PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah seluruh penderita penyakit kulit maupun kelamin yang
berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi selama
periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2010 sejumlah 9.409
penderita, di antaranya terdapat penderita penyakit kulit akibat infeksi
sebanyak 3.154 orang (33,52%). Dari keseluruhan penyakit kulit
akibat infeksi, terdapat infeksi virus sejumlah 897 kasus (9,53%),
infeksi bakteri sejumlah 584 kasus (6,20%) dan infeksi jamur
superfisial sejumlah 1.673 kasus (17,78%). (Anggraeni, 2017).
Dermatofitosis merupakan mikosis superfisialis yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Jamur golongan
dermatofita dikelompokkan dalam 3 genus yaitu Trichophyton,
Microsporum, dan Epidermophyton. Enam spesies penyebab
dermatofitosis di Indonesia yaitu, Trichopython rubrum, Trcihophyton
mentagrophites, Microsporum canis, Microsporum gypseum,
Trichophyton concentricum, dan Epidermophyton floccosum. Jamur ini
mengeluarkan enzim keratinase sehingga mampu mencerna keratin
pada kuku,rambut dan starum korneum pada kulit. (Sutanto, 2008).
Penyakit jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur
golongan dermatofita dan golongan non dermatofita disebut
onikomikosis. Jamur dermatofita yang menginfeksi kuku disebut Tinea
unguium. Jamur dermatofita penyebab onikomikosis terbanyak adalah
Trichophyton rubrum sebesar 70% disusul Trichophyton
mentagrophites sebesar 19,8% dan Epidermophyton floccosum
sebesar 2,2%.(Imam,2008). Kelainan penyakit ini dapat mengenai
satu kuku atau lebih, permukaan kuku tidak rata, mudah rapuh atau
keras, warnanya kuning, kecoklatan, putih, hitam, dan kuku yang
terkena dapat terkikis. Penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu
1
2
melepas sepatu boots dan kaus kaki pada saat selesai melakukan
pekerjaannya di dalam kolam, sehingga jamur mudah menyerang
kuku.
Aktivitas yang dilakukan para pekerja budidaya ikan di Desa
Sukamaju Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis pada saat
melakukan pekerjaannya mereka cenderung mengabaikan tindakan
aseptis serta kurang menjaga kebersihan. Allah berfirman dalam Q.S
Al-Hajj (22): 29:
B. Rumusan Masalah
“Apakah terdapat jamur golongan dermatofita penyebab
onikomikosis pada kuku kaki pekerja budidaya ikan di Desa Sukamaju
Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
jamur golongan dermatofita penyebab onikomikosis pada kuku
pekerja budidaya ikan di Desa Sukamaju Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai jamur
dermatofita penyebab onikomikosis pada pekerja budidaya ikan.
2. Untuk Institusi
Untuk menambah kepustakaan bagi STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Untuk Pekerja Budidaya Ikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat, khususnya bagi para pekerja budidaya ikan
di Desa Sukamaju Kecamatan Beregbeg Kabupaten Ciamis
tentang jamur dermatofita penyebab onikomikosis.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan jamur penyebab
onikomikosis pernah dilakukan oleh Aidh Apriatna pada tahun 2016
tentang pemeriksaan jamur pada kuku kaki petani di Kelurahan
Kertajaya Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Dan pada tahun
2013 penelitian dilakukan oleh Dzikri Adi tentang pemeriksaan jamur
penyebab onikomikosis pada kuku kaki petani di Desa Madura
Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada variabel yang diteliti yaitu mengidentifikasi jamur penyebab
onikomikosis. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu objek penelitiannya berupa pekerja budidaya ikan,
tempat, dan waktu penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Jamur
a. Pengertian Jamur
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan
eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur
berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding
sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan
sebagian kecil dari selulosa atau kitosan. Gambaran tersebut
yang membedakan jamur dengan sel hewan dan sel
tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding sel,
sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa.
Jamur mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau
lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak
secara seksual, dan aseksual. (Sutanto dkk, 2008).
b. Sifat umum jamur
Semua jamur adalah organisme eukariotik dan masing-
masing sel jamur mempunyai sekurang-kurangnya satu inti,
membran inti, reticulum endoplasma, mitokondria, dan
apparatus sekresi. Kebanyakan jamur bersifat aerob obligat
atau fakultatif. (Jawetz, 2010).
Jamur bersifat heteropik yaitu organisme yang tidak
mempunyai klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan
sendiri melalui proses fotosintesis seperti tanaman. Untuk
hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal dari
hewan, tumbuh-tumbuhan, serangga dan lain-lain, kemudian
dengan menggunakan enzim zat organik tersebut diubah dan
dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian diserap oleh
jamur sebagai makanannya. Pada umumnya, jamur tumbuh
6
7
c. Morfologi jamur
1) Khamir (yeast=ragi), yaitu sel-sel berbentuk bulat, lonjong,
atau memanjang, berkembangbiak membentuk tunas.
Membentuk koloni yang basah dan berlendir serta tidak
bergerak. Ukuran khamir antara 5-10 µm. (Hasyimi, 2010)
2) Kapang (mold), yaitu terdiri atas sel-sel memanjang dan
bercabang yang disebut hifa. Hifa tersusun atas hifa
bersekat atau hifa tidak bersekat. (Hasyimi, 2010).
Kapang membentuk koloni yang menyerupai kapas
(cottony, woolly) atau padat (velvety, powdery, granular).
(Sutanto, 2008).
3) Bentuk dimorfik yaitu jamur yang memiliki bentuk antara
khamir dan kapang. Kadang-kadang khamir membentuk
tunas yang memanjang yang bertunas lagi pada ujungnya
secara menerus sehingga membentuk seperti hifa dengan
sekat-sekat. Dengan demikian disebut hifa semu. Hifa
semu yang menyusun suatu anyaman, maka anyamannya
disebut miselium semu.
Hifa, berdasarkan fungsinya dibagi atas:
a) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi untuk mengambil
makanan guna pertumbuhannya.
b) Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen.
c) Hifa reproduktif, yaitu berfungsi membentuk spora.
(Hasyimi, 2010)
Spora dapat dibentuk secara aseksual atau seksual.
Spora aseksual disebut talospora (thallospora), yaitu
spora yang langsung dibentuk dari hifa reproduktif
diantaranya:
a) Blastospora, yaitu spora yang bentuknya tunas pada
permukaan sel, ujung hifa semu atau pada sekat
(septum) hifa semu. Contoh: Candida.
9
berskauma di
tengahnya.
Gatal.
(Jawetz
dkk,2010).
(Jawetz
dkk,2010).
Microsporum
akan
berflourensi.
(Jawetz
dkk,2010).
(Jawetz dkk,
2010).
2. Kuku
a. Pengertian Kuku
Kuku terdiri dari bagian sel tanduk yang mengalami
modifikasi. Dasar kuku terdiri dari sel prickle yang mengalami
modifikasi dan melekat kuat. Warna kpada kuku diperoleh dari
darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis terutama
melanin (Zulkoni, 2010).
b. Anatomi Kuku
3. Onikomikosis
Onikomikosis adalah infeksi jamur superfisial yang
ditemukan di seluruh dunia. Di negara maju (industri) di dapat
angka insiden onikomikosis hingga 30% dari keseluruhan kejadian
infeksi jamur superfisial. Onikomikosis lebih sering terjadi pada
kuku jari kaki dari pada kuku jari tangan. Onikomikosis disebabkan
oleh jamur dermatofita sebesar 76%, oleh ragi (yeast) sebesar
13,5% dan kapang (mould) sebesar 5,5% dan sisanya 5% oleh
infeksi campuran.(Putra Imam, 2008). Penyakit jamur pada kuku
yang disebabkan oleh jamur dermatofita disebut tinea unguium.
Dermatofita adalah golongan jamur yang mempunyai sifat dapat
mencerna keratin. (Sutanto, 2008).
Berdasarkan sifat dan morfologinya, dermatofita dapat
dikelompokkan Dalam tiga genus, yaitu: Trichophyton,
Epidermophyton, dan Microsporum. Di Indonesia penyebab utama
dermatofitosis ada enam spesies, Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophites, Microsporum canis, Microsporum
gypseum, Trichophyton concentricum, dan Epidermophyton
floccosum. (Sutanto, 2008). Jamur dermatofita penyebab
onikomikosis terbanyak adalah Trichophyton rubrum sebesar 70%
disusul Trichophyton mentagrophites sebesar 19,8% dan
15
(a) (b)
b. Trichophyton mentagrophites
16
(a) (b)
c. Epidermophyton floccosum
17
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Koloni Epidermophyton floccosum pada media SDA
(b) Jamur Epidermophyton floccosum secara mikroskopis
(Sumber: Sukarni, 2008 dan Prianto, 2010).
kecoklatan.
18
(Anugrah, 2016)
B. Kerangka Konsep
Kuku pekerja
budidaya ikan
Onikomikosis
Keterangan:
: yang diteliti
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu hanya menggambarkan ada
atau tidaknya jamur dermatofita penyebab onikomikosis pada kuku
kaki pekerja budidaya ikan di Desa Sukamaju Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis.
23
24
terdapat
jamurT.rubrum,
T.mentagrophites,
E.floccosum pada
kultur SDA dan
pengamatan
mikroskopis.
permukaan
seperti tumpukan
kapas.
1. Populasi
Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah pekerja
budidaya ikan yang ada di Desa Sukamaju Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis dengan jumlah keseluruhan populasi pekerja
30 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menentukan
sampel dari ciri-ciri tertentu dan pertimbangan tertentu, sehingga
mempermudah peneliti untuk mendapatkan objek yang sedang di
teliti.
Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih yaitu, para pekerja
budidaya ikan di Desa Sukamaju Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis, yang mempunyai kuku kaki berwarna coklat,
kekuning-kuningan, mengeras dan rapuh. Sehingga sampel yang
diperoleh sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.
(Sugiyono, 2012).
Penentuan sampel ditentukan kriteria:
a. Kriteria Inklusi
1) Pekerja budidaya ikan yang ada di Desa Sukamaju
Kecamatan Baregbeg.
2) Pekerja budidaya ikan yang memiliki kriteria pemeriksaan
seperti kuku rusak, mudah rapuh, berwarna hitam,
berwarna kuning kecoklatan.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pekerja budidaya ikan yang tidak hadir di tempat pada
saat pengambilan sampel.
2) Pekerja budidaya ikan yang menolak atau mengundurkan
diri menjadi responden dalam penelitian ini.
D. Pengumpulan Data
27
2. Instrumen Penelitian
a. Alat
Tabel 3.2 Daftar Alat yang Digunakan Dalam Penelitian
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
4 Sterilisator - 1 buah
b. Bahan
Tabel 3.3 Daftar Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pre-analitik
a. Persiapan Pasien
1) Mencatat identitas pasien, seperti mencatat nama pasien,
umur, jenis kelamin.
2) Memperhatikan kondisi pasien, misalnya memperhatikan
kondisi kuku pasien apakah sesuai dengan kriteria seperti
mudah rapuh, tidak mengkilat, dan berubah warna.
3) Responden menandatangani lembar persetujuan
responden. Sebelumnya responden diberikan informasi
29
G. Etika Penelitian
31