Anda di halaman 1dari 15

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X

Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

GUNUNG API PURBA PULAU NUNUKAN, KABUPATEN NUNUKAN,


PROVINSI KALIMANTAN UTARA

P. Asmoro1, S. Bronto1, M. Effendi1, I. Christiana, A. Zaennudin2


1
PSG – BG, Jl. Diponegoro 57 Bandung 40122
2
Pensiunan PVMBG – BG, Jl. Diponegoro 57 Bandung 40122

INTISARI
Pulau Nunukan adalah salah satu pulau terluar di Provinsi Kalimantan Utara. Di bagian Selatan
dan Barat merupakan daratan pulau Kalimantan yang dibatasi oleh Teluk Sebuku. Di bagian
Timur adalah Pulau Sebatik, yang merupakan daerah perbatasan dengan Malaysia. Secara
geografis, Pulau Nunukan terletak pada rentang koordinat 117o35’00” – 117o45’20” BT dan
3o58’00” - 4o9’00” LU. Nunukan tersusun oleh satuan batulempung tua yang terdiri dari
batulempung bersisipan batupasir yang mengandung fosil kayu, karbon dan lapisan lignit; satuan
batupasir kuarsa yang bagian bawahnya terdiri dari batuan gunung api dan bagian atas berupa
batupasir kuarsa bersisipan batulempung; satuan batulempung muda yang terdiri batulempung
bersisipan batupasir kuarsa dan mengandung nodul oksida besi dan fosil kayu; satuan
konglomerat yang terdiri dari batupasir kuarsa dan konglomerat berkomponen batupasir, rijang,
kuarsa dan batuan beku; endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir, fragmen batupasir,
fragmen batulempung dan lumpur. Satuan batuan tersebut membentuk morfologi pulau Nunukan
yang terdiri dari perbukitan dan membentuk punggungan berarah barat laut – tenggara, dikontrol
oleh arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Daerah Tanjungbatu dan Sei Apok merupakan
tempat tersingkap dan tersebarnya batuan gunungapi. Pulau Nunukan didasari oleh gunungapi
purba, dimulai dari tubuh gunungapi utama, yaitu gunung api purba Mambunut, membentuk
deretan bukit (hogback) berarah barat laut tenggara, terdiri dari aliran lava yang menyisip pada
satuan batupasir kuarsa. Gunung api tersebut mengalami penghancuran membentuk daerah
depresi. Di dalam daerah depresi tersebut tumbuh gunung api purba Sei Apok. Hasil aktifitasnya
terdiri dari aliran lava andesit basal, mikrodiorit, batuan terubah yang mengandung pirit, bunga
sulfur serta tuf. Di tempat lain tumbuh gunung api purba Tanjungbatu. Hasil erupsinya terdiri
dari beberapa aliran lava, endapan jatuhan piroklastik dan aglomerat, kemudian dilanjutkan
dengan tumbuhnya gunung api Panamas yang berbentuk bukit kecil, tersusun dari andesit basal
dan terubah sebagian. Semua gunungapi purba tersebut berada pada lingkungan delta – rawa,
sehingga selama masa aktifitasnya juga terjadi pengendapan sedimen. Hal tersebut
mengakibatkan hubungan antara batuan gunung api dan sedimen saling menjemari dan semua
tubuh gunung api yang ada tertutup oleh satuan batulempung muda. Fase akhir dari aktifitas
gunungapi purba adalah erupsi samping gunungapi purba Kampung Baru yang bersifat efusif
dari magma andesit basal membentuk bukit terisolir.

