak harmonis tersebut Majelis Hakim berpendapat ikatan
perkawinan antara Pemohon dan Termohon telah pecah yang disebabkan oleh
tidak mungkin untuk dapat dirukunkan kembali untuk membina rumah tangga
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 Huruf f Kompilasi
Agama Depok
semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Pemohon. Perkara
ini dipertimbangkan yang amarnya yaitu “Pasal 125 HIR dan segala peraturan
154/Pdt.G/2009/PA.JT
Muhdi, umur 32 Tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah
tangga, bertempat tinggal di Kp. Jembatan Cakung, Kota Jakarta Timur. Atas
Kepanitraan Pengadilan Agama Jakarta Timur pada tanggal itu juga dengan
berikut:
antara pemohon dan termohon, tercatat di PPN KUA Kecamatan Lebak Wangi,
layaknya suami istri, dan bertempat tinggal bersama di Rawa Tarate selama 3
Tahun, dan dikaruniai 2 orang anak bernama: Rini Apriani, lahir tanggal 03 April
harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai tahun 2004, disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut: yaitu Antara Pemohon dan Termohon sudah tidak ada
Termohon sudah tidak ada kepercayaan dan Termohon selalu curiga Pemohon
mempunyai hubungan khusus dengan wanita lain. Pemohon dan Termohon masih
satu rumah, namun sejak Juni 2008 kurang lebih 7 bulan sudah pisah ranjang dan
sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri. Pemohon telah
berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan atau cara bermusyawarah atau
tangga antara Pemohon dan Termohon tidak bisa dipertahankan lagi, karena
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan sulit
diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka Pemohon berkesimpulan lebih baik
1. Gugatan Pemohon
Bapak Ketua pengadilan Agama Jakarta Timur atau Majelis Hakim untuk
b. Menetapkan memberi izin kepada Pemohon, Patah Yasin bin Abu Sujak,
Muhdi.
Pada hari sidang yang telah ditetapkan untuk itu, Pemohon dan
mut’ah berupa televisi berwarna 14 inch merek Sanyo, dan nafkah untuk 2
(dua) orng anak sebesar Rp 500.00,- (lima ratus ribu) setiap bulan di luar
2. Pembuktian
c. Saksi kenal Pemohon dan Termohon adalah suami istri yang telah
d. Setahu saksi rumah tangga Penggugat dan Tergugat pada awalnya rukun
saja, namun sekarang mulai goyah dan diantara mereka sering terjadi
keuangan rumah tangga sehingga sering berhutang pada pihak lain yang
f. Pemohon dan Termohon masih tinggal satu rumah namun sejak bulan Juni
ini, maka majelis cukup menunjuk berita acara persidangan ini sebagai hal
3. Pertimbangan Hukum
atas. Pemohon dan Termohon telah manikah pada tanggal 19 Desember 1995,
tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Lebak Wangi, Kuningan, Jawa
1995. Dari pernikahan antara Pemohon dengan Termohon telah dikaruniai 2 (dua)
orang anak, yang bernama Rini Apriani, lahir tanggal 03 April 1997 dan Fitri
nasihat agar Pemohon bersabar dan rukun kembali dengan Termohon sebagai
suami istri, sesuai dengan maksud Pasal 82 Ayat (1) dan (4) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 Jo. Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo.
Pasal 143 Kompilasi Hukum Islam, namun usaha tersebut tidak berhasil. Pada
63
pokoknya pemohon mendalilkan bahwa rumah tangganya tidak rukun lagi, sering
membina rumah tangga, Termohon yang tidak jujur dalam hal keuangan dan
Termohon kepada Pemohon. Sehingga sejak bulan Juni 2008 yang lalu antara
1975 yakni untuk mengetahui keadaan tangga pemohon dan Termohon yang
bukti Pemohon berupa fotokopi kutipan akta nikah Pemohon dan Termohon yang
Jawa Barat, yang berisikan data tentang telah dilaksanakannya pernikahan antara
adalah sempurna dan mengikat serta sesuai pula dengan ketentuan pasal 7 ayat (1)
Kompilasi Hukum Islam, bahwa Akta Nikah adalah satu-satunya bukti tentang
tangga Pemohon dan Termohon tidak rukun lagi, seiring terjadi perselisihan dan
64
pertengkaran karena masalah ekonomi. Sehingga sejak bulan Juni 2008 antara
permohonan pemohon telah sesuai dengan maksud pasal 39 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 19 Huruf (f) peraturan pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 Huruf (f) Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu
1974 adalah untuk membentuk rumah tangga yang kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang diperlukan adanya rasa kasih sayang, saling mencintai
antara kedua belah pihak sebagai suami istri sebagaimana yang diisyaratkan oleh
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung merasa tenteram
bahwa kedua belah pihak telah kehilangan hakikat dan makna sebuah perkawinan,
oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa ikatan perkawinan pemohon
ikatan perkawinan yang telah rapuh seperti itu tidak akan membawa maslahat
