PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
A. Latar Belakang
Setiap individu hidup akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Salah
satu perubahan dan perkembangan yang dilaluinya yaitu perubahan dan perkembangan
saat memasuki masa remaja. Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai
mencoba untuk mengeksplorasi dirinya dan mencoba untuk memulai mencari jati diri.
Individu dimasa remaja belum memiliki pendirian yang teguh. Guna mencapai dan
memiliki pendirian yang teguh setiap individu akan melakukan dan mecoba berbagai
macam pengalaman serta berusaha mencari apa yang sebenarnya individu tersebut
butuhkan atau individu tersebut cari untuk bertahan hidup serta mampu menyesuaikan
dirinya untuk dapat diterima secara social. Masa remaja selain menjadi masa untuk
mencari jati diri juga menjadi masa dimana individu ingin mencoba mempelajari dan
mencoba suatu ilmu yang baru hingga individu tersebut menemukan manfaat yang
1
2
Dimasa remaja awal arus perubahan yang terjadi dalam era saat ini sangat mudah
mampu mengakses segala informasi baru yang berasal dari dalam maupun luar negri.
Perubahan zaman sangat terlihat jelas dari adanya perubahan gaya berpakaian, gaya
bicara, pola pikir, serta gaya hidup. Antusiasme remaja awal sangat berpengaruh dalam
perubahan yang terjadi. Kemajuan dan perkembangan IPTEK membuat informasi baru
remaja mengikuti atau mencontoh apa yang dilihat dari telpon genggam seperti
pertama karena melakukan challenge, dan saat diwawancara oleh pihak kepolisian dan
sekolah, pelaku yang termasuk teman dari korban mengaku bahwa remaja tersebut
melakukan hal tresebut karena melihatnya dari telpon genggam melalui jaringan
internet.
Saat ini, sudah banyak remaja awal seperti siswa/siswi SMP maupun SMA yang
yang sedang terjadi. Tidak menutupi kemungkina yang remaja lihat di internet
semuanya berupa hal positive, hal negative pun dapat dengan mudah dilihat para
remaja.
3
telpon genggam bagi remaja. Hal positive yang bisa di dapatkan dari penggunaan
telpon genggam dengan tersedia jaringan internet yaitu remaja atau siswa/siswi dapat
dengan mudah mengerjakan tugas yang diberikan dari sekolah jika memang
jaringan internet hal positive lainnya yang bisa remaja atau siswa/siswi dapatkan adalah
agar remaja atau siswa/siswi mengenal dan mengetahui perkembangan jaman yang
semakin maju untuk menambah wawasan. Disamping hal positive, hal negative juga
dapat dengan mudah diakses para remaja yang menggunakan telpon genggam, seperti
tersebarnya video-video yang tidak layak dilihat oleh para remaja, kekerasan, bullying,
kepribadian, dan perilaku remaja. Peran keluarga, guru, dan orang dewasa disekeliling
remaja tersebut sangat dibutuhkan. Apabila orang tua memberikan batasan kepada anak
dilingkungan sosialnya anak akan. Apabila remaja tersebut sudah mampu memilah dan
menyaring informasi yang tersedia di internet, maka dampak positive akan di dapatkan,
tetapi jika remaja dibebaskan tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau orang
dewasa disekelilingnya, maka dampak negative yang akan diterima oleh remaja
4
tersebut sehingga remaja tersebut berpotensi memiliki perilaku yang tidak baik dan
berbagai perilaku yang tidak dapat diterima secara social sampai tindakan criminal
(dalam Eviyah, Evi dan Muhammad Farid, 2014;126). Segala perilaku yang dilakukan
oleh remaja yang tidak dapat diterima secara social dan tidak sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam suatu lingkungan dapat dikatakan sebagai perilaku
kenakalan remaja. Masa remaja dimana masa transisi dari anak-anak menuju dewasa
akan mengalami perubahan selain fisik juga psikis. Usia anak-anak saat remaja ini
sudah tidak memandang dirinya dibawah orang dewasa tetapi setara dengan orang
dewasa lainnya. Remaja merasa memiliki hak yang sama dengan orang dewasa
disekelilingnya, sehingga apabila remaja yang sudah merasa dirinya setara dengan
orang dewasa dan melakukan perilaku kenakalan remaja saat diberikan nasihat
cenderung tidak suka atau tidak di dengarkan. Karena para remaja tersebut sudah
memiliki pemikiran sendiri terhadap apa yang para remaja tersebut lakukan.
