I. PENDAHULUAN
B. Pembelajaran Abad 21
1. Pembelajaran Holistik
Asal kata “holisme” diambil dari bahasa Yunani, holos, yang berarti semua
atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme sebagai sebuah kecenderungan
alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga sesuatu tersebut lebih besar
daripada sekedar gabungan-gabungan bagian hasil evolusi (Nobira: 2012).
Dasar Pendidikan holistik dengan sebutan 3R’s, singkatan dari relationship,
responsibility, dan reverence (Rubiyanto dan Dany Haryanto, 2010).
2. Pembelajaran Futuristik
Kelas menjadi arena bagi para siswa mencari ilmunya sendiri sesuai dengan
apa yang mereka butuhkan untuk mereka pelajari. Guru hanya memfasilitasi dengan
perpustkaan kelas, modul, buku teks, serta buku-buku pendukung, dan yang
terpenting akses internet, serta menyediakan beberapa PC untuk para siswa yang
tidak membawa laptop atau ipad.
Secara teori, jenis pembelajaran otomatis adalah hasil potensial dan kemungkinan
wajah pembelajaran elearning di masa mendatang.
5. Blended Learning
Blended learning adalah kombinasi instruksi dari dua model pengajaran dan
pembelajaran yang terpisah secara historis: sistem pembelajaran F2F tradisional
dan sistem pembelajaran terdistribusi.
Terdapat tiga teori untuk menjelaskan peran teknologi dan media dalam suatu
proses komunikasi pembelajaran. Pertama, apa yang disebut sebagai diterminisme
teknologi dan media, yaitu anggapan bahwa teknologi dan media adalah berperan
sangat menentukan dalam proses komunikasi pembelajaran.
Beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan
potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian Autentik
2. Penilaian Portofolio
3. Penilaian Tradisional
Oleh karena itu, sebenarnya masih banyak variabel yang harus dibenahi di
sekolah dalam menyelesaikan kendala ini, bukan hanya guru dan Kepala Sekolah.
Menurut saya ada 4 hal penting yang harus dipikirkan ke depan dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pertama, perlu peningkatan gaji guru di atas UMR yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Kalau pegawai pabrik, bangunan, dan lainnya memiliki gaji yang
standar UMR, maka mestinya profesi guru harus lebih dari standar penggajian
pegawai pabrik dan bangunan. Karena tugas dan tanggung jawab guru lebih berat.
Masa depan bangsa dan negara ini tergantung pada pendidikan dan berada di
pundak guru. Memang sekarang ada upaya pemerintah dalam mensejahterahkan
guru dengan memberikan tunjangan pendidikan, namun hal itu masih jauh dari
cukup khususnya untuk guru-guru swasta. Apalagi hal itu kadang terlambat dalam
realisasinya. Di samping itu, sulitnya persyaratan untuk mendapatkan sertifikat
pendidikan dan keharusan mengajar 24 jam. Hal ini jelas sangat memberatkan bagi
guru khususnya bagi guru swasta. Jika pemerintah ingin kinerja guru meningkat,
mestinya ada tunjangan peningkatan kinerja yang disusun berdasarkan kinerjanya
bukan dari hak dasar sebagai guru.
Ketiga, Perlu pengawasan secara intensif. Program sebaik apapun, jika tidak
dilakukan pengawasan maka tidak akan terealisir dengan baik. Dalam hasil
penelitian, tunjangan sertifikasi masih belum bisa meningkatkan kinerja guru secara
signifikan. Hal itu sebenarnya karena tidak ada pengawasan dan pembinaan saja.
Jika ada pembinaan dan pengawasan dari Dinas Pendidikan melalui pengawas pasti
ada peningkatan kinerja. Tapi kalau dilepas, memang akan sulit bisa meningkatkan
kinerja guru. Untuk itu diperlukan pengawas yang mencukupi di setiap daerah.
Sementara ini, memang di daerah pengawas masih kurang, sehingga jarang sekali
pengawas yang memberikan pembinaan dan pengawasan secara intensif ke
sekolah. Kuota pengawas perlu ditambah untuk setiap daerah,1 pengawas
menangani 5 sekolah, setiap hari mengawasi satu sekolah. Dengan pengawasan
intensif, sudah pasti peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dengan baik.
Keempat, Perlu sarana prasarana dan dana yang memadai. Semua program
yang harus dilakukan baik itu yang berkaitan dengan akademik, non akademik dan
penguatan karakter sangat membutuhkan adanya sarana prasarana dan dana yang
memadai. Ketimpangan pendidikan antara yang sangat maju dengan yang sangat
tertinggal terjadi karena ketimpangan sarana prasarana dan dana yang ada.
Karenanya, perlu pemerataan sarana prasarana di sekolah. Di sinilah peran
pengawas dan Kepala Dinas dibutuhkan dalam pemerataan sumbangan pemerintah
di daerah. Sementara ini, sumbangan-sumbangan pemerintah masih mengarah
pada sekolah-sekolah tertentu, yang notabene sudah maju. Tetapi masih belum bisa
menjangkau sekolah-sekolah kecil dan terpencil.
E. PENUTUP
Pendidik berperan sangat penting, karena sebaik apa pun kurikulum dan
sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu pendidik yang memenuhi syarat
maka semuanya akan sia-sia. pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki
kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang terstandar serta mampu
mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara profesional. Pola
pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana
guru banyak memberikan ceramah sedangkan siswa lebih banyak mendengar,
mencatat dan menghafal.