Anda di halaman 1dari 10

1.

Intisasri sejarah olimpiade kuno dan modern


Olimpiade konon dimulai di kota Olympia, Yunani, pada tahun 776 sebelum masehi. Masyarakat
Yunani kuno pada saat menyelenggarakan kompetisi olahraga yang diikuti seluruh warga untuk
menghormati dewa tertinggi mereka, Dewa Zeus.
Nama Olimpiade pun diambil dari gunung Olimpus, yang dipercaya sebagai tempat kediaman
Dewa Zeus. Pada Olimpiade kuno, peserta dan penonton hanya terbatas untuk kaum pria, karena
seluruh atlet harus bertanding dengan tubuh telanjang.
Olimpiade kuno mencapai puncaknya pada abad ke-6 dan ke-5, lalu berangsur-angsur menurun
hingga benar-benar tak terselenggara pada tahun 393 M seiring dengan jatuhnya Yunani ke
tangan Romawi.
Baru pada abad ke-19 Olimpiade dihidupkan kembali oleh bangsawan Perancis bernama Pierre
Fredy Baron de Coubertin. Olimpiade pertama yang tercatat sebagai olimpiade modern
diselenggarakan di Athena, Yunani, pada tahun 1896. Olimpiade tersebut diikuti oleh 14 negara
dengan total 241 atlet yang berlaga dalam 43 pertandingan.
Namun pada saat itu, perempuan belum diijinkan untuk berpartisipasi. Keikutsertaan atlet putri
baru diijinkan pada penyelenggaraan Olimpiade Paris tahun 1900.
Sejak 1896 hingga sekarang Olimpiade Musim Panas terus diadakan setiap empat tahun sekali,
kecuali pada masa Perang Dunia II. Sementara Olimpiade Musim Dingin baru mulai diadakan
sejak 1924.
Simbol
Simbol Olimpiade yang juga dikenal dengan sebutan cincin Olimpiade terdiri dari lima buah
cincin yang saling berkait. Cincin-cincin tersebut melambangkan kesatuan dari lima benua yang
ada di bumi dengan warna yang berbeda merepresentasikan benua yang berbeda, dengan latar
berwarna putih yang membentuk bendera Olimpiade.
Bendera ini sudah ada sejak tahun 1914 namun baru dikibarkan untuk pertama kalinya di
Olimpiade Antwerpen 1920 di Belgia.

Cabang olahraga
Sebelumnya, terdapat 35 cabang olahraga yang berkompetisi dalam Olimpiade. Namun sejak
Kongres Komite Internasional Olimpiade (IOC) pada 2002, jumlahnya dibatasi menjadi
maksimal 28 cabang olahraga, 301 pertandingan, dan 10.500 atlet.
Pada Olimpiade London 2012 lalu, hanya 26 cabang olahraga yang bertanding karena softbol
dan bisbol dianggap tidak sesuai dengan revisi yang dilakukan di Kongres IOC tahun 2005.
Namun di Olimpiade Rio 2016 , jumlah cabang olahraga kembali ke sistem maksimum 28
cabang dengan menambahkan cabang olahraga rugbi dan golf.’
2. Penerapan 5 kajian filsafat dalam bidang olahraga
.1 Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa
Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa
Latin; dan “falsafah”dalam bahasa Arab. Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda
mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat
dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa
Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa
filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta
kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat
adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi
yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang sebenarnya.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
a. Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
b. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang
sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
c. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the
arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).

2.2 Pengertian Olahraga


Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis
seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang tersebut
itulah olahraga.
Berbicara mengenai kesehatan apa itu arti dari kesehatan, kesehatan adalah
suatu keadaan normal baik jasmani maupun rohani sesuai porsinya yang dialami oleh semua
makhluk hidup di dunia ini.
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, petandingan, dan prestasi
puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas
berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila.
Jika dilihat makna olahraga menurut pakar atau ahli diatas, pada dasarnya olah raga
berfungsi untuk menjaga, meningkatkan, menyeimbangkan kesehatan sistem jasmani dan rohani
seseorang dan sekaligus meningkatkan rasa kebersamaan serta daya saing antar
seseorang/individu.

2.3 Pengertian Filsafat Olahraga


Filsafat Olahraga merupakan pemikiran tentang keterlibatan manusia dalam aktivitas
jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan
mendukung penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, dan cakupan pendidikan
jasmani dan olahraga. Seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu
dikaji secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak,
tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu
berbeda-beda tentang ini.

Satu-satunya alasan mengapa orang melakukan olahraga adalah untuk meningktakan


kesegaran, kebugaran serta ketahanan jasmani. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari
membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya
perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi lancar, membakar lemak
dan kalori, serta mengurangi risiko darah tinggi dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui
umum. Riset terbaru menunjukkan suatu kelebihan lain dari aktivitas ini. Olahraga sedikitnya 10
menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang sehingga
dapat memicu timbulnya perasaan yang bahagia dan membuat pikiran menjadi prima.
Secara lebih jelas Daniel Landers, profesor pendidikan olahraga dari Arizona State
University mengungkapkan lima manfaat olahraga terhadap otak Anda.
1. Meningkatkan kemampuan otak. Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan
konsentrasi,kreativitas, dan kesehatan mental. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah
oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-
hal ini dapat mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik.
2. Membantu menunda proses penuaan Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan
kaki secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental pada wanita di atas 65 tahun.
Semakin sering dan lama mereka melakukannya makan penurunan mental kian lambat.
Kabarnya, banyak orang merasakan manfaat aktivitas itu setelah sembilan minggu
melakukannya secara teratur tiga kali seminggu. Latihan ini tidak harus dilakukan dalam
intensitas tinggi.
3. Mengurangi stres olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh lagi, bisa
membantu Anda mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat meningkatkan kemampuan
jantung dan membuat Anda lebih cepat mengatasi stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang,
bersepeda, dan lari merupakan cara terbaik .
4. Menaikkan daya tahan tubuh Jika Anda senang melakukan olahraga meski tak terlalu lama
namun sering atau lama namun dengan santai melakukannya, maka aktivitas itu bisa
meningkatkan hormon-hormon baik dalam otak seperti adrenalin, serotonin, dopamin, dan
endorfin. Hormon ini berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Studi yang dilakukan di
Inggris memperlihatkan bahwa 83 persen orang yang memiliki ganguan mental mengandalkan
olahraga untuk meningkatkan mood dan mengurangi kegelisahan.
5. Memperbaiki kepercayaan diriUmumnya semakin mahir seseorang dalam suatu jenis aktivitas,
maka kepercayaan diri pun akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja
yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan teman-temannya yang
tidak melakukan kegiatan serupa.

2.4. Defenisi Filsafat Olahraga


Filsafat olahraga dapat didefenisikan sebagai suatu bidang kajian yang berusaha untuk
memahami hakikat, mempersolakan suatu isu secara kritis, guna memperoleh pengetahuan yang
paling hakiki dalam bidang keolaharagaan.

Menerapkan filsafat dalam olahraga berarti menggunakan metode filsafat dalam


mendiskusikan masalah-masalah olahraga dengan cara:
1. Menganalisis suatu masalah dalam hal apa yang dijadikan sebagai dasar ontologisnya.
2. Memeriksa masalah tersebut dengan melihat argumen dari pihak yang mendukung dan
menyangkalnya.
3. Membandingkan tujuan dari olahraga secara mendalam. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk
menemukan nilai-nilai dalam kehidupan atau budaya.
4. Untuk menemukan apa yang perlu kita ketahui tentang olahraga dan perlu mempelajari apa
yang sebenarnya kita ketahui tentang olahraga, Dalam budaya terdapat banyak kepercayaan
tentang olahraga, perlu juga dibuktikan mana yang merupakan mitos dan mana yang
kenbenarannya dapat dibuktikan.
5. Kajian filosofis terhadap olahraga dilakukan untuk menghasilkan pedoman praktis untuk
berirtindak. Dari hasil kajian yang mendalam mungkin kita dapat menemukan pedoman olahraga
untuk masa depan.
6. Untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang olahraga. Banyak kajian
olahraga yang bersifat dangkal. Dan yang diharapkan adalah suatu pemahaman yang lebih
mendalam sehingga dapat diketahui nilai-nilai yang terdapat dalam kegiatan olahraga untuk
meningkatkan taraf hidup.

2.5. Implementasi Filsafat Olahraga Terhadap Nilai Sosial

1. Dalam perkembangannya, olahraga semakin meluas dan memiliki makna yang bersifat
universal dan unik. Berasal dari kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang
dan media meng-eksistensi-kan diri akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks,
telah dipengaruhi dan mempengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan
sosial budaya.
2. Pada hubungan olahraga dengan politik terlihat dari intervensi atau turut campur tangannya
pemerintah atas sponsor, organisasi dan fasilitas. Terlebih lagi pada pemerintahan di Indonesia,
peraturan, kebijakan dan pendanaan oleh pemerintah merefleksikan adanya kaitan yang sangat
erat hubungannya antara olahraga dan politik.
3. Sementara pada bidang sosial dan budaya terjadi pergeseran-pergeseran positif, baik itu dari
segi gender, RAS, agama ataupun pembedaan kasta-kasta di masyarakat. Pada suatu even
olahraga yang diselenggarakan misalnya, lewat olahraga masyarakat dapat menyatu, berbaur satu
sama lain dan mengahapus perbedaan-perbedaan yang selama ini menjadi jurang pemisah antara
si kaya dan si miskin, si hitam dan si putih.
4. Dewasa ini aktifitas olahraga juga telah dilakukan secara profesional, hal ini dikarenakan
dukungan dan perhatian pemerintah terhdap bidang olahraga juga semakin meningkat, oleh
sebab itu pada saat sekarang ini banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada
olahraga, Hal ini akan meningkatkan perkembangan industri olahraga.

3. Peran strategis olahraga dalam pengembangan karakter bangsa


Olahragam e r u p a k a n i n s t r u m e n p e n t i n g d a l a m p e m b e n t u k a n k a r a k t e r b a n g s a .
M e l a l u i olahraga dapat terbentuk perkembangan karakter positif. Karakter dapat terbentuk dalam
olahraga melalui peran atlet dan pelatih. Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi.S e h i n g g a d u a
j e n i s n i l a i k a r a k t e r ya n g a d a d a n j e l a s t e r l i h a t d a l a m a k t i v i t a s olahraga yaitu
nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas,dedikasi, pengorbanan,
kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementaranilai-nilai moral yang meliputi
kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah merupakan bagian integral
dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Olahraga bangsa Indonesia dipengaruhi oleh negara-
negara Eropa, seperti bangsa Belanda, Jerman, Swedia, dan Austria. Karena itu pula sistem
olahraga Jerman, Swedia, dan Austria mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia
(Husdarta, 2010).
Gerakan olahraga nasional mengalami babak baru bersamaan dengan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi
fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonia Belanda dan Jepang (Husdarta,
2010: 20). Masyarakat Indonesia mengakui bahwa dalam hidup tidak hanya mengalami pengaruh
pikiran dan kemampuan manusia individu saja. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik
untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan
persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Sejalan dengan perkembangan olahraga di Indonesia, untuk dapat mencapai pemahaman
dan prestasi yang optimal perlu adanya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Dalam olahraga, teknologi bukan berarti identik dengan pemakaian mesin, tetapi pencapaian
hasil yang lebih baik melalui penerapan pengetahuan ilmiah (Rusli Lutan, dkk. 1991).
Pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena olahraga yang dibangun melalui
sebuah sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, akan sangat
berperan penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia.
Perkembangan olahraga di Indonesia merupakan bagian dari pendidikan. Melalui dunia
pendidikan ini olahraga akan membentuk mental dan karakter bangsa. Seiring dengan semboyan
yang melekat dalam dunia olahraga yaitu Men Sana in Corpora Sanno. Melalui semboyan di atas
tidak hanya semboyan saja yang menjadi nama, akan tetapi benar-benar dapat terwujud tubuh
yang kuat dan terdapat jiwa yang sehat. Pepatah tersebut sangat jelas menggambarkan dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas hidup baik secara lahir dan batin sehat bugar sangat
dibutuhkan. Maka dari itu olahraga memang layak untuk menjadi pilar keselarasan dan
keseimbangan hidup sehat dan harmonis.
Olahraga bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
prestasi, kualitas manusia, menanamkam nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional,
serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Peran olahraga sangat penting
dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas sumber daya manusia yang sehat, mandiri,
bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam
pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara
profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam dunia internasional. Melalui
olahraga ini merupakan pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa. Olahraga dapat
membangun jiwa fair play, sportivitas, team work, dan nasionalisme. Melalui olahraga inilah
dapat diambil nilai-nilai karakter positif yang dapat melatih sikap dan mental kita.
Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan
seorang individu, oleh karena itu apabila pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat
diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu.
Karakter didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi
karena sudah tertanam dalam pikiran, dandapat disebut dengan kebiasaan. Unsur terpenting
dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena di dalamnya terdapat seluruh program yang
terbentuk dari pengalaman hidupnya dan merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian
membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa
mempengaruhi perilakunya. Program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam dan hasil dari
perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila program tersebut
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan
menghasilkan penderitaan.
Dari hal di atas dapat di kaji bahwa pikiran harus mendapatkan perhatian serius, dengan
memahami cara kerja pikiran, seseorang akan memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi
sangat penting. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, maka
seseorang juga akan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu kebahagiaan.
Sebaliknya, jika pikiran seseorang lepas kendali sehingga terfokus kepada keburukan dan
kejahatan, maka akan terus mendapatkan penderitaan-penderitaan yang disadari maupun tidak.
Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir
yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing
individu. Setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self-
image), dan kebiasaan (habit) yang unik. Apabila sistem kepercayaannya benar dan selaras,
karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin
membahagiakan. Sebaliknya, apabila sistem kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak
baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan
penderitaan.
Karakter dalam olahraga merujuk pada sebuah kesatuan karakteristik yang dapat
dikembangkan dalam olahraga (pada umumnya mengandung nilai-nilai moral bahwa kita semua
menginginkan para atlet untuk mengembangkan karakter yang baik dalam olahraga). Karakter
dapat dilihat sebagai sebuah konsep menyeluruh yang memadukan antara fair play dan perilaku
positif dalam olahraga dengan dua nilai penting lain yaitu perasaan dan integritas, oleh karena itu
karakter dalam olahraga menggabungkan empat nilai yang saling terkait: perasaan, keadilan,
perilaku sportif dalam olahraga, dan integritas. Perasaan dalam hal ini berkaitan dengan empati,
yaitu sebuah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain. Pada saat
seseorang menggunakan perasaan kepada orang lain, maka akan berusaha untuk memahami
sudut pandang atau pendapat-pendapat orang lain. Integritas adalah kemampuan untuk
mempertahankan moral dan keadilan seseorang berdampingan dengan keyakinan bahwa
seseorang akan bisa memenuhi tujuan moral seseorang. Pada intinya, hal tersebut merupakan
kesadaran moral seorang atlet atau pelatih dan merupakan sebuah keyakinan bahwa seseorang
akan melakukan hal yang benar dan baik saat dihadapkan dengan sebuah dilema moral.
Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada
manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar.
Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh-kuat,
pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri.
Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada beberapa karakter manusia
menurut motivasinya:
1. Achievement Motivation
2. Popularity Motivation
3. Power Motivation
Strategi Membentuk Karakter
Menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter yang
idealis. Karakter dapat dibangun melalui atlet sendiri dan pelatih. Adapaun strategi membentuk
karakter untuk atlet (Adopted from Mango, 2011; Heart of Illinois Conference, 2007).
1. Penekanan yang tinggi pada karakter
2. Harapan yang tinggi dari perilaku
3. Memberikan contoh yang baik
4. Sportif merupakan suatu keharusan
5. Akuntabilitas
6. Pendekatan yang menyeluruh
7. Menghormati sebuah permainan
8. Menghormati official
9. Membuat aktif dalam berbuat dan berkomunikasi
10. Praktek mengontrol diri
Strategies for Coaches (adopted from Clifford & Feezell, 2009; Lumpkin & Stokowski,
2011)
1. Menjadi contoh yang baik
2. Selalu membicarakan tentang masalah apapun
3. Teratur dalam menggunakan bahasa
4. Menjunjung sportivitas dalam praktek dan permaianan
5. Memperkuat sportivitas
6. Selalu menekankan atlet untuk berpartisipasi dalam latihan dan membuat senang
7. Menekankah bahwa tujuan latihan menguasai keterampilan olahraga yang digunakan
sebagai pelajaran hidup
8. Membantu setiap atlet mengembangkan dan mencapai semua potensi yang dimiliki.
9. Mengikuti aturan terbaru dan memperkuat perilaku fairplay dan sportif setiap waktu
10. Mengajarkan bagaimana belajar dari sebuah kegagalan dan kesuksesan
Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan karakter,
generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:
1. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder)
2. Sebagai pemberdaya karakter (character enabler)
3. Sebagai perekayasa karakter (character engineer)
Perkembangan Olahraga
Olahraga secara harfiah berarti sesuatu yang berhubungan dengan mengolah raga atau
dapat dikatakan mengolah fisik. Dari sudut pandang ilmu faal olahraga, olahraga adalah
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk
meningkatan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannnya melakukan olahraga
(Santosa, 2005). olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang
dilakukan orang dengan sadar untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (Giriwijoyo,
2005).
Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orentasi fisikal dalam konteks ini seperti
aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan dan ketrampilan yang merupakan unsur intern
dari kegiatan olahraga misalnya, Wiss, Beirat Deutschen Sportbundes 1985, Mejer 1981 (dalam
Husdarta 2010), karena itu kegiatan olahraga itu, selalu menampakan diri dalam wujud nyata
kehadiran fisik, peragaan diri secara sadar dan bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat
kongkrit, seperti bola, raket dan lain-lain.
Olahraga adalah proses pengolahan tubuh dengan gerakan yang sistematis untuk
mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga dapat
digolongkan dalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. Olahraga pendidikan
2. Olahraga prestasi
3. Olahraga rekreasi
4. Olahraga amatir
5. Olahraga professional
6. Olahraga penyandang cacat
Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN),
olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga
Rekreasi.
1. Olahraga Pendidikan (Education Sport)
2. Olahraga Rekreasi (Sport for All)
3. Olahraga Prestasi (Competitive Sport)
Olahraga dan Karakter
Melalui pencapaian prestasi yang diraih merupakan salah satu perwujudan dari pilar
olahraga prestasi. Bahwa pilar keolahragaan nasional terdiri dari tiga pilar yaitu olahraga
pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Melalui ketiga pilar tersebut pembentukan
karakter dapat berjalan. United Nations (suatu organisasi non-pemerintah terakreditasi (LSM) di
PBB) (2003) juga menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen yang efektif untuk
mendidik kaum muda terutama dalam nilai-nilai.
Menurut United Nations sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari melalui aktivitas
olahraga meliputi: cooperation (kerjasama), communication (komunikasi), respect for the rules
(menghargai peraturan), problem-solving (memecahkan masalah), understanding (pengertian),
connection with others (menjalin hubungan dengan orang lain), leadership (kepemimpinan),
respect for others (menghargai orang lain), value of effort (kerja keras), how to win (strategi
untuk menang), how to lose (strategi jika kalah), how to manage competition (cara mengatur
pertandingan), fairplay (bermain jujur), sharing (berbagi), self-esteem (penghargaan diri), trust
(kepercayaan), honesty (kejujuran), self-respect (menghargai diri sendiri), tolerance (toleransi),
resilience (kegembiraan dan keuletan), team-work (kerjasama sekelompok), discipline (disiplin)
dan confident (percaya diri).
Karakter merupakan sebuah konsep moral yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang
dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat nilai-nilai karakter positif yang
dapat terbentuk melalui olahraga, antara lain: rasa kasih sayang, (compassion), keadilan
(fairness), sikap sportif (sport-personship), dan integritas (integrity) (Weinberg dan Gould,
2007). Menurut Lumpkin, Stoll & Beller (Beller & Jennifer, 2002: 2) dalam journal positive
character development in school sport programs menyatakan: Two different types of character
values exist and are evident in sport: social and moral. Typical social character values include
loyalty, dedication, sacrifice, teamwork, and good citizenship (Lumpkin, Stoll & Beller, 2002),
while moral values include honesty, fairness, fair play, justice, and responsibility. Social values,
which are highly esteemed in our society, are about the real world and how society views the
importance of social character. Moral values are first principles, meaning that they stand by
themselves; if we violate any one of these, we violate people directly. Social values are positive
assets but must be tempered by moral values. A person who has strong social character may
have little or no moral character. An individual can be highly dedicated and loyal to an immoral
cause. Because sport may foster social values, character development through sport should help
athletes learn to weigh a social value against a moral value and then act on that moral value.
Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai
sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim,
dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan,
dan tanggung jawab. Nilai-nilai sosial merupakan aset positif tetapi harus selaras dengan nilai-
nilai moral. Seseorang yang memiliki karakter sosial yang kuat mungkin memiliki karakter
moral sedikit atau tidak ada. Karena olahraga dapat menumbuhkan nilai-nilai sosial,
pengembangan karakter melalui olahraga harus membantu atlet untuk belajar menimbang nilai
sosial terhadap nilai moral dan kemudian bertindak pada nilai moral.
Kesimpulan
Partisipasi dalam olahraga tidak secara otomatis mempunyai efek positif terhadap
pembentukan karakter. Pengalaman yang diperoleh melalui olahraga dapat membentuk karakter,
tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk
mengembangkan karakter. Olahraga dapat membentuk karakter positif hanya jika kondisi-
kondisi yang menyokong ke arah positif dipenuhi, misalnya kepemimpinan dan perilaku pelatih
yang baik. Dukungan dari pelatih, orang tua, penonton, administrator, maupun dari pemain
sendiri sangat dibutuhkan untuk memperoleh manfaat positif dari partisipasi olahraga.
Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku sportif yang terbukti faktanya. Pertama,
sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan penuh
semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi, saling
ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang
senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan
individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan kepuasan
diri. Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada perlengkapan
nilai-nilai ke dalam perilaku. Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam
aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral.
Olahraga merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter bangsa. Langkah awal
pembentukan karakter ini dimulai dari usia dini dan dilandasi dengan budaya nasional juga
dibentuk dengan olahraga yang dilakukan. Maka dari itu, Indonesia dapat disegani di dunia salah
satunya dengan membangun karakter bangsa melalui olahraga. Dengan berolahraga, banyak
karakter positif yang terbentuk. Mulai dari atlet, pelatih dan masyarakat pelaku olahraga akan
memiliki rasa tanggungjawab, rasa hormat, dan memiliki kepedulaian dengan sesama. Nilai
Ketekunan, kejujuran, dan keberanian juga diperolah dari aktivitas olahraga. Dengan demikian,
karakter yang sudah terbentuk memalui olahraga ini menjadikan icon bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang memiliki karakter yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai