Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke telah menjadi momok bagi masyarakat luas. Sekalipun stroke merupakan
penyakit yang cukup lama telah dikenal tetapi harus diakui sebagian besar dari kita
yang pesat, mungkin juga ada beberapa informasi baru yang belum kita ketahui. Kita
tahu bahwa stroke berarti terjadinya kelumpuhan setengah badan secara mendadak
yang disertai dengan gangguan bicara. Akan tetapi, masih ada banyak hal yang
mungkin belum kita pahami dengan benar dan utuh ( Junaidi Iskandar, 2011).
Berdasarkan data World Health Association (WHO, 2013), stroke menduduki urutan
kedua penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Terdapat sekitar
15 juta orang menderita stroke setiap tahun. Diantaranya ditemukan jumlah kematian
sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen.
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3
per 1000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per
1000 penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke pada masyarakat
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Data nasional yang dikeluarkan oleh
urutan pertama sebagai penyebab kematian untuk semua umur, dimana stroke menjdi
penyebab kematian terbanyak (15,4%) ( Depkes RI, 2008 dalam Aisyah.et al., 2012).
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke (Anies, 2006 dalam Alfica,
2015). Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan
1
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia verdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk (2010 dalam Alfica, 2015)
seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih beresiko terkena stroke.
Berdasarkan hasil penelitian hipertensi meningkatkan risiko 3,8 kali terkena stroke
(Sorganvi dkk, 2014). Individu berusia di atas 55 tahun mempunyai risiko terserang
stroke iskemik meningkst 2 kali lipat setiap dekade (Mahendra dkk, 2004 dalam
Alfica 2015). Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali beresiko
2
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Teoritis
Dengan melakukan penelitian ini, berharap agar semua bahan dan teori dapat
digunakan sebagai bahan rujukan yaang bemanfaat dan agar dapat digunakan
1.4.2 Aplikatif
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi
Menurut Junaidi Iskandar (2011) stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun
sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena; yang dapat
sembuh sempurna, sembuh cacat, atau kematian. Menurut Junaidi Iskandar (2011)
secara garis besarnya stroke dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu stroke
arteri otak.
4
2.1.2 Gejala dan Tanda Umum Terkena Stroke
Menurut Junaidi Iskandar (2011) serangan awal stroke umumnya berupa gangguan
kesadaran, tidak sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau
dalam bentuk lain. Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa
perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur, dan sebagainya. Pada
kekuatan otot dan koordinasi, dalam bentuk sulit berkonsentrasi dalam membaca atau
mendengar percakapan orang lain. Kemungkinan lain anda mendapat kesulitan dalam
atau mengambil/memegang gelas, pensil, sendok, dan garpu. Apa yang dipegang akan
jatuh. Gangguan lain berupa ketidakmampuan mengontrol buang air kecil, dan besar,
bernafas. Gejala awal lainnya termasuk hilangnya kekerasan otot, seperti jari-jari dan
tungkai yang terkulai, kaki menjadi kaku, dan kehilangan koordinasi gerakan. Apabila
gejala tersebut makin berat maka anda akan dirawat di Rumah Sakit. Sebagian besar
kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan keruskan otak dalam
Stroke bisa menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1 atau 2 hari
kemudian akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in revolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan priode stabil,
di mana perluasan jaringan otak yang mati berhenti sementara atau bahkan terjadi
beberapa perbaikan.
Gejala dan tanda penderita dengan stroke akut tergantung daerah otak mana yang
terkena. Secara garis besar otaak terdiri dari 3 bagian besar, yaitu :
5
a. Otak besar fungsinya berhubungan dengan fungsi intelektual yang lebih
halus.
tubuh.
darah).
Menurut Junaidi Iskandar (2011) stroke disebabkan oleh dua hal utama, yaitu
adanya dua atau lebih faktor risiko (multirisk factors), bukan hanya satu faktor.
Masyarakat menyangka bahwa makan sate kambing dan merokok sering dianggap
penyebab satu-satunya pemicu stroke. Pemicu stroke ini antara lain kecenderungan
menu harian berlemak, pola dan gaya hidup tidak sehat, ketidakmampuan beradaptasi
dengan stres, faktor hormonal (wanita menopause, penyakit gondok, penyakit anak
ginjal), dan kondisi kejiwaan (tempramen tipe A- tipe orang yang tidak sabar, terburu-
buru, selalu ingin cepat), dan seberapa banyak tubuh terpapar dengan radikal bebas
(free radicals-oksidan).
