Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN RUMAH SAKIT

Pasien dengan

Di RS Dr Suyoto

Jl .RC. Veteran raya no 178 rt 009 /rw 003 Bintaro Pasanggrahan ,kota Jakarta Selatan

Di susun oleh :

1.Nessa Ishmah Munyati 8.Idham Topik Yoga

2.Hanifah Nur Jamilah 9.Ananda Oktavianti

3.Sithi Febriyanti 10.Miranti Nisrina Nugraha

4.Putri Ayniyah Sinta 11.Mega Ayu Ardhaneswari

5.Hanifah Eka Cahyaningsih 12.Rifda Rianti

6.Agatta Surya Wijaya 13.Siti Mutmainah Sukanta

7.Desy Sulastri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

TAHUN AJARAN 2017


Kata Pengantar

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME yang mana telah memberikan
karunia-Nya yang berupa kesehatan, keimanan, dan akal sampai saat ini, shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi kita serta para pengikutnya.

Alhamdulillah dengan kemampuan akal yang diberikan oleh Tuhan YME kami dapat
menyelesaikan segala permasalahan yang terkait kehidupan dimuka bumi ini, tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada:

1. Pihak rumah sakit RS Dr Suyoto yang telah memberikan izin serta membimbing
mahasiswa keperawatan UPN ‘Veteran’ Jakarta untuk praktek lapangan di RS Suyoto.
2. Ns Lima Florensia yang telah membimbing mahasiswa keperawatan UPN Veteran
Jakarta selam proses praktek lapanggan di RS Suyoto.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan dari semua pihak, semoga makalah l bagi kita semua.

Jakarta,31 July 2017

Penyusun makalah

Daftar Isi
BAB I
A. Konsep Keperawatan

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang


didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu
membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu
merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu
memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen
dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang
untuk kebaikan pasien (Suwignyo, 2007)

1. Pengertian keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan


kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan
kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan
rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam,
2008).

Roy (dalam Nursalam, 2008) mendefmísikan bahwa tujuan keperawatan


adalah meningkatkan respons adaptasi yang berhubungan dengan empat model
respons adaptasi. Perubahan internal, eksternal, dan stimulus input bergantung dari
kondisi koping individu. Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang.
Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus fokal kontekstual, dan residual. Stimulus
fokal adalah suatu respons yang diberikan secara langsung terhadap input yang
masuk. Penggunaan fokal pada umumnya bergantung pada tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang
merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta mempengaruhi situasi dan
dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik atau riwayat seseorang dan timbul secara relevan sesuai
dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif. Tindakan keperawatan
yang diberikan adalah meningkatkan respons adaptasi pada situasi sehat dan sakit.
Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalam memanipulasi stimulus fokal,
kontekstual, atau residual pada individu. Dengan-memanipulasi semua stimulus
tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona adaptasi. Jika memungkinkan,
stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus harus dirangsang dengan baik.

2. Karakteristik
a. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan didefinisikan sebagai hubungan
yang spesifik dari konsep keperawatan, seperti hubungan antara konsep
manusia, konsep sehat sakit, keperawatan, dan konsep lingkungan.
b. Teori keperawatan harus bersifat imlah, artinya teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan
cara berpikir yang logis.
c. Teori Keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan
dapat digunaklana pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang
komplek sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
d. Teori keperawatan berperan dalam rangka memperkaya body Knowledge
keperawatan yang dilakukan melalui penelitian.
e. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki praktek
keperawatan.

3. Keperawatan Dasar
Keperawatan dasar adalah hal yang penting dalam perawatan manusia yang
saling berhubungan. Kita setiap harinya berhubungan dengan sesama kita dan
bagaimanapun kita akan juga bertanggung jawab terhadap orang-orang yang
berada dalam jaringan lingkungan sosial kita yang relatif kecil itu. Kita sendiri
kadang-kadang juga tergantung pada orang lain.
Perawatan dasar sebenarnya bersumber pada “ Tugas dasar ketiga dari
kemanusiaan”. Sebagai manusia yang berada bersama dengan manusia lain.
Manusia memperoleh pengalaman dalam pengembangan kepribadiannya, justru
karena berhubungan dengan orang lain. Karena perawatan dari orang lain, manusia
dapat berkembang dari seorang bayi menjadi orang dewasa.
Perawatan Dasar yang diberikan orang lain terhadap kita, secara perlahankita
pelajari dan mengambil alih untuk kemudian dijadikan perawatan diri. Keterangan
selanjutnya dari pengertian “ Perawatan dasar” berasal dari “Prof. Hattinya
Veschure” yaitu semua perawatan
yang diberrikan dan diterima seseorang dalam batas “ lingkungan sosial yang kecil
diman individu tersebut termasuk didalamnya, didasarkan pada keinginan
membantusatu sama lain”.
Jadi, syarat perawatan dasar adalah adanya suatu struktur lingkungan sosial
yang kecil dan kesediaan untuk melakukan sesuatu bagi mereka.
4. Karakteristik Keperawatan
Kita bertolak dari penjelasan Prof. Hattinya Veschure :
- Perawatan dasar mengarah pada keinginan untuk merawat orang lain. Dalam
perawatan dasar terdapat kesediaan untuk membantu atau dibantu, yang berarti
bahwa secara prinsip orang bersedia memberi bantuan sebagai umpan balik atas
bantuan (Perawatan dasar) yang telah disediakan.
- Orang-orang yang terlibat didalamnya saling mengenal juga hubungan dalam
perawatan bukan satu-satunya hubungan yang ada diantara mereka, mengenal
masing-masing seperti mengenal sesama anggota keluarga atau bagaikan mengenal
sesama anggota perkumpulan hobby dan sebagainya. Perawatan dasar memerlukan
jangka waktu yang lebih panjang. Pada perawatan dasar ada kemungkinan bahwa
hubungan pribadi ada didalamnya. Ada suatu hubungan emosi yang hangat diantara
pribadi yang terlibat.
- Sepanjang manusia ada, selama itu juga masih diperlukan perawatan dasar, untuk
itu uorang tidak perlu menjalani suatu pendidikan tertentu. Yang penting disini
adalah berusaha ikut membantu menciptakan suatu suasana dimana orang yang
bersangkutan merasa aman dan tentram.

B. Keperawatan Dasar
1. BERNAPAS DENGAN NORMAL
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ ataupun sel (Iqbal, 2005).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting diproses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satu dampaknya adalah kematian. Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu dalam
konsep ini perawat perlu memahaminya secara mendalam (Iqbal, 2005).
Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan oksigenasi tubuh terdiri dari 3 tahap yaitu:


1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin
tinggi; adanya kemampuan torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan napas yang dimulai dari hidung
hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadi rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau
proses penyempitan dapat terjadi); refleks batuk dan muntah; dan adanya
peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat kita menarik
napas, sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik namun recoil
terganggu, maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal. Pusat pernapasan,
yaitu medulla oblongata dan pons, dapat mempengaruhi proses ventilasi,
karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan
dan bila pC02 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan

2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler


paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk
dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke
dalam alveoli, dan afnitas gas (kemampuan menembus dan saling mengikat
Hemoglobin-Hb).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan
berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian
menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung
(kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan
sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan
kadar Hb.

2. NUTRISI
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses
dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi
normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Kebutuhan Nutrisi
a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit kritis dapat
menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan
nutrisi yaitu:
a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu
starvation dan infrastruktur.
b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis
hendaknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi
dan untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang
berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang
Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak dirawat.
Disamping itu disfungsi/gagal organ multipel dapat terjadi sesudah
trauma, sepsis atau gagal nafas yang berhubungan dengan
hipermetabolisme yang berlangsung lama.
Beberapa cara mengukur kebutuhan nutrisi :
a. Metabolic Chart- Indirect Calorimetry Resting EnergyExpenditur
(REE). [(konsentrasi O2)(0,39) + (produksi CO2)(1,11)] x 1440.
Rumus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan FiO2 lebih dari
40%.
b. Persamaan Harris Benedict( untuk dewasa). Basal Energy Expenditure
(BEE):
Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,76 x Umur)
Wanita: 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) – (4,67 xUmur)
Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/ kgbb /hari.
BB=berat badan, TB=tinggi badan
Untuk menghitung BEE harus disesuaikan dengan factorfaktor
metabolik, seperti: demam, operasi, sepsis, luka bakar dan lain-lain.
c. 25-30 kkal/kgbb ideal/hari (untuk dewasa)
120-135 kkal/kgbb/hari (untuk premature)
120-140 kkal/kgbb/hari (untuk infant)
d. Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea urine 24 jam
dan dalam hubungannya dengan urea darah dan Albumin. Tiap gram
nitrogen yang dihasilkan menggunakan energy sebesar 100-150 kkal
(At Tock, 2007). Kebutuhan energi pada pasien kritis: Rule of Thumb
dalam menghitung kebutuhan kalori, yaitu 25-30 kkal/kgbb/hari. Selain
itu penetapan Resting Energy Expenditure (REE) harus dilakukan
sebelum memberikan nutrisi. REE adalah pengukuran jumlah energy
yang dikeluarkan untuk mempertahankan kehidupan pada kondisi
istirahat dan 12-18 jam setelah makan. REE sering juga disebut Basal
Metabolic Rate (BMR), Basal Energy Requirement (BER), atau Basal
Energy Expenditure (BEE). Perkiraan REE yang akurat dapat
membantu mengurangi komplikasi akibat kelebihan pemberian nutrisi
(overviding) seperti infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise
(Wiryana, 2007).
3. ELIMINASI
Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses).Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat
yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Miksi ini sering disebut buang air kecil.

Fisiologi Dalam Eliminasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang


mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-
kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-
kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai
lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus
terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang
waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam
rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di
daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis
dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan
kerjanya berakhir .

4. GERAK DAN KESEIMBANGAN TUBUH


Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (Abrahamova &
Hlavacka, 2008). Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk
mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah.
Contoh keseimbangan statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan
keseimbangan. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk
mempertahankan posisi tubuh dimana (COG) selalu berubah, contoh saat
berjalan. Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari system
somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal,
otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap
respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur
meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009). Equilibrium
adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap
stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi. Statis
Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi
diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas balance board.

5. ISTIRAHAT TIDUR

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan


mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan
kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik
secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup. Tidur
adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase
kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Sehingga tanpa tidur yang cukup,
kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan
kegiatan sehari-harinya dapat menurun.

6. BERPAKAIAN
Pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, tanpa pakaian
manusia tidak dapat menutupi tubunya dengan aman. Pakaian juga adalah hal
penting untuk menunjang penampilan, dengan pakaian manusia dapat memiliki
kepercayaan diri dihadapan manusia lainnya. Pakaian adalah pelindung tubuh
yang paling utama dari hal-hal lain seperti perawataan-perawataan kulit dan
sebagainya. Manusia dapat merasakan manfaat dari pakaian yaitu : penutup
badan dari sengatan panas matahari, menutupi aurat, penunjang penampilan agar
terlihat lebih baik dan percaya diri, dll.
Hubungan Pakaian Dengan Gaya Hidup
Seiring majunya perkembangan jaman fasion pun menjadi hal yang penting bagi
manusia saat ini. Misalnya fasion dalam hal berpakaian saat ini merupakan hal
paling penting bagi sebagian orang. Banyak model pakaian yang bisa manusia
pakai untuk menutupi tubuhnya atau bahkan menjadi penunjang penampilan
mereka. Contohnya model pakaian muslim untuk orang muslim yang
mengenakan kerudung, baju pesta untuk orang yang senang menghadiri undangan
hiburan, jamuan, dll. Begitu banyak model pakaian di dunia ini sehingga banyak
pula gaya yang disenangi manusia dalam berpakaian sesuai dengan gaya hidup
mereka. Tetapi tidak sedikit juga manusia yang memilih pakaian berdasarkan
kenyamanan bukan mengutamakan penampilan, contohnya pemakaian kaos
oblong agar simple untuk melakukan kegiatan tanpa merasa repot.
Pengaruh Harga Pakaian Terhadap Daya Beli Konsumen
Pakaian bermerek dan mempunyai daya jual tinggi mungkin tidak jadi
masalah untuk orang yang memiliki uang, tetapi untuk orang yang mempunyai
daya beli yang rendah hal tersebut bukanlah hal yang harus diutamakan pada saat
akan membeli.
Orang yang memiliki daya beli tinggi biasanya memperhatikan merek dan
kualitas pada saat akan mmbeli, berbanding terbalik dengan orang yang daya
belinya rendah mereka cenderung mengutamakan harga, kenyamanan contohnya
pakaian murah, bagus dilihat dan enak dipakai maka mereka akan langsung
tertarik dengan pakaian tersebut dan langsung membelinya sesuai kemampuan
daya beli mereka.

7. MEMPERTAHANKAN SIRKULASI

1. Pengertian.

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan

mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit

jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan

sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).

2. Faktor predisposisi
Iskandar (2008), mengatakan bahwa faktor risiko cardiac arrest adalah: Laki-laki
usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac arrest satu
berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu berbanding 24 orang.
Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung mendadak. Orang dengan
faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi, hiperkholesterolemia dan
merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiacarrest (Iskandar,2008).

Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai


risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:

a) Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.

b) Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy).

c) Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung.

d) Kelistrikan jantung yang tidak normal.

e) Pembuluh darah yang tidak normal.

f) Penyalahgunaan obat.

a) Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab lain;
jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu
cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa. Enam
bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode
risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan penyakit jantung
atherosclerotic.
b) Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab (umumnya )
karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang
cenderung untuk terkena cardiac arrest.
c) Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena beberapa
kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia) justru
merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest. Kondisi
seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa
mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam darah
(misalnya penggunaan diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia yang
mengancam jiwa dan cardiac arrest.
d) Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal
seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang QT yang
memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda.
e) Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri
koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa
muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik
yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai
kelainan tadi.
f) Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya
cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada
organ jantung.

3.Tanda-tanda cardiac arrest.

Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2010) yaitu:

a) Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di


pundak ataupun cubitan.

b) Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan


pernafasan dibuka.

c) Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

4.Proses terjadinya cardiac arrest

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia:

fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA),

dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).

8. PERSONAL HYGIENE

a. Definisi Personal Hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan,
sesuai dengan kondisi kesehatan, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2010). Ukuran kebersihan atau
penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada
setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat
memberikan informasi-informasi tentang personal hygiene yang lebih baik terkait
dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalam melakukan
perawatan diri.

b. Epidemologi

Pemenuhan kebutuhan personal hygine biasanya menyangkut tentang


kebutuhan untuk kebersihan diri secara mandiri. Gangguan pada personal hygine
dapat terjadi pada semua tingkat umur. Pasien yang tidak bisa bangun sendiri atau
hanya tidur dirumah sakit biasanya yang mengalami gangguan personal hygine.

c. Etiologi

1. Gangguan kognitif

2. Penurunan motivasi

3. Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)

4. Ketidaknyamanan merasakan hubungan spasial

5. Ansietas

6. Kelemahan

d. Faktor Predisposisis

Menurut Potter dan Perry, sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi
oleh sejumlah faktor antara lain:

1. Citra Tubuh

Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang


tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene.
2. Praktik social.

Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat


mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.

3. Status sosio-ekonomi

Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik


kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan
kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social
klien.

4. Pengetahuan

Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan


mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri.
Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk
meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan
menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.

5. Variable Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan


hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi
kesehatan.

6. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang
berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.

7. Kondisi Fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.

e. Patofisiologis

Pengaturan kegiatan sehari-hari seseorang meningkat kualitas seseorang


sehingga permasalahan – permasalahan yang tadinya terjadi dapat berangsur-angsur
berkurang.

9. RASA AMAN DAN NYAMAN

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram. Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu
mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya Keamanan. Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap
oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi
kemampuan seseorang.

FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEAMANAN DAN KENYAMANAN

1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan
penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak
dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai

10. BERKOMUNIKASI

Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus
berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karna
itu, dibutuhkan pembentukan komunikasi terapeutik. Perawat berkomunikasi dengan
orang lain yang mengalami tekanan, yaitu: klien, keluarga, dan teman sejawat ( Potter
dan Perry, 2010 ). Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang
direncanakan secar sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan
klien. Komter merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat
dengan klien. Komter berlangsung secara verbal dan non verbal. Dalam komter ada
tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien,
ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi
perasaan (Wahyu Purwaningsih dan InaKarlina,2010:11-12).
11.KEBUTUHAN SPIRITUAL

Highfield dan Cason menggunakan pendekatan kebutuhan spiritual dalam penelitian


deskriptif mereka menyelidiki kesadaran perawat bedah tentang kebutuhan spiritual. Para
peneliti mengidentifikasi empat kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan akan makna dan
tujuan dalam hidup, kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta, kebutuhan akan
harapan dan kebutuhan akan kreativitas.
Stallwood dan Stool dalam McSherry menyatakan bahwa spiritual merupakan
kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap faktor diperlukan untuk
membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan
atau sebagaimana didefenisikan oleh individu itu dan keluar dari hubungan itu untuk
mengalami pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan, makna dan tujuan dalam hidup.
Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama atau kepercayan terhadap Tuhan
tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan atau mencari makna dan tujuan.
Frankl menyatakan bahwa kebutuhan spiritual dipandang sebagai persyaratan paling
dalam pada diri sendiri. Jika seseorang mampu mengidentifikasi dan memenuhi
persyaratan, maka ia dapat berfungsi secara harmonis, mencari makna, nilai, tujuan dan
harapan dalam hidup bahkan saat hidup mungkin akan terancam. Menurut Burnard.
seorang individu dapat menyatakan kebutuhan untuk hubungan yang harmonis setelah
mengalami gangguan pernikahan. Secara psikologis berorientasi untuk melihat kebutuhan
psikologis, ketika pada kenyataannya orang tersebut adalah menyatakan keinginan untuk
mengeksplorasi isu-isu yang mendasar, unik dan keberadaan mereka berada di tengah.
Secara alami spiritual berasal dari dimensi psikososial, demikian juga, itu akan membuat
kesalahpahaman yang serius dan kesalahan untuk menyimpulkan bahwa seorang ateis atau
agnostik tidak memiliki kebutuhan rohani karena mereka tidak mempunyai kepercayaan
pada Tuhan. Narayanasamy dan Owens menyatakan bahwa adanya kebutuhan spiritual
lainnya dengan menerapkan konsep langsung ke keperawatan dan perawatan kesehatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah perawat mengidentifikasi pasien dari
ekspresi perasaan emosional dan mencari makna dan tujuan. Dari hasil wawancara yang
diperoleh, ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa tegang, nyeri dan
emosional. Para pasien takut akan kematian dan mereka tidak ingin suaminya mengetahui
akan ketakutannya. Mereka membutuhkan bimbingan, mencari makna dan tujuan untuk
mengatasi emosinya.
Yong et al (2008) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual terdiri dari lima yaitu arti
dan tujuan, harapan, mencintai dan hubungan yang harmonis, hubungan dengan Tuhan dan
menerima kematian. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan harapan untuk
kesembuhan, memiliki ketenangan dengan diri dan kehidupan serta merasakan kedamaian
dan memiliki hubungan telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk mengatasi penyakit.
Makna dan tujuan hidup merupakan komponen utama dari spiritualitas karena ketika
seseorang tidak dapat menemukan makna dan tujuan hidup selama masa-masa sulit,
mereka mungkin mengalami depresi dan kebutuhan spiritual merupakan intervensi yang
penting dalam mengatasinya. Mencintai dan hubungan yang harmonis dengan orang lain
merupakan kebutuhan manusia secara universal karena menunjukkan bahwa mereka selalu
harus ada dengan keluarga agar pasien menjadi lebih kuat.
Komponen Kebutuhan Spiritualitas
a. Arti dan tujuan
Kita semua memiliki keinginan dan kebutuhan untuk mengidentifikasi beberapa
makna dalam hidup kita dan keberadaan yang akan membantu dalam menghasilkan
motivasi atau tujuan, yang akan menyebabkan rasa pemenuhan. Pencarian ini dilakukan
dalam masa sehat maupun sakit. Kebutuhan untuk menemukan arti dan tujuan
merupakan dimensi penting diseluruh literarur. Beberapa penulis menekankan bahwa
penyakit fisik sering bertindak sebagai pemicu. Satu yang terpenting adalah sebuah
perjalanan batin untuk mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan hidup dan mati serta
untuk mengatur ulang prioritas berhubungan dengan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual. Narayanasamy menyatakan bahwa penyakit juga dapat sebagai satu tantangan
yang sudah ada pada sistem personal. Kebutuhan untuk memahami eksistensi manusia,
dengan melihat adanya arti, dapat menemukan kedamaian, tidak peduli seberapa parah
penyakitnya.

b. Kebutuhan akan cinta dan hubungan yang harmonis


Tanpa keintiman dan kenyamanan yang diperoleh dengan orang lain misalnya
pasangan, rekan atau teman dekat, kita bisa merasa terisolasi, sendirian dan kehilangan
sentuhan, keamanan dan cinta. Kebutuhan akan hubungan yang harmonis penting yang
berasal dari kontak pribadi dan keterlibatan dengan orang – orang. Namun, kasih sayang
yang sama dihasilkan atau dialami melalui kontak dekat dengan penciptanya. .
Pengamantan telah dilakukan dan hasil yang diperoleh bahwa hubungan tidak akan
selalu harmonis dan individu dapat tumbuh dan belajar dari semua pengalaman.
Mencintai, memiliki dan menghormati merupakan kategori yang terbesar. Banyak
pasien menyatakan bahwa pentingnya seorang ustad atau pendeta dalam memenuhi
kebutuhan spiritual. Dari hasil survey yang diperoleh kebutuhan spiritual pasien yaitu
agar dapat diterima setiap orang, kasih sayang dan kebaikan, dapat merasakan hubungan
dengan dunia, persahabatan dan menghargai fungsi tubuh.

c. Kebutuhan untuk pengampunan


Pada saat hidup akan terjadi hal yang mengganggu dan akan terjadi konflik. Namun,
kemarahan dan rasa bersalah yang belum terselesaikan dapat menyebabkan hilangnya
fisik, psikologis, sosial dan kesejahteraan spiritual. Oleh karena itu, untuk menjaga
keseimbangan, ada kebutuhan untuk mencoba dan menyelesaikan konflik dalam
kehidupan dan pada waktu memaafkan.
Mickley dan Cowles menyatakan bahwa pengampunan (forgiveness) mendapatkan
perhatian meningkat dari para profesinal pelayanan kesehatan. Bagi banyak klien, sakit
atau kecacatan berkaitan dengan rasa malu dan rasa bersalah. Masalah kesehatan
diinterpretasi sebagai hukuman atas dosa dimasa lalu seperti melakukan hubungan sek
sebelum menikah adalah penyebab dari kanker payudara yang di alaminya . Klien yang
sedang menghadapi kematian dapat mencari atau meminta pengampunan dari yang lain
termasuk dari Tuhan. Dalam penelitiannya menganjurkan pada perawat yang mempunyai
peran penting, agar membantu klien dengan memahami proses pengampunan ini dan
memenuhi kebutuhan spiritualitas klien melalui pengampunan ini.

d. Kebutuhan untuk sumber harapan dan kekuatan


Spiritualitas sering disebut sebagai sumber kekuatan batin dan keyakinan harapan.
Keyakinan seseorang, nilai-nilai dan sikap akankah membawa harapan pada orang, masa
depan atau dari perspektif agama, seperti hidup yang kekal yang memungkinkan individu
untuk menimba kekuatan dari komitmen dan keyakinan mereka.
Galek et al menyatakan bahwa kekuatan harapan dan rasa syukur dapat memupuk dan
memberi semangat pasien. Meskipun harapan itu dikonseptualisasikan dalam berbagai
cara. Peneliti menekankan kapasitas harapan dapat berhubungan dengan kemungkinan
dan realita dari luar diri. Dari hasil survey didapatkan bahwa kebutuhan akan harapan
dapat memberikan kedamaian dan kepuasan, menjaga agar pandangan tetap positif,
bersyukur atau berterima kasih.
Stephenson menyatakan bahwa harapan adalah inti dalam kehidupan dan merupakan
dimensi esensial bagi keberhasilan dalam menghadapi dan mengatasi keadaan sakit dan
kematian. Harapan sebagai suatu proses antisipasi yang melibatkan interaksi pemikiran,
tindakan, perasaan dan relasi, yang arahkan pada masa datang untuk pemenuhan akan
kepribadian yang penuh makna. Jika tidak mempunyai harapan dan tidak ada yang
memberikan harapan tersebut, maka sakit yang dialami, dirasakan seperti berkembang
memburuk lebih cepat.

e. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang berfikir dan bertingkah laku.
Kreativitas digunakan seseorang untuk mengekspresikan sifat dasarnya melalui suatu
bentuk atau medium sehingga menghasilkan rasa puas baginya. Kemampuan untuk
menemukan makna, ekspresi dan nilai dalam aspek kehidupan seperti sastra, seni, musik
dan kegiatan lainnya yag berasal dari sifat kreatif individu, menyediakan ekspresi dan
makna serta sarana komunikasi. Kreativitas dapat berbentuk inspirasi, mengangkat
emosi seseorang dan perasaan untuk keindahan hadir dalam bentuk kreasi
f. Kepercayaan
Individu terisolasi dan diabaikan ketika kehilangan kepercayaan. Dipercaya dapat
berbentuk diterapkan pada teman-teman masing-masing keluarga atau masyarakat dunia
pada umumnya. Kepercayaan adalah prasyarat untuk membangun persahabatan dan
hubungan terapeutik. Dengan mengadopsi pendekatan ini, itu akan muncul bahwa
kepercayaan adalah penting untuk eksistensi dan komunikasi. Dipercaya menyebabkan
rasa nilai, harga diri dan penerimaan oleh orang lain. Kemampuan untuk
mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dalam kehidupan adalah kebutuhan
mendasar untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai. Kebutuhan ini
dipupuk dalam masyarakat modern. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan keyakinan
pribadi dan nilai-nilai dapat menyebabkan frustasi dan akhrinya permusuhan
Taylor menyatakan bahwa kepercayaan kepada Tuhan merupakan hal yang sangat
penting ditanamkan dalam diri. Dengan adanya kepercayaan menyadarkan kepada kita
bahwa segala sesuatu yang ada baik alam semesta maupun isinya adalah bersumber dari
Tuhan. Seseorang yang tidak memiliki kepercayaan akan merasa ragu dana bimbang.
Orang yang percaya akan memiliki kepasrahan dalam dirinya sehingga orang tersebut
memiliki kepastian dalam hidupnya.
g. Mempertahankan praktek-praktek kesejahteraan spiritual
Seperti kemajuan hidup kita, praktik kesejahteraan spiritual tertentu dapat
dikembangkan dan dibentuk. Praktek ini dapat berasal dari dalam kerangka agama
seperti kebutuhan untuk doa sehari-hari atau menghadiri kebaktian gereja, masjid atau
kuil. Namun seseorang individu mungkin telah tumbuh secara rohani melalui perjalanan
waktu di daerah pedalaman atau dengan mengambil keterlibatan dalam olahraga. Selam
periode sakit atau rawat inap, akan ada kebutuhan untuk memastikan praktek tersebut
terus bila memungkinkan
h. Keyakinan atau keimanan
Fowler menyatakan bahwa keimanan adalah kepercayaan atau komitmen kepada
sesuatu atau seseorang. Keimanan dapat ada baik pada orang yang beragama maupun
orang yang tidak beragama. Keimanan memberikan makna hidup, memberikan kekuatan
pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Untuk klien yang sedang
sakit, keimanan terhadap Tuhan, Allah, atau lainnya dalam diri klien sendiri, dalam setiap
anggota tim kesehatan, atau pada keduanya, dapat memberikan kekuatan dan harapan.

2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas


Menurut Craven et al (1996 dalam Yani, 2008) menyatakan bahwa faktor penting
yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah:
Berdasarkan hasil penelitian Craven et al terhadap anak-anak dengan empat agama
yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian anak. Peran orang
tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak. Yang penting bukan apa
yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Olah
karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam
mempersepsikan
a. Pertimbangan tahap perkembangan
b. Keluarga kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.Sikap,
keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak
belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama dan termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu
diperhatikan apa pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu,
tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu. Pengalaman hidup,
baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritualitas
seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan
secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian,
khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk.
Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman
spiritual yang bersifat fisik dan emosional.
c. Latar belakang etnik dan budaya
d. Pengalaman hidup sebelumnya
e. Krisis dan perubahan
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa terisolasi
dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Klien yang dirawat merasa
terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-
hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri secara resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat
beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk
menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.
Prosedur medik sering kali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama.
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat diharapkan untuk peka
terhadap kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat
justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena
perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting
kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan atau merasa bahwa pemenuhan spiritual pasien bukan menjadi tugasnya tetapi
tanggung jawab pemuka agama.
f. Isu moral terkait dengan terapi
g. Asuhan keperawatan yang sesuai

2.1.4. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien


Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua kebutuhan klien
termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara perawat untuk memenuhi kebutuhan
klien mulai dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien
untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Dalam memenuhi kebutuhan spiritual
tersebut perawat memperhatikan tahap perkembangannya, sehingga asuhan yang diberikan
dapat terpenuhi sebagaimana mestinya (Hamid, 2008).
Terapi keagamaan yang diberikan berupa bimbingan tentang konsep sehat sakit dari sudut
pandang agama, bimbingan untuk berdzikir dan berdoa. Dengan beragama yang benar, hidup
menjadi lebih ikhlas atau pasrah terhadap segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan, sehingga
akan terjadi
keseimbangan. Semua protektor yang ada di dalam tubuh manusia bekerja dengan
ketaatan beribadah, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pandai
bersyukur sehingga tercipta suatu keseimbangan dari neurotransmiter yang ada di dalam otak
(Hawari, 2007).
Pada pasien dalam keadaan terminal, perawat memfasilitasi untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien, misalnya menanyakan siapa-siapa yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya (teman-teman dekat atau anggota
keluarga lain). Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya. Menjaga
penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan-kunjungan teman-teman terdekatnya,
yaitu dengan memberikan atau membantu klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain
dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya (Hamid,
2008).

12.KEBUTUHAN BEKERJA

A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan
dan muskuloskeletel.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.
Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam
melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan
dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. KONSEP DASAR
Fisiologi Pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system
musculoskeletal dan system persarafan.
1. Sistem Musculoskeletal berfungsi sebagai :
a. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tetentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru
c. Tempat melekatnya otot dan tendon
d. Sumber mineral seperti garam dan posfat
e. Tempat produksinya sel darah
2. Sistem Otot Berfungsi Sebagai :
a. Pergerakan
b. Membentuk postur
c. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
d.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTUR TUBUH DAN


PERGERAKKAN

1. Tingkat perkembangan tubuh


Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neorumuskuler dan
tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi
secara optimal.
2. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi
pergerakan tubuh
3. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas
dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang
kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas
5. Kelemahan neorumuskel dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis dan kiposis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dikantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.
7. Status kesehatan
8. Gaya hidup
9. Perilaku dan nilai

KEBUTUHAN BERMAIN

Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan kemampuan fisik,


intelektual, emosional dan sosial. Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar
karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta
suara (Wong, et al 2008).
Fungsi Bermain

Hardjadinata (2009) menyatakan bermain bermanfaat untuk menstimulasi


kemampuan sensori motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Bermain juga
memberikan kesempatan pada anak untuk belajar, terutama dalam hal penguasaan tubuh,
pemecahan masalah dan kreativitas.

KEBUTUHAN REKREASI

Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik dan
mental dari kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempertinggi daya kreasi manusia dalam
mencapai keseimbangan bekerja dan beristirahat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rekreasi:

Menurut Bovy dan Lawson ada beberapa hal yang menjadi factor yang
mempengaruhi rekreasi antara lain :

1. Faktor sosial ekonomi

Pada masyarakat dengan kelompok social tertentu (elite) akan berbeda dengan
rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki

2. Faktor jenis kelamin , usia dan keluarga

Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda dengan remaja putra dan
berbeda pula dengan kegiatan reklreasi orang dewasa.
3. Faktor ketersediaan waktu luang

4. Waktu luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akan berbeda dengan
wanita pekerjaan

5. Faktor pranata

Berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki, perubahan sikap


terhadap rekreasi.

KEBUTUHAN BELAJAR

Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu, berlatih serta dapat merubah
tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman belajar. Menurut miarso yusufhadi (2015:9),
belajar dapat di peroleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja di rancang maupun yang
diambil manfaatnya.

Fungsi Analisis Kebutuhan Belajar

Metode analisis kebutuhan (need assessment) dibuat agar bisa mengukur tingkat
kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa yang diharapkan dan apa yang
sudah dapat. Dalam hal pengukuran kesenjangan seseorang analisis harus bias atau mampu
mengetahui beberapa masalah yang dihadapi. Fungsi need assessment menurut Marisson
yaitu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu
masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
b. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang berkait dengan finansial, keamanan atau
masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan.
c. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
d. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.

Model-Model Kebutuhan Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami (Hamalik,
2010: 36). Ketika guru mulai melaksanakan tugasnya untuk mengajar, seorang guru harus
memusatkan perhatikan kearah penyampaian tujuan lalu memperhatikan materi yang
menunjang tujuan serta menetukan cara penyampaiannya. Setelah terpilih materi yang akan
diajarkan, guru menelaah kembali materi terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa.
Setelah guru yakin dengan materi kemudian guru menentukan strategi yang tepat untuk
penyampaian materi tersebut.

Model pengukuran kebutuhan belajar merupakan bentuk pengukuran terhadap hal-hal yang
harus ada dan dibutuhkan dalam kegiatan belajar, yang disajikan oleh pendidik (guru) dan
disesuaikan dengan program pembelajaran yang dilakukan.
BAB II

A. KEPERAWATAN DASAR

SNNT (STRUMA NODUSA NON TOKSIT)

LAPORAN PENDAHULUAN

“S N N T”

(Struma nodosa non toksik)

A. DEFENISI

Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel-
folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun sebagian folikel tumbuh
semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler. Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.

B. KLASIFIKASI

Struma nodosa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan jumlah nodul; bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.

2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif dikenal 3 bentuk nodul


tiroid yaitu : nodul dingin, nodul hangat dan nodul panas.

3. Berdasarkan konsistensinya; nodul lunak, kistik, keras dan sangat keras.

C. ETIOLOGI

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor


penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a. Defisiensi iodium

Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang


kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.

b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.


1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).

2) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,


sulfonylurea dan litium).

c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.

Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi,


kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana
menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arseitektur yang dapat
bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut.

D. PATOFISIOLOGI

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk


pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk
yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan
menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3).

Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.

E. MANIFESTASI KLINIK

Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.


Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup
besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi
dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.

Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme.
Benjolan di leher. Peningkatan metabolism karena klien hiperaktif dengan
meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi berdebar-
debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal :

1. Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel).

2. Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras.

3. Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada

4. Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.

5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya
kenyal.

2) Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)

3) Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3


(triyodotironin) dalam batas normal. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11

4) Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya


nodul.

5) Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang
hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman

6) Pemeriksaan sidik tiroid.

Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :

a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.
Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.

b) Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan
ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.

c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi
nodul sama dengan bagian tiroid yang lain

G. PENATALAKSANAAN
1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah
endemik sedang dan berat.

2. Edukasi

Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.

3. Penyuntikan lipidol

Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi
suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas
enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.

4. Tindakan operasi (strumektomi)

Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila
pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ
sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.

5. L-tiroksin selama 4-5 bulan

Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik
tiroid ulng. Apabila nodul mengecil, terapi dianjutkan apabila tidak mengecil bahkan
membesar dilakukan biopsy atau operasi.

6. Biopsy aspirasi jarum halus

Dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10mm

H. KOMPLIKASI

1. Gangguan menelan atau bernafas

2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif
( jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)

• Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai


dengan sering bertanya tentang penyakitnya.

1. Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah.

2. Kriteria hasil:

Klien berpartisipasi dalam program keperawatan

3. Rencana tindakan:

• Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.

• Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut,
kedelai, Lobak cina dll.

• Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.

4. Rasionalisasi:

• Mempertahankan daya tahan tubuh klien.

• Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.

• Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah


sekunder terhadap pembedahan.

1. Tujuan

Perdarahan tidak terjadi.

2. Kriteria hasil

Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.

3. Rencana tindakan:

• Observasi tanda-tanda vital.

• Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.

• Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.( > 50 cc).

4. Rasionalisasi:

• Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui


perdarahan secara dini.
• Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.

• Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.

d. Implementasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang diterapkan dan dilakukan.

B. LAPORAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA RASA AMAN DAN NYAMAN

1. Definisi.

a. Menurut Mc. Coffery, mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan


yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.

b. Menurut Wolf Weifsel Feurst mengatakan bahwa nyeri


merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan
yang bisa menimbulkan ketegangan.

c. Menurut Keperawatan, nyeri adalah apapun yang menyakitkan


tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapan pun
individu mengatakannya.

d. Menurut International Association for Study of Pain


(IASP), nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

2. Istilah dalam nyeri

a. Nosiseptor adalah serabut saraf yang mentransmisikan nyeri.

b. Non-nosiseptor adalah serabut saraf yang biasanya tidak


mentransmisikan nyeri.

c. Sistem nosiseptif adalah sistem yang terlibat dalam transmisi dan


persepsi terhadap nyeri.
d. Ambang nyeri adalah stimulus yang paling kecil yang akan
menimbulkan nyeri.

e. Toleransi nyeri adalah intensitas maksimum atau durasi nyeri


yang dapat ditahan oleh individu.

3. Sifat-sifat nyeri

a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.

b. Nyeri bersifat subjektif dan individual.

c. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X dan lab darah.

d. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan


fisiologis, tingkah laku, dan dari pernyataan klien.

e. Hanya pasien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.

f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.

g. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya suatu kerusakan jaringan.

h. Nyeri mengawali ketidakmampuan.

c. Reaksi : Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.

4. Neuroregulator

a. Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan


penting pada pengalaman nyeri.

b. Substansi ini ditemukan pada nociceptor yaitu pada akhir saraf dalam kornu
dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik.

c. Neororegulator ada 2 macam yaitu Neurotransmiter dan Neuromodulator.

d. Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah sinaptik antara 2


serabut saraf. ( Contoh: supstansi P, serotonin, prostaglandin ).
e. Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus
saraf tanpa mentransfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps. ( Contoh:
endorphin, bradikinin ).

f. Neuromodulator diyakini aktivitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan


atau menurunkan efek sebagai neurotransmitter.

5. Teory Gate Control

Teori ini dikenal oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965. Menurut teori ini,
sinaps yang berada pada dorsal hom bekerja seperti sebuah pintu membuka atau
menutup sehingga apabila ada rangsang nyeri pintu tersebut akan ditutup sehingga
nyeri tersebut tidak sampai di otak atau pintu itu dibuka sehingga nyeri sampai ke
otak. Hipotesis teori ini adalah apabila ada sejumlah impuls nyeri yang berjalan
sepanjang serabut saraf tebal ( seperti: panas, dingin atau sentuhan), maka sejumlah
impuls nyeri tersebut berusaha untuk dicegah dengan cara menutup pintu pada serabut
saraf tersebut. Individu akan merasakan nyeri hanya jika pintu sinaps dibukivata atau
impuls sangat dominan.

6. Respon fisiologis terhadap nyeri

a. Stimulasi Simpatik: ( nyeri ringan, moderat, dan superficial ).

1) Dilatasi saluran bronchial dan peningkatan respirasi rate.

2) Peningkatan heart rate.

3) Vasokontriksi perifer, peningkatan Blood Pessure.

4) Peningkatan nilai gula darah.

5) Peningkatan kekuatan otot.

6) Dilatasi pupil.

7) Penurunan motilitas GI.

b. Stimulus Parasimpatik ( nyeri berat dan dalam ).


1) Muka pucat.

2) Otot mengeras.

3) Penurunan Heart Rate dan Blood Pressure.

4) Nafas cepat dan irregular.

5) Nausea dan Vomitus (Mual & Muntah).

6) Kelelahan dan Keletihan.

7. Respon tingkah laku terhadap nyeri

Respon tingkah laku terhadap nyeri dapat mencakup:

a. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak napas, mendengkur).

b. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)

c. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari


dan tangan.

d. Kontak dengan orang lain/ interaksi sosial (menghindari percakapan,


menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri.

8. Respon individu terhadap nyeri

Respon tubuh terhadap nyeri ada 3 tahap, yaitu:

a. Tahap aktivasi (activation)

Dimulai saat pertama individu menerima rangsang nyeri sampai tubuh bereaksi
terhadap nyeri yang meliputi : respon simpato adrenal, respon muskuler, dan respon
emosional.

Respon Simpato
Respon Muskuler Respon Emosional
Adrenal
1. Denyut nadi 1. Tensi otot naik. 1. Bergejolak.
naik.
2. Otot kaku menggeliat 2. Mudah
2. Tekanan sakit. tersinggung.
darah naik.
3. Gelisah. 3. Perubahan
3. Pernapasan tingkah laku.
4. Mengambil posisi
naik.
tertentu. 4. Berteriak.
4. Berkeringat
5. Imobilitas. 5. Menangis.
banyak.
6. Mengusap daerah yang 6. Diam.
5. Mual dan
nyeri.
muntah, karena 7. Kewaspadaan.

darah mengalir dari


otot visral ke otot
paru, jantung, dan
otot keras.

6. Pucat.

7. Dilatasi
bronchial.

8. Glikogenolisi
s.

9. Pelepasan
eritrosit dari limpa.

10. Dilatasi pupil.

b. Tahap Pemantulan (rebound).

Pada tahap ini nyeri sangat hebat tetapi singkat. Pada tahap ini pula sistem saraf
parasimpatis mengambil alih tugas, sehingga terjadi respon yang berlawanan terhadap
tahap aktivasi.

c. Tahap adaptasi (adaptation).


Saat nyeri berlangsung lama tubuh mencoba untuk beradaptasi melalui peran
endorthins. Reaksi adaptasi tubuh ini terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam
atau beberapa hari. Bila nyeri berkepanjangan maka akan menurunkan sekresi
norepineprin sehingga individu merasa tidak berdaya, tidak berharga dan lesu.

9. Fase Nyeri

Menurut Meinhart dan McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:

a. Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima.

Fase ini bukan merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang
nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini
sangat penting , terutama dalam memberikan informasi pada klien.

b. Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa.

Fase ini terjadi ketika klien merasa nyeri, karena nyeri itu bersifat subjektif, maka
tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga
akan berbeda antara satu orang dengan yang lain. Orang yang mempunyai tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengn stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri
mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang toleransi terhadap nyerinya
rendah sudah mencari upaya pencegahan nyeri, sebelum nyeri datang. Keberadaan
enkefalin dan endorphin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda
merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorphin tiap individu,
individu dengan endorphin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit
endorphin merasakan nyeri lebih besar.

c. Fase akibat (aftermath)

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode
nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan
yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk
meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

10. Klasifikasi nyeri

a. Berdasarkan sumbernya

1) Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).

Contoh: Terkena ujung pisau atau tergunting

2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada cutaneus.

Contoh: Sprain sendi

Anda mungkin juga menyukai