Anda di halaman 1dari 8

GURU DAN PEMBELAJARAN DI ABAD 21

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia,


yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi, sejalan
dengan perubahan kehidupan itu sendiri. Perubahan dalam arti perbaikan
pendidikan, pada semua aspek perlu terus menerus dilakukan. Pendidikan yang
mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang
mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu
menghadapi dan memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapinya.

Sebagai salah satu upaya mempersiapkan siswa menghadapi tuntutan abad


21, perlu kiranya konsep pembelajaran dan keterampilan yang mampu
menumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimilili oleh siswa. Melalui
keterampilan abad 21 ini, diharapkan peserta didik mampu mempraktekan
pengetahuannya untuk memahami dan memberikan solusi pada tantangan di dunia
nyata. Jika dilihat dari konteks tantangan ke depan, maka pembelajaran yang
berorientasi proses dan keaktifan siswa, serta pengembangan kompetensi dan
keterampilan baik yang bersifat soft skill maupun hard skill, sangat strategis dalam
mengantisipasi dan mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan kehidupan
yang semakin kompleks. Tentu saja untuk menyikapi hal tersebut, bukan tanpa
tantangan bagi pendidik dalam mengimplementasikanya. Hal ini yang menjadi
ketertarikan bagi penulis untuk menelisik dan mendeskripsikan lebih jauh,
bagaimana sebenarnya konsep pembelajaran dan keterampilan abad 21, sehingga
guru mampu berperan strategis dalam upaya mempersiapkan generasi mendatang,
agar mampu bersaing dalam kancah global abad 21.

Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita- cita bangsa,


yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan
yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui
pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas,
yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-
cita bangsanya (BSNP, 2010).
II. PEMBAHASAN
A. GURU DAN KESADARAN GLOBAL
1. Kesadaran Global Guru Abad 21

Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk kesadaran,


wawasan, dan perspektif peserta didik, karena melalui Pendidikan Global siswa
dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang berkaitan dengan masalah
global. Pendidikan global menawarkan suatu makna bahwa kita hidup di dalam
masyarakat manusia, suatu perkampungan global tempat manusia dihubungkan;
baik suku, maupun bangsa, dan batas negara tidak menjadi penghalang, merupakan
komunalitas dari perbedaan di antara orang-orang yang berbeda bangsa.

Hoopes (1997) menjelaskan bahwa Pendidikan Global memiliki 3 tujuan yaitu:

1. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa


kedaerahan dan kesukuan.

2. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa


untuk mendekatkan diri dengan keragaman global.

3. Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan memberikan


keterampilan analisis dan evaluasi yang luas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Global adalah


suatu pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan kesadaran siswa, bahwa
mereka hidup dan berada pada satu area global yang saling berkaitan.

2. Keterampilan Global Guru Abad 21

Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang


berkembang sangat cepat pada era globalisasi ini, maka individu perlu belajar
berkarya. guru memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat
menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu
mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.
Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup: (1) Keterampilan Berpikir Kritis;
(2) Kemampuan Menyelesaikan Masalah; (3) Komunikasi dan Kolaborasi; (4)
Kreativitas dan Inovasi; (5) Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi.

B. Pembelajaran Abad 21

1. Pembelajaran Holistik

Asal kata “holisme” diambil dari bahasa Yunani, holos, yang berarti semua
atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme sebagai sebuah kecenderungan
alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga sesuatu tersebut lebih besar
daripada sekedar gabungan-gabungan bagian hasil evolusi (Nobira: 2012).
Dasar Pendidikan holistik dengan sebutan 3R’s, singkatan dari relationship,
responsibility, dan reverence (Rubiyanto dan Dany Haryanto, 2010).

Tujuan Pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu


dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan,
demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

2. Pembelajaran Futuristik

Kelas menjadi arena bagi para siswa mencari ilmunya sendiri sesuai dengan
apa yang mereka butuhkan untuk mereka pelajari. Guru hanya memfasilitasi dengan
perpustkaan kelas, modul, buku teks, serta buku-buku pendukung, dan yang
terpenting akses internet, serta menyediakan beberapa PC untuk para siswa yang
tidak membawa laptop atau ipad.

Beberapa trend e-learning memberikan kita pandangan bagaimana peralatan


belajar dan e-learning di masa yang akan datang dibentuk.

3. Pembelajaran Berbasis Android

Pembelajaran berbasis android pada dasarnya bisa disebut sebagai microlearning.


Micro-learning berfokus pada desain aktivitas pembelajaran mikro melalui tahapan
mikro dalam lingkungan media digital, yang sudah menjadi realitas keseharian
pekerja pengetahuan dewasa ini. Kegiatan ini dapat dimasukkan ke dalam rutinitas
seharihari pelajar.

4. Pembelajaran Otomatis (Automatic Learning)

Secara teori, jenis pembelajaran otomatis adalah hasil potensial dan kemungkinan
wajah pembelajaran elearning di masa mendatang.

5. Blended Learning

Blended learning adalah kombinasi instruksi dari dua model pengajaran dan
pembelajaran yang terpisah secara historis: sistem pembelajaran F2F tradisional
dan sistem pembelajaran terdistribusi.

Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran pun kemudian juga mengikuti


perkembangan baru era masyarakat digital ini. Peran teknologi dan media kemudian
menjadi sangat besar dalam proses pembelajaran abad 21 dan berbagai
implikasinya. Semua itu kemudian mengubah hubungan antara guru, teknologi, dan
media dalam suatu proses pembelajaran.

Terdapat tiga teori untuk menjelaskan peran teknologi dan media dalam suatu
proses komunikasi pembelajaran. Pertama, apa yang disebut sebagai diterminisme
teknologi dan media, yaitu anggapan bahwa teknologi dan media adalah berperan
sangat menentukan dalam proses komunikasi pembelajaran.
Beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan
potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:

1) Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)

2) Personal Response System (PRS)

3) Mobile Assessment Tools

4) Community of Practice (Komunitas Praktik)

Berdasarkan hasil praktik penelitian tindakan kelas dalam periode waktu


tertentu Smaldino, S. E., dkk (2015: 23-24) menjelaskan bahwa ada 8 prinsip
pembelajaran yang efektif yaitu:

1. Mengkaji pengetahuan sebelumnya

2. Mempertimbangkan perbedaan individual

3. Sesuai dengan tujuan negara (state objectives)

4. Mengembangkan ketrampilan metakognisi

5. Memberikan interaksi sosial

6. Menggabungkan konteks yang realistik

7. Melibatkan siswa dalam konteks yang relevan

8. Pemberian umpan balik yang sering, tepat waktu, dan konstruktif.

C. Strategi pembelajaran abad ke 21

Haryono (2017: 431-432) mengemukakan bahwa guna mewujudkan model


pembelajaran yang relevan dan kondusif untuk menyiapkan siswa menjadi warga
negara masyarakat gobal yang melek informasi dan pengetahuan abad 21, maka
diperlukan strategi pembelajaran sebagai berikut.

a. Fokus pembelajaran pada praktik belajar lebih dalam (deeper learning)


dan belajar kemitraan baru.
b. Strategi pembelajaran mengaplikasikan strategi pedagogi yang
mendukung praktik deeper learning dan kemitraan baru.
c. Pembelajaran langsung ke arah model pembelajaran penemuan
(inquiry based model).
d. Pemanfaatan teknologi diarahkan pada upaya membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan teknologis sebagai bagian dari
kompetensi abad 21
e. Pendidikan informal dan belajar pengalaman berperan penting dalam
mengembangkan kompetensi peserta didik.
f. Assesmen dilakukan dengan pendekatan pedagogik transformatif.
g. Dukungan infrastruktur pembelajaran berperan penting dalam
pencapaian kompetensi abad 21.

menurut Saripudin (2015: 4-6) desain pembelajaran yang bisa dikembangkan


pada pembelajaran abad 21 diantaranya:

a. Project Based Learning

Buck Institute for Education mendefinisikan bahwa karakteristik pembelajaran project


base learning sebagai berikut:

1) Pembelajar membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja

2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya

3) Pembelajar merancang proses untuk mencapai hasil

4) Pembelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi


yang dikumpulkan 5) Melakukan evaluasi secara kontinyu

6) Pembelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan

7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya

8) Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

b. Project Oriented Learning

Project-oriented learning melibatkan pembelajar dalam suatu proyek misalnya


proyek tersebut berupa sebuah produk.

c. Problem Based Learning (Pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran


Berbasis Masalah)
d. Cooperative Learning Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif)

Adapun Tipe-tipe Cooperative Learning antara lain sebagai berikut: 1) Jigsaw 2)


NHT (Number Heads Together) 3) STAD (Student Teams Achievement Divisions)
4) TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) 5)
Think-Pair-Share 6) Picture and Picture 7) Problem Posing 8) Problem Solving 9)
Team Games Tournament(TGT) 10) Cooperative Integrated Reading and
Composition(CIRC) 11) Learning Cycle(Daur Belajar) 12) Cooperative Script(CS)

Smaldino (2015: 29-35) mengemukaka bahwa penilaian yang digunakan


pada pembelajaran abad 21 hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penilaian
efektif seperti pada jenis penilaian berikut.

1. Penilaian Autentik

2. Penilaian Portofolio
3. Penilaian Tradisional

D. TANTANGAN GURU ABAD 21

Pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus


berpusat pada siswa yang bersifat kaloboratif, kontekstual dan berintegrasi dengan
masyarakat. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru punya peranan penting
dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.

Namun masih banyak kendala – kendala yang berkaitan dengan mutu


pendidikan diantaranya keterbatasan SDM guru, akses pendidikan baik itu sarana
dan prasarana penunjang pendidikan, persoalan pemerataan guru serta sejumlah
kekurangan lainnya termasuk penumpukan jumlah guru di daerah perkotaan.

Oleh karena itu, sebenarnya masih banyak variabel yang harus dibenahi di
sekolah dalam menyelesaikan kendala ini, bukan hanya guru dan Kepala Sekolah.
Menurut saya ada 4 hal penting yang harus dipikirkan ke depan dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pertama, perlu peningkatan gaji guru di atas UMR yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Kalau pegawai pabrik, bangunan, dan lainnya memiliki gaji yang
standar UMR, maka mestinya profesi guru harus lebih dari standar penggajian
pegawai pabrik dan bangunan. Karena tugas dan tanggung jawab guru lebih berat.
Masa depan bangsa dan negara ini tergantung pada pendidikan dan berada di
pundak guru. Memang sekarang ada upaya pemerintah dalam mensejahterahkan
guru dengan memberikan tunjangan pendidikan, namun hal itu masih jauh dari
cukup khususnya untuk guru-guru swasta. Apalagi hal itu kadang terlambat dalam
realisasinya. Di samping itu, sulitnya persyaratan untuk mendapatkan sertifikat
pendidikan dan keharusan mengajar 24 jam. Hal ini jelas sangat memberatkan bagi
guru khususnya bagi guru swasta. Jika pemerintah ingin kinerja guru meningkat,
mestinya ada tunjangan peningkatan kinerja yang disusun berdasarkan kinerjanya
bukan dari hak dasar sebagai guru.

Kedua, Perlu pembinaan guru secara intensif khususnya di bidang


karakter. Pendidikan karakter di sekolah tidak akan terlaksana dengan baik, jika guru
dan Kepala Sekolahnya belum berkarakter. Pepatah Arab mengatakan : Orang yang
tidak memiliki sesuatu tidak mungkin bisa memberi sesuatu. Jadi apabila guru dan
Kepala Sekolah kurang berkarakter, mana mungkin dia bisa memberikan pendidikan
karakter kepada siswanya. Karenanya, jika kita ingin menekankan pada pendidikan
karakter di sekolah, kita harus melakukannya terlebih dahulu kepada guru dan
Kepala Sekolah. Untuk itu pembinaan guru dan Kepala Sekolah menjadi sangat
penting.

Ketiga, Perlu pengawasan secara intensif. Program sebaik apapun, jika tidak
dilakukan pengawasan maka tidak akan terealisir dengan baik. Dalam hasil
penelitian, tunjangan sertifikasi masih belum bisa meningkatkan kinerja guru secara
signifikan. Hal itu sebenarnya karena tidak ada pengawasan dan pembinaan saja.
Jika ada pembinaan dan pengawasan dari Dinas Pendidikan melalui pengawas pasti
ada peningkatan kinerja. Tapi kalau dilepas, memang akan sulit bisa meningkatkan
kinerja guru. Untuk itu diperlukan pengawas yang mencukupi di setiap daerah.
Sementara ini, memang di daerah pengawas masih kurang, sehingga jarang sekali
pengawas yang memberikan pembinaan dan pengawasan secara intensif ke
sekolah. Kuota pengawas perlu ditambah untuk setiap daerah,1 pengawas
menangani 5 sekolah, setiap hari mengawasi satu sekolah. Dengan pengawasan
intensif, sudah pasti peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dengan baik.

Keempat, Perlu sarana prasarana dan dana yang memadai. Semua program
yang harus dilakukan baik itu yang berkaitan dengan akademik, non akademik dan
penguatan karakter sangat membutuhkan adanya sarana prasarana dan dana yang
memadai. Ketimpangan pendidikan antara yang sangat maju dengan yang sangat
tertinggal terjadi karena ketimpangan sarana prasarana dan dana yang ada.
Karenanya, perlu pemerataan sarana prasarana di sekolah. Di sinilah peran
pengawas dan Kepala Dinas dibutuhkan dalam pemerataan sumbangan pemerintah
di daerah. Sementara ini, sumbangan-sumbangan pemerintah masih mengarah
pada sekolah-sekolah tertentu, yang notabene sudah maju. Tetapi masih belum bisa
menjangkau sekolah-sekolah kecil dan terpencil.

E. PENUTUP

Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di


masa yang lalu. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai
satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat
pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pendidik berperan sangat penting, karena sebaik apa pun kurikulum dan
sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu pendidik yang memenuhi syarat
maka semuanya akan sia-sia. pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki
kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang terstandar serta mampu
mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara profesional. Pola
pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana
guru banyak memberikan ceramah sedangkan siswa lebih banyak mendengar,
mencatat dan menghafal.

Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai satu


langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional, Dalam upaya
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat
belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial.
Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di
masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan
sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti- panti asuhan
untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai