Anda di halaman 1dari 7

BERZANJI

Berzanji atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad
saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran,
khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan
Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak,
remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia
yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Sejarah

Sejarah Barzanji

Nama Berzanji diambil dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin
Abdul Karim. Ia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji berasal dari
nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tersebut sebenarnya berjudul 'Iqd al-Jawahir
(Bahasa Arab, artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi
Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.

Tujuan membaca barzanji :

a. Mentaati atau mengikuti sunnahnya


“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka
tinggalkanlah” (QS. Al Hasyr : 7).
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu mendapat rahmat” (QS.Ali Imran : 132).

b. Meneladani Akhlaknya
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (QS. Al Ahzab : 21).
Bagaimana seorang pembaca barzanji mengetahui dan meneladani akhlak Rasulullah SAW kalau
barzanji itu dibaca dalam bahasa aslinya (Arab) baik pembaca maupun pendengar sama-sama
tidak mengerti arti kalimat-kalimat yang dibacanya. Tuntunan Allah SWT untuk mengenal dan
meneladani akhlak Rasulullah SAW adalah membaca dan memahami isi Al Qur’an karena dalam
Al Qur’anlah akhlak-akhlak Rasulullah SAW.
c. Membacakan salawat kepada Nabi
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi.Hai orang-orang yang
beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya” (QS. Al
Ahzab : 56).
Mengucapkan salawat pun tidaklah semaunya kita tetapi ada tuntunannya dari Nabi SAW dan
tidak terbatas waktunya yaitu nanti pada saat pembacaan kitab Al barzanji.
Bagi umat Islam yang memahami bahasa Arab, tentu mereka bisa memahami akhlak dan
kehidupan Rasulullah SAW.Dengan pemahaman itulah bisa saja meningkatkan kecintaannya
kepada Nabi.Itupun tidak boleh keluar dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dilihat dari
tujuannya, maka sesungguhnya barzanji itu baik yaitu meningkatkan kecintaan kepada Nabi
Muhammad SAW.Namun niat yang baik tidak bisa dijadikan dasar kebenaran suatu amalan.

Berdasarkan seruan Allah di atas,maka manfaat suatu amalan hendaknya dilihat dari dua
sisi,yaitu kepentingan akhirat dan kepentingan dunia.

1). Manfaat ukrawi (keakhiratan).


Manfaat ukrawi adalah dalam bentuk rahmat/berkah atau balasan pahala yang nantinya
(diakhirat) akan dinikmati.Suatu amalan akan diterima dan dibalasi oleh Allah bila memenuhi
dua syarat,yaitu amalan itu dilakukan semata-mata mengharap rahmat/ridho Allah (Ikhlas);dan
amalan itu memiliki dasar dan tutunan dalam syariat Allah yaitu Al Quran dan Hadist.Lalu
bagaimana dengan amalan barzanji,apakah memenuhi kedua syarat ini ?.
Barzanji,walaupun dilakukan dengan ikhlas,namun amalan ini tidak akan diterima oleh Allah
karena tidak memenuhi syarat yang kedua,yaitu tidak ada perintah dan tuntunan dari Rasulullah
untuk melakukan amalan itu.Karena barzannji itu ada jauh setelah meninggalnya Rasululah
SAW (1000 tahun).Rasulullah telah menyatakan bahwa,
”Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada atasnya syariat (perintah)
kami,maka tertolak”(HR.Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya agar,
“Jauhilah perkara baru yang diada-adakan (dalan urusan agama),karena setiap perkara baru yang
diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”dan pada hadist lain dikatakan”Setiap
kesesatan balasannya adalah neraka” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Jadi tidak ada rahmat,berkah maupun balasan yang diperoleh dari amalan barzaji,termasuk doa-
doa yang diucapkan di dalamnya tidak akan diterima oleh Allah.

2). Manfaat duniawi (keduniaan)


Manfaat duniawi adalah dalam bentuk materi,kesenangan dunia dan lainnya yang bisa diperoleh
dalam kehidupan di atas bumi ini.Secara dunia,manfaat yang bisa diperoleh dari amalan
barzanji,antara lain
– Terpenuhinya hawa nafsu,yatu nafsu makan setelah barzanji atau memperoleh sedikit sedekah
– Silaturrahim sesama warga masyarakat
– Pujian dari masyarakat sebgai orang yang setia pada tradisi nenek moyangnya.
– Kalaupun ada yang mengalami kemajuan secara materisetelah mengadakan barzanji, maka itu
adalah upaya setan untuk memperkuat persangkaannya bahwa barzanji dapat mendatangkan
berkah, sebagaimana yang ifirmankan Allah SWT.
Tetapi manfaat seperti diatas masih perlu dipertimbangkan mengingat resiko kalau kita
melakukan amalan bid’ah atau amalan baru yang diada-adakanapakah hanya dengan sesuap nasi
atau sepeser uang kita mau membeli neraka.Apalah arti pujian manusia kalau Allah dan rasul-
Nya membenci kita karena berpaling dari peringatan-peringatannya,karena mengikuti ajaran-
ajaran lain selain ajaran Allah dan rasul-Nya
MARHABAN
Pengertian Marhaban
Marhaban adalah tradisi seni Islam yang dilakukan sejak dari zaman Rasulullah SAW.
Pengertian Marhaban secara bahasa adalah berasal dari kata bahasa Arab yang artinya selamat
datang. Kata marhaban sama artinya dengan kata ahalan wa sahlan yang artinya juga selamat
datang. Sedangkan pengertian secara istilah marhaban adalah suatu bentuk pertunjukan seni
Islam dalam penyambutan sesuatu hal yang baru datang atau acara tertentu.

Isi bacaan Marhaban mengguinakan bahasa Arab yang memiliki makna selamat datang
kepada sang penerang cahaya iman dari gelapnya ke jahiliyahan zaman dahulu,sehingga semua
orang bersyukur kepada Allah atas di utusnya seorang pemimpin, siapakah dia ?, dia lah Nabi
kita yaitu nabi Muhammad Rasulullah SAW. Kemudian isi tersebut di sertai dengan pujia-pujian
terhadap Rasul berupa shalawat seperti. “shallallahu a’la Muhammad, Muhammad, Muhammad.
Shallallahu a’laihi wasallam, wasallam, wasalam” ada juga dengan “marhaban ayya ya umar
haban marhabayya ya ya umar haban, marahaban ya ya ya umar aba a am marhaban ya ya ya
umar haa baa aa aa”.

Marhaban di buat dengan berkelompok, tidak ditentukan berapa jumlahnya dengan


memiliki satu orang imam salah satu di antaranya dan yang lainnya sebagai makmum yang
menyambut lantunan dari imam. Tidak hanya laki-laki saja perempuan juga dapat membawakan
marhaban di acara tertentu yang anggotanya terdiri atas perempuan juga, proses marhaban
dilakukan dengan cara duduk awalnya yaitu pada saat imam membacakan rawi, kemudian di
lanjutkan dengan berdiri dan di ikuti seluruh peserta untuk berdiri sebagai tanda penghormatan,
biasanya para peserta acara ikut bersuara menambah meriahnya marhaban. Tak lama kemudian
peserta dipersilahkan untuk duduk dan pembawa marhaban tetap membawakan lagu marhaban
sampai lagunya selesai.

Asal-usul Marhaban

Asal mula marhaban telah ada dari sejak zaman Rasulullah SAW. Karena seyogya marhaban
dipersembahkan dan di tujukan kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai bentuk penghormatan,
tercatat dalam sejarah bahwa marhaban pertama kali dilakukan oleh kaum Anshor, yaitu kaum
Madinah yang menyambut kedatangan Rasulullah dengan baik. Pada saat kerasuluan Nabi
Muhammad SAW. yang ke-13, Rasulullah SAW hijrah bersama kaum Muhajirin ke Madinah
untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Kemudian dengan gembiranya kaum Ansor
menyambut kedatangan Rasul dengan sambutan lantunan lagu-lagu yang baik, antara lain
bunyinya sebagai berikut:
Marhaban ya Nurul aini
Marhaban Jaddal Husaini
thola’al badru a’laina
mintsani yatil wada’i
wajabassyukru a’laina
mintsaniyatil wada’i
jiktabil amril mutho’i
ayyuhal mab’utsufina
mada’a lillahi da’i

Sunnah Menyambut Kelahiran Bayi Dalam Islam

1. Mengazankan Bayi

Cara azan bayi baru lahir adalah pada telinga kanan bayi lelaki dan perempuan secara sederhana
laungannya. Antara manfaat azan adalah menanamkan benih keimanan dalam hati bayi sejak
kecil lagi.

Menurut Ustaz Muhammad Noor melalui Majalah Al-Ustaz, adapun amalan ini sebenarnya
dinilai sebagai hadis dhoif, para fuqaha mazhab Syafie, Hambali, dan Hanafi menggalakkan atas
dasar sebuah hadis sahih yang menyebutkan bahawa syaitan lari apabila mendengar suara azan.

