Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KETEBALAN RESIN TERHADAP KEKERASAN MIKRO

DAN SIFAT OPTIK (WARNA) RESIN KOMPOSIT BULK-FILL

ABSTRAK

Objektif : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ketebalan resin


terhadap kekerasan mikro dan sifat optik (warna) resin komposit bulk-fill.
Material dan metode : Digunakan empat bulk-fill (Venus Bulk Fill, Heraeus
Kulzer; SDR, Dentsply Caulk; Tetric N-Ceram Bulk Fill, Ivoclair Vivadent;
Sonicfill, Kerr) dan dua resin komposit reguler (Charisma Flow, Heraeus Kulzer;
Tetric N-Ceram, Ivoclair Vivadent). Disiapkan 60 cetakan akrilik berbentuk
silinder untuk setiap ketebalan (2mm, 3mm, dan 4mm). Cetakan dibagi menjadi
enam kelompok untuk resin komposit. Kekerasan mikro diukur pada permukaan
atas dan bawah, sedangkan warna diukur menggunakan Commission
Internationale d’Eclairage (CIE) dengan sistem L*a*b*. Dilakukan analisis
perbedaan warna berdasarkan ketebalan dan parameter translusensi, serta korelasi
antara kekerasan mikro dan translusensi. Kekerasan mikro dan perbedaan warna
pada masing-masing sampel dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji
Scheffe’s post hoc, serta student t-test. Tingkat signifikan yang ditetapkan ialah α
= 0,05. Hasil : Kekerasan mikro mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya ketebalan resin. Resin komposit bulk-fill menunjukkan kekerasan
pada permukaan bawah maupun atas mencapai 80% pada spesimen dengan
ketebalan 4mm. Parameter translusensi paling tinggi ialah pada Venus Bulk Fill.
Seluruh resin komposit yang digunakan pada penelitian ini kecuali Venus Bulk
fill, menunjukkan korelasi antara kekerasan mikro (microhardness) dengan
parameter translusensi sesuai dengan ketebalannya. Kesimpulan : Karena
keterbatasan penelitian ini, resin komposit bulk-fill yang digunakan dapat diganti
dan ketebalan yang efektif pada bulk fill ialah 4mm (Restor Dent Endod
2015;40(2):128-135).

Kata kunci : Resin komposit bulk-fill; kekerasan mikro; ketebalan; parameter


translusensi
PENDAHULUAN

Resin komposit telah mengalami banyak perkembangan pada komposisi


bahan kimia dan filler reinforcement. Saat ini, banyak dokter gigi yang telah
menunjukkan prosedur restoratif posterior menggunakan resin komposit yang
dapat menghemat waktu. Jenis resin komposit yang baru ialah resin komposit
bulk-fill, yang telah diperkenalkan beberapa tahun ini. Resin komposit bulk-fill
dapat mempercepat proses restorasi dengan ketebalan dapat mencapai 4mm dalam
satu kali penyinaran, oleh karena itu resin ini dapat mempersingkat waktu yang
digunakan untuk proses layering.

Resin komposit bulk-fill flowable (SDR, Smart Dentin Replacement,


Dentsply Caulk, Milford, DE, USA; Venus Bulk Fill, Heraeus Kulzer, Hanau,
Germany; Filtek Bulk Fill, 3M ESPE, St. Paul, MN, USA) memiliki viskositas
yang rendah dan lebih mudah untuk diaplikasikan. Oleh karena itu resin ini
memiliki banyak keuntungan untuk digunakan sebagai resin flowable. Pertama,
tingginya tingkat flow-abilitas membuat resin ini lebih mudah digunakan pada
kavitas yang sulit dijangkau. Kedua, kemampuan struktur layered dapat
mengurangi udara yang terjebak pada tambalan. Ketiga, fleksibilitas yang tinggi
memudahkan resin ini untuk digunakan pada kavitas yang kecil. Selain itu, resin
komposit lainnya dengan kategori yang sama (Tetric N-Ceram Bulk Fill, Ivoclar
Vivadent, Schaan, Liechtenstein; x-tra fill, V0C0, Cuxhaven, germany) memiliki
viskositas dan filler yang tinggi. Saat ini, resin komposit sonic-activated bulk-fill
(SonicFill, Kerr, 0range, CA, USA) telah diperkenalkan, dan berdasarkan
instruksi dari pabrik resin ini dapat mencapai ketebalan 5mm pada setiap satu kali
penyinaran.

Pada penelitian sebelumnya, modulus elastisitas dan kekerasan resin SDR,


Venus Bulk Fill, dan Filtek Bulk Fill jauh dibawah rata-rata, dibandingkan dengan
resin komposit nanohibrid dan mikrohibrid reguler. Pada studi yang sama,
modulus elastisitas dan kekerasan lebih tinggi pada resin Tetric EvoCeram Bulk
Fill (European trade name of Tetric N-Ceram), SonicFill, dan X-tra Fill. Oleh
karena itu, resin komposit bulk-fill flowable seperti SDR, Venus Bulk Fill dan
Filtek Bulk Fill memerlukan penambahan lapisan permukaan dari resin komposit
hibrid reguler, sedangkan resin komposit terbaru seperti SonicFill, Tetric N-
Ceram Bulk Fill, dan X-tra Fill dapat digunakan tanpa penambahan lapisan resin
komposit hibrid .

Walaupun ketebalan yang disarankan oleh produsen ialah 4mm, tetapi


banyak dokter gigi yang berpendapat dengan ketebalan tersebut saat dilakukan
penyinaran sifat mekanis dari resin komposit ini tidak akan maksimal.
Pengukuran kekerasan pada permukaan bawah dilakukan untuk mengevaluasi
kedalaman penyinaran resin komposit. Karena komposisi dan filler berperan
penting pada sifat optikal resin komposit, dibandingkan dengan resin komposit
biasa resin bulk-fill memiliki sifat optik yang berbeda termasuk parameter
translusensi.

Produsen menjelaskan semakin tinggi kedalaman penyinaran resin


komposit bulk fill maka semakin tinggi pula tingkat translusensi. Namun,
beberapa penelitian telah menguji translusensi dan kedalaman penyinaran resin
bulk fill. Terdapat juga beberapa penelitian yang menyatakan tentang kekerasan
mikro dan sifat optik tergantung dengan ketebalan resin komposit ini. Oleh karena
itu, penelitian ini mengamati tentang efektivitas ketebalan resin pada kekerasan
mikro dan sifat optikal pada resin komposit bulk fill.

MATERIAL DAN METODE

Resin komposit yang digunakan

Digunakan empat buah resin komposit bulk fill (Venus Bulk Fill, VB;
SDR, SR; Tetric N-Ceram Bulk Fill, TB; SonicFill, S0) dan dua resin komopsit
reguler (Charisma flow, CF; Tetric N-Ceram). CF diginakan sebagai sebagai
kelompok kontrol resin flowable termasuk VB dan SR, sedangkan TN digunakan
sebagai kelompok kontrol resin non-flowable termasuk TB dan S0.
Tabel 1. Resin komposit yang digunakan pada penelitian

Persiapan spesimen

Digunakan enam puluh cetakan akrilik silindris dengan diameter 9 mm


dan kedalaman berbeda (2mm, 3mm, 4mm. Spesimen dibagi menjadi 6 kelompok
pada setiap jenis resin komposit (n=10). Resin komposit diaplikasikan,
dimanipulasi, dan dipolimerisasi pada slide kaca tipis sesuai dengan instruksi
produsen. Permukaan atas kemudian ditutupi dengan slide kaca untuk membuat
permukaan yang datar. Dilakukan polimerisasi menggunakan LED light curing
(Bluephase, Ivoclar vivadent, Inc., Amherst, NY, USA; light intensity 1200
mW/cm2) selama 20 detik dan berkontak dengan permukaan atas spesimen.
Selanjutnya, spesimen direndam didalam air selama 24 jam pada suhu 37°C di
ruang gelap.

Pengukuran kekerasan mikro

Kekerasan mikro pada permukaan atas (0 mm) dan permukaan bawah


(2mm, 3mm, dan 4mm) diukur menggunakan uji kekerasan Vickers (MVK-H1,
Akashi, Tokyo, Japan). Mikroindentasi dilakukan menggunakan beban 200gf dan
didiamkan selama 10 detik.

Pengukuran warna

Pengukuran warna pada seluruh spesimen diukur menggunakan


spektrofotometer (CM-3600d, Minolta, Tokyo, Jepang) sesuai dengan Commision
Internationale d’Eclairage (CIE) L*a*b* yang dihubungkan dengan iluminan
standar 665 terhadap background putih (L* = 93.26, a* = -0.61, dan b* = 2.09)
dan background hitam (L* =2.93, a* = 0.38, b* = -0.34). Standar warna hitam
ialah piringan hitam pekat yang ditutupi dengan hitam velvet, dan standar putih
ialah putih keramik. Sebelum dilakukan pengukuran pada masing-masing
kelompok, spektrofotometer dikalibrasi dengan standar blok kalibrasi (putih dan
hitam) sesuai dengan rekomendasi dari produsen.

Penghitungan perbedaan warna dan parameter translusensi

Pada penggunaan material estetik penting untuk memperhatikan


perubahan warna yang terjadi berhubugan dengan ketebalan resin. Perbedaan
warna (ΔE) didapatkan karena adanya perbedaan ketebalan. ΔE23 ialah mean dari
ΔE antara spesimen 2mm dan spesimen 3mm. ΔE24 ialah mead dari ΔE antara
spesimen 2mm dan spesimen 4mm. ΔE23 dan ΔE24 dihitung berdasarkan formula :

ΔE23 = {(L*3mm – L*2mm)2 + (a*3mm – a*2mm)2 + (b*3mm – b*2mm)2}1/2

ΔE24 = {(L*4mm – L*2mm)2 + (a*4mm – a*2mm)2 + (b*4mm – b*2mm)2}1/2

L* menunjukkan derajat gray corrresponding terhadap cahaya, axis a*


adalah merah (untuk nilai a* +) dan –hijau (untuk nilai a* -), dan axis b* adalah
kuning (untuk nilai b* +) dan –biru (untuk nilai b* -).

Parameter translusensi (TP) ditentukan berdasarkan penghitungan


perbedaan warna berdasarkan penmbacaan pada latar hitam dan putih pada
masing-masing spesimen., menggunakan formula

TP = {(L*B – L*W)2 + (a*B – a*W)2 + (b*B – b*W)2}1/2


HASIL

Kekerasan mikro

Tabel 2 menunjukkan nilai kekerasan mikro pada setiap ketebalan. Hasil


dari uji two-way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan kekerasan mikro yang
signifikan tergantung pada tipe resin dan ketebalan (p<0.001). seperti yang
ditunjukkan pada tabel 3, terdapat interaksi antara kedua faktor (tipe resin dan
ketebalan) dengan efek yang signifikan pada kekerasan mikro (p<0.001).

Gambar 1 menunjukkan perbandingan kekerasan mikro pada ketebalan


yang berbeda pada tiap-tiap resin komposit. Pada kelompok SR, TB, dan TN
kekerasan mikro menurun seiring dengan meningkatnya ketebalan resin (p<0.05).
pada kelompok VB, tidak terdapat perbedaan kekerasanmikro yang signifikan
pada spesimen dengan ketebalan 2mm, 3mm, dan 4mm. Pada kelompok S0, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara spesimen dengan ketebalan 2mm dan
3mm. Pada kelompok CF, kekerasan mikro pada spesimen dengan ketebalan 4mm
lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan tingkat ketebalan lainnya
(p<0.05). Selanjutnya, persentase kekerasan pada permukaan (rasio kekerasan
permukaan atas/bawah) pada spesimen dengan ketebalan 4mm pada VB, SR, CF,
Tb, S0, dan TN adalah 94.2%, 87.3%, 60.4%, 78.7%, 84.8%, dan 52.4%.
Kelompok resin komposit bulk fill termasuk VB, SR, S0, dan TB menunjukkan
rasio kekerasan permukaan atas/bawah mencapai 80% atau lebih pada ketebalan
4mm.

Tabel 2. Kekerasan mikro (Hv) pada ketebalan resin yang berbeda.

VB, Venus Bulk Fill; SR, SDR; CF, Charisma Flow; TB, Tetric N-Ceram Bulk
Fill; S0, SonicFill; TN, Tetric N-Ceram.
Perbedaan pada tabel menunjukkan perbedaan statistik yang signifikan pada
setiap kelompok (p<0.05).
Hasil statistik; model, p<0.001; rsin komposit, p<0.001; ketebalan, p<0.001; efek
interaksi resin komposit x ketebalan, p<0.001.

Tabel 3. Generalized linear model pada perbandingan resin komposit dan


ketebalan, serta interaksinya.

Adjusted R2 = 0.994

Gambar 1. Perbandingan kekerasan mikro pada ketebalan resin yang berbeda.

Inverted triange (▼) menunjukkan perbedaan yang signifikan.


VB, Venus Bulk Fill; SR, SDR; CF, Charisma flow; TB, Tetric N-Ceram Bulk
Fill; S0, SonicFill; TN, Tetric N-Ceram.

Perbedaan warna
Table 4 menunjukkan koordinasi warna CIE L*a*b* resin komposit
dengan ketebalan yang berbeda. Tabel 5 menunjukkan nilai mean ΔE (ΔE23 dan
ΔE24). Diantara resin komposit bulk fill, resin komposit flowable memiliki nilai
ΔE yang tinggi dibandingkan dengan resin komposit non-flowable. VB
menunjukkan nilai ΔE paling tinggi. Pada resin komposit reguler (CF dan TN),
ΔE23 dan ΔE24 berbeda secara signifikan (p<0.05). Pada setiap resin komposit bulk
fill, terdapat perbedaan yang signifikan antara ΔE23 dan ΔE24 pada resin komposit
flowable (p<0.05), tetapi tidak pada resin komposit non-flowable (p>0.05).
Tabel 4. Nilai koordinat warna CIE L*a*b* pada resin komposit dengna
ketebalan yang berbeda.

VB, Venus Bulk Fill; SR, SDR; CF, Charisma Flow; TB, Tetric N-ceram Bulk
Fill; S0, SonicFill; TN, Tetric N-Ceram.

Tabel 5. Nilai perbedaan warna (ΔE) pada ketebalan resin yang berbeda

*Student-test
ΔE23 ialah ΔE diantara spesimen 2mm dan 3mm, dan ΔE24 ialah ΔE diantara
spesimen 2mm dan 4mm.
VB, Venus Bulk Fill; SR, SDR; CF, Charisma Flow; TB, Tetric N-Ceram Bulk
Fill; S0, SonicFill; TN, Tetric N-Ceram.

Gambar 2. Parameter translusensi (TP) dan ΔTP pada tiap kelompok


ΔTP23 ialah ΔTP diantara spesimen 2mm dan 3mm, dan ΔTP24 ialah ΔTP diantara
spesimen 2mm dan 4mm.
VB, Venus Bulk Fill; SR, SDR; CF, Charisma Flow; TB, Tetric N-Ceram Bulk
Fill; S0, SonicFill; TN, Tetric N-Ceram.

Gambar 3. Korelasi antara kekerasan mikro dan TP terkait dengan ketebalan


resin.
VB, Venus Bulk Fill; SR, SDR; CF, Charisma Flow; TB, Tetric N-Ceram Bulk
Fill; S0, SonicFill; TN, Tetric N-Ceram.

Korelasi antara kekerasan mikro dan TP terkait dengan ketebalan resin

Gambar 3 menunjukkan korelais antara kekerasan mikro dan TP terkait


dengan ketebalan resin pada tiap-tiap kelompok. Pada kelompok SR, CF, TB, S0,
dan TN menunjukkan kekerasan mikro memiliki korelasi linear dengan TP (R:
1.00, 0.89, 0.94, 0.95, dan 0.92) terkait dengan ketebalan resin, sedangkan tidak
terdapat korelasi linear pada kelompok VB (R: 0.43,).

DISKUSI

Pada penelitian ini, resin komposit bulk-fill flowable menunjukkan


kekerasan mikro yang lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit bulk fill
non-flowable. SR menunjukkan kekerasan mikro yang paling tinggi diantara resin
komposit flowable, dan S0 menunjukkan kekerasan mikro paling tinggi pada resin
komposit non-flowable. Maka pada hasil dapat dijelaskan bahwa SR dan S0
mengandung lebih banyak filler inorganik dibandingkan dengan resin komposit
yang lain pada kategori yang sama (flowable atau non-flowable).

Kekerasan mikro resin komposit dipengaruhi oleh ketebalan resin


komposit. Pada penelitian ini, terdapat kesamaan kecenderungan penurunan
kekerasan mikro seiring dengan meningkatnya ketebalan resin. Mengenai
perubahan jumlah kekerasan, resin komposit bulk fill seperti VB, SR, TB dan S0
mengalami lebih sedikit perubahan, sedangkan resin komposit reguler seperti CF
dan TN menunjukkan penurunan drastis pada ketebalam 4mm. Penurunan
kekerasan mikro yang tajam ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
melaporkan bahwa kekerasan resin pada permukaan bawah berbeda secara
signifikan pada ketebalan 4mm dan 5mm. Hal ini dapat dijelaskan dengan
perbedaan TP antara resin komposit bulk-fill dan resin komposit reguler. Dengan
TP yang lebih tinggi, resin komposit bulk-fill dapat mempenetrasi cahaya lebih
dalam ke resin komposit, oleh karena itu terjadi polimerisasi monomer yang lebih
baik pada permukaan bawah resin.

Meningkatnya kedalaman penyinaran pada resin komposit bulk-fill tidak


hanya dapat meningkatkan TP, tetapi juga memodifikasi monomer dan sistem
fotoinisiator. Produsen menjelaskan bahwa SR memiliki substansi yang disebut
‘modulator polimerisasi’ yang terdapat pada resin polimerisasi. Modulator
polimerisasi berinteraksi secara sinergis dengan fotoinisiato camphorquinone.
Pada resin TB, produsen menjelaskan selain memiliki sistem inisiator
camphorquinone/amine, juga terdapat ‘initiator booster’ (Ivocerin) yang dapat
mempolimerisasi material yang dalam.

Pada beberapa penelitian yang telah melakukan pengukuran kekerasan


pada spesimen resin komposit light-cured pada permukaan atas dan bawah untuk
menentukan kedalaman penyinaran. Rasio yang sering didapatkan pada
permukaan atas/bawah mencapai 80%, dan digunakan sebagai ambang batas
minimum yang dapat diterima. Resin komposit bulk-fill yang digunakan pada
penelitian ini menunjukkan rasio kekerasan pada permukaan atas/bawah mencapai
80% atau lebih pada spesimen dengan ketebalan 4mm, yang berarti bahwa bahan
ini dapat digunakan dan dapat dilakukan penyinaran hingga kedalaman 4mm
dalam keadaan klinis.

Warna resin komposit dipengaruhi oleh perubahan ketebalan. Terkait


dengan penelitian Inokoshi dkk., ΔE < 1 dianggap tidak cukup jika dilihat oleh
mata manusia. Nilai 1 < ΔE < 3.3 dianggap cukup tinggi oleh dokter gigi,
sedangkan nilai ΔE > 3.3 dianggap dapat diterima oleh operator yang tidak
kompeten. Pada penelitian ini, spesimen dengan ketebalan 2mm pada setiap
kelompok digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi ΔE sesuai dengna
ketebalan resin. Pada penelitian ini, VB menunjukkan ΔE terbesar ( >3.3)
tergantung pada ketebalan resin, hal ini dapat diterima oleh operator yang tidak
kompeten. Pada TN, ΔE24 juga menunjukkan hasil yang dapat diterima oleh
operator yang tidak kompeten (ΔE > 3.3). Resin komposit lain menunjukkan nilai
ΔE yang hanya dapat diterima oleh dokter gigi.

TP adalah parameter yang mengindikasi tingkat translusensi resin


komposit. Tingkat translusensi resin komposit tergantung pada ketebalan yang
baik karena koofisien penyebaran dan absorpsi resin, partikel filler, pigmen, dan
opasifiers (oopak). Pada penelitian ini VB dan TN menunjukkan TP tertinggi dan
TP terendah (p <0.05). Penelitian yang dilakukan oleh Lee melaporkan TP
menurun seiring dengan meningkatnya jumlah filler. Campbell dkk., melaporkan
meningkatnya ukuran filler, maka TP resin komposit juga akan meningkat. TP
yang sangat tinggi pada VB dikaitkan dengan refraksi antara filler dengan matriks
resin. Pada resin komposit flowable bulk fill lainnya, yaitu SR terjadi peningkatan
TP disebabkan oleh ukuran filler yang besar. Pada TB, komposisi inorganik filler
yang rendah menyebabkan tingginya nilai TP. Meskipun TB memiliki jumlah
filler yang banyak, tertapi TB juga mengandung filler prepolimerisasi yang berarti
hanya mengandung sedikit inorganik filler. Pada S0, meskipun mengandung filler
yang banyak, ukuran filler yang besar dapat meningkatkan TP. Perbandingan pada
kategori yang sama (flowable atau nnon-flowable) menunjukkan bahwa resin
komposit bulk fill memiliki TP yang lebih tinggi dibandingkan dengan resin
komposit reguler. Mengenai perubahan TP tergantung dengan ketebalan resin
komposit, Kim dkk., dan Lassila dkk., melaporkan bahwa tingkat translusensi
resin komposit meningkat seiring dengan menurunnya ketebalan resin. Hal ini
disetujui karena pada penelitian ini juga ditemukan hasil yang sama pada seluruh
resin komposit.

Pada penelitian ini dievaluasi korelasi antara kekerasan mikro dan TP


berkaitan dengan ketebalan resin. Koofisien korelasi (R) antara kekerasan mikro
dan TP pada VB, SR, CF, TB, S0, dan TN adana 0.43, 1.00, 0.89, 0.94, 0.95, dan
0.92. Seluruh resin komposit yang digunakan pada penelitian ini kecuali VB
menunjukkan korelasi linear antara kekerasan mikro dan TP bergantung pada
ketebalan resin, yang berarti bahwa dokter gigi harus memperhatikan ketebalan
resin komposit saat merestorasi kavitas yang dalam. Pada VB, tingginya TP
secara signifikan daripada resin lainnya dapat disebabkan oleh penetrasi
penyinaran yang lebih dalam mencapai 4mm, dengan hasil kekerasan mikro yang
hampir sama pada spesimen dengan ketebalan 2mm, 3mm, dan 4mm ( p > 0.05).
VB juga memiliki persentase rasio kekerasan paling tinggi (94.2%) pada
permukaan atas/bawah dengan ketebalan 4mm. Namun, pada VB tidak terdapat
korelasi linear antara kekerasan mikro dan TP. Perbandingan grafik korelasi
kekerasan mikro dan TP menunjukkan resin komposit reguler lebih rendah
daripada resin komposit bulk fill. (Gambar 3). Hal ini dapat terjadi karena
kekerasan mikro menurun secara signifikan seiring dengan peningkatan pada
ketebalan resin komposit reguler. Sebaliknya, grafik resin komposit bulk fill
cenderung tinggi yang berarti kekerasan mikro resin komposit bulk fill menurun
sedikit demi sedikit seiring dengan meningkatnya ketebalan resin.

Resin komposit bulk fill sebagai bahan restorasi, direkomendasikan


ketebalan 4mm oleh produsen pada setiap penyinaran. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini, ketebalan resin komposit bulk fill yang dapat diaplikasikan oleh
dokter gigi dapat mencapai 4mm.

KESIMPULAN

Kekerasan mikro menurun seiring dengan meningkatnya ketebalan resin


komposit. Resin komposit bulk fill yang digunakan pada penelitian ini
menunjukkan rasio kekerasan pada permukaan atas maupun bawah mencapai 80%
atau lebih pada spesimen dengan ketebalan 4mm. ΔE tergantung pada ketebalan,
dan paling baik pada Venus Bulk Fill. TP menurun seiring dengan meningkatnya
ketebalan resin. Diantara resin komposit flowable, nilai TP tertinggi terdapat pada
Venus Bulk Fill, sedangkan resin komposit bulk fill Tetric N-Ceram menunjukkan
nilai tertinggi pada resin komposit non-flowable. Seluruh resin komposit yang
digunakan pada penelitian ini kecuali Venus Bulk Fill menunjukkan korelasi
linear antara kekerasan mikro dan TP terkait dengan ketebalan resin komposit.

Anda mungkin juga menyukai