bahkan akan menyebabkan mudharat yang lebih besar lagi bagi kedua belah
65
berupa televisi berwarna 14 inch merek Sanyo, dan nafkah untuk 2 (dua) oarng
anak sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) setiap bulan di luar biaya
pendidikan dan kesehatan. Hal tersebut telah disetujui oleh termohon, oleh
untuk membayar kepada Termohon akibat cerai tersebut sesuai yang telah
C. Analisis Penulis
Hirwanto dan Sri Tuti Wartini binti Mo. Sjahrom dengan perkara
terhadap Patah Yasin bin Abu Sujak dan Muawiyah binti Muhdi dengan perkara
pemohon telah menjual seluruh harta yang pemohon miliki dan juga meminjam
punya tempat tinggal lagi dan memiliki hutang. dalam kondisi seperti ini sering
terjadi ketegangan antara suami dengan istri yang berakibat pada pertengkaran. 2
(7 :6/)اﻟﻄﻼق
Artinya: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
1
Drs. Nasrul, SH., Wawancara Pribadi
2
Dra. Sulkha Harwiyati, SH., Wawancara Pribadi
67
Bahwa berdasarkan hal tersebut maka tidak lagi sesuai dengan Nomor. 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan permohonan pemohon
termohon sudah tidak dapat lagi dibina dengan baik sehingga untuk mencapai
dipertahankan lagi.
b. Biaya berumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak.
nafkah kepada istri dan anak-anaknya ( biaya kehidupan ) akan tetapi ada suami
3
KHI, Pasal 80 Ayat 2 Dan 4. h., 44
68
dengan penghasilan suaminya sementara istri selalu menuntut dan ada juga karena
usahanya bangkrut. Atau bisa juga disebabkan oleh istri tidak jujur dan tidak
dapat memegang kepercayaan suami dalam hal masalah ekonomi dan dalam
biaya perkara sesuai dengan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku dan
yang diajukan oleh pihak suami maupun pihak dari istri. Sebagaimana dimaksud
“Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri
Agama telah cukup jelas bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perceraian dan
pertengkaran itu dan juga sudah mendengar pendapat-pendapat dari pihak ke dua
perkara antara pemohon dengan termohon telah terjadi perselisihan yang tidak
mungkin lagi dapat dirukunkan. 4 Dinilai telah memenuhi alasan hukum baik
yang tersebut pada Pasal 19 Huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
ketentuan Hukum Islam sebagaimana tersebut pada Pasal 116 Huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam karena kalau dipaksakan rumah tangganya untuk bersatu
maka sudah tidak layak lagi karena sudah melanggar Pasal 3 Kompilasi Hukum
bahwa:
Talak satu Raj’i. Yaitu di mana suami memiliki hak untuk merujuk
⌧ ☺ ☺
☺
⌧
☺
(229 :2/)اﻟﺒﻘﺮة
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal
bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan
kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya
(suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak
ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri
untuk menebus dirinya Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah
kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum
Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S Al-Baqarah/2:229)
suami istri tersebut sudah tidak ada lagi kecocokan kembali dan dalam
71
percekcokan tersebut telah melanggar dari tujuan perkawinan itu sendiri dengan
telah diperolehnya suatu fakta yang berkaitan dengan duduk perkara antara
pemohon dengan termohon terjadi perselisihan yang tidak mungkin lagi dapat
dirukunkan.
tersebut dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat (21) yang diperjelas oleh Pasal (3)
percekcokan terus menerus, maka kehidupan rumah tangga antara pemohon dan
termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik dan untuk mencapai tujuan
Majelis berpendapat agar masing-masing pihak tidak lagi lebih jauh melanggar
maka mengenai hal isi permohonan maka biaya perkara patut dibebankan kepada
5
Zainudin Ali, Hukum Islam Di Indonesia.
72
Tentang Perkawinan. 6
pengadilan yang dimaksud dalam pasal ini memberikan isyarat bahwa bagi
“perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
Setelah pernikahan dinyatakan sah, maka hak dan kewajiban suami istri
secara timbal balik merupakan hak keduanya secara bersama-sama dan sekaligus
6
Bakti A. Rahman, Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam,Undang-Undang Perkawinan
Dan Hukum Perdata,(Jakarta, PT. Hidakarya Agung), 1981
73
kasih sayang antara suami istri. Hak dan kewajiban tersebut tidak mungkin
memberi. Hak dan kewajiban inilah yang sebenarnya yang merupakan dasar
“Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri
Alasan juga telah di akui dan ditegaskan oleh intruksi presiden Nomor 1
Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 Huruf f yaitu:
“Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”.
Perkawinan.
74
1. Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, penjudi, dan lain sebagainya
2. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapatkan hukuman 5 (lima) tahun atau hukuman yang
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan ketiak rukuanan rumah tangga.7
7
Himpunan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Depatemen Agama Republik
Indonesia,2004
75
bisa dijadikan dasar perceraian tersebut di atas juga merupakan langkah ke arah
menjadi konsekuensi logis dari perceraian bisa ditunaikan dengan baik, sehingga
telah diberikan oleh pemohon baik secara tertulis maupun lisan di dalam
☺
(3 :4/)اﻟﻨﺴﺎ
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau
8
Suher Sidik Ismail,Ketentraman Suami Istri, (Surabaya: Dunia Ilmu,1999),cet.1.h.129
76
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. An-
Nisa’/4: 3)
atau perselisihan yang terjadi di dalam rumah tangga dan di antara suami istri
terus menerus mengalami perselisihan dan tidak ada harapan untuk bisa
☺
☺
☯
☺
:4/)اﻟﻨﺴﺎء ☺ ⌧
(35
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakim itu bermaksud
Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami
isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Q.S.An-Nisa/4:35)
atas nama Patah Yasin bin Abu Sujak.yang menyatakan dengan sebab-sebab
rumah tangganya tidak dapat lagi dipertahankan kembali dan juga tidak ada
harapan akan hidup rukun lagi dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
77
sehubungan ada yang merupakan hak-hak keduanya secara bersama dan sekaligus
merupakan hak istri terhadap suaminya, yaitu mahar, nafkah, dan keadilan antara
sesama baik istri maupun suami. Ada juga yang hanya merupakan kewajiban istri
suami.
sama adalah saling mencintai dan memberikan kasih sayang antara suami istri.
Hak dan kewajiban tersebut tidak mungkin dilakukan secara sepihak, sebab
keduanya saling membutuhkan dan saling memberikan. Hak dan kewajiban inilah
Apabila itu suami istri tidak saling mencintai lagi maka tidak dapat
sayang antara suami istri termasuk salah satu dari sekian tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT sebagaimana yang tertuang dalam al-Qur’an surat ar-Rum (30) ayat
21. 9
9
Taufik Abdullah dkk,Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove),
JIlid 3.h.85
78
hukum hakim mempunyai dasar yang cukup kuat berdasarkan peraturan per
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa:
Depok Dan Pengadilan Agama Jakarta Timur sepanjang tahun 2009. Menjadi
b. Biaya berumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak.
itu sendiri untuk membina rumah tangga yang rukun masih lah kurang,
78
79
adalah untuk mendamaikan kedua belah pasangan suami istri yang bercerai
terjadi benar-benar sah, sehingga tidak ada lagi yang dirugikan. Dan Majlis
Dan yang terakhir adalah surat An-Nisa ayat 35. Oleh karena itu demi
Hakim.
ikatan perkawinan itu istri tidak halal lagi bagi suaminya, dan ini terjadi dalam
hal talak Raj’i, sedangkan dalam arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan
jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dan dua menjadi
satu menjadi hilang hak talak itu talak merupakan pemutus hubungan suami
80
dan istri serta hilanglah pula hak dan kewajiban sebagai suami istri. Meskipun
B. Saran
menyarankan:
2. Hak suami istri perlu perlu di sosialisasikan melalui khotib jum’at, kualiah
Arto, Mukti. Praktek perkara Perdata pada peradilan Agama, Jakarta: pustaka
pelajar,2003
As-Shan’ni, Muhammad ibn Ismail al Amir. Subul As-Salam Al Musholah ila Bulugh
Al Maram, Juz 3 Kairo: Dar Ibn Al Jauzi, 1428 H
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT.Ikhtiar baru Van
Hoeve,1997
81
82
Mulyani, Sri editor. Relasi suami istri dalam islam, Pusat studi wanita, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta : 2004
Rahman, Bakti A., Hukum Perkawinan menurut Hukum Islam,UU Perkawinan dan
Hukum Perdata, Jakarta, PT. Hidakarya Agung, 1981
Said, H.A Fuad. Perceraian dalam hukum Islam Jakarta : Pustaka Al-Husna,1993
Sayyid Salim bin Abu Mali, Fiqih Sunnah untuk Wanita, Al-I’Tisham, Jakarta : 2007
Soeroso, R. Praktek Hukum Acara Perdata: Tata Cara dan Proses Persidangan,
Jakarta: Sinar Gtafika,2004
83
PEDOMAN WAWANCARA
perceraian?
hutang istri?
5. Dalam hal tidak mampunya seorang suami dalam membayar hutang istri, menurut