2. Mentahnik

Mentahnik adalah meletakkan kurma yang telah dikunyahkan dan digosokkan ke lelangit bayi
baru lahir. Jika tidak mendapati kurma untuk mentahnik, maka boleh digantikan dengan yang
makanan lain yang manis seperti madu.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata.

“Anak lelakiku baru saja lahir, lantas aku membawanya kepada Rasulullah SAW. Sesampainya
di hadapannya, Baginda memberinya nama Ibrahim, lalu mentahniknya dengan kurma dan
memohonkan keberkatan baginya, setelah itu menyerahkan kembali bayi itu kepadaku.” (Hadis
Riwayat Bukhari Dan Muslim)

3. Menamakan Bayi Pada Hari Pertama Atau Ke-7

Sunat menamakan anak yang baharu lahir dengan nama yang elok dan membawa makna baik
kerana nama itu yang akan dipanggil di hari akhirat kelak.
Memberikan nama kepada anak seeloknya dibuat dengan memperhatikan makna dari nama
tersebut, bukan sekadar mengikut trend. Nama-nama yang dianjurkan adalah nama-nama
malaikat, nama para nabi serta nama-nama mudah dan ringkas agar ia tidak mengelirukan.

4. Mencukur Rambut

Mencukur rambut sebagai tanda permulaan kehidupan anak kecil sebagai manusia dan hamba di
sisi Allah. Dari segi kesihatan, ia dapat membersihkan saki baki kotoran pada kepala bayi semasa
di dalam rahim. Rambut yang dicukur kemudiannya akan ditimbangkan dan disedekahkan
dengan wang emas.

Selalunya majlis kenduri aqiqah diadakan sekali dengan majlis mencukur rambut yang orang kita
panggil ‘cukur jambul’. Perlu diingat, sunnahnya adalah mencukur keseluruhan rambut dan
bukanlah menggunting sedikit rambutnya. Elakkan melakukan amalan adat seperti menggunakan
buah kelapa, garam, beras dan bunga semasa mencukur rambut anak yang menyerupai
budaya Hindu.

5. Aqiqah

Aqiqah adalah ibadah menyembelih haiwan sebagai tanda syukur kepada Allah atas bayi yang
baru lahir. Hukumnya adalah sunat muakkad. Bagi yang mampu, bolehlah melakukan ibadah ini
buat bayi mereka dengan menyembelihkan 2 ekor kambing bayi bayi lelaki dan. 1 ekor kambing
bagi bayi perempuan. Ini selari dengan sebuah hadis:

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) kerana
kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk
perempuan satu kambing.” (Sanadnya Hasan, Hadis Riwayat Abu Dawud)

Tetapi jika ibu bapa tidak mampu melakukan aqiqah tersebut dalam masa terdekat, ia boleh
dilakukan sebelum aqil baligh si anak.

6. Bersunat

Terdapat banyak kebaikan bersunat dari segi kesihatan untuk lelaki mahupun perempuan.
Antaranya adalah mencegah penyakit berjangkit yang berkaitan dengan organ genital dan
melindungi syahwat.

Ada beberapa hadis Nabi S.A.W dan pandangan ulama tentang usia yang sesuai untuk khatankan
anak lelaki. Ada sebahagian besar ulama juga berpendapat, khatan wajar dilakukan semasa
anak lelaki meningkat umur baligh dan ada juga yang menganjurkan seawal kelahiran.
Contohnya:
Dari Saidatina Aisyah berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW telah mengkhatankan Hasan dan
Husin pada hari ketujuh kelahiran mereka berdua.” (HR; Imam al-Baihaqi dan al-Hakim)

Bagi bayi perempuan pula, kebanyakan doktor berpendapat umur seawal mungkin adalah yang
lebih sesuai. Selalunya, pasangan akan membawa bayi mereka untuk disunatkan selepas selesai
tempoh berpantang.

Meskipun ianya dikecam di sesetengah negara Barat, kita perlu faham bahawa apa yang
disunatkan oleh Islam adalah cara bersunat yang sekadarnya dan bukanlah berlebihan sehingga
menyebabkan kesakitan melampau, apatah lagi kecacatan anggota.

7. Sujud Syukur

Melakukan sujud syukur merupakan salah satu tanda kesyukuran kepada Allah apabila
dikurniakan sesuatu nikmat atau terlepas daripada bahaya.

Dari Abu Bakar RA, bahawa Nabi Muhammad SAW biasanya apabila menerima berita yang
mengembirakan Baginda terus sujud kepada Allah. (Riwayat Abu Dawud)

Anda mungkin juga menyukai