6
2.1.4 Faktor Risiko Stroke
Menurut Junaidi Iskandar (2011) faktor risiko adalah suatu faktor atau kondisi
tertentu yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor risiko
terkena stroke. Orang yang berwatak keras terbiasa cepat atau buru-buru,
d. Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke pada
a. Hipertensi.
i. Peminum alkohol.
j. Hiperhomocysteinemia
7
m. Obesitas/kegemukan.
o. Hiperkolesterolemia.
b. Homosistein tinggi.
c. Plasma fibrinogen.
g. Lipoprotein (a).
k. Dan setiap infeksi yang meningkatkan heat shock protein (HSP) yang
aterosklerosis.
Menurut Valery Feigin (2004), pencegahan terhadap kejadian stroke pada dasarnya
pencegahan sekunder. Pencegahan bersifat primer, jika penyakit stroke belum terjadi
8
sedangkan pada pencegahan sekunder dilakukan perawatan atau pengobatan terhadap
penyakit dasarnya.
a. Pencegahan Primer
hidup dalam segala hal, memodifikasi faktor risiko, dan kemudian bila
dianggap perlu baru dilakukan terapi dengan obat untuk mengatasi penyakit
dasarnya.
Menjalani gaya hidup sehat dengan pola makan sehat, istirahat cukup,
b. Pencegahan Sekunder
Penderita stroke biasanya banyak memiliki faktor risiko. Oleh karena itu
stroke sering kali berulang. Faktor-faktor risiko yang harus diobati, seperti:
tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung koroner, kadar kolestrol
LDL darah yang tinggi, kadar asam urat darah tinggi, kegemukan, perokok,
lain-lain.
Pada penderita TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara
atau stroke yang sembuh kurang dari 24 jam dengan gejala pingsan atau
lumpuh sebentar lalu pulih kembali, selain faktor risikonya diobati seperti:
kencing manis, kolestrol darah tinggi, fibrinogen tinggi, hematokrit tinggi, dan
lain-lain perlu diberikan obat anti agregasi trombosit, seperti: asetosal (aspirin)
9
dosis 80-200 mg sehari, tiklopidin dosis 2x250 mg sehari yang diberikan
dasarnya, seperti: penyakit jantung dan stroke dengan obat-obatan seperti: obat
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Hipertensi
tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin, tingkat
Ada dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Sebanyak
90% dari semua kasus hipertensi adalah hipertensi primer. Penyebab hipertensi primer
tidak jelas, beberapa teori menunjukkaan adanya faktor genetik, perubahan hormon,
penyakit ikutan dari penyakit yang sebelumnya diderita. Adapun penyakit pemicu
hipertensi sekunder diantaranya penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, pada
kelenjar gonok, efek obat-obatan, dan karena kelainan pembuluh darah, serta pda
10
2.1.8 Penyebab Hipertensi
Menurut Tambayong (2000) penyebab hipertensi yaitu obesitas, stres, diet tinggi
faktor tersebut antara lain adalah faktor keturunan, ciri perorangan dan kebiasaan
Beberapa faktor risiko stroke yaitu usia, jenis kelamin, hipertensi berdasarkan
Stroke
11
2.3 Kerangka Konsep
Hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian stroke. Oleh karena itu, penelitian
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2018. Faktor risiko stroke lainnya (usia, jenis
ingin mengetahui berapa besar risiko yang didapat pada individu hipertensi jika
variabel faktor risiko pada beberapa penelitian sebelumnya oleh Kristiyawati dkk
(2009), Gunawan (2007), Price dan Wilson (2006), Kabo (2008), Sallika (2010),
HIPERTENSI STROKE
Jenis Usia
Kelamin
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang kuantitatif atau yang dikuantitatifkan (Aprina, 2015 dalam Endiko 2017).
3.2.1 Tempat
3.2.2 Waktu
3.4.1 Populasi
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tekena hipertensi
3.4.2 Sampel
13
3.5 Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar angket tentang
yang diberikan secara langsung kepada responden dan di isi langsung oleh
responden.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ainal., et al (2015). Persepsi Pasien Stroke Tentang Dukungan Pasangan Di Banda Aceh.
Diakses tanggal 21 juni 2018, dalam
http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6536/5354.
Aisyah., et al (2012). Hubungan Umur, Jenis Kelamin, dan Hipertensi dengan Kejadian
Stroke. Diakses tanggal 8 Juli 2018, dalam
http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/article/view/182
Valery Feigin (2004). Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke:
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Anies (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek
Perilaku dan Lingkungan, dalam skripsi Alfica (2015). Hubungan Hipertensi Dengan
Kejadian Stroke Di Sulawesi Selatan Tahun 2013.
Aprina (2015). Jenis Penelitian, dalam skripsi Endiko (2017). Hubungan Pengetahuan
Remaja Putri Kelas XI tentang Kanker payudara dengan perilaku pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).
15