Anda di halaman 1dari 4

Tabel X.

Distribusi Sampel Status Maloklusi Gigi Berdasarkan Kelompok


Umur di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017
Kelompok Umur (Tahun)
Kriteria 6 - 15 16 – 45 46 – 60 >60 Jumlah
No
Maloklusi n = 38 n = 64 n = 32 n = 11 n = 145
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
0
1 24 63,16 33 51,56 16 50 9 81,81 82 56,55
(Normal)
2 1 (Ringan) 13 34,21 25 39,06 12 37,5 2 18,19 52 35,86
2
3 (Sedang- 1 2,63 6 9,38 4 12,5 0 0 11 7,59
Parah)
Jumlah 38 100 64 100 32 100 11 100 145 100

Tabel X menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki maloklusi

normal sebanyak 82 orang (56,55%). Responden yang memiliki maloklusi ringan

sebanyak 52 orang (35,86%) dan responden yang memiliki maloklusi sedang

sampai parah sebanyak 11 orang (7,59%). Maloklusi merupakan oklusi abnormal

yang ditandai dengan tidak harmonisnya hubungan antar lengkung di setiap

bidang spasial atau anomali abnormal dalam posisi gigi. Oklusi normal

merupakan hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua

rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal

dan posisi aksial semua gigi yang benar, serta keadaan pertumbuhan,

perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi

dalam keadaan normal (Rahardjo, 2008).


Tabel X. Distribusi Sampel Status Fluorosis Gigi Berdasarkan Kelompok
Umur di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017

Kelompok Umur (Tahun)


6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
No Fluorosis
n = 38 n = 64 n = 32 n = 11 n = 145
Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %
89, 90,
1. 0 (Normal) 34 58 32 100 11 100 135 93
4 6
1
2. 3 8 2 3,1 0 0 0 0 5 3,5
(Meragukan)
2 (Sangat
3. 1 2,6 2 3,1 0 0 0 0 3 2,1
Ringan)
4. 3 (Ringan) 0 0 1 1,6 0 0 0 0 1 0,7
5. 4 (Sedang) 0 0 1 1,6 0 0 0 0 1 0,7
6. 5 (Parah) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 38 100 64 100 32 100 11 100 145 100

Tabel X menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami

fluorosis sebanyak 135 orang (93%). Responden yang mengalami fluorosis

meragukan sebanyak 5 orang (3,5%), fluorosis sangat ringan sebanyak 3 orang

(2,1%), fluorosis ringan sebanyak 1 orang (0,7%), dan fluorosis sedang sebanyak

1 orang (0,7%). Fluorosis gigi merupakan suatu kelainan struktur email yang

berbercak atau cacat (mottled enamel). Fluorosis disebabkan karena asupan fluor

berlebih pada masa pembentukan gigi yang menyebabkan terjadinya gangguan

aktifitas ameloblas dalam perlekatan matriks dan pada tahap maturasi email

(Achmad, 2007).
Tabel X. Distribusi Sampel Status Kesehatan Gusi Berdasarkan Kelompok
Umur di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017
Kelompok Umur (Tahun)
Status
No Kesehatan 6 - 15 16 – 45 46 – 60 >60 Jumlah
Gusi n = 38 n = 64 n = 32 n = 11 n = 145
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Sehat 21 55,26 19 29,69 12 37,50 5 45,46 57 39,31
Gingivitis
2. 1-3 15 39,47 25 39,06 7 21,88 3 27,27 50 34,48
segmen
Gingivitis
3. 4-6 2 5,26 20 31,25 13 40,62 3 27,27 38 26,21
segmen
Tidak bisa