Kenakalan remaja memiliki banyak bentuk dari yang sederhana seperti tidak
mencontek saat ujian, bercanda yang tidak wajar dengan teman sebaya hingga segala
maupun luar sekolah, yang hukumannya tidak hanya sekedar meminta maaf atau
dikenakan scorsing dari pihak sekolah tetapi bisa dikenakan hukum pidana. Kenakalan
5
remaja saat ini sudah terbilang cukup memprihatinkan. Kurangnya perhatian dari orang
dewasa dan kurang tersedianya lapangan bermain dapat menjadi salah satu penyebab
remaja melakukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Kenakalan
remaja terkadang dapat dikatakan sebagai bentuk dari penolakan para remaja terhadap
peraturan maupun norma social yang berlaku yang menurutnya tidak sejalan dengan
Saat ini jika dilihat melalui berita di televisi maupun social media, kenakalan
remaja sudah tidak hanya terjadi dikota-kota besar, namun di daerah pedesaan juga ada
remaja yang melakukan berbagai macam tindakan atau perilaku kenakalan remaja.
Kenakalan remaja yang terjadi saat ini juga cukup meresahkan masyarakat karena yang
dilakukan oleh para remaja yang melakukan kenakalan remaja bukan sekedar
membolos sekolah atau bullying yang dapat mengganggu psikis korban, melainkan
kenakalan remaja yang sudah sangat meresahkan masyarakat saat ini adalah kenakalan
masyarakat ini yaitu salah satunya tauran. Kenakalan remaja seperti ini sangat
meresahkan masyarakat karena dari beberapa kasus yang disiarkan dalam berita tauran
dapat mengancam nyawa masyarakat yang berada dekat dengan lokasi remaja
melakukan tauran. Bahkan yang tidak memiliki hubungan dengan kelompok yang
sedang bentrok pun bisa menjadi korban atas perilaku kenakalan remaja yang sedang
tauran tersebut.
6
Selain tauran, kenakalan remaja yang dapat dilakukan secara berkelompok saat
ini yang sedang banyak diberitakan yaitu banyak para remaja yang tergabung dalam
satu kelompok, bukan berdasarkan karena bersekolah disekolah yang sama tetapi
karena ajakan teman sebaya atau teman sepermainnya. Para remaja ini ada yang berusia
12 tahun hingga 18 tahun, dari tingkat SMP hingga SMA. Kegiatan yang dilakukan
sekelompok remaja ini adalah para remaja ini berkumpul dengan membawa kendaraan
para remaja ini berkeliaran meneror masyarakat yang sedang berkendara dijalan-jalan
umum. Hal ini sangat membuat masyarakat sangat merasa tidak aman, bahkan ada
Setiap remaja memiliki potensi untuk berkembang menjadi remaja yang memiliki
perilaku nakal yang tidak dapat diterima dengan baik dimasyarakat. Namun, setiap
remaja juga memiliki potensi untuk berkembang menjadi remaja yang memiliki
perilaku positif, mampu mentaati peraturan atau norma yang berlaku dimasyarakat.
