Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Dewasa Pria
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Dewasa Pria
Disusun Oleh :
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga akhirnya kami dapat membuat
makalah Keperawatan Komunitas II.
Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini
terutama kepada :
1. Ibu Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen pada
mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
menyelesaikan makalah ini
3. Rekan satu kelompok tutorial yang telah berperan dalam menyelesaikan
makalah ini
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................... i
III.1. Kesimpulan......................................................................... 30
III.2. Saran .................................................................................. 31
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi Program kesehatan terkait kasus ?
2. Bagaimana Prevalensi populasi ( Dunia, Indonesia, Jawa Barat) ?
3. Bagaimana Karakteristik & tumbang usia dewasa ?
4. Apa Pengertian & etiologi dari BPH ?
5. Apa saja tanda gejala aak BPH ?
6. Apa komplikasinya BPH ?
7. Bagaimana Cara pencegahan BPH ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan BPH ?
9. Apa saja Pengkajian yang dapat dilakukan?
10. Apa saja analisa data dan diagnosa keperawatan?
11. Apa Tujuan umum khusus dan intervensi yang dilakukan?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Program kesehatan terkait kasus
2. Mengetahui dan memahami Prevalensi populasi (Dunia, Indonesia, dan
Jawa Barat)
3. Mengetahui dan memahami Karakteristik & tumbang usia Dewasa
4. Mengetahui dan memahami Pengertian & etiologi BPH
5. Mengetahui dan memahami Tanda gejala BPH
6. Mengetahui komplikasi BPH
7. Mengetahui dan memahami Cara pencegahan BPH
8. Mengetahui dan memahami Penatalaksanaan BPH
9. Mengetahui dan memahami Pengkajian dengan kasus Dewasa Pria
10. Mengetahui dan memahami Analisa data dan diagnosa keperawatan
11. Mengetahui dan memahami Tujuan umum khusus & intervensi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan
meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur patologis
ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia
50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk
pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 40 tahun.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen operasi
berupa adenokarsinoma. Selain itu pemeriksaan histopatologis akan menentukan
derajat dan penyebaran tumor.
Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi
dengan colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari
colok dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan
tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas persen dari seluruh
penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja, dibandingkan
dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan
disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30%.19,20 .
3
2. Prostate-specific antigen (PSA)
Sampai saat ini belum ada persetujuan mengenai nilai standar secara
internasional. Kadar PSA adalah parameter berkelanjutan semakin tinggi
kadarnya, semakin tinggi pula kecurigaan adanya Kanker prostat. Nilai baku PSA
di Indonesia saat ini yang dipakai adalah 4ng/ml.
Tes PSA adalah tes darah yang sering digunakan untuk skrining kanker
prostat. Tes ini mengukur jumlah Prostat Specific Antigen (PSA) dalam darah
Anda. PSA itu sendiri adalah protein yang khusus diproduksi oleh kelenjar
prostat.
Setelah Anda ambil darah di klinik atau rumah sakit, sampel darah dikirim
ke laboratorium untuk dianalisis. Hasil tes biasanya dilaporkan sebagai nanogram
per mililiter (ng/mL).
Kadar PSA tiap orang bisa berbeda-beda, tergantung pada usianya. Berikut
adalah gambaran umum kadar PSA normal per kelompok usia:
4
Metode lain ini dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi tes PSA sebagai
alat skrining meliputi:
• Kecepatan PSA. Kecepatan PSA adalah perubahan tingkat PSA dari waktu
ke waktu. Kenaikan PSA yang cepat dapat mengindikasikan adanya kanker atau
bentuk kanker yang agresif. Namun, penelitian terbaru meragukan nilai kecepatan
PSA dalam memprediksi temuan kanker prostat dari biopsi.
• Persentase PSA terikat. PSA bersirkulasi dalam darah dengan dua bentuk,
yaitu menempel pada protein darah tertentu atau tidak terikat (bebas). Nah, jika
Anda memiliki tingkat PSA tinggi namun persentase PSA terikat yang rendah,
kemungkinan besar Anda terkena kanker prostat.
Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak akan selalu
terlihat. Gray-scale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker prostat secara
adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak perlu digantikan dengan biopsi area yang
dicurigai. Namun biopsi daerah yang dicurigai sebagai tambahan dapat menjadi
informasi yang berguna.
5
Tingkat komplikasi biopsi prostat rendah. Komplikasi minor
termasuk makrohematuria dan hematospermia. Infeksi berat setelah
prosedur dilaporkan <1 % kasus.
6
II.2. Prevalensi Populasi
7
tergantung pada pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin
tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi yang dimiliki, semakin
tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman
moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi
perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan karakteristik
utama dari masa dewasa.
8
b. Kelompok teman sebaya
1. Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur
yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan
gaya perilaku yang berbeda.
2. Fungsi: belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan
menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan,
dukungan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan
bagian dari keluarga; dan untuk mencapai tujuan kelompok
dengan memenuhi kebutuhan dan harapan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu
berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
Tahapan proses pembelajaran :
1) Mengenali kebutuhan
2) Penguasaan ketrampilan
3) Menjalankan tugas
4) Integrasi ke dalam seluruh fungsi
5) Mengembangkan penampilan perilaku yang efektif.
d. Kesehatan
1) Tingkat kesehatan respon individu terhadap lingkungan dan
respon oranglain pada individu,
2) Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin),Nutrisi adekuat
3) Keseimbangan antara istirahat, tidur dan olahraga,
4) Kondisi sakit
- Ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan
- Tumbuh kembang terganggu,
9
e. Lingkungan tempat tinggal : Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan
status sosial ekonomi
Prinsip-Prinsip Perkembangan
- proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu, maturbasi, lingkungan
dan faktor genetik,
- pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi,
- variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tumbuh
kembang,
- mempunyai ciri khas,
10
- seumur hidup dan meliputi seluruh aspek,
- hal yang unik, setiap individu cenderung mencapai potensi maksimum
perkembangannya,
- Tugas perkembangan,
- perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambatn
- perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi
dengan aspek lainnya,
- perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan.
11
- Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara
menikah lagi (dangerous age).
- Implikasi keperawatan: bantu individu membuat perencanaan sebagai
antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko
yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu
pada kekuatan, bukan pada kelemahan.
Dewasa Tua
a. Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa pension
(penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat
berkembang penyakit kronik.Implikasi keperawatan: bantu individu untuk
menjaga aktivitas fisik dan sosialnya, mempertahankan interaksi dengan
kelompok sebayanya.
b. Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi terhadap
penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensori dan peningkatan
ketergantungan terhadap orang lain. Implikasi keperawatan: bantu individu
untuk menghadapi kehilangan (pendengaran,penglihatan, kematian orang
tercinta).
c. Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan kesehatan
fisik.
12
- Membesarkan anak
- Mengatur rumah tangga
- Mulai bekerja
- Mendapat tanggungjawab sebagai warga Negara
- Menemukan kelompok sosial yang cocok
13
2. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri
Dewasa tengah (45 – 65 tahun)
- Indikator positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang
lain
- Indikator negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
- Orang dewasa bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan
kepedulian pada dunia di masa yang akan dating
- Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan
pribadi dan peningkatan materi
- Perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.
14
karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut syamsum Hidayat
dan Wim De Jong tahun 2011 etiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
adalah :
- Adanya hyperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan
keseimbangan testosterone dan estrogen. Dengan meningkatknya usia
pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan penurunan
testosterone sedangkan estradiol tetap yang menyebabkan terjadinya
hyperplasia stroma.
- Ketidak seimbangan endokrin
- Factor umur/ usia lanjut biasanya terjadi pada usia 50 tahun
- Tidak diketahui secara pasti penyebab BPH tidak diketahui secara pasti
(idiopatik), tetapi biasanya disebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjut.
15
pinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang
merupakan tanda infeksi atau europsis
3. Gejala di saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinas atau
hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada
saat miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun
gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan
prostat di dapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan,
anoreksia, mual dan muntah, rasa tidaknyaman pada epigastrik dan gagal
ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang
besar.
16
II.7. Cara pencegahan Benign Prostatic Hyperplasia
a. Perawat sebagai pendidik memberikan penyuluhan terhadap masyarakat
tentang gaya hidup, gejala, pencegahan, dan pegobatan yang
mempengaruhi Benign Prostate Hyperplasia (BPHyang dapat dilakukan
secara langsung melalui pihak rumah sakit maupun melalui puskesmas
yang ada di kota dan desa.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat seperti melakukan
kebiasaan olahraga seperti jalan pagi, senam, bersepeda dan lainnya > 30
menit, 3-4 kali dalam seminggu, agar meningkatkan stamina dan
menjaga tubuh agar tetap sehat sehingga dapat mencegah berbagai resiko
penyakit salah satunya terjadinya penyakit pembesaran kelenjar prostat.
c. Peran pemerintah diperlukan dengan memberikan kebijakan
menghentikan kebiasaan merokok yang dapat meningkatkan resiko
kejadian pembesaran kelenjar prostat.
d. Meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang faktor
resiko yang berhubungan dengan kejadian pembesaran kelenjar prostat
melalui “Peyuluhan Kesehatan Melalui Rumah Sakit” (PKMRS) kepada
pasien tentang faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
pembesaran kelenjar prostat yang dapat dilakukan secara langsung
seperti melakukan pola hidup sehat.
