Anda di halaman 1dari 2

1. Guru atau fasilitator diharapkan mampu memberikan kesan awal yang menyenangkan.

2. Guru bertugas membantu setiap peserta didik untuk memperoleh dan memahami adanya tujuan
perorangan dalam proses belajar tersebut.
3. Guru yang berkiblat pada teori pembelajaran ini harus memiliki keyakinan bahwa setiap peserta didik
akan melaksanakan tujuan yang paling tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri.
4. Diusahakan, guru sebisa mungkin mengatur dan menyediakan berbagai sumber pembelajaran yang
paling luas dan bisa dimanfaatkan oleh peserta didik.
5. Guru harus mampu menempatkan diri sebagai suatu sumber yang sifatnya fleksibel. Fungsinya agar
kelompok peserta didik bisa mendapatkan pendidikan, bukan hanya pengetahuan.
6. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menurut kiblat humanistik harus mampu
menanggapi berbagai respon yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik respon yang sifatnya
intelektual maupun yang lebih ke arah perasaan personal.
7. Apabila kelas telah menjadi kelompok yang lebih mandiri, peran fasilitator sebagai seorang ‘guru
yang mengajari’ harus perlahan berubah untuk berbaru menjadi ‘murid yang belajar’. Guru harus bisa
melatih peserta didik dengan pola pikir sesuai dengan tujuan pembelajaran.
8. Meskipun fasilitator adalah seorang guru, namun ia harus bersedia untuk mengikuti proses
pembelajaran. Perasaan dan pikiran seorang guru sebagai fasilitator tidak boleh menuntut apalagi
sampai memaksakan pembelajaran tersebut harus berhasil didapatkan atau diilhami oleh peserta
didik.
9. Guru sebagai fasilitator harus bisa peka dalam menanggapi adanya respon yang lebih terkait pada
perasaan, bukan pada konteks pembelajaran.
10. Sangat penting bagi seorang guru sebagai fasilitator untuk mengenali diri sendiri dan peserta didik
hingga menerima adanya kekurangan yang mungkin muncul di tengah proses pembelajaran.

Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Teori Belajar


Humanistik
Penggunaan teori sesuai pada fungsinya memiliki manfaat yang lebih terasa besar. Aplikasi dari teori
belajar ini memiliki dua sisi efek, yaitu kelebihan (keuntungan) dan kekurangan (kerugian). Daftar
kelebihan dan kekurangan dari penggunaan teori belajar ini akan disampaikan secara ringkas berikut.

Kelebihan Teori Belajar Humanistik

1. Aplikasi teori ini bisa memunculkan kreativitas peserta didik atau orang yang belajar. Hal ini terjadi
karena teori ini berpusat pada orang yang belajar, bukan pada materi yang harus dijejalkan pada
peserta didik.
2. Perkembangan teknologi yang pesar ekuivalen dengan perkembangan belajar.
3. Tenaga pendidik justru memiliki tugas yang lebih ringan, tidak terpaku untuk menyelesaikan materi
tetapi lebih fokus pada pengembangan setiap individu yang belajar. (baca: Konsep Diri Dalam
Psikologi)
4. Teori humanistik cenderung mampu merekatkan hubungan sosial antara peserta didik. Tidak ada
persaingan dalam pembelajaran karena semua orang berhak untuk mengoptimalkan kemampuan
diirnya, sesuai pada tingkatan masing-masing. (baca: Kecerdasan Emosional dalam Psikologi)
5. Teori belajar humanistik adalah pilihan kiblat yang cocok terutama untuk pendidikan yang bersifat
membentuk karakter, mengubah sikap, atau menganalisis fenomena sosial.
6. Indikator dari keberhasilan penerapan teori humanistik adalah perasaan senang dan tidak ada
tekanan yang dialami peserta didik. Mereka bahkan memiliki inisiatif tersendiri untuk belajar. Pola
pikir, perilaku, dan sikap mengikuti kemauan sendiri alias tidak terpaksa atau kaku.
(baca: Kepribadian Ganda)
7. Melatih peserta didik sebagai pribadi yang bebas dan tidak terikat dengan pendapat orang lain.
Peserta didik diarahkan untuk bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. (baca: Psikologi
Perkembangan)

Kekurangan Teori Belajar Humanistik


Meskipun cenderung sangat membebaskan peserta didik dalam proses pembelajaran, nyatanya teori
ini memiliki beberapa kelemahan yang harus diwaspadai.

1. Aplikasi teori ini memungkinkan peserta didik untuk sulit memahamai potensi dirinya sendiri. Ini terjadi
karena tenaga pendidik yang terlalu ‘melepaskan’ peserta didik dalam mengeksplorasi dirinya sendiir.
2. Peserta didik yang tidak berminat untuk mengikuti proses belajar akan tertinggal dengan peserta didik
lain yang sudah memiliki niatan untuk belajar dan memperbaiki diri. (baca: Ciri – ciri Pubertas)
3. Jika peserta didik tidak rajin untuk mengikuti proses pembelajaran, besar kemungkinan ia akan
kesulitan mengikuti proses belajar selanjutnya karena masih tertinggal di tahap-tahap awal.
4. Apabila peserta didik mengalami ketidak tahuan atau kurang paham atas konten pembelajaran dan
tidak segera ditangani oleh tenaga pendidik, proses pembelajaran oleh peserta didik tersebut bisa
terhambat.
5. Peserta didik memiliki potensi untuk menyalahgunakan kebebasan yang diberikan.
6. Peserta didik yang belum mampu berpikir untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri cenderung
sulit untuk melakukan pemusatan pikiran. (baca: Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini)
7. Pada konteks atau praktisnya, teori ini kurang mungkin untuk diterapkan pada sistem pembelajaran
sekolah saat ini. (baca: kepribadian ambivert)

Sebagai ringkasan, teori ini adalah pondasi dari pembelajaran yang bersifat memanusiakan manusia
yang belajar itu sendiri. Seorang fasilitator dikatakan berhasil melakukan proses pembelajaran ala
teori humanistik ketika fasilitator tersebut mampu mendidik peserta didik atau murid yang memiliki
kesadaran untuk belajar. Kesadaran untuk belajar tersebut timbul karena adanya keterkaitan atau
relevansi antara apa yang ingin diketahui oleh murid dan informasi apa yang ada di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai