Anda di halaman 1dari 6

Budaya bersifat pervasif yang menyebar ke seluruh subkultur pekerjaaan dan organisasi,

sehingga perlu pembahasan yang lebih komprehensif dalam pembahasan mengenai


perkembangan dan klasifikasi akuntansi. Klasifikasi ini bertujuan agar dicapai pemahaman
yang lebih baik mengenai (1) sejauh mana kesamaan atau perbedaan antar akuntansi; (2)
Pola perkembangan system akuntansi nasional individual serta potensi perubahannya; dan (3)
Faktor-faktor yang menyebabkan mengapa bebrapa sistem mempunyai pengaruh yang
dominan sementara yang lain tidak (Radebaugh dkk, 2006).

3.1 Akuntansi dan Nilai Budaya

Harrison dan McKinnon (1986, dalam Radebaugh dkk.,2006) mengusulkan sebuah rerangka
metodologis yang memasukkan budaya untuk menganalisis perubahan regulasi pelaporan
keuangan pada tingkat nasional. Pendekatan ini dilengkapi oleh Gray (1988, dalam
Radebaugh dkk, 2006) yang menyatakan bahwa rerangka teoretis yang memasukkan budaya
dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi diversitas akuntansi internasional dan
untuk mengidentifikasi pola-pola perkembangan akuntansi secara internasional.

3.1.1 Dimensi Budaya Nasional

Tujuan penelitian rintisan Hofstede pada tahun 1970-an adalah untuk mendeteksi elemen-
elemen yang paling kuat memengaruhi perilaku dalam situasi kerja organisasi atau institusi.
Hofstede menunjukkan bahwa empat dimensi budaya nasional, yaitu individualism, jarak
kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan maskulinitas (Radebaugh dkk, 2006).

1. Individualisme versus Kolektifisme. Individualisme mengacu pada preferensi


terhadap jalinan rerangka social yang longgar dimana individu dianggap hanya
memerhatikan diri sendiri dan keluarga dekatnya. Sebaliknya, kolektifisme mengacu
pada preferensi terhadap jalinan social yang ketat dimana individu bergantung pada
sanak-sanak, trah, atau kelompok-kelompok lainnya untuk memerhatikannya sebagai
imbalan atau loyalitasnya. Isu penting yang dibahas dalam dimensi ini adalah tingkat
interdependensi antar individu yang dipelihara oleh masyarakat.
2. Jarak kekuasaan besar versus kecil. Jarak kekuasaan adalah bentang dimana para
anggota sebuah masyarakat menerima ide bahwa kekuasaan dalam institusi dan
organisasi didistribusi secara tidak sama. Orang-orang didalam masyarakat yang jarak
kekuasaannya besar menerima sebuah tatanan hierarkis. Orang-orang didalam jarak

1
kekuasaan kecil berjuang keras untuk memperoleh kesamaan kekuasaan dan
menuntut justifikasi ketidaksamaan kekuasaan.
3. Penghindaran Ketidakpastiaan Lemah versus Kuat. Penghindaran ketidakpastian
menunjukkan tingkat dimana para anggota sebuah masyarakat merasa tidak nyaman
terhadap ketidakpastian dan ambiguitas. Penhindaran ketidakpastian kuat
menunjukkan bahwa masyarakat mempertahankan keyakinan dan perilaku yang kaku
serta tidak toleran terhadap ide-ide atau orang-orang yang menyimpang. Penghindaran
ketidakpastian lemah menujukkan pada masyarakat yang mempertahankan
lingkungan yang lebih santai dimana praktik lebih penting daripada prinsip dan
toleransi terhadap penyimpangan relative besar.
4. Maskulinitas versus Femininitas. Maskulinitas mengacu pada preferensi masyarakat
terhadap pencapaian, kepahlawanan, ketegasan, dan kesuksesan material. Sebaliknya
femininitas mengacu pada kekerabatan, kerendahhatian, perhatian terhdapa yang
lemah, dan kualitas hidup.

3.1.2 Nilai-nilai Akuntansi

Gray(1988, dalam radebaughdkk.,2006), dan Choi dan Meek, 2008) mengusulkan identifikasi
terhadap empat nilai akuntansi yang diderivikasi dari sebuah review terhadap praktik dan
literaturakuntansi sebgai berikut :

1. Profesionalisme versus kontrol statutori : Nilai ini mencerminkan preferensi terhadap


pelaksanaan pertimbangan professional individu dan mempertahankan regulasi-diri
profesional, bukannya kepatuhan terhadap kontrol statutori dan tuntutan hokum yang
telah ditetapkan.
2. Uniformitas versus fleksibelitas: Nilai ini mencerminkan preferensi terhadap praktik
akuntansi yang seragam antar perusahaan, bukannya fleksibelitas yang sesuai dengan
lingkungan perusahaan individual.
3. Konservatisme versus optimism : Nilai ini memcerminkan preferensi terhadap
pendekatan pengukuran yang hati-hati sehingga mampu menghadapai peristiwa-
peristiwa masa mendatang yang tidak pasti, bukannya pendekatan yang lebih optimis
dan lebih berani menanggung risiko.
4. Kerahasiaan bersus transparasi : Nilai mencerminkan preferensi terhadap kerahasiaan
dan disklosur infomasi bisnis hanya ditujukan kepada mereka yang paling terlibat

2
dengan pendanaan dan amanjemen perusahaan, bukannya pendekatan yang lebih
transparan, terbuka, dan akuntabel secara publik.

3.1.3 Klasifikasi Akuntansi

Nilai-nilai akuntansi yang paling relevan dengan profesionalisme atau otoritas statutori untuk
sistem dan pelaksanaan akuntansi adalah profesionalisme dan keseragaman. Keduanya
berkenaan dengan regulasi dan tingkat pelaksanaan atau kesesuaian (konformitas). Oleh
karena itu, keduanya dapat digabungkan dan ditentukan klasifikasi bidang-bidang budaya
dengan sebuah basis pertimbangan (judgemental basis). Pembuatan pertimbangan-
pertimbangan tersebut harus mengacu pada korelasi relevan antara dimensi-dimensi nilai dan
kelompok negara yang diidentifikasi dari analisis statistik yang dilaksanakan oleh Hofstede.
Dari klasifikasi ini Nampak bahwa bidang-bidang budaya Nordic dan Anglo dan dilawankan
dengan bidang-bidang budaya Jerman dan negara-negara Latin yang relatif maju dan juga
bidang-bidang budaya Jepang, Timur dekat, negara-negara Latin, dan Asia yang kurang
berkembang, dan Afrika. Bekas negara-negara jajahan di Asia diklasifikais terpisah karena
mewakili pengaruh gabungan (Radebaugh dkk.,2006).

Nilai-nilai akuntansi yang paling relevan dengan praktik-praktik pengukuran dan sampai
tingkat tertentu dengan informasi yang didisklos adalah dimensi konservatisme dan dimensi
kerahasiaan (sekresi). Oleh karena itu, kedua dimensi ini dapat digabungkan, dan klasifikasi
bidang-bidang budaya dihipotesiskan berdasarkan judgement. Pembuatan pertimbangan
mengenai klasifikasi-klasifikasi ini harus mengacu pada korelasi yang relevan antara
dimensi-dimensi nilai dan kelompok-kelompok resultan dari negara-negara yang
diidentifikasi dari analisis statistik yang dilaksanakan oleh Hofstede. Disini terlihat bahwa
budaya kelompok Anglo dan Nordic dapat dikontraskan dengan kelompok Jerman dan
kelompok Latin yang lebih berkembang, Jepang, Asia yang kurang berkembang, Afrika,
Latin kurang berkembang, dan Timur dekat. Dalam termin-termin yang lebih luas, negara-
negara dapat dikelompokkan menjadi yang relatif, optimis, dan transparan atau yang relatif
konservatif dan sekretif (rahasia).

Klasifikasi kelompok-kelompok negara menurut bidang bduaya dapat digunakan sebagai


dasar untuk pengukuran selanjutnya terhadap hubungan antar budaya dan sistem akuntansi.
Klasifikasi ini terutama relevan untuk memahami karakteristik-karakteristik pelaksanaan
otoritas sistem di satu pihak, dan karakteristik-karakteristik pengukuran dan disklosur dilain
pihak.

3
Dalam hubungannya dengan dimensi konservatisme, studi-studi empiris mengani praktik-
praktif pengukuran laba di Prancis, Jerman, Belanda, Swedia, Inggris, dan AS menunjukkan
perbedaan yang signifikan yang mendukung pentingnya dimensi inti secara internasional.
Signifikansi dimensi kerahasiaan atau transparansi juga didukung oleh penemuan penelitian-
penelitian yang baru mengani praktik praktik disklosur informasi disejumlah negara besar
termasuk Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Belanda, Swiss, Inggris, dan AS.

3.2 Pendekatan dalam Klasifikasi Akuntansi


Klasifikasi system akuntansi bermanfaat bagi para pembuat kebijakan dalam menaksir
prospek dan problem kovergensi akuntansi internasional. Bagi pembuat kebijakan
tingkat nasional, klasifikasi ini akan lebih memampukan para pengambil kebijakan
untuk memprediksi problem-problem yang akan timbul dan mengindentifikasi
solusinya dengan mempelajari pengalaman Negara-negara yang mempunyai pola
perkembangan serupa.

3.2.1 Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif atau empiris, pengelompokan yang dilakukan berdasarkan


praktik-praktik akuntansi nasional dan kemudian disusun penjelasan mengenai fakor-
faktor ekonomi, social,politik dan budaya yang terkait dengan klasifikasi tersebut.
Analisi yang dilakukan Nair dan Frank (1980 dalama Radebaugh dkk.,2006) yang
melakukan pembedaan empiris antara praktik pengukuran dan disklosur. Hasil
analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi 4 kelompok pengukuran yaitu Amerika
Latin, Eropa, Kontinental dan Amerika Serikat. Hasil ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya mengenai system akuntansi nasional.

3.2.2 Pendekatan deduktif diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang relevan, dan dengan
menghubungkan faktor-faktor ini dengan praktik akuntansi nasional, disusun pola
pengelompokan internasional. Ada 3 klasifikasi, yaitu klasifikasi berdasarkan
pendekatan perkembangan akuntansi, berdasarkan system hukum dan berdasarkan
system praktik.

1. Pendekatan Perkembangan Akuntansi


Gerhard Mueller (1967, dalam Choi dan Meek, 2008: dan RAdebaugh dkk,2006)
mengindentifikasi 4 pendekatan perkembangan akuntansi yaitu dalam ekonomi

4
makro, dalam ekonomi mikro, dalam pola disiplin independen dan dalam pola
akuntansi seragam.
2. Hukum Undang-Undang dan Hukum Umum
Menurut system hukum akuntansi dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi hukum
umu (common law accounting) dan akuntansi hukum undang-undang (code law
accounting). Sistem hokum sebuah Negara dan sistem keuanganya mempunyai
hubungan sebab akibat. Sistem hokum umum menekankan pada hak pemegang
saham dan memberikan proteksi atau perlindungan kepada investor yang relative
lebih kuat daripada sistem hukum undang-undang.

3. Penyajian Wajar dan Kepatuhan Hukum


Perbedaan antara penyajian wajar dan kepatuhan hokum mempunyai dampak
yang luas terhadap banyak isu akuntansi. Akuntansi kepatuhan hukum didesain
untuk memenuhi tuntutan pemerintah. Jumlah labanya juga digunakan sebagai
dasar untuk penentuan deviden dan bonus. Akuntansi kepatuhan hukum mungkin
akan terus digunakan pada perusahaan individual di Negara hukum undang-
undang yang laporan keuangan konsolidasinya menggunakan akuntansi penyajian
wajar.

3.3 Memudarnya Diversitas Akuntansi


Choi dan Meek (2008) menyatakan bahwa Diversitas Akuntansi semakin kabur
disebabkan karena:
a. Semakin pentingya arti pasar modal di seluruh dunia. Modal semakin menglobal,
sehingga menimbulkan dorongan untuk menentukan standard pelaporan korporasi
tingkat dunia.
b. Semakin banyak dilaksanakan penyusunan 2 laporan keuangan yaitu laporan
keuangan yang sesuai dengan regulasi laporan keuangan domestic setempat dan
laporan yang lain disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi serta memuat
disklosur yang sesuai dengan kebutuhan investor internasional.
c. Sejumlah Negara hukum undang-undang, terutama Jerman dan Jepang menggeser
tanggung jawab dalam penentuan standar akuntansi dari pemerintah ke kelompok-
kelompok sector swasta professional independen. Perunahan ini menyebabkan
proses penentuan standard lebih mirip denga yang terjadi di Negara-negara hukum
umum.

5
DAFTAR PUSTAKA

Buku Akuntansi Internasional Isu-isu Akuntansi dalam Perspektif Internasional oleh Drs.
Sunardi, M.Si.,Akt dan Drs. Danang Sunyoto, SH, SE, MM

Anda mungkin juga menyukai