NPM : P23131116021
KELAS : DIV/6A
KASUS : Lupus SE
A. PENDAHULUAN
Lupus SE atau SLE atau sistemik lupus eritematasus adalah penyakit autoimun
sistemik. Penyakit Sistemik Lupus Eritematasus (SLE) tampaknya terjadi akibat
terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto antibody yang
berlebihan, limfadenopati terjadi pada 50% dari seluruh pasien SLE pada waktu
tertentu selama perjalanan penyakit tersebut. SLE merupakan salah satu penyakit
autoimun yang disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas dan secara garis besar
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan genetic.
Gangguan renal juga terdapat pada sekitar 52% penderita SLE. Pada sebagian pasien,
gangguan awal pada kulit dapat menjadi precursor untuk terjadinya gangguan yang
bersifat lebih sistemik.
SLE banyak ditemukan pada usia 9-15 tahun dengan perbandingan pada jenis kelamin
perempuan dan laki-laki sekitar 10:1. Jumlah penderita penyakit Lupus di Indonesia
belum diketahui secara pasti. Prevalensi Systemic Lupus Erythematous (SLE) di
masyarakat berdasarkan survei yang dilakukan oleh Prof. Handono Kalim, dkk di
Malang memperlihatkan angka sebesar 0,5% terhadap total populasi.
Penderita SLE biasanya menonsumsi obat untuk terapi, salah satunya kortikosteroid.
Beberapa efek samping dari mengonsumsi kortikosteroid terdiri dari meningkatkan
berat badan, penipisan kulit, osteoporosis, meningkatnya resiko infeksi virus dan
jamur, perdarahan gastrointestinal, memperberat hipertensi dan moon face. Penderita
lupus SE juga memiliki kecenderungan kelainan pada ginjalnya, yaitu terdapat
endapan tidak normal dalam urinnya.
Bagi penderita lupus SE disarankan untuk makan makanan yang tinggi kalsium tetapi
rendah kandungan proteinnya agar tidak memperberat kerja ginjal, rendah lemak
untuk mengurangi resiko penyakit jantung, dan rendah garam untuk mengurangi
resiko hipertensi.
Oleh karena itu bahan makanan yang dipilih untuk penderita SLE adalah bayam dan
kacang kenari karena bayam mengandung tinggi kalsium, proteinnya rendah, vitamin
B6,B12 dan folat , zat gizi tsb dibutuhkan karena perkembangan aterosklerosis pada
SLE, hubungan dengan peningkatan kadar homosistein darah baru-baru ini telah
ditemukan. Vitamin B6 dan B12 dan folat dikenal sebagai kofaktor penting dalam
metabolisme homocystein. Sedangkan kacang kenari mengandung asam lemak omega
3 yang baik bagi penderita lupus SE.
Tujuan
b) Alat
Baskom
Pisau
Spatula
Panggangan
C. HASIL
Dari bahan-bahan yang tersedia dapat dihasilkan cookies tepung bayam dan tepung
brokoli yang memiliki kandungan gizi sebagai berikut :
D. PEMBAHASAN
Cookies tepung bayam ini jika dibandingkan dengan cookies lainnya cookies ini
memiliki rasa yang lebih pahit karena ditambahkannya tepung bayam yang rasanya
seperti daun. Oleh karena itu ditambahkannya selai kacang kenari untuk
menghilangkan rasa pahit dari tepung bayam dan menambah rasa crunchy pada
tekstur cookies, kacang kenari juga mengandung omega 3 yang baik untuk penderita
lupus. Lalu pada resep ini margarin diganti dengan unsalted butter untuk mengurangi
kadar garam yang ada pada makanan.
E. KESIMPULAN dan SARAN
Dari total seluruh bahan-bahan didapatkan 1 toples kecil cookies yang berisi 27
keping cookies. Saran per sajian yaitu 3 keping cookies. Tiap sajian mengandung
energi sebesar 100.2 kkal, protein sebesar 1.62 g, lemak sebesar 4,79 g, karbohidrat
sebesar 12,6 g, vit C sebesar 9.1 mg, kalsium sebesar 38.8 mg, dan zat besi sebesar
0.91 mg.
Cookies ini tinggi kalsium, rendah protin dan mengandung asam lemak omega 3 yang
baik bagi penderita lupus.
Saran untuk kedepan bisa digunakan bayam merah untuk tampilan cookies yang lebih
menarik.