e. Perawat memberikan informasi tentang BPH kepada pengunjung rumah
sakit atau di lingkungan masyarakat dan berkolaborasi dengan petugas rs
atau puskesmas melalui media informasi seperti televisi yang ada di
ruang tunggu pasien dengan menyiarkan iklan tentang faktor, tanda,
gejala, pencegahan, dan pengobatan BPH.
f. Perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatanberupaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dengan melakukan pemeriksanaan rutin/ deteksi
dini melalui tanda awal BPH yaitu
1. sulit buang air kecil, yang meliputi tidak bisa kencing sama sekali,
sulit saat memulai kencing dan sulit untuk berhenti kencing,
17
terutama pada malam hari dan merasakan sakit atau rasa panas pada
kemaluan saat kencing
2. ada kandungan darah dalam air kencing atau cairan sperma
3. sulit untuk ereksi dan mempertahankan ereksi
4. sering merasa sakit terutama di bagian perut, punggung bawah,
pinggul, atau panggul.
g. Perawat sebagai peneiliti memonitoring prevalensi pembesaran kelenjar
prostat secara berkesinambungan melalui kegiatan skrining atau survei
prevalensi pembesaran kelenjar prostat.
II.8. Penatalaksanaan
Terapi
a. Konservatif
Terapi konservatif pada BPH dapat berupa watchful waiting yaitu pasien tidak
mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan penyakitnya tetap diawasi oleh
dokter.Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS
dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-¬‐hari.
Pada watchful waiting ini, pasien diberi penjelasan mengenai segala sesuatu
hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:
18
3. batasi penggunaan obat-¬obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin,
4. jangan menahan kencing terlalu lama.
5. penanganan konstipasi
Pasien diminta untuk datang kontrol berkala (3-¬‐6 bulan) untuk menilai
perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, uroflowmetry, maupun volume residu
urine.Jika keluhan berkemih bertambah buruk, perlu dipikirkan untuk memilih
terapi yang lain.
b. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan pada pasien dengan skor IPSS >7. Jenis obat
yang digunakan adalah:
1. α1-¬‐blocker
Obat golongan ini dapat mengurangi keluhan storage symptom dan voiding
symptom dan mampu memperbaiki skor gejala berkemih hingga 30-¬‐45% atau
penurunan 4-¬‐6 skorIPSS dan Qmax hingga 15-¬‐30%.Tetapi obat α1-¬‐blocker
tidak mengurangi volume prostat maupun risiko retensi urine dalam jangka
panjang.
19
2. 5α-¬‐reductase inhibitor
20
(sampai dengan 2%), nasopharyngitis (sampai dengan 3%), dan pusing (sampai
dengan 5%).
4. Phospodiesterase 5 inhibitor
Sampai saat ini, hanya tadalafil dengan dosis 5 mg per hari yang
direkomendasikan untuk pengobatan LUTS. Tadalafil 5 mg per hari dapat
menurunkan nilai IPSS sebesar 22-¬‐37%.Penurunan yang bermakna ini
dirasakan setelah pemakaian 1 minggu. Pada penelitian uji klinis acak tanpa meta-
¬‐analisis, peningkatan Qmax dibandingkan plasebo adalah 2,4 ml/s dan tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna pada residu urine. Data meta-¬‐analisis
menunjukkan PDE 5 inhibitor memberikan efek lebih baik pada pria usia lebih
muda dengan indeks massa tubuh yang rendah dengan keluhan LUTS berat.
5. Terapi Kombinasi
a) α1-¬‐blocker+5α-¬‐reductase inhibitor
21
dibandingkan monoterapi dalam risiko terjadinya retensi urine akut
dan kemungkinan diperlukan terapi bedah.Akan tetapi, terapi
kombinasi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
c) Fitofarmaka
22
dipasarkan adalah: Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis
rooperi, Radixurtica, dan masih banyak lainnya
Pembedahan
Indikasi relatif lain untuk terapi pembedahan adalah keluhan sedang hingga
berat, tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah, dan
pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa.
1. Invasif Minimal
a) Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
23
pertama) adalah 0,1. Selain itu, komplikasi jangka panjang yang dapat
terjadi meliputi inkontinensia urin (2,2%), stenosis leher kandung kemih
(4,7%), striktur urethra (3,8%), ejakulasi retrograde (65,4%), disfungsi
ereksi (6,5-¬‐14%), dan retensi urin dan UTI.
b) Lain-¬‐lain
24
2. Operasi Terbuka
25
menyatakan malu karena memiliki ukuran
prostat yang terus berta,bah besar, kemudian
sebanyak 15 orang mengatakan bahwa ketika
pipis harus mengedan dan 10 orang
mengatakan pancaran buang air kecilnya
melemah.kemudian sekitar 57% dari
penderita BPH mengeluhkan nyeri ketika
buang air kecil dan 33% sering berulang
gejala infeksi pada kantug kemih.
Demografi Pada kasus kali ini yang menjadi variable
pengkajian adalah laki-laki pada desa X di
Bekasi yang menderita Benign Prostate
Hyperplasia/BPH, data didapatkan dari
laporan kader didesa X.
Etnis Terdapat berbagai penduduk yang terdiri dari
beragam budaya seperti sunda, jawa, batak,
dan Betawi namun penduduk disini lebih
didominasi oleh 60% orang jawa
Nilai dan Nilai keyaninan yang dianut adalah agama
Keyankinan islam, katolik, hindu dan Kristen namun
sebagian didominasi oleh agama islam yaitu
sekitar 85% dari jumlah penduduk.
Subsystem Lingkungan a. Perumahan dan lingkungan: (data
Fisik tambahan)
Antar rumah berdekaatan, tipe rumah
semi permanen dan permanen, jalanan
di desa X rapi tetapi masih ada
sampah yang berserakan.
b. Kebiasaaan: perilaku warga (dewasa
pria) Desa X jarang berolahraga secara
26
rutin yang berakibat kurangnya
aktivitas fisik.
c. Transportasi: warga bertransportasi
menggunakan kendaraan umun dan
kendaraan pribadi yaitu sepeda motor
dan mobil.
d. Pusat belanja: di pasar tradisional dan
pasar modern
e. Tempat ibadah: satu masjid dan satu
gereja
27
majalah/koran. Jika ada rapat desa biasanya
diberitahu melalui surat. Fasilitas komunikasi
yang menunjang untuk kelompok BPH belum
ada.
Pendidikan Tingkat pendidikan warga yang kategori
dewasa pria di Desa X yaitu 5 orang luluan
SD, 40 orang lulusan SMP,30 orang lulusan
SMA, dan 25 orang sarjana.
Rekreasi Dari hasil wawancara, warga desa X
mengadakan rekreasi setahun sekali. Tetapi
yang banyak ikut adalah perempuan
sementara laki – laki (dewasa pria) jarang
untuk rekreasi.
Persepsi Persepsi masyarakat tentang Benign Prostate
Hyperplasia/BPH masih kurang baik karena
mereka menganggap bahwa penyakit ini
adalah penyakit kutukan, kemudian dilihat
dari cara masyarakat menindak lanjuti
penyakit ini mereka memilih pergi ke
pengobatan tradisional dibandingkan pergi ke
rumah sakit atau dokter setempat.
Analisa data
NO DATA MASALAH
1. DATA SUBJEKTIF : Gangguan Eliminasi Urin
Klien mengatakan bertambahnya pada warga dewasa laki-
ukuran prostat laki desa X di Bekasi
Klien mnegatakan jika ingin buang air
kecil harus mengedan
28
Klien mengatakan bahwa pancaran
buang air kecilnya melemah.
DATA OBJEKTIF
57% dari penderita Benign Prostate
Hyperplasia/BPH mengalami
nyeriketika buang air kecil
37% penderita Benign Prostate
Hyperplasia/BPH, mengalami infeksi
berulang pada kantung kemih
29
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Hiperplasia prostat jinak atau pembesaran prostat jinak (bahasa Inggris:
Benign prostatic hyperplasia) adalah suatu kondisi ketika kelenjar prostat
mengalami pembengkakan yang bukan kankerGejala-gejalanya dapat berupa
sering ingin buang air kecil (khususnya pada malam hari), kesulitan untuk mulai
buang air kecil, aliran urin yang tersendat, ketidakmampuan untuk buang air kecil,
dan hilangnya kendali atas kandung kemih.
Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran prostat, kelenjaran prostat
membesar memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat
urine, dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter (Brunner & Suddart,
2013). Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara
pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat
pula dianggap undangan (counter part).
Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus
degeneratif, salah satunya ialah BPH, dengan insidensi di negara maju sebanyak
19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5.35% kasus.
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih. Dan tanda, gejala dari BPH yaitu : keluhan pada
saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih. Pembesaran prostat
jinak (BPH) kadang-kadang dapat mengarah pada komplikasi akibat
ketidakmampuan kandung kemih dalam mengosongkan urin.
30
III.2. Saran
Dengan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka disarankan kepada:
A. Bagi Dinas Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa adanya gambaran faktor-faktor yang
mendukung terhadap kejadian BPH (Benign prostatic hyperplasia), maka
diharapkan dinas kesehatan setempat dapat mengadakan program penanggulangan
kejadian BPH.
B. Bagi Perawat Komunitas
Diharapkan dengan hasil tersebut perawat dapat memberikan pendidikan
kesehatan mengenai cara untuk mencegah terjadinya BPH dan memberikan
contoh perilaku menjaga hidup sehat.
C. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya gambaran dari hasil penelitian ini, maka diharapkan akan
ada penelitian mengenai metode penyuluhan yang baik dan efektif untuk
mengatasi kejadian BPH pada dewasa muda.
31
DAFTAR PUSTAKA
32