Kata kunci : Geologi, Gunung api purba, Nunukan

1. PENDAHULUAN
Pulau Nunukan adalah salah satu pulau terluar di Provinsi Kalimantan Utara dan merupakan
ibu kota kabupaten Nunukan terletak di pulau tersebut. Di sebelah selatan dan barat merupakan
daratan pulau Kalimantan yang dibatasi oleh Teluk Sebuku, sedangkan sebelah timurnya adalah P.
Sebatik yang merupakan pintu gerbang keluar masuknya imigran baik dari Indonesia maupun
Malaysia. Kedudukan geografis pulau Nunukan terletak pada koordinat 117o35’00” – 117o45’20”
BT dan 3o58’00” - 4o9’00” LU. Pulau tersebut dapat dicapai dari Jakarta dengan menggunakan
pesawat udara dan kapal laut melalui Tarakan.
Morfologi pulau Nunukan sebagian besar terdiri dari perbukitan dan sebagian kecil
pedataran dan pantai. Hampir keseluruhan pulau ditanami tanaman industri berupa kelapa sawit
dan ditutupi vegetasi alami berupa hutan bakau. Walaupun sebagian besar pulau Nunukan berupa
perbukitan, namun alur-alur sungai dan punggungannya tidak menunjukkan pola adanya kerucut
gunung api. Morfologi punggungan memiliki arah barat laut – tenggara yang dikontrol oleh arah
jurus dan kemiringan lapisan batuan. Pulau Nunukan sebagian besar dibentuk oleh batuan sedimen
yang terdiri dari konglomerat, batulanau, batupasir, yang diendapkan pada pada lingkungan delta,
dan sebagian berupa batuan gunung api. Menurut (Hidayat, S., dkk, 1995), batuan beku yang
terdapat di pulau Nunukan berupa retas dan sil, sedangkan batuan sedimennnya merupakan

70
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

Formasi Sajau dan Formasi Tabul. Formasi Sinjin sebagai endapan batuan gunung api tidak
tersebar di Pulau Nunukan.
Pesatnya pembangunan di Pulau Nunukan, khususnya adanya pembuatan jalan raya dan
maraknya penggalian batu, mengakibatkan tersingkapnya batuan sehingga mudah dijangkau.
Singkapan batuan gunung api yang dijumpai terdiri dari lapisan-lapisan endapan piroklastik,
aglomerat dan aliran lava. Kedudukan batuan gunung api tersebut terhadap batuan sedimen
umumnya saling menjemari, sebagian menerobos batuan sedimen, sebagian ditindih oleh endapan
konglomerat. Berdasarkan semua tampakan tersebut, batuan gunung api ditafsirkan sebagai produk
erupsi eksplosif dan efusif gunung api dari gunung api purba di daerah Nunukan.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan (tanda kotak)

2. GEOLOGI PULAU NUNUKAN


2.1. Morfologi
Pulau Nunukan mempunyai morfologi perbukitan yang melampar (sekitar 80 %), dikelilingi
oleh morfolgi pedataran, serta rawa hingga pantai (20%). Morfologi tersebut membentuk
punggungan memanjang berarah umum barat laut – tenggara, dibelah oleh sungai yang mengalir ke
arah barat laut melalui daerah pedataran dan rawa, dan akhirnya bermuara di Teluk Sebuku.
Perbukitan tersebut terdiri dari perbukitan bergelombang lemah, bergelombang sedang dan
bergelombang kuat. Perbukitan bergelombang lemah menduduki daerah timur laut dan tersusun
oleh satuan batulempung muda dan konglomerat. Perbukitan bergelombang kuat berada di bagian
tengah, merupakan perbukitan terjal dan puncak tertingginya adalah Bukit Tator; merupakan hulu
hampir semua sungai di sekitarnya. Perbukitan bergelombang kuat dibentuk oleh satuan batupasir
kuarsa hasil pengendapan delta. Perbukitan bergelombang sedang menduduki bagian barat daya,
dipisahkan oleh Sei Fatimah dan Sei Lancang dari perbukitan bergelombang kuat. Perbukitan
bergelombang sedang ini dibentuk oleh satuan batulempung tua. Perbukitan di daerah barat daya
menunjukkan pola punggungan dan alur-alur radial, namun kenyataannya bukit tersebut bukan sisa
kerucut gunung api, tetapi dibentuk oleh batuan sedimen yaitu batupasir kuarsa. Morfologi daerah
Tanjungbatu dan Sei Apok tempat tersingkap dan tersebarnya batuan gunung api tidak
menunjukkan morfologi gunung api, dan hanya menunjukkan pola yang tidak teratur dan berbeda
dengan pola umum di pulau Nunukan. Morfologi yang menunjukkan morfologi gunung api
terdapat di Kampung Baru dan berupa bukit terisolir.

71
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

KETERANGAN :
Hijau muda : bergelombang lemah
Hijau tua : bergelombang sedang
Kuning : bergelombang kuat
Merah : vulkanik
Kuning tua : batupasir

Gambar 2. Morfologi Pulau Nunukan

2.2. Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan tahun 1995 oleh
Hidayat, S, Amiruddin dan Satrianas, D, formasi di mana terdapat batuan beku adalah Formasi
Tabul yang terdiri dari perselingan batulempung, batulumpur, batupasir, batugamping dan batubara
di bagian atas, umumnya gampingan. Formasi ini berumur Miosen Akhir dan diendapkan pada
lingkungan delta sampai laut dangkal. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa bagian atas
Formasi tersebut dominan tersusun oleh batulempung dan konglomerat, bagian tengah tersusun
oleh batupasir kuarsa berstruktur silang siur, dan bagian bawah tersusun oleh perselingan
batulempung dan batupasir. Batuan gunung api dijumpai sebagai sisipan pada Formasi Tabul dan
Formasi Sajau.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang meliputi lintasan lokasi pengamatan
singkapan, deskripsi singkapan, pengukuran arah jurus dan kemiringan lapisan batuan, selanjutnya
dikelompokkan berdasarkan sifat fisik batuannya. Satuan batuan yang didapat didaerah Nunukan,
dengan susunan dari tua ke muda sebagai berikut :
1. Satuan batulempung tua
2. Satuan batupasir kuarsa
3. Satuan batulempung muda
4. Satuan konglomerat
5. Endapan aluvial

2.2.1.Satuan batulempung tua


Satuan ini merupakan batuan sedimen marine-delta, tersebar di bagian barat daya Pulau
Nunukan membentuk morfologi bergelombang sedang dengan punggungan bukit berarah barat
laut-tenggara. Batuannya tersusun atas batulempung bersisipan batupasir. Batulempung berwarna
abu-abu, masif dan berlapis, mengandung fosil kayu yang terisi oksida besi, umumnya
72
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

mengandung karbon dan lapisan lignit. Sisipan batupasirnya terdiri dari batupasir kuarsa memiliki
struktur laminasi dan silang siur. Batuan ini dikorelasikan dengan Fomasi Tabul yang berumur
Miosen Atas (Hidayat, S, dkk, 1995).

Gambar 3. Foto singkapan satuan batulempung tua di Sei Banjar

2.2.2.Satuan batupasir kuarsa


Batuan ini merupakan batuan sedimen marine-delta (dominan delta), bagian bawah disusun
oleh batuan gunung api, semakin ke atas dominan tersusun oleh batuan sedimen berupa batupasir
kuarsa yang kadangkala disisipi batulempung. Satuan ini tersebar di bagian tengah Pulau Nunukan,
membentuk morfologi bergelombang kuat berupa punggungan berarah barat laut-tenggara dengan
puncak tertinggi di pulau Nunukan. Batuan gunung api terdiri dari aliran lava andesit, basal,
aglomerat dan jatuhan piroklastik. Batuan sedimen sebagian besar terdiri dari batupasir kuarsa,
konglomerat dengan struktur silang siur, laminasi. Sebagian mengadung fragmen andesit,
sedangkan batulanaunya sebagai sisipan berwarna abu-abu, masif dan berlapis, mengandung
karbon dan nodul oksida besi. Batuan ini dikorelasikan dengan Fomasi Tabul yang berumur
Miosen Atas (Hidayat, S, dkk, 1995).

Gambar 4. Foto singkapan satuan batupasir kuarsa di Persemaian

2.2.3.Satuan batulempung muda


Batuan ini merupakan batuan sedimen marine-delta, tersebar di bagian timur laut pulau
Nunukan, membentuk morfologi bergelombang lemah dengan punggungan berarah barat laut-
tenggara. Bagian bawah terdiri dari sisipan-sisipan tipis batupasir kuarsa, berangsur ke bagian atas
berubah batulempung masif dan tebal. Batuan berwarna abu-abu, masif, mengandung nodul oksida
besi dan fosil kayu. Batuan ini tidak selaras ditindih oleh satuan konglomerat. Batuan ini
dikorelasikan dengan Fomasi Sajau yang berumur Plio-Plistosen (Hidayat, S, dkk, 1995).

73
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

Gambar 5. Foto singkapan satuan batulempung muda di daerah Sei Lisun

2.2.4.Satuan konglomerat
Batuan ini merupakan batuan sedimen fluvial, tersebar di daerah selatan, tenggara, timur
laut, hingga utara Pulau Nunukan, membentuk morfologi bergelombang lemah-sedang.
Batuan tersusun oleh batupasir kuarsa dan konglomerat, berlapis, memiliki ketebalan mulai
dari beberapa sentimeter hingga 5 meter. Fragmen konglomerat umumnya terdiri dari batupasir,
sebagian rijang, kuarsa dan batuan beku. Batuan ini dikorelasikan dengan Fomasi Sajau yang
berumur Plio-Plistosen (Hidayat, S, dkk, 1995).

Gambar 6. Foto singkapan satuan konglomerat di daerah Gang Limau

2.2.5. Endapan aluvial


Endapan ini tersusun oleh material lepas yang berukuran lempung hingga berangkal.
Penyusunnya adalah lempung, pasir, fragmen batupasir, fragmen batulempung dan lumpur.
Singkapannya menunjukkan tekstur klastik, terpilah buruk, tersingkap di dataran rendah menutup
batuan yang lebih tua dan menduduki satuan morfologi pedataran.

74
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

KETERANGAN :
Coklat : konglomerat
Hijau muda : batulempung
muda
Kuning : batupasir kuarsa
Hijau tua : batulempung tua

Gambar 7. Stratigrafi Pulau Nunukan

3. GUNUNG API PURBA PULAU NUNUKAN


Batuan yang terdapat di Pulau Nunukan adalah Satuan batulempung tua, Satuan batupasir
kuarsa, Satuan batulempung muda, Satuan konglomerat dan Endapan aluvial, yang merupakan
batuan sedimen marine-delta, sedangkan batuan gunung api berupa aliran lava, aglomerat dan
endapan piroklastik. Umumnya batuan gunung api dijumpai menyisip atau menjemari pada batuan
sedimen dan sebagian menerobos batulempung.
Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan gunung api yang dijumpai di Pulau Nunukan
terdapat di daerah Mambunut, Sei Apok, Tanjungbatu, Panamas, dan Kampungbaru, sehingga
lokasi-lokasi tersebut digunakan sebagai nama dari gunung api purbanya. Periode terbentuknya
dapat diurutkan dari tua ke muda sebagai berikut :
- Gunungapi purba Mambunut
- Gunungapi purba Sei Apok
- Gunungapi purba Tanjung Batu
- Gunungapi purba Panamas
- Gunungapi purba Kampungbaru

3.1. Gunung api purba Mambunut


Batuan berupa aliran lava andesit basal yang tersebar memanjang sekitar 5 km dari Gang
Limau hingga Mambunut. Kedudukan aliran lava ini menyisip pada batupasir kuarsa, memiliki
ketebalan 30 – 40 meter dan membentuk deretan bukit (hogback) berarah barat laut-tenggara.
Batuan segar berwarna abu-abu terang, lapuk berwarna cokelat, porfiritik halus, vesikuler, berkekar
lembar dan plat, masif, komposisi feldspar (1 mm, 20%), piroksen (1 mm, 5%), dalam masa dasar
afanitik. Kontak langsung dengan batuan di atas dan di bawahnya tidak jelas karena batuan dalam
kondisi lapuk. Namun lapisan batupasir yang terdapat dibawahnya menunjukkan arah dan

75
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

kemiringan lapisan N 310 0E/ 310. Hasil pengukuran ini sesuai dengah arah penyebaran aliran lava
tersebut.

Gambar 8. Lava andesit basal berbentuk hogback di Gang Limau

Gambar 9. Singkapan lava andesit basal di Gang Limau

Gambar 10. Singkapan lava andesit basal di Mambunut

3.2. Gunung api purba Sei Apok


Sebagian besar terdiri dari aliran lava andesit basal, sebagian lainnya terdiri dari mikrodiorit,
batuan terubah, dan tuf. Bagian bawah terdiri dari lava basal dan mikrodiorit, bagian atas berupa
batuan ubahan yang ditindih endapan jatuhan piroklastik dan batupasir kuarsa. Batuan terubahnya
mempunyai tebal sekitar 20 m, mengandung sisipan konglomerat pirit, dan pada permukaan lava
terubah tumbuh bunga sulfur.

76
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

Batuan segar berwarna abu-abu gelap, berkekar kolom dan lembar, porfiritik dengan fenokris
piroksen, olivin, plagioklas dalam masa dasar gelasan berbutir halus, berwarna abu-abu tua.
Jatuhan piroklastik terdiri dari butiran halus hingga kasar - lapili, berwarna abu-abu,
berlapis-lapis dengan ketebalan 2 cm – 10 cm, dan berwarna pink kemerahan.

Gambar 11. Singkapan lava andesit basal di Sei Apok (hilir)

Gambar 12. Bunga sulfur pada lava

Gambar 13. Singkapan lava andesit basal di Sei Apok (hulu)

3.3. Gunung api purba Tanjungbatu


Batuan gunung api yang dijumpai di Tanjungbatu tersebar dibagian utara Pulau Nunukan
membentuk morfologi bergelombang sedang. Penyebarannya relatif luas, meliputi daerah
Tanjungbatu hingga pantai. Batuan terdiri dari aliran lava dan endapan jatuhan piroklastik sebagai
hasil 3 kali periode erupsi. Periode erupsi pertama menghasilkan lava andesit, periode erupsi kedua
menghasilkan endapan jatuhan piroklastik, aglomerat dan lava basal, periode erupsi ketiga

77
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

menghasilkan lava basal. Diantara produk erupsi pertama dan kedua, serta kedua dan ketiga disisipi
batupasir kuarsa.
Periode erupsi pertama : Lava andesit, bagian atas terdiri lava andesit berstruktur kekar
meniang (columnar jointing) berwarna abu-abu terang, porfiritik dengan fenokris piroksen,
plagioklas, kuarsa, dalam masa dasar mikrolit kristal dan gelas vulkanik berwarna abu-abu terang.
Banyak terdapat “xenoliths” berukuran 0,3 – 5 cm dari batuan basalt. Bagian bawah masif setebal 7
m dan menindih langsung batulanuau karbonan, yang ditandai efek akar setebal 3 cm.

Gambar 14. Singkapan lava andesit (lava tertua) daerah Tanjungbatu

Periode erupsi kedua diawali dengan erupsi eksplosif dan dilanjutkan erupsi efusif yang
mengasilkan endapan jatuhan piroklastika yang terdiri dari tuf dan aglomerat, kemudian
dilanjutkan dengan erupsi efusif yang menghasilkan lava andesit basal. Endapan jatuhan piroklastik
berwarna abu-abu kehijauan, keras, padu, terpilah bagus-sedang, bagian lapuk menyerpih, bagian
permukaan kontak dengan batuan diatasnya tidak rata, tebal 10 – 120 cm. Aglomerat keadaan segar
berwarna abu-abu, kompak, rapuh, lapuk coklat, masif, klastik, ukuran butir 0,5 - 2 cm, bentuk
menyudut, kemas terbuka, sortasi buruk, fragmen andesit putih dan abu-abu, terdapat lapisan-
lapisan batupasir tidak menerus (lensa batupasir) dalam matriks batupasir vulkanik (lumpur
vulkanik), tebal 212 cm. Lava andesit basal, menindih endapan piroklastik, batuan berwarna abu-
abu tua, afanitik, telah terkekarkan kolom dan radial, porfiritik halus, dengan fenokris piroksen,
olivin, plagioklas dalam masa dasar gelasan berbutir halus. Di atas andesit lava basal ditindih oleh
batupasir kuarsa, putih, padu, keras, berukuran pasir halus – kasar, berwarna putih bila agak lapuk,
dan berwarna coklat terang bila masih segar, yang tersusun oleh kuarsa, gelas vulkanik, dan
feldspar.

Gambar 15. Singkapan batuan; Atas : andesit basal, Bawah : endapan piroklastik

78
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

Gambar 16. Singkapan aglomerat

Gambar 17. Kekar radial pada andesit basal (lava bantal)

Gambar 18. Singkapan sisipan batupasir kuarsa


Periode erupsi ketiga, adalah erupsi efusif, menghasilkan aliran lava basal, yang tersingkap
di laut Tanjungbatu memanjang kearah barat daya. Batuan berwarna abu-abu tua, afanitik, tersusun
oleh plagioklas, piroksen, olivin dan mineral gelap yang tertanam dalam masa dasar afanitik. Lava
ini telah terkekarkan yang terisi oleh silika dan mineral sekunder lainnya berwarna coklat bahkan
sebagian telah membentuk lempung berwarna coklat tua.

79
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

Gambar 19. Foto singkapan lava basal paling atas daerah Tanjungbatu

3.4. Gunung api purba Panamas


Batuan ini berupa andesit basal, membentuk bukit kecil di daerah Panamas, sebagian besar batuan
dalam kondisi lapuk membentuk struktur mengulit bawang, ketebalan singkapan sekitar 30 meter.
Keadaan lapuk berwarna coklat abu-abu dan keadaan segar berwarna abu-abu gelap agak
kehijauan. Batuan bertekstur porfiritik sedang, fenokris piroksen (warna hitam, sebagian warna
hijau terkloritkan), tertanam dalam massa dasar afanit. Sebagian dari batuan mengalami ubahan
hidrotermal, warna kuning cokelat, kaya silika, argilik, dan oksida besi.

Gambar 20. Foto singkapan andesit basal di Panamas

Gambar 21. Foto andesit basal terubah di Panamas

3.5. Gunung Api purba Kampungbaru


Gunung api purba Kampungbaru membentuk bukit terisolir, dikelilingi oleh batulanau, yang
puncaknya ditindih oleh endapan konglomerat. Batuan segar berwarna abu gelap kehitaman, masif,
tekstur porfiritik halus, dan struktur vesikuler. Fenokris terdiri dari piroksen berwarna hitam.
Struktur terobosan magma andesit basal terhadap satuan batulempung terlihat pada kontak batuan.

80
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

Sebagian batulanau ditindih oleh andesit basal dan di bagian lain batulanau terjebak dalam andesit
basal.

Gambar 22. Morfologi bukit terisolir Kampungbaru

Gambar 23. Singkapan batuan Kampungbaru (atas konglomerat, bawah andesit basal)

Gambar 24. Kiri : batulempung ditindih lava andesit basal. Kanan : batulempung terjebak dalam lava
andesit basal

81
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

1
4

1
KETERANGAN :
1
G.api purba Mambunut
2
G.api purba Sei Apok
3
G.api purba Tanjungbatu
4
G.api purba Panamas
5
G.api purba Kp.Baru

Gambar 25. Sebaran Gunung api purba Pulau Nunukan

4. PEMBAHASAN
Morfologi Pulau Nunukan sebagian besar terdiri dari perbukitan, diikuti pedataran, rawa
hingga pantai. Morfologi tersebut membentuk punggungan-punggungan memanjang berarah umum
barat laut – tenggara yang dikontrol oleh arah jurus dan kemiringan batuan. Umumnya daerah
tinggian dibentuk oleh lapisan-lapisan tebal batupasir kuarsa hasil pengendapan delta. Walaupun
perbukitan di daerah barat daya menunjukkan pola radial, namun kenyataannya bukit terebut
dibentuk oleh batuan sedimen (batupasir kuarsa). Morfologi di daerah barat laut menunjukkan pola
yang berbeda dengan pola umum morfologi di daerah tersebut. Kemungkinan morfologi ini
dipengaruhi oleh adanya kegiatan vulkanik purba.
Gunung api purba Mambunut memiliki kenampakan fisik batuan beku andesit basal, tebal
sekitar 30 – 40 m, porfiritik halus, dan vesikuler. Kekar lembar dan plat menunjukkan bahwa
batuan beku tersebut merupakan aliran lava. Singkapan membentuk deretan bukit berarah barat
laut-tenggara yang merupakan puncak-puncak hockbag searah dengan arah dan kemiringan lapisan
batuan, hal ini menunjukkan aliran lava. Kedudukan aliran lava ini menyisip pada batupasir kuarsa,
menunjukkan bahwa selama pengendapan batuan sedimen telah terjadi aktifitas efusif gunung api.
Berdasarkan tampakan di atas, kemungkinan aliran lava ini merupakan bagian tubuh utama dari
gunung api purba yang ada di daerah Nunukan.
Gunung api purba Sei Apok memiliki batuan yang umumnya terdiri dari aliran lava andesit
basaltik, menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan batuan beku luar atau batuan gunung api.
Kekar kolom juga menunjukkan aliran lava yang terjadi karena gaya lateral akibat pengerutan
selama pendinginan. Sedangkan ditemukannya mikrodiorit menunjukkan bahwa batuan tersebut
merupakan magma bagian dalam dari aliran lava yang mengalami diferensiasi. Dijumpainya batuan
terubah yang cukup tebal dan bunga sulfur pada permukaan lava menunjukkan bahwa lokasi

82
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

tersebut sebagai fasies sentral gunung api. Bidang erosi terlihat pada tampakan kontak dengan
batuan di atasnya, hal tersebut menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan bagian tubuh
gunung api yang dahulunya merupakan daerah tinggian, kemudian tererosi menjadi daerah
rendahan yang ahirnya di bagian permukaan diendapkan batuan sedimen. Dijumpainya batuan
piroklastik yang menumpang tidak selaras di atas aliran lava menunjukkan telah terjadi erupsi
eksplosif sesudah terjadinya erosi.
Keterangan dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa daerah Sei Apok merupakan fasies
pusat gunung api dan ditafsirkan sebagai tubuh gunung api yang tumbuh di dalam gunung api
utama.
Morfologi daerah Tanjungbatu tempat tersingkapnya andesit, andesit basal dan endapan
piroklastik menunjukkan pola yang berbeda dengan punggungan-punggungan yang berarah barat
laut – tenggara. Hal ini kemungkinan dibentuk oleh aktifitas gunung api purba yang ada di daerah
tersebut.
Bagian atas tersusun oleh andesit basal bertekstur porfiritik halus dan sedikit vesikuler, hal
tersebut menunjukkan bahwa batuan bekunya merupakan batu beku luar (aliran lava). Bentuk
rekah-rekah tidak teratur sangat umum pada batuan beku, hal tersebut dapat diakibatkan oleh
pendinginan cepat. Sedangkan kekar kolom dapat terjadi akibat pengerutan lateral akibat
pendinginan magma setelah pengendapan. Hal ini memperkuat bahwa andesit basal yang dijumpai
adalah aliran lava. Sedangkan kekar radial menunjukkan aliran lava berbentuk bantal (lava bantal),
di mana lava telah mengalir di lingkungan berair (rawa). Jadi berdasarkan semua sifat fisik diatas
(tekstur, struktur dan komposisi batuan) menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan aliran
dari magma andesit basal.
Bagian tengah tersusun oleh endapan jatuhan priokastik yang dijumpai berwarna abu-abu,
mempunyai tekstur klastik, berukuran butir dari pasir halus hingga kasar, bentuk butir menyudut,
terpilah bagus - sedang, berlapis dari 10 cm hingga 30 cm, komposisi umumnya litik andesit, basal,
gelas dan piroksen. Pada lapisan aglomerat ukuran butir 0,5 - 60 cm, bentuk menyudut tanggung -
menyudut, kemas terbuka, sortasi buruk, berlapis, tersusun dominan fragmen bom gunung api, litik
andesit dan basal, dan matriks abu gunung api. Kenampakan tersebut menunjukkan bahwa telah
terjadi erupsi eksplosif gunung api (lontaran piroklastik atau jatuhan piroklastik).
Adanya struktur gradasi dan fluviatil pada lapisan batupasir gunung api menunjukkan bahwa
batuan tersebut telah tersortasi, membentuk perlapisan pilihan positif yang terbentuk dalam media
air. Singkapan batuan di daerah Tanjungbatu dimana endapan jatuhan pirokastik ditindih secara
langsung oleh aliran lava andesit basal, tebal keseluruhan lebih dari 25 m, menunjukkan bahwa
batuan tersebut merupakan bagian tubuh dari strato gunung api purba, dengan sumber erupsi yang
relatif dekat.
Bagian paling bawah berupa lava andesit yang menumpang di atas batulanau karbonan dan
pada bagian kontak terbentuk efek bakar. Hal ini memperkuat bahwa batuan tersebut adalah aliran
lava, yang mengalir ke daerah rawa.
Gunung api purba Panamas terdiri dari batuan berupa andesit basal, porfiritik sedang,
membentuk bukit kecil di daerah Panamas, yang ditafsirkan sebagai sisa erosi dari bagian tubuh
dari gunung api. Sebagian dari batuan mengalami ubahan hidrotermal, menunjukkan bahwa batuan
tersebut terletak di fasies pusat suatu gunung api. Jadi Gunung api purba Panamas ditafsirkan
sebagai bagian tubuh gunung api purba yang terletak dalam fasies pusat atau sebagai dinding
kawah.
Gunung api purba Kampungbaru membentuk bukit terisolir yang dikelilingi oleh satuan
batulempung muda, menunjukkan bahwa sebagai hasil erupsi efusif gunung api. Batuan bertekstur
porfiritik halus dan struktur vesikuler menunjukkan batuan beku luar. Singkapan pada kontak
batuan, batulempung ditindih oleh andesit basal dan di bagian lain batulanau terjebak dalam andesit
basal, menunjukkan saling menjari atau adanya seretan, yang memperkuat bahwa batuan tersebut
adalah lava. Hasil pengukuran jurus dan kemiringan batuan di sebelah timur kontak batuan, tidak
mengalami perubahan arah dan jurusnya. Berdasarkan semua tampakan tersebut diinterpretaasiakan
bahwa batuan tersebut merupakan kubah lava.

83
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) ISSN : 1979 – 911X
Yogyakarta, 26 November 2016 eISSN : 2541 – 528X

5. KESIMPULAN
Pulau Nunukan didasari oleh gunungapi purba, dimulai dari tubuh gunungapi utama dan
paling tua serta paling besar adalah gunungapi purba Mambunut, kemudian mengalami
penghancuran membentuk daerah depresi yang luas. Selanjutnya di dalam daerah depresi tersebut
tumbuh gunungapi purba Sei Apok, gunung api purba Tanjungbatu, dan kemudian dilanjutkan
dengan tumbuhnya gunungapi Panamas. Semua gunungapi purba tersebut berada pada lingkungan
delta – rawa, sehingga selama masa aktifitasnya juga terjadi pengendapan sedimen, mengakibatkan
hubungan antara batuan gunung api dan sedimen saling menjemari. Fase akhir dari aktifitas gunung
api purba adalah erupsi samping gunungapi purba Kampung Baru, yang bersifat efusif dari magma
andesit basal dan membentuk bukit terisolir.

DAFTAR PUSTAKA
Billing, M. P., 1958, Structural Geology, Prentice Hill, Inc, Englewood cliff, New York.
Bouma, A.M., 1962, Sedimentary of flysh Deposits, Ensevier, Amsterdam.
Bronto, S, 2010. Geologi Gunungapi Purba, Publikasi Khusus, Badan Geologi, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Bandung.
Cas, R.A.F. and J.V. Wright, 1987, Volcanic successions, Modern and Ancient, Allen & Unwin,
London, 528.
Cox, K.G., J.D. Bell & R.J. Pankhurst, 1978, The interpretation of Igneous Rocks, George Allen &
Unwin, London, 450 p.
Fisher, R.V., 1966, Rocks composed of volcanic fragments, Earth Sci. Rev., 1, 287-298.
Fisher, R.V. and H.U. Schmincke, 1984, Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag, Berlin, 472.
Hidayat, S., Amiruddin, Satrianas, D, 1995, Geologi Lembar Tarakan dan Sebatik, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Macdonald, G. A., 1972, Volcanoes, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 510.
Lahee, F.H. 1961. Field Geology, Dallas, Texas.
Travis, B.R. 1955, Classification of Rocks, Quarterly of the Colorado School of Mines.

84

Anda mungkin juga menyukai