Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KELUARGA DIABETES MELLITUS

A. Pengertian Kelurga
Menurut beberapa ahli pengertian keluarga yaitu
Duvall dan Logan (2011). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
Balion dan Maglaya (2009). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing – masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
Friedman (2009). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional,
serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota

B. Struktur Keluarga
1. Dominsi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku – suku di Indonesia rata – rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu.
Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi pengambilan tempat tinggal
1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
2. Ciri – ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing –
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing – masing
3. Ciri – ciri keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
4. Elemen struktur keluarga
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga
baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi
diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam
keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah
positif.

C. Macam – macam struktur / tipe / bentuk keluarga


1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
d. The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir
atau pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah sepertinuclear family disertai : paman, tante,
orang tua (kakek – nenek), keponakan, dll
f. The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g. Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan (week – end)
h. Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll.
j. Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti perceraian atau ditinggal mati.
2. Non – Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama’
d. The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama
berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
g. Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai – nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang – barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/
saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental
k. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya

D. Peranan Keluarga
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga , kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
c. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan

F. Tahap – tahap kehidupan / perkembangan keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 2009)
:
1. Pasangan baru (keluarga baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) Keluarga yang menantikan
kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak pertama berusia 30 bulan:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5
bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia
enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orangtuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

G. Perawatan Kesehatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.
H. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang
kesehatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala,
perawatan dan pencegahan TBC.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan
dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya
masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan
membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan,
kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat
perawatan segera agar masalah teratasi.
I. Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak
pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan
harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga
yang sakit.
4. Pengawas
kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-
keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat
komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat,
dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau
wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Diabetes Mellitus
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth. 2011)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan
hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati

B. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetic/ herediter Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan
perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel – sel beta.
b. Faktor infeksi virus Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetic
c. Faktor imunologi Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang jaringan
normal yang dianggap jaringan asing
2. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)
a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh
tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatan efek
metabolic.
b. Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. Diabetes Mellitus Malnutrisi Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi
pancreas
4. Diabetes Mellitus tipe lain
a. Penyakit pancreas
b. Penyakit hormonal
c. Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazid

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin
a. Kadar glukosa puasa tidak normal
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
d. Lelah dan mengantuk
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva

D. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun
2) Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin.
Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati:
1) Tipe II dengan obesitas
2) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa

E. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan
berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam –
asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang
berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus
tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis
diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang
tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh,
infeksi vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

F. Data Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6. Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi
8. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11.Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka

G. Komplikasi
Komplikasi akut
1. Hipoglikemia
2. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
3. Ketoasidosis Diabetic
Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :
1. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
2. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vascular perifer, dan vascular serebral
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
4. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/gangrene/kaki diabetic

H. Penatalaksanaan
Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
1. Diet
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diit ketat
c. Jenis : boleh dimakan atau tidak
2. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes
Mellitus, adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Penyuluhan
4. Obat
a. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
b. Insulin
5. Cangkok pancreas

I. Asuhan Keperawata
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam
Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Data yang diperoleh dari pengkajian
a. Berkaitan dengan keluarga
1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas
keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan.
Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative) terhadap
upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
6) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan?
7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat
untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat,
penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara perawatannya)
2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota
keluarga 3
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga
yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas
fisik, dukungan psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar
lingkungan rumah.
2) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi
lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
4) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan
keluarga
5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan yang
dapat dijangkau keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan melayani.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang
fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat
apakah penyebabnya?
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012)
:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau
gejala penyakit Diabetes Mellitus.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
dan perawatan Diabetes Mellitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus
Diabetes Melitus.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang
tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
2. Menentukan Diagnosa Keperawatan
Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah
dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel berikut.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya,
2009.

No Kriteria Skala Bobot


Sifat Masalah
- Aktual 3
1 - Resiko 1
2
- Potensial/ weliness
1
Kemungkinan Masalah dapat diubah 2
- Dengan Mudah 2
2 - Hanya sebagian
1
- Tidak dapat
0
Potensial Masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
3 - Cukup 1
2
- Rendah
1
Menonjolnya Masalah
- Masalah berat harus ditangani 2
- Masalah yang tidak perlu segera
4 1 1
ditangani
- Masalah tidak dirasakan
0
Total
Skoring
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2014) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum
dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan
standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua
kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes
Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara
lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih
lanjut dari Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan
dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi :
1) Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
dan perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi :
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan
dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap
faktor pencetus Diabetes Melitus . Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga
mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit Diabetes Melitus .
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit Diabetes Melitus misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup
sehat.

Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes


Mellitus, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes
Mellitus
1) Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
2) Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
3) Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
2) Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita Diabetes Mellitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
dan perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
2) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah
raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus
Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam.
2) Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
3) Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang
tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
1) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.
5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru
yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Mellitus.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan.
e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Melitus

DAFTAR PUSTKA

Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu. Mitra Wacana


Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, deabetes
Melitus, Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika ,
Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan teori Buku 1,
Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan teori Buku 1,
Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai