(Bagas Oktarian Nim K4616023) Tugas Biomekanika Olahraga
(Bagas Oktarian Nim K4616023) Tugas Biomekanika Olahraga
(PP ATLETIK)
NIM : K4616023
2019
ANALISIS GERAK LARI SPRINT 60 METER SECARA BIOMEKANIKA
Abstrak
Abstrak: Lari cepat (sprint) adalah lari dimana atlet harus menempuh jarak dengan
kecepatan semaksimal mungkin. Kecepatan lari 60 meter adalah kemampuan lari untuk
menempuh jarak 60 meter dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sebuah analisis gerak
biomekanika dari salah satu cabang olahraga mempunyai peranan yang besar untuk
mengetahui peningkatan dan penurunan kecepatan. Banyak pelari (sprinter) meningkat
kecepatannya pada saat start, tetapi selanjutnya dipertengahan nilainya konstan atau
menurun. Ini artinya bahwa pelari melakukan percepatan pada awal pertandingan, dan
terjadi perlambatan menjelang finish. Subjek penelitian ini ada 2 orang, satu orang bukan
atlet (Pelari A) dan seorang lagi atlet (Pelari B). Pada hasil penelitian ini dapat dijelaskan
bahwa pelari A dan pelari B mengalami percepatan, yaitu penambahan kecepatan dan
perlambatan (pengurangan kecepatan) pada saat berlari. Penambahan percepatan pelari A
dari start sampai 20 meter yaitu dari 0 - 2,18 m/s² dan dari 2,18 - 2,45 m/s². Perlambatan
juga dialami pelari A pada jarak 30 sampai 40 meter yaitu dari 2,45 – 0,43 m/s² dan dari
0,43 – (-1,18) m/s². Setelah itu pelari A mengalami penambahan kecepatan yaitu pada
jarak 50 sampai 60 meter dari (-1,18) – 0,78 m/s² dan dari 0,78 -1,65 m/s². Pada pelari B
juga mengalami penambahan dan perlambatan. Penambahan kecepatan terjadi pada jarak
10 sampai 30 meter, berturut-turut percepatan dari 10 meter 2,52 – 8,19 – 8,54 m/s².
Perlambatan dialami pelari B pada jarak 40 meter yaitu dari 8,54 ke -6,09 m/s². Setelah itu
pelari B meningkat kecepatanya dari -6,09 ke 2,35 m/s². Menjelang finis penurunan
kecepatan terjadi yaitu dari 2,35 ke 1,23 m/s².
Setiap manusia menginginkan hidup dengan sehat. Arti hidup dengan sehat,
yaitu tidak hanya dapat bernafas tapi juga dapat bergerak, berbicara dan berpikir
Manusia dapat hidup dan bergerak serta berkembang biak karena adanya
kerja sama berbagai sistem dalam tubuh manusia. Sistem-sistem tersebut antara
digestivus, sistem saraf, sistem urinari, sistem endokrin, sistem reproduksi (Moore
Sistem saraf sangat penting karena sistem ini mengatur sistem-sistem yang
Untuk terjadinya lokomosi diperlukan kerja sama otot sebagai penggerak utama,
Lokomosi berarti gerakan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan
bekerja. Keadaan ini melibatkan penggunaan alat-alat yang melekat pada kaki
ataupun kendaraan. Lokomosi bisa terjadi di atas tanah atau dalam air. Setiap
et al, 2008).
Lari adalah pertandingan olah raga yang sangat popular dan juga sebagai olah
raga fitness. Namun lari memerlukan tubuh mengabsorpsi beban berulang yang
terus menerus, dan cidera lari umum terjadi. Beberapa pelari memerlukan
akibat lari. Faktor ekstrinsik yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya cidera
adalah: total volume lari dan perubahan volume atau intensitas lari secara tiba-tiba
2010b).
Biomekanik berfokus pada mekanika normal tiap bagian tubuh dan deviasi
nilai normal yang akan meningkatkan beban pada tubuh sehingga terjadi cidera.
Ini diakibatkan karena saat berlari terjadi perubahan postur tubuh dan pusat
gravitasi. Walaupun tiap pelari memiliki nilai ambang sendiri terhadap beban saat
berlari namun pronasi kaki berlebihan pada pelari akan mengakibatkan cidera
(anonym, 2010b).
PEMBAHASAN
lain: jenis kelamin, kekuatan, tenaga dan daya tahan suatu otot. Kekuatan otot
kg/cm2. Sementara kekuatan holding suatu otot 40% lebih besar daripada
Tenaga berbeda dengan kekuatan, karena tenaga adalah jumlah kerja total
yang dapat dilakukan oleh suatu otot dalam periode waktu tertentu. Selain
ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot, juga ditentukan oleh jarak kontraksi, dan
frekuensi kontraksi per menit. Tenaga otot ini dihitung dalam kgm/menit. Tenaga
maksimum otot yang dapat dicapai pada atlit terlatih bila seluruh otot berkerja
sebesar 7000 kg-m/menit, tenaga pada 1 menit berikutnya sebesar 4000 kg-
m/menit dan tenaga untuk 30 menit berikutnya adalah: 1700 kg/menit. Oleh
karena itu, pada lari 100 meter dapat ditempuh dalam waktu 10 detik. Kecepatan
lari pada jarak ini hanya 1,75 kali lebih besar daripada lari selama 30 menit
Daya tahan otot sangat tergantung dari nutrisi otot. Seseorang dengan diet
pada seseorang dengan diet tinggi karbohidrat (Guyton and Hall, 2000b).
Sementara efisiensi lari dipengaruhi antara lain oleh: stride length, kecepatan,
durasi, gaya dan beban saat berlari. Berlari mendaki bukit akan memiliki panjang
stride yang lebih pendek dan peningkatan rata-rata stride. Sedangkan stride length
ketika berlari menuruni bukit akan lebih panjang dan terjadi penurunan rata-rata
Kecepatan berlari pada tiap individu, memiliki kombinasi stride length dan
akan mengakibatkan peningkatan fleksi panggul dan lutut sehingga tubuh lebih
maju, durasi swing phase serta penurunan support phase (Bird, 2010).
Kecepatan lari merupakan hasil dari perkalian waktu dengan stride length (v
= d * t). Variasi dalam durasi atau stride length akan merubah percepatan lari.
Walaupun stride length yang meningkat adalah cara yang efektif untuk
peningkatan stride length, kekuatan tahanan akan meningkat pula. Ini merupakan
Bila kecepatan lari kurang lebih 6 menit/mil, sebuah siklus lari tercapai
dalam waktu kira-kira 0,7 detik. Waktu tersebut belum memasukkan waktu
kontak tungkai dengan tanah selama 0,22 detik (anonym, 2010 b).
Transisi ketika berlari umumnya timbul sekitar 2 m/detik dengan berbagai
Tidak ada pemicu yang jelas pada transisi antara berjalan dengan berlari atau
sebaliknya. Namun, telah disepakati bahwa gaya jalan seseorang dapat berubah
Bagaimana pun, dalam berlari, akibat besarnya peningkatan gaya horisontal, maka
Gambar 2.1 Gaya vertikal dan horisontal dalam berlari (Bird, 2010)
Seiring dengan peningkatan kecepatan saat berlari, jarak menurun sampai
mengurangi bagian tahanan dari fase support dan memberikan perhatian besar
menghilang seluruhnya. Penggunaan istilah driving phase pada fase support lari
Durasi setiap fase tergantung dari kecepatan berlari, misalnya pada jogging:
stance phase lebih cepat daripada swing phase. Pada lari jarak jauh, stance phase
sama dengan swing phase. Sementara pada lari sprint, durasi stance phase lebih
pendek bila dibandingkan dengan swing phase (Bird, 2010). Waktu yang
ditempuh pada support phase menurun sesuai dengan peningkatan kecepatan lari
Berlari mempunyai beban yang lebih besar daripada berjalan. Ini dapat
beban sebesar 60 % berat badan (Hughes, 2008). Beban pada posisi heel strike
adalah 2 kali berat badan. Sedangkan pada midstance adalah 3 kali berat badan.
Kompresi beban pada sendi-sendi kaki mencapai sampai 10 kali berat badan
Mechanical Analysis
cenderung lebih meningkat pada kecepatan yang lebih tinggi (Hughes, 2008).
Pelari yang baik memiliki stride length yang lebih besar pada setiap stride
daripada pelari yang buruk. Stride length ditentukan dari panjang kaki, range of
motion panggul dan kekuatan otot-otot ekstensor tungkai bawah yang membawa
tubuh ke depan, frekuensi nafas serta kelelahan (Hamilton et al, 2008; Hughes,
pusat gravitasi saat takeoff dan mendarat. Rata-rata stride pada berlari dipengaruhi
oleh kecepatan kontraksi otot dan ketrampilan pelari (Hamilton et al, 2008).
Pada berlari, seperti berjalan, tenaga yang digunakan untuk menghasilkan dan
eksternal, reaksi normal, friksi dan tahanan udara. Tidak ada kecepatan yang
optimal dalam berlari, karena energi yang diperlukan proporsional dengan kuadrat
percepatan. Oleh sebab itu, baik jogging maupun lari sprint, upaya ekonomi
merupakan tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai hal ini, pelari perlu
kecuali ada gaya (Hamilton et al, 2008). Gaya yang diperlukan untuk
2008).
2. Tubuh akan bergerak dalam garis lurus, kecuali bila dikendalikan oleh
besar kekuatan tungkai bawah maka semakin besar pula percepatan pelari
4. Berdasarkan hukum reaksi, setiap aksi memiliki reaksi yang seimbang dan
disediakan melalui reaksi gaya ke atas dan depan sebagai respons gerakan
kaki ke belakang dan bawah. Semakin kecil gaya vertikal, maka semakin
besar gaya horisontal atau gerakan. Pada lari yang efisien, gerakan vertikal
Pada berlari secara efisien, kaki harus menginjak tanah sedekat mungkin
dengan garis gravitasi, kekuatan reaksi untuk gaya dorong maju dan ke
maju, maka: lutut diangkat ke atas depan, dengan gerakan dari seluruh
internal paha, kaki dan tungkai bawah dilempar keluar (Wells, 1971).
stance phase sehingga terjadi ekstensi maksimal sendi lutut pada akhir
bawah digerakan lebih cepat agar lebih ekonomis. Lutut yang terangkat
2008).
yang diperlukan dan reaksi yang terjadi. Dengan memfleksikan lutut dan
Tenaga yang tidak diperlukan pada kontraksi otot yang cepat dihilangkan
Lari Sprint
Pada lari sprint, objeknya adalah horizontal velocity maksimum. Oleh karena
itu, pelari sprint umumnya menggunakan crouching start (Hamilton et al, 2008).
Pada posisi ini, daya tolak lebih mendekati arah horisontal. Demikian pula ketika
melakukan ekstensi panggul ketika panggul berada dalam keadaan ekstensi penuh
seperti pada berlari (Piscopo, 1981). Permulaan ini memungkinkan pelari untuk
start sprint, digunakan sepatu spiked dan rintangan awal. Pada awal lari sprint,
pelari menekan melawan tahanan awal yang difiksir pada jalan. Tahanan ini
mengaplikasikan gaya, yang akan menghasilkan impulse yang lebih kecil (Ft).
Selama fase percepatan, segera setelah start, gaya horisontal kaki secara perlahan-
lahan menghilang sampai pada level kecepatan yang konstan dapat dipertahankan,
dengan penurunan perlahan sudut inklinasi tubuh dan daya tolak lutut yang
dihasilkan dari ekstensi lutut perlahan, pada momen kontak kaki dengan tanah
sehingga sudut antara tubuh dengan panggul ialah antara 20 – 25o. Terjadi fleksi
lengan atas untuk memendekan jarak rotasi dan sebagai konsekuensinya, waktu
yang diperlukan untuk memompa mereka kembali dan seterusnya dapat dikurangi.
Untuk alasan yang sama, lutut difleksikan selama fase swinging ketika tungkai
bawah bergerak maju. Fase restraining pada berjalan dihilangkan karena kaki
length sampai optimal dan kecepatan gerakan tungkai bawah dihitung untuk
pada akhir pengungkit ketika percepatan angular sama. Seluruh pergerakan maju
dan mundur harus sedekat mungkin karena gerakan lateral lengan atas, tungkai
setiap stride dalam berlari, gravitasi dan energi kinetik tubuh diabsorpsi dan
Energi untuk terjadinya kontraksi otot dapat melalui 3 sistem, yaitu: sistem
asam laktat (anaerobik) dan sistem aerobik (Guyton and Hall, 2000b).
Gambar 2.4 Sumber energi untuk terjadinya kontraksi otot (Guyton and Hall,
2000b).
Energi menstimulasi produksi glukosa dan oksidasi makanan. Energi yang
diperlukan untuk berolah raga tergantung dari intensitas dan durasi olah raga.
Untuk olah raga dengan durasi yang pendek (10-15 detik), misalnya lari 100
meter, energi cukup berasal dari simpanan creatine phosphate dan ATP, yaitu
sekitar 50 kkal/menit (Berne and Levy, 2000; Guyton and Hall, 2000b).
Kontraksi otot tidak terjadi bila tidak terdapat ATP untuk membentuk energi
Ketika simpanan habis dan olah raga intensif masih berlanjut sampai 2 menit,
maka energi lebih banyak diperoleh secara anaerobik dari pemecahan glikogen
dalam otot menjadi glukosa 6 phosphate (Berne and Levy, 2000). Proses ini
disebut glikolisis (Guyton and Hall, 2000b). Tiap molekul glukosa pecah menjadi
2 molekul asam piruvat dan energi. Energi yang dihasilkan dari proses ini adalah
Normalnya, asam piruvat akan memasuki mitokondria sel otot dan bereaksi
dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak ATP. Namun karena kurangnya
oksigen pada tahap ini, maka banyak asam piruvat yang diubah menjadi asam
laktat. Asam ini kemudian berdifusi keluar sel dan kemudian berada dalam cairan
interstitial dan darah. Oleh karena itu, banyak glikogen otot yang menjadi asam
laktat. Dalam keadaan optimal, aktivitas otot maksimal dari sistem glikogen-asam
laktat ini adalah 1,3 – 1,6 menit. Energi yang berasal dari sistem glikogen laktat
dapat diubah kembali phosphocreatine dan ATP (Guyton and Hall, 2000b).
Pada sistem aerobik terjadi oksidasi zat-zat makanan dalam mitkondria untuk
menghasilkan energi. Energi tersebut merubah AMP dan ADP menjadi ATP.
Tabel 2.1 Perbandingan jumlah ATP yang dihasilkan pada setiap sumber energi
(Guyton and Hall, 2000b).
Tabel 2.2 Perbandingan daya tahan otot pada setiap sumber energi (Guyton and
Hall, 2000b).
sedangkan sitem aerobik diperlukan pada olah raga dengan durasi yang lama.
pada lari jarak menengah (200 - 800 m) (Guyton and Hall, 2000b).
Tabel 2.3 Penggunaan sumber energi untuk berbagai jenis olah raga (Guyton
and Hall, 2000b).
Gambar 2.5 Sumber-sumber energi untuk olah raga (Berne and Levy, 2000).
Setelah beberapa menit melakukan olah raga anaerobik, maka dihasilkan
dan ATP harus terdapat lagi di dalam otot dan jumlah oksigen dalam paru-paru,
cairan tubuh, myoglobin dan hemoglobin harus dilengkapi kembali hingga normal
(Berne and Levy, 2000). Pinjaman tersebut harus dikembalikan sebelum olah raga
merubah kembali asam laktat menjadi asam piruvat dan kemudian dioksidasi oleh
jaringan tubuh. Cara kedua adalah dengan merubah kembali asam laktat yang
tersisa menjadi glukosa terutama di hati (Berne and Levy, 2000; Guyton and Hall,
Gambar 2.6 Volume rata-rata oxygen depth pada sistem glikogen laktat dan
alaktat (Guyton and Hall, 2000b)
Gambar 2.7 Waktu yang diperlukan untuk pemulihan setelah berolah raga
(Guyton and Hall, 2000b).
Bagi olah raga dengan intensitas rendah tapi memiliki periode lebih panjang,
energi kurang lebih 12 kkal/menit (Berne and Levy, 2000). Metabolisme tubuh
pada pelari marathon meningkat sampat 2000% di atas normal (Guyton and Hall,
2000b).
dan tehnik yang tepat untuk meningkatkan ketrampilan tersebut agar gerakan
optimum dan energi minimal serta penggunaan otot-otot prime mover secara
suatu objek, misalnya seorang pelari akan kehilangan kecepatannya saat berada di
Prinsip selanjutnya adalah bahwa perlu dilakukan integrasi gerakan linier dan
angular agar tercipta pola gerakan yang optimum. Ini dapat terlihat melalui fleksi
dan ekstensi ekstremitas inferior dan kerja sama gerakan-gerakan tersebut dengan
Ini merupakan prinsip ketiga. Keadaan tersebut terbalik pada lari, dimana
Prinsip keempat menyatakan bahwa untuk setiap aksi, terdapat reaksi yang
seimbang dalam jumlah tapi berlawanan dalam arah. Hal tersebut dapat
yang seimbang dengan beban sehingga mengarahkan pelari maju ke depan dan
Gaya berlari dan berjalan serupa dan merupakan suatu ketrampilan dasar
yang kontinu. Satu kaki bergerak di depan kaki yang lain sementara lengan
bergerak dalam arah yang berlawanan secara sinkron. Tubuh harus sedikit maju
yang bagus akan mendistribusikan gaya gravitasi sehingga tidak ada satu pun
mendistribusikan gaya gravitasi saat berdiri tegak maupun saat berjalan dan
Pada bidang sagital, letak garis gravitasi saat berdiri tegak, yaitu melalui
extensor articulus genu dan tegangan pasif ligamen posterior genu tanpa
aktivitas otot.
gravitasi: mata, kulit, reseptor pada otot, sendi dan tendon (organ tendon golgi
Dari gambar di atas, didapatkan COG berada pada titik (7,2, 11,1). Pusat
ini berada sedikit di belakang tubuh. Hal ini dapat diakibatkan karena: pelari
berdiri dalam posisi terlalu tegak sehingga pusat gravitasi jatuh di belakang. Posisi
KESIMPULAN
3 sistem, yaitu sistem phosphagen, glycogen lactic acid dan aerobik. Kebutuhan
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-kesehatan-olahraga/article/view/2459/5556
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELATIHAN/196510171992031-
YADI_SUNARYADI/Biomekanika_Olahraga/Modul_2_sprint.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1be72fea78861a5dc5f079e08f2a2a99.p
df
http://www.latrobe.edu.au/podiatry/documents/podbiopdfs/BioofRunning.pdf/www.sportsi
njurybulletin.com/archive/biomechanics-running.html.
http://www.texastrack.com/coaching_article_5.htm.
http://moon.ouhsc.edu/dthompso/NAMICS/posture.html
http://www.texastrack.com/coaching_article_5.html.