Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKIOLITIS PADA ANAK

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Bronkiolitis

a. Pengertian

Bronkiolitis adalah suatu peradangan yang terjadi dengan adanya

edema atau pembengkakan pada mukosa, akumulasi sekret atau lender dan

debris seluler yang menyebabkan obstruksi sehingga terjadi penyempitan

lumen pada bronkiolus. (Suriadi, 2001)

Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang

sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering

pada usia 6 bulan. (Ngastiyah, 2005).

Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut

pada saluran nafas kecil (bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari

2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000).

b. Patofisiologi

1) Anatomi saluran nafas (Anonymous, 2010)


GAMBAR 1
ANATOMI SALURAN NAPAS

Organ-organ Pernapasan :

a) Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 (dua)

lubang ( kavum nasi), dipisahkan oleh sekat ( septum nasi). Di

dalamnya terdapat bulu–bulu yang berguna untuk menyaring

udara, debu dan kotoran–kotoran yang masuk ke dalam lubang

hidung.

b) Tekak (faring)

Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan.

Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung

dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.


c) Laring (pangkal tenggorok)

Merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentukan

suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal

tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok

yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang–tulang rawan

yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi

laring.

d) Trakea (batang tengkorak)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai

dengan 20 cincin yang terdiri dari tulang–tulang rawan yang

berbentuk sepeti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi

oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,

hanya bergerak ke arah luar. Yang memisahkan trakea menjadi

bronkus kiri dan kanan disebut karina.

e) Bronkus (cabang tenggorokan)

Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah yang

terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan ke V.

Mempunyai struktur serupa denga trakea dan dilapisi oleh jenis

sel sama. Bronkus bercabang–cabang, Percabangan ini berjalan

terus menjadi bronkus semakin kecil sampai akhirnya menjadi

bronkiolus terminalis.
f) Bronkiolus

Bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Pada bronkiolus tidak

terdapat cincin lagi, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga

ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah

sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar

udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara

ke tempat pertukaran gas paru.

g) Paru-Paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari

sel-sel epitel yang endotel. Jika dibentangkan luas

permukaannya ± 90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi

pertukaran udara. (Syaifuddin, 2002 dan SylviaA, 2006 hal 736)

2) Fisiologi Saluran Napas

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang

mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak

mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut

ekspirasi. Jadi dalam paru–paru terjadi pertukaran zat. Oksigen

ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan

dari darah secara osmose. Adapun guna dari pernapasan yaitu


mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk

pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang

dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan

melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri dari

suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar

bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa

mekanisme yang berperan memasukkan udara kedalam paru-paru

sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis

pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai

ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2

yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi

sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-

kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau

pernapasan internal.

Proses bernapas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas.

Satu kali bernapas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.

Bernapas diatur oleh otot-otot pernapasan yang terletak pada

sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila

muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu

mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan

rongga dada mengecil. Proses pernapasan ini terjadi karena adanya


perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru (Syaifuddin,

2002 hal 87-91).

Proses fisiologis pernapasan dimana oksigen dipindahkan

dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbon dioksida

dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.

Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas

ke dalam dan keluar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi

yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus

dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik

dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal

dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus

dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan

darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksidasi

untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk

sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-

paru. (Hidayat, 2006)

c. Etiologi

Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory

syncytial virus (50%). Penyebab lainnya ialah para influenza virus,

mycoplasma pneumonial, adenovirus. (Mansjoer, 2000)


d. Tanda dan Gejala

Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya

tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai

mengalami sesak napas, makin lama makin hebat. Pernapasan dangkal

atau cepat disertai dengan serangan batuk. Terlihat juga pernapasan

cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi

gelisah dan cyanosis. Pada pemeriksaan terdapat suara perlusi hipersonor,

ekspirasi memanjang disertai dengan mengi (wheezing). Ronchi nyaring

halus kadang-kadang terdengar pada akhir ekspirium atau pada

permulaan ekspirium. Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan

hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi hampir total.

Selain itu bronkiolus dapat menyebabkan cyanosis dan tidak dapat

makan. (Ngastiyah, 2005).

e. Proses Terjadi

Dengan adanya invasi virus ini, menyebabkan timbulnya suatu

peradangan sehingga terjadi edema atau pembengkakan pada mukosa,

akumulasi sekret atau lendir yang menyebabkan obstruksi saluran napas

sehingga terjadi penyempitan lumen pada bronkiolus. Dengan adanya

obstruksi akan meningkatkan resistensi pada jalan napas selama inspirasi

dan ekspirasi. Tetapi, karena radius saluran napas lebih kecil selama fase

ekspirasi maka terdapat mekanisme klep, sehingga udara akan


terperangkap. Hal ini akan menyebabkan hiperinflasi pada paru yang

merupakan akibat dari udara yang tidak terabsorpsi oleh karena terjadi

kontriksi dan dapat menyebabkan atelektasis. Proses ini juga

mengakibatkan ventilasi berkurang (Mansjoer, 2000).

f. Menurut Ngastiyah (2006) Komplikasi Bronkiolitis :

Bronkiolitis biasanya dapat menimbulkan komplikasi yaitu

atelektasis hipoksia dan gangguan asam basa (asidosis metabolik,

alkalosis respiratorik dan asidosis respiratorik).

g. Pemeriksaan Diagnostik (Mansjoer, 2000)

1) Foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis

2) Pemeriksaan darah, Hb dan Ht meningkat

3) Analisis gas adalah hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis

metabolik atau respiratorik.

h. Penatalaksanaan Medis (Mansjoer, 2000)

1) Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda

hipoksemia seperti: gelisah dan cyanosis.

2) Cairan intravena (IVFD) biasanya diperlukan campuran dektrose

10% : NaCl 0,9% = 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan

3) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :

a) Bronkiolitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/ hari,

letoramfenikol 75 mg/kg BB/hari)


b) Bronkolitis hospital base (Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari,

Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari)

4) Steroid: Dexamethason 0,5 mg/kgBB inisial, dilanjutkan 0,5

mg/kgBB/hari dibagi 3 - 4 dosis.

5) Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkiolitis

Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Bronkiolitis

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

yang mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan

riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan

diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Pengkajian adalah dasar

utama dari proses keperawatan. Pada tahap ini akan dilaksanakan

pengumpulan data, penganalisaan data, perumusan masalah dan diagnosa

keperawatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien,

Bronkiolitis adalah : tanda-tanda distres pernapasan (napas cepat, dyspnea,

retraksi otot dada, cuping hidung, cyanosis) selama fase akut, selain itu data

yang bisa didapat pada pasien bronkiolitis yaitu : data subyektif seperti :

orang tua mengeluh anaknya sesak napas, batuk, bernapas dengan cepat

(takipnea), tidak mau makan dan orang tua mengatakan khawatir dengan
keadaan anaknya. Data obyektif didapat data cyanosis, batuk-batuk, napas

cuping hidung, demam ringan, sering bersin dan banyak sekret, tidak dapat

makan, gangguan tidur, bernapas dengan cepat (takipnea, wheezing,

ronchi, retraksi otot dada) pada pemeriksaan darah Hb dan Ht meningkat,

foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual/potensial terhadap masalah kesehatan / proses

kehidupan. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.

Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan

menurut (Doengoes, 2000 dan Lynda Juall, 2000).

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan

meningkatnya produksi lendir.

2) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya

sekresi sekret.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang

tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan

menurunnya intake.

4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme anoreksia.


6) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

tentang kesehatan anak.

7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

mengenai perawatan anaknya.

8) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder

terhadap gangguan pernapasan.

b. Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik

yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh

perawat. Berdasarkan Griffth-Kenney Christensen prioritas dititkberatkan

pada masalah yang mengancam kehidupan dan kesehatan (Wartonah, 2006

hal 5) Maka dari itu ditemukan prioritas yaitu :

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan

meningkatnya produksi lendir.

2) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya

sekresi sekret.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang

tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan

menurunnya intake.

4) Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme, anoreksia.


6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder

terhadap gangguan pernapasan.

7) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi

8) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai perawatan anaknya.

Rencana perawatan adalah penetapan intervensi untuk mengurangi

menghilangkan dan mencegah masalah Keperawatan. Rencana

keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2000)

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan

meningkatnya produksi lendir.

a) Auskultasi area paru

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan.

b) Auskultasi bunyi napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan,

penggunaan otot bantu dan pergerakan otot.

Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dispnea dan gerakan

dada tidak simetris sering terjadi karena

ketidaknyamanan dinding dan cairan paru.

c) Observasi keabu-abuan menyeluruh dan cyanosis pada jaringan

hangat seperti daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah.

Rasional : menunjukkan hipoksemia sistemik


d) Beri posisi semi fowler/tinggikan kepala tempat tidur sesuai

kebutuhan toleransi pasien.

Rasional : Meningkatnya ekspansi dada maksimal membuat

mudah bernafas yang meningkatnya kenyamanan

pasien.

e) Kaji toleransi aktivitas

Rasional : Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea berat,

takikardia dan disritmia.

f) Observasi Vital sign terutama nadi

Rasional : Takikardi takipnea dan perubahan pada tekanan

darah terjadi dengan beratnya hipoksemia dan

asidosis.

g) Kolaborasi, awasi seri GDA/Nadi Oksimetri

Rasional : Hipoksemia ada berbagai derajat, tergantung pada

jumlah obstruksi jalan nafas, fungsi kardiopulmonal

dan ada / tidaknya syok.

h) Kolaborasi Pemberian oksigen

Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran

gas.

2) Bersihan Jalan Napas tak efektif berhubungan dengan meningkatnya

sekresi skret/lendir.
Tujuan : jalan napas efektif

Intervensi :

a) Auskultasi area paru

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan.

b) Auskultasi bunyi napas kaji frekuensi / kedalaman pernapasan dan

pergerakan dada.

Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada

tidak simetris, sering terjadi karena

ketidaknyamanan dinding dada dan cairan paru.

c) Observasi vital sign terutama respirasi tiap 8 jam.

Rasional : membantu mengetahui perkembangan pasien

d) Beri posisi fowler / semi fowler sesuai kebutuhan toleransi pasien

Rasional : memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat

serta menurunkan ketidaknyamanan dada.

e) Kolaborasi dalam pemeriksaan DL tiap hari

Rasional : mengetahui perkembangan kondisi pasien

f) Berikan minuman air hangat

Rasional : air hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

g) Delegatif atau kolaboratif dalam pemberian obat bronkodilator

sesuai indikasi
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

memobilisasi sekret.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan hilangnya cairan yang tanpa

disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya

intake.

Tujuan : cairan adekuat

Intervensi :

a) Kaji perubahan vital

Rasional : peningkatan suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

melalui evaporasi.

b) Observasi tanda-tanda dihidrasi yaitu tugor kulit, kelembaban

membran mukosa.

Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.

c) Memonitor intake dan output cairan

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian.

d) Berikan cairan parenteral

Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan

resiko dehidrasi.

4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : temperatur tubuh dalam batas normal (36-37oC)


Intevensi :

a) Memonitori suhu tubuh tiap 8 jam.

Rasional : peningkatan suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik.

b) Tingkatan intake cairan supaya adekuat

Rasional : peningkatan pemberian cairan menurunkan

peningkatan suhu tubuh.

c) Beri kompres hangat

Rasional : menurunkan suhu tubuh lewat vasodilatasi dan

pemindahan panas dari tubuh keluar tubuh.

d) Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai program

Rasional : digunakan sebagai alat penurun panas.

5) Perubahan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap

infeksi.

Tujuan : Nutrisi anak adekuat

Intervensi :

a) Identifikasi penyebab anoreksia

Rasional : pilihan intervensi tergantung penyebab masalah.

b) Beri makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat

Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan

mungkin lambat untuk kembali

c) Kaji kemampuan anak untuk makan


Rasional : mengetahui kemampuan anak dalam menghabiskan

makanan yang diberikan.

d) Observasi masukan makanan tiap hari

Rasional : mengetahui masukan kalori atau kualitas

kekurangan asupan makanan.

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi mal nukomsumsi

makanan

e) Delegatif dalam pemberian cairan IVFD

Rasional : Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien.

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder

terhadap gangguan pernapasan.

Tujuan : kebutuhan tidur pasien adekuat.

Intervensi:

a) Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.

Rasional : Mengkaji perlunya dan mengidentfikasi intervensi

yang tepat.

b) Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya: mandi

air hangat dan masase.

Rasional : Meningkatkan efek relaksasi.

c) Instruksikan tindakan relaksasi.


Rasional : Membantu menginduksi tidur.

d) Kurangi kebisingan dan lampu.

Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.

e) Dorong posisi nyaman , bantu dalam mengubah posisi.

Rasional : Pengubahan posisi mengubah area tekanan dan

meningkatkan istirahat.

7) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang

kesehatan anak

Tujuan : cemas berkurang

Intervensi :

a) Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan orang tua tentang penyakit

dan perawatan anaknya.

Rasional : Mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

menggunakan pengetahuan.

b) Beri HE tentang keadaan dan cara perawatan anaknya.

Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan

keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

c) Beri motivasi atau dorongan pada keluarga

Rasional : Meningkatkan proses belajar, meningkatkan

pengambilan keputusan dan mencegah ansietas

berhubungan dengan ketidaktahuan


d) Libatkan keluaraga dalam perawatan pasien

Rasional : Kelurga mengetahui cara perawatan pasien serta

keluarga kooperatif.

e) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Rasional : Informasi dapat meningkatkan koping keluarga

membantu menurunkan ansietas dan masalah

berlebihan.

8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai perawatan anaknya

Tujuan : keluarga tahu tentang penyakit anaknya

Intervensi :

a) Kaji tingkat pengetahuan orang tua, tentang penyakit dan perawatan

anak.

Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang

tua mengenai penyakit dan perawatan anak.

b) Beri HE tentang keadaan cara perawatan pasien

Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan

keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

c) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang

belum diketahui.

Rasional : keluarga bisa memperoleh informasi yang lebih

jelas.
d) Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada keluarga.

Rasional : mengetahui apakah keluarga sudah benar-benar

mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

c. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan

dengan rencana tindakan keperawatan. Implementasi adalah tahap ketiga

dari proses keperawatan di mana dilaksanakannya rencana keperawatan dan

aktivitas keperawatan yang telah ditentukan pada intervensi keperawatan.

d. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah : proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien.

Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan

adalah sesuai dengan rencana tujuan yaitu :

1) Pertukaran gas adekuat

2) Jalan napas efektif

3) Cairan adekuat

4) Suhu tubuh dalam batas normal (36-37oC)

5) Kebutuhan nutrisi terpenuhi

6) Kebutuhan tidur pasien adekuat

7) Ansietas berkurang / hilang

8) Orang tua paham tentang perawatan anaknya.


BAGAN 1
WEB OF CAUTION BRONKIOLITIS

Bronkiolitis

Respiratory Syntical Virus (RSV)

Menyerang saluran napas atas

Inflamasi Edema Akumulasi sekret / lendir

Suhu tubuh Obstruksi


meningkat Batuk Anoreksi
Konstriksi pada Pilek penurunan
bronkiolus selama Sesak berat badan
Hipertermi
ekspirasi / Ronchi
inspirasi Wheezing
Cairan tubuh Perubahan
nutrisi kurang
Hiperinflasi pada Bersihan dari kebutuhan
Mengalami
paru jalan nafas tubuh
penguapan
tak efektif
Atelektasis
Kekurangan
volume cairan
Kerusakan Ansietas Kurang
pertukaran gas pengetahuan
volume cairan
Hipoksemia

Hipoksia Gangguan
pola tidur
Terjadi asidosis
dan alkalosis

Sumber : Mansjoer (2000), Carpenito L.J. (2000)

Anda mungkin juga menyukai