PANDUAN
PANDUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut sering diabaikan oleh sebagian orang. Mereka
belum memahami bahwa rongga mulut menjadi salah satu akses masuknya
kualitas hidup seseorang (Kemenkes RI, 2014). Hasil survey Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 prevalensi masalah kesehatan gigi mulut
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan meliputi penanganan kegawatdaruratan berupa:
D. LANDASAN HUKUM
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut UPT Puskesmas Sukarasa dimulai
pada hari kerja,
1. Hari : Senin s.d Sabtu
2. Jam Pelayanan : 07.30 s.d 14.30
3. Petugas Pemberi Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut minimal 2 orang
dokter Gigi dan 2 orang Perawat Gigi. Jika dokter gigi pelaksana
berhalangan hadir, maka tugas dokter pelaksana didelegasikan kepada
perawat pelaksana. Perawat dapat berkonsultasi pada dokter melalui
telepon dan WA.
C. Jadwal Kegiatan
1. Pendaftaran Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Waktu pendaftaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut di mulai pukul
07.00 s.d 11.30 WIB
2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut di mulai Pukul 07.30 s.d 14.30
WIB, petugas pelasakana adalah dokter gigi dibantu dengan perawat gigi
D. Wewenang, tanggung jawab dan uraian tugas
1. Dokter Pelaksana Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Wewenang dan tanggungjawab
1) Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan kepada pasien
2) Memberi pengarahan dalam hal tatalaksana pelayanan kesehatan
gigi dan mulut kepada perawat gigi
3) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang dokter gigi
4) Menyusun rencana kerja dan kebijaksanaan teknis pelayanan
kesehatan gigi.
5) Menentukan pola dan tata cara kerja.
6) Melaksanakan pengawasan,pengendalian dan evaluasi kegiatan
pelayanan kesehatan gigi.
7) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan mutu
pelayanan kesehatan gigi.
b. Uraian tugas
1) Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi.
2) Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut preventif dan
kuratif
3) Mangisi rekam medik dengan lengkap
4) Merujuk pasein yang tidak dapat di tangani ke rumah sakit lain
yang memiliki fasilitas yang di perlukan
5) Mengikuti rapat yang di selenggarakan puskesmas
6) Mendelegasikan tugas dokter kepada perawat pelaksana jika
berhalangan hadir dan tidak dapat digantikan
7) Mengadakan kerjasama yang baik dengan unit lain.
8) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
2. Perawat Gigi
a. Wewenang dan tanggungjawab
1) Bertanggungjawab langsung kepada Dokter Gigi Puskesmas
Sukarasa
2) Meminta informasi dan konsultasi Dokter Gigi
3) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang perawat gigi
b. Uraian tugas
1) Menyipakan Alat dan ruangan sebelum pelayanan di mulai
2) Membantu Dokter Gigi dalam Pelayanan
3) Melaksanakan Dental Assistent
4) Memberikan Edukasi kepada Pasien yang berkunjung ke Ruang
Pelayanan Kesgilut
5) Memiliki perilaku yang baik
6) Mengerti tentang obat obatan yang tersedia Ruang Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut
7) Datang dan pulang tepat pada waktunya
8) Melakukan tugas dokter gigi sesuai dengan delegasinya
9) Mengantarkan pasein yang hendaka di konsultasikan kepada unit
pelayanan lain
10) Mengikuti rapat yang di selenggarakan puskesmas
11) Menerima delegasi tugas dokter dan apoteker jika berhalangan
hadir dan tidak dapat digantikan
12) Mengisi register pasien harian
13) Mengisi SIKDA dan Pcare
14) Membuatkan rujukan kepada pasien untuk tindakan yang tidak
dapat dilakukan di Puskesmas
15) Memeriksa ketersediaan BMHP, dan alat Gigi lalu melaporkannya
16) Mengadakan kerjasama yang baik dengan unit lain.
17) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
1) Kelengkapan ruangan
a. Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
1) Meja (3buah)
2) Kursi pasien (3 buah)
3) Lemari obat, peralatan, dan BMHP (3 buah)
4) Lemari dokumen dan Tas (2 buah )
5) Dental Unit (2 buah)
6) Wastafel (2 buah)
7) Lap kering (2 buah)
8) Sabun cuci tangan (1 buah)
9) Tissue (1 buah)
10) Tempat sampah medis (1 buah)
11) Tempat sampah non medis (2 buah)
12) Safety Box (2 buah)
13) Penerangan (2 buah)
14) Rak susun dokumen ( 2 buah)
15) Ballpoint ( 4 buah)
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup kegiatan
1. Pelayanan Preventif
2. Pelayanan Kuratif
3. Pelayanan Konsultasi Ibu Hamil K1
4. Pengisian informed consent
5. Pelayanan rujukan
B. Metode
1. Pelayanan Preventif
Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi
Perangkat kerja : Dental unit, Oral Diagnostic set, scaler, bahan TAF, rekam medik, ATK
2. Pelayanan Kuratif
Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi
Perangkat kerja : Dental unit, Oral Diagnostic set, rekam medik, ATK, set alat + bahan
penambalan, set alat + bahan pencabutan
3. Pelayanan Konsultasi Ibu Hamil K1
Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi
Perangkat kerja : Dental unit, Oral Diagnostic set, rekam medik, ATK
4. Pengisian informed consent
Petugas penanggung jawab : Perawat Gigi
Perangkat kerja : formulir inform consent tindakan
5. Pelayanan rujukan
Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi
Perangkat kerja : Rekam Medik, Pcare
C. Langkah kegiatan
1. Tatalaksana Pelayanan Preventif
Tatalaksana pelayanan preventif adalah sebagai berikut :
a. Pasien melakukan pendaftran di bagian pendaftaran
b. Dokter gigi/perawat gigi melaksanakan pemanggilan pasien berdasarkan nomor urut
pasien
c. Dokter gigi/perawat gigi melakukan identifikasi pasien
d. Dokter gigi/perawat gigi melakukan tindakan scalling atau pengaplikasian PP-ACP
e. Dokter gigi/perawat gigi memberikan edukasi agar pasien melaksanakan kunjungan
rutin minimal /6bulan
f. Dokter gigi/perawat gigi menulis rekam medis dengan lengkap
LOGISTIK
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Pembuatan rencana tindak lanjut
5. Implementasi tindak lanjut
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah KTD yang tidak dapat dicegah
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
Mutakhir
Near Miss :
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”
Kesalahan Medis
Medical Errors:
kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien
Kejadian Sentinel
Sentinel Event :
KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian
yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh
yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
3. Mengobservasi keadaan umum pasien
4. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada Buku “ Pelaporan Insiden Keselamatan”
5. Melaporkan kejadian kepada Tim mutu dalam waktu 2X 24 jam
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang
dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus
baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan
kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik,
penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di Ruang Gigi UPT Puskesmas Sukarasa dalam
memberikan pelayanan adalah tindakan yang diberikan kepada pasien 90 % dilaksanakan oleh
Dokter Gigi, diharpakan tidak terjadinya kegagalan dalam tindakan yang dilakukan. Dalam
pelaksanaan indikator mutu menggunakan odontogram dan format register harian dan dievaluasi
setiap bulan pada penanggung jawab mutu.
BAB VII
PENUTUP
Demikian Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas Sukarasa
ini dibuat. Pedoman akan dievaluasi setiap dalam jangka waktu yang akan ditentukan. Revisi
pedoman akan dilakukan jika kedepannya ditemukan perubahan baik dalam hal tata naskah
maupun isi pedoman ini.
Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas
Sukarasa, diharapkan dapat membantu pelaksana dalam melakukan pelayanan di Ruang gigi
setiap harinya.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : Januari 2019
Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Sukarasa
NIP.197702082006042020