METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Altimeter, Bor Tanah,
Printer, Seperangkat Komputer dengan Software ArcGIS versi 9.3.1, dan Alat
Tulis Menulis.
3.2.2 Bahan
e. Bone Bolango dalam Angka 2011 dan 2012 (Badan Pusat Statistik
3.3.1 Persiapan
Pada tahap ini, dilaksanakan studi literatur, dan pengumpulan alat maupun
bahan yang diperlukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang
3.3.2.2 Data iklim, berupa data curah hujan yang digunakan untuk
Jalaludin Gorontalo.
pendapatan.
Statistik dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, berupa data luas
terhadap peta-peta yang belum sama skala petanya, selanjutnya peta-peta tadi
penggunaan lahan setiap tipe pemanfaatan lahan dalam hal ini tanaman kopi
yang rendah (KLA) dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian yang lebih tinggi
(KLP) sebab akan menaikkan kelas kesesuaian lahan satu atau dua tingkat.
dan penyebarannya untuk setiap LUT dalam bentuk peta KLP. Selanjutnya
radiasi pada ETp di berbagai suhu dan ketinggian, Rn = radiasi bersih (mm/hari), f
(U) = fungsi kecepatan angin (km/jam) dan (ea – ed) = tekanan uap air (mbar).
berikut:
Nilai faktor penyesuaian (c) sebagai akibat perubahan cuaca pada siang
dan malam hari diperoleh dari Tabel faktor penyesuaian (Lampiran 8). Nilai
faktor radiasi (W) diperoleh dari Tabel faktor beban sebagai pengaruh radiasi ETp
di berbagai ketinggian dan temperatur yang berbeda (Lampiran 7). Nilai radiasi
bersih (Rn) diperoleh dari persamaan: Rn = Rns – Rnl, (2) di mana Rns =
radiasi gelombang pendek bersih (mm/hari) dan Rnl = radiasi gelombang panjang
Tabel tekanan uap jenuh berdasarkan temperatur rata-rata bulanan (Lampiran 6).
Besarnya ETp dihubungkan dengan besarnya curah hujan efektif yang terjadi di
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh
tanaman yang dapat dipergunakan untuk memenuhi air konsumtif tanaman. Curah
hujan efektif dihitung dengan persamaan yang direkomdasikan FAO (1986) yaitu:
Pe = 0,8 P – 25, jika P > 75 mm, (4) Pe = 0,6 P – 10, jika P < 75 mm,
(5) di mana Pe = curah hujan efektif (mm/bulan) dan P = rata-rata curah hujan
bulanan (mm/bulan)
dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang berkaitan dengan
usahatani menurut Soekartawi (1995) yaitu: 1. Net Present Value (NPV) atau nilai
bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari benefit dan Present
Value dari biaya. Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa
PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan
menghitung dari cash flow usaha selama umur investasi tertentu. Net Present
NPV = nt t tt i CB 0 ) 1(
(6)
Bila NPV > 0, maka usaha tani tersebut layak Bila NPV < 0, maka usaha tani
tersebut tidak layak di mana NPV adalah nilai sekarang dalam waktu tertentu, Bt
– Ct adalah pendapatan bersih pada tahun t, i adalah tingkat suku bunga yang
berlaku dan t adalah jangka waktu (tahun ke). 2. Internal Rate of Return (IRR)
merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil. Kriteria layak atau
tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku
bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan. Internal Rate of Return (IRR)
dikatakan layak Bila IRR ≤ i maka usaha tani dikatakan tidak layak di mana
NPV1 adalah hasil perhitungan NPV positif mendekati nol, NPV2 adalah hasil
perhitungan NPV negatif mendekati nol dan i1, i2 adalah persentase tingkat suku
bunga sebelum titik impas dan sesudah titik impas. 3. B/C Ratio.
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) adalah penilaian yang
dari Groos Beenefit (nilai total produksi) dengan PV dari Gross Cost (biaya
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah penlilaian yang dilakukan untuk
melihat tingkat efesiensi penggunaan biaya berupa perbandingan nilai biaya bersih
(9)
Bila B/C > 1, maka usaha tani tersebut layak Bila B/C < 1, maka usaha tani