Anda di halaman 1dari 6

9.

1 Dasar Hukum dan Pengertian Kepailitan

Pengertian Kepailitan

Pailit dapat diartikan debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang karena tidak mampu.
Kata Pailit dapat juga diartikan sebagai Bankcrupt. Kata Bankrupt sendiri mengandung arti
Banca Ruta, dimana kata tersebut bermaksud memporak-porandakan kursi-kursi, adapun
sejarahnya mengapa dikatakan demikian adalah karena dahulu suatu peristiwa dimana
terdapat seorang debitor yang tidak dapat membayar hutangnya kepada kreditor, karena
marah sang kreditor mengamuk dan menghancurkan seluruh kursi-kursi yang terdapat di
tempat debitor. Menurut Siti Soemarti Hartono Pailit adalah mogok melakukan pembayaran.

Sedangkan Pengertian Kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 adalah
sita umum terhadap semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh seorang kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana yang
diatur oleh Undang-undang. Kartono sendiri memberikan pengertian bahwa kepailitan adalah
sita umum dan eksekusi terhadap semua kekayaan debitor untuk kepentingan semua
kreditornya.

Terminologi Kepailitan dalam Sistem hukum Anglo-Saxon dikenal dengan kata Bankrupct
adapun hal itu berarti keadaan tidak mampu membayar hutan dimana semua harta kekayaan
yang berhutang diambil oleh penagih atau persero-persero

Dasar Hukum (Pengaturan) Kepailitan di Indonesia

Adapun pengaturan mengenai kepailitan di Indonesia dapat dilihat dalam beberapa ketentuan
antara lain:

UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran;

UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

UU No. 42 Tahun 1992 Tentang Jaminan Fiducia

Pasal- Pasal yang Terdapat Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yaitu Pasal
1131-1134.
Dan beberapa Undang-Undang Lainnya yang mengatur Mengenai BUMN (UU No.19 Tahun
2003), Pasar Modal( UU No. 8 Tahun 1995), Yayasan (UU No.16 Tahun 2001 ) , Koperasi
(UU No. 25 Tahun 1992)

9.2 Permohonan Kepailitan

Prosedur Permohonan Pailit

Kalau diperhatikan prosedur untuk memohon pernyataan pailit bagi sidebitor ada disebutkan
dalam Pasal 4 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 berbunyi sebagai berikut:

- Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada pengadilan niaga melalui panitera.


- Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang
bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang
ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
- Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan
Niaga dengan jangka waktu paling lambat 1x 24 jam terhitung sejak tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari
- Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam waktu
paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak tanggal pemohonan didaftarkan.
- Atas permohonan debitor dan berdasarkan alasan yang cukup, pengadilan dapat
menunda permohonan dan menetapkan hari sidang.
- Penyelenggaraan paling lama 25 (dua puluh lima) hari terhitung sejak tanggal
permohonan didaftarkan.
- Permohonan pernyataan pailit terhadap suatu firma. (Ibid, hal 80.)

Sedangkan demi melindungi kepentingan kreditor tersebut pasal 7 ayat (1) sub a Undang-
undang No. 4 Tahun 1998, menegaskan bahwa kreditor dapat mengajukan permohonan pailit
terhadap debitor yang ditetapkan oleh pengadilan niaga.

Hal ini dilakukan kreditor untuk menjaga itikad tidak baik debitor dalam berhubungandengan
pemberesan dan pengurusan hartanya.Selanjutnya juga dalam putusan pernyataan pailit
ataupun setiap saat setelah putusan dijatuhkan, atas usul hakim pengawasan atau permintaan
kurator atau salah seorang debitor atau lebih maka pengadilan boleh memerintahkan agar
debitor pailit dimasukkan dalam tahanan baik dalam penjara maupun dalam rumah debitor
sendiri dibawah pengawasan seorang pejabat dari kekuasaan umum dan pemerintah untuk
melakukan penahanan dijalankan oleh kejaksaan. Hal ini dilakukan oleh pengadilan atas
dasar debitor pailit dengan sengaja tanpa dasar yang sah, hal ini sesuai dengan Pasal 88, 101
dan 122 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998. (Munir Fuady, op. cit, hal 32.)

Jika kreditor yang memohonkan pernyataan pailit maka kreditor tersebut harus dapat
membuktikan bahwa tuntutannya terhadap pembayaran piutangnya kepada debitor dilengkapi
dengan bukti-bukti tagihan yang cukup, kalau tidak kreditor tersebut tidak akan mengajukan
permohonan pernyataan pailit terhadap diri si debitor.

Jaksa atau penuntut umum dapat memohon kepailitan seorang debitor bilamana dipenuhi
syarat-syarat adanya keadaan berhenti membayar utang dari yang bersangkutan dengan
alasan kepentingan umum. Jadi bila tidak ada lagi kepentingan perseorangan maka jaksa
dapat berperan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit atas si debitor, tetapi bila
bukan demi kepentingan umum jaksa tidak berhak mengajukan permohonan pailit. (Zainal
Asikin, op.cit, hal 18. )

Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, prosedur permohonan


Pailit adalah sebagai berikut:

- Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera.


(Pasal 6 ayat 2).
- Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan
paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan, pengadilan menetapkan
hari sidang.
- Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah tanggal permohonan didaftarkan (pasal 6).
- Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit diajukan oleh Kreditor,
Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan
(Pasal 8).
- Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit diajukan oleh Debitor dan
terdapat keraguan bahwa persyaratan pailit telah dipenuhi (Pasal 8).
- Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling lama 7
hari sebelum persidangan pertama diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).
- Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta
terbukti bahwa persyaratan pailit telah terpenuhi dan putusan tersebut harus diucapkan
paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah didaftarkan (Pasal 8).
- Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut berikut pendapat dari majelis
hakim dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
dilaksanakan terlebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya hukum
(Pasal 8 ayat 7).

9.3 Putusan Kepailitan

Dalam hal wilayah Pengadilan yang berwenang memutus perkara kepailitan, terdapat
beberapa hal yang harus diketahui oleh debitor dan kreditor, yaitu:

1. Permohonan pernyataan pailit diputuskan di Pengadilan di daerah tempat kedudukan


hukum debitor.
2. Apabila debitor telah meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia, Pengadilan
yang berwenang menjatuhkan putusan adalah Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitor.
3. Dalam hal debitor adalah pesero suatu firma, Pengadilan yang berwenang
menjatuhkan putusan adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum firma tersebut.
4. Dalam hal debitor tidak berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tetapi
menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia, Pengadilan
yang berwenang menjatuhkan putusan adalah Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitor menjalankan profesi atau
usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia.
5. Dalam hal debitor merupakan badan hukum, Pengadilan yang berwenang
menjatuhkan putusan adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar badan hukum
tersebut.

Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Atas permohonan
debitor dan berdasarkan alasan yang cukup, Pengadilan dapat menunda penyelenggaraan
sidang sampai dengan paling lambat 25 (dua puluh lima) hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan. Putusan Pengadilan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling
lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
Putusan Pengadilan tersebut wajib memuat:
Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dan/atau sumber hukum
tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili; dan

Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota atau ketua majelis.

Putusan atas permohonan pernyataan pailit yang memuat secara lengkap pertimbangan
hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu
upaya hukum.

Berdasarkan Pasal 10 UU Kepailitan, selama putusan atas permohonan pernyataan pailit


belum diucapkan, setiap kreditor, kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal,
atau Menteri Keuangan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk:

1) meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor; atau

2) menunjuk kurator sementara untuk mengawasi:

a) pengelolaan usaha debitor; dan

b) pembayaran kepada kreditor, pengalihan, atau pengagunan kekayaan debitor yang dalam
kepailitan merupakan wewenang kurator.

Untuk kepentingan harta pailit, dapat dimintakan pembatalan atas segala perbuatan hukum
debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor. Pembatalan
diajukan kepada Pengadilan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Pembatalan hanya
dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan,
debitor dan pihak lain yang bersangkutan, mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan
mengakibatkan kerugian bagi kreditor.

Pengadilan dengan putusan pernyataan pailit, atas usul Hakim Pengawas, permintaan kurator,
atau atas permintaan seorang kreditor atau lebih dan setelah mendengar Hakim Pengawas,
dapat memerintahkan supaya debitor pailit ditahan, baik ditempatkan di Rumah Tahanan
Negara maupun di rumahnya sendiri, di bawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh Hakim
Pengawas. Perintah penahanan dilaksanakan oleh jaksa yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumkepailitan.com/permohonan-pailit/prosedur-permohonan-pernyataan-
pailit-pada-pengadilan-niaga/

http://www.landasanteori.com/2015/09/prosedur-permohonan-pailit-akibat.html

http://www.hukumkepailitan.com/proses-perkara-kepailitan/proses-perkara-kepailitan-di-
pengadilan-niaga/

http://hukum-area.blogspot.co.id/2009/11/hukum-kepailitan-pengantar.html

Anda mungkin juga menyukai