Mumi Di Distrik Kurulu Papua
Mumi Di Distrik Kurulu Papua
Mumi-mumi ini bukanlah orang biasa// Hanya para kepala suku dan
orang panutan yang berhak dijadikan mumi// Jenazah para kepala suku
itu diawetkan dengan cara tradisional// Usai upacara perkabungan
meninggalnya seseorang yang akan dijadikan mumi, jenazah dibawa ke
honai (rumah adat suku Dani) yang lokasinya jauh dari desa// Lantas/
dua orang yang dipilih secara khusus membuat api di dalam honai//
Jenazah yang telah dibaluri lemak babi/ diletakkan di bagian langit-
langit honai dan diasapi secara terus menerus selama 200 hari hingga
tubuhnya mengering/ mengeras dan menjadi mumi//
Proses mumifikasi selama 200 hari ini berakhir dengan upacara "Ap
Ako" untuk selanjutnya jenazah yang telah diawetkan dibawa ke desa
setempat untuk disimpan dan dijaga oleh keluarganya// Usia mumi bisa
dilihat dari kalung yang melingkar di lehernya//
Dari tujuh mumi tersebut/ ada satu yang paling menarik perhatian
yakni mumi Wim Motok Mabel/ di desa Jiwika/ Distrik Kurulu// Wim
Motok Mabel adalah nama panglima perang yang disegani// Jadi/ saat
dia meninggal jenazahnya diawetkan agar sosoknya tidak hilang dari
ingatan penduduk Jiwika//
Wasiat Wim Motok Mabel agar dirinya dijadikan mumi jika meninggal/
terbukti tidak hanya mampu menceritakan masa lalu namun juga
membawa berkah bagi warga Distrik Kurulu/ yang terletak sekitar 30
kilometer dari Kota Wamena ini//
Dihitung dari jumlah tali di lehernya, usia mumi Wim Motok yang
diawetkan dalam posisi duduk ini diperkirakan mencapai
280an tahun// Tak heran jika ada bagian tubuhnya yang mulai rusak/
dan beberapa bagian tulangnya mulai terlihat//
Ya/ untuk menyimpan mumi memang perlu kondisi khusus agar dapat
tahan lama// Tapi di Desa Jiwika/ mumi hanya disimpan di honai tanpa
perlakuan khusus lainnya//
Untuk melihat mumi ini tidak gratis// Mumi baru akan dikeluarkan dari
honai/ setelah ada kesepakatan harga// Bagi pengunjung yang ingin
mengabadikan mumi dikenakan biaya yang besarnya mencapai ratusan
ribu hingga jutaan rupiah//