Orang tua maupun orang dewasa lain yang berada disekeliling remaja memiliki
tanggung jawab untuk menjadikan remajanya menjadi remaja yang memiliki budi
pekerti yang baik dan positif seperti adanya rasa saling menghargai, menghormati, dan
memiliki keyakinan bahwa setiap yang idnividu lakukan akan dilihat oleh Tuhannya,
sehingga perilaku kenakalan remaja dapat dikontrol dengan baik. Untuk menumbuhkan
sikap positif tersebut, keluarga maupun guru disekolah dan mengembangkan sikap
yang baik sejak dini, maka remaja akan tumbuh dan berkembang dengan menanamkan
sikap religiusitas yang baik. Religiusitas adalah pemahaman untuk melakukan dan
mengikuti prnsip-prinsip agama. Sebagai contoh dalam agama islam, seorang muslim,
diperintahkan untuk menaaati perintah agama baik dalam hal sikap, perkataan dan
perbuatannya (Ancok, Suroso, & Ardani, 2000). Individu yang sudah ditanamkan sikap
religiusitas yang baik dan positif sejak masa kecilnya akan tumbuh menjadi remaja
yang memiliki budi pekerti yang baik. Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang
baik juga tidak akan mudah terpengaruh oleh perbuatan yang menurutnya tidak baik
yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi memiliki potensi untuk menjadi individu
yang berprilaku tidak baik dan tidak dapat diterima secara social dalam lingkungan
masyarakat.
Menurut Spinks (dalam Darokah, Marcham dan Triantoro Safaria, 2005) bahwa
di dalam diri manusia terdapat suatu naluri yang disebut sebagai religion instinct.
Perilaku individu atau remaja dapat terlihat atau tercerminkan dari sejauh mana
individu mampu melaksanakan dan mengikuti apa yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dalam agamanya. Sikap religiusitas juga dapat dipelajari selain dari
lingkungan keluarga yaitu dari lingkungan sekolah. Pelajaran agama yang diberikan
guru disekolah maupun tempat seperti TPA dapat membreikan pemahaman kepada
8
dengan baik dan sesuai dengan usianya. Rmaja atau individu yang baik dan positif
dapat dikatakan selain memiliki tingkat religiusitas yang tinggi juga harus memiliki
lingkungan sosialnya. Menurut Goleman tahun 1999 (dalam Nisya dan Sofiah,
mengandalkan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Individu
yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu mengatur emosinya dalam
menghadapi sebuah masalah, mempu memilah dan memilih apa yang harus dilakukan
keputusan dengan baik dan bertanggung jawab dengan keputusan yang sudah
mandiri dan berani mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang sudah menjadi
keputusannya. Kecerdasan emosional juga sebagai salah satu alas an atau motivasi
individu dalam memutuskan suatu tindakan. Baik atau buruk perilaku yang ditampilkan
Kecerdasan emosional individu juga dapat dilatih dan ditingkatkan dari lingkungan
9
keluarga maupun sekolahnya. Orang tua atau orang dewasa disekitar remaja serta guru
murid-muridnya, agar para remaja tersebut mampu tumbuh menjadi remaja yang dapat
mengambil keputusan sendiri dengan baik tanpa mengandalkan individu lain dan
dipilihnya.
Oleh sebab itu religiusitas dan kecerdasan emosional bisa jadi memiliki hubungan
dengan perilaku kenakalan remaja, karena remaja yang memiliki religiusitas dan
kecerdasan emosional yang baik akan lebih mampu menyadari setiap perbuatan atau
perilaku yang dilakukannya dapat diterima dengan baik secara social dan sesuai ajaran
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara kenakalan remaja dengan religiusitas pada remaja
di SMAN x ?
C. Tujuan Penelitian
10
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
remaja di SMAN x.
kecerdasan emosional.
D. Pokok Bahasan
Adapun pokok bahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Kenakalan remaja adalah segala perbuatan atau perilaku yang dilakukan remaja
yang dapat merugikan secara materi maupun fisik terhadap diri sendiri ataupun
orang lain.
agamanya.
E. Manfaat Penelitian
11
Dalam hal manfaat, penelitian ini memiliki dua manfaat diantaranya manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yang di dapat dari penelitian ini adalah
terhadap ilmu psikologi terutama dalam bidang psikologi sosial dan psikologi
dikalangan remaja wanita. Dan peniliti mengharapkan agar penelitian ini dapat menjadi
referensi untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Dan manfaat praktis yang
di diperoleh dari penelitian ini, adalah peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat
memberikan kesadaran bagi subjek atau instansi yang terkait mengenai pentingnya
F. Sistematika Skripsi
Penelitian ini berisikan terdiri dari lima. Secara garis besar sistematika penelitian
BAB I : PENDAHULUAN
12
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulis mengenai peran fungsi keluarga
dan self control terhadap kecenderungan kenakalan remaja pada siswa kelas X SMAN
X.
Bab ini membahas mengenai landasn tepri yang terdiri dari teori-teori pendukung
mengenai perilaku kenakaln remaja, fungsi keluarga dan teori tentang self control.
Bab ini membahas mengenai ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data
dan sumber daya yang terkait, hipotesis penelitian, model analisi yang digunakan dan
pengujian empiris.
Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil pengelohan data serta pembahasan
yang merupakan hasil analisis. Hasil penelitian memberikan jawaban atas permaalahan
penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya maupun objek yang dijadikan
penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan di bahas mengenai beberapa teori yang berkaitan dengan
penerimaan sosial. Selain itu di bab ini juga akan di bahas mengenai kerangka berpikir
A. Kenakalan Remaja
dirinya dengan berbagai macam pengalaman yang ingin dirasakan atau ingin
kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara social
hingga terjadi tindakan criminal. Menurut Siegel dan Welsh (dalam Nindya,
Margaretha tahun 2012) mengatakan bahwa banyak ahli percaya bahwa keluarga
emosional pada anak yang dapat mengarah pada masalah social dalam jangka
waktu yang lama. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
14
15
bentuk kenakalan remaja berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit,
membahayakan diri sendiri, menimbulkan korban materi pada orang lain dan
perilaku menimbulkan korban fisik pada orang lain. Perilaku melanggar status
merupakan perilaku dimana remaja suka melawan orang tua, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit. Perilaku membahayakan diri sendiri antara lain,
yaitu perilaku yang mengakibatkan kerugian pada orang lain, misalnya; mencuri,
benda keras, mendorong sampai jatuh, menyepak, dan memukul dengan benda.
Semua tindakan perusakan yang tertuju keluar tubuh atau kedalam tubuh
kenakalan remaja dapat dilihat dari tindakan yang diambilnya, tindakan yang
kejahatan yang pada umumnya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-28
tahun. Jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendpat sanksi
a. Factor yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:
lingkungan.
kurang baik.
home.
18
lain.
Factor guru, yaitu ekonomi dan mutu guru sekolah yang kurang
baik.
anak didik perlu norma yang sama bagi setiap guru dan norma
tersebut harus dimengerti oleh setiap anak didik. jika diantara guru
(Willis,2004).
20
karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja yang tidak nakal,
untuk keterampilan verbal. Remaja yang nakal kurang toleran terhadap hal-
hal yang ambisius dan kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang
lain serta menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.
b. Fisik dan psikis. Remaja yang nakal lebih “idiot secara moral” dan memiliki
kuat, dan bersikap agresif. Fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan,
serta bahaya, dan kurang memiliki disiplin diri serta control diri.
Remaja yang nakal adalah remaja yang berbeda dari remaja biasa. Remaja yang
nakal lebih percaya diri, mempunyai control diri yang kurang, tidak mempunyai
orientasi pada masa depan, dan kurang dalam kematangan social, sehingga sulit
B. Religiusitas
1. Pengertian Religiusitas
Menurut Dister, 1982 (dalam Tweriza N., Vidya dan Iwan Wahyu W.
dihadapan Tuhan yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain, yang
yang dapat ditandai tidak hanya melalui ketaatan dalam menjalankan ibadah
mengenai agama yang dianutnya. Glock dan Stark, 1966 (dalam Ancok dan
kualitas dari manusia yang beragama. Andisti dan Ritandiyo (2008), religiusitas
konsekuensi logis dari kehidupan manusia yaitu pada kehidupan pribadi dan
individu yang memiliki pedoman untuk merespon hidup dan mempunyai daya
tahan yang lebih baik dalam mengelola permasalahan yang dihadapi. Individu
2012).
23
akan mampu menempatkan aspek rasional sebagai salah satu bagian dari
3. Aspek-aspek Religiusitas
Glock dan Stark, 1989 (dalam Ancok dan Suroso, 1994) menyatakan
sebagainya.
dalam kitab suci maupun yang lainnya dan aktivitas dalam menambah
C. Kecerdasan Emosional
suatu masalah dan mencari solusi dengan baik dan mampu bertanggung jawab
dengan pilihannya. Istilah kecerdasan emosional sendiri pertama kali berasal dari
meliputi kesadaran diri (self awereness), kemampuan mengatur diri sendiri (self
kebutuhan atau kepedulian pada orang lain dan memelihara hubungan social
(relationship management).
dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta
emosi diri dan ekspresi emosi dan kesadaran emosi terhadap orang lain.
konstruktif.
27
e. Optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup dan kinerja yang
optimal.
antar pribadi
D. Kerangka Berpikir
religiusitas dan kecerdasan emosional dengan perilaku kenakalan remaja. Penelitian ini
remaja dengan perilaku naka remaja yang akhir-akhir ini semakin banyak terjadi
dilingkungan masyarakat.
Remaja merupakan masa dimana individu sedang mencari jati diri dan ingin
mengeksplor segala kegiatan yang menurutnya menarik. Remaja adalah individu yang
sedang mengalami masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana
pada masa tersebut semua hal dalam diri remaja mengalami perubahan, mulai dari
perubahan fisik, psikologis, dan social. Sama seperti yang dikemukakan oleh Atkinson
(dalam Sayidatun, Lidya dan Diah Sofiah, 2012:578) mengatakan bahwa masa remaja
adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada
masa ini juga remaja perlahan sudah merasa bahwa dirinya setara dengan orang dewasa
Selain masa remaja memiliki emosi yang belum stabil, remaja yang sulit dikontrol
emosinya lebih mudah terbawa suasana hati. Apabila suasana hatinya sedang tidak
dalam kondisi yang baik emosi bisa dikeluarkan kapan saja. Hal ini dapat membawa
dampak kepada diri pribadi remaja itu sendiri, jika keluarga ataupun orang tua kurang
mampu memahami kondisi emosi remajanya, remaja tersebut akan mencari seseorang
dari luar rumah yang mampu mengembalikan emosinya. Dalam hal ini remaja bisa saja
mendapatkan atau bertemu dengan orang yang salah, sehingga perilakunya dapat
terbawa ke dalam perilaku yang tidak dapat diterima secara social, yaitu perilaku
kenakalan remaja.
30
Dalam masa dimana emosi kurang dapat terkontrol dengan baik tidak menutupi
kemunginkan masih ada remaja yang memiliki sikap positif, yaitu remaja yang
memegang teguh sikap religiusitas yang baik. Seperti yang dikatakan oleh
Hendropuspito (dalam Sayidatun, Lidya dan Diah Sofiah, 2012:579), bagi manusia dan
masyarakat agama memiliki empat fungsi, yaitu fungsi edukatif, fungsi penyelamat,
fungsi pengawasan social, dan untuk memupuk persaudaraan. Remaja yang memiliki
pemahaman yang baik mengenai sikap relgiusitas atau fungsi agama akan merasa
bahwa setiap apa yang dilakukannya pasti diketahui oleh Tuhannya, sehingga perilaku
Selain adanya sikap religiusitas yang dapat mengontrol sikap dan emosi, remaja
kecerdasan emosi selain mampu menyadari emosi dan mengendalikan diri, remaja
yang cerdas emosi memiliki kemampuan untuk menggunakan emosi untuk menuntun
menuju sasaran dengan memotivasi diri menuju diri yang produktif. Remaja yang
memiliki kecerdasan emosi yang baik akan menyalurkan emosi yang ada di dalam
dirinya dengan melakukan hal-hal yang positif sehingga perilaku kenakalan pada
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang sudah di jelaskan diatas, dapat diketahui bahwa hipotesis
dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara religiusitas dan kecerdasan
emosional terhadap perilaku kenakalan pada remaja. Semakin tinggi tingkat religiusitas
dan kecerdasan remaja, maka semakin rendah perilaku kenakalan. pada remaja,
sebaliknya jika semakin rendah tingkat religiusitas dan kecerdasan emosi remaja, maka
METODOLOGI PENELITIAN
pengambilan data, dan metode analisis instrument, metode analisis data serta hasil uji
coba instrument.
mencerminkan karakteristik populasi yang ingin ditelaah. Ada beberapa jenis variabel,
variable) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen. Kedua tipe variabel ini merupakan kategori variabel penelitian yang paling
sering digunakan dalam penelitian karena mempunyai kemampuan aplikasi yang luas.
32
33
1. Definisi Konseptual
a. Kenakalan Remaja
remaja yang dapat merugikan secara materi maupun fisik terhadap diri
b. Religiusitas
agamanya.
c. Kecerdasan Emosional
2. Definisi Operasional
a. Kenakalan Remaja
diri sendiri, menimbulkan korban materi pada orang lain dan perilaku
b. Religiusitas
c. Kecerdasan Emosional
dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta
1. Populasi
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan peneliti yaitu siswa SMAN X
sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
35
bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah data yang dipilih untuk sumber
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut, maka
menggulung lintingan kertas yang sudah diberi nomor urut absen pada masing-
masing kelas, lalu peneliti mengocok secara random, bagi lintingan yang
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan jenis skala
pengumpul data yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang bersifat favourable (+) dan
unfavourable (-) dengan alternatif jawaban yang dimodifikasi. Alternatif jawaban yang
digunakan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai, Netral (N) (TS), dan
Daftar Pustaka
Aisha, Dhita, L. (2014). Hubungan Antara Religiusitas dengan Resiliensi pada Remaja
di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ancok, D. dan Suroso, F. N. (2001). Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-
Problem Psikologi. Cetakan 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
At-Tariqi, Husain dan A. Abudllah. (2004). Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, dan
Tujuan. Yogyakarta: Magistra Insania Press.
Aviah, Evy dan Farid, Muhammad. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri, dan Kenakalan
Remaja. Jurnal Psikologi, Vol. 3, No.2, 126-129.
Casmini. (2007). Emotional Parenting. Pilar Media. Yogyakarta.
Darmawati, I. (2012). Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Kemampuan
Dalam Mengatasi Stres (Coping Stress). Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan,
Vol.2, no.2, 22-29.
Dister, N. S. (1982). Pengantar Psikologi Agama: Pengalaman dan Motivasi Beragama.
Jakarta: Lappenas.
Fitriana, Triana. (2013). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional
dan Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Ekonomi, Vol.4, No.2, 103-114.
Lidya, S. N. dan Sofiah, D. (2012). Religiusitas, Kecerdasan Emosional, dan
Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi, Vol.7, No.2, 562-584.
Mangunwidjaya, Y. B. (1986). Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta:
Gramedia
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi ke-
5. Terjemahan: Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi ke-11. Terjemahan: Benedictine Widyasinta.
Jakarta: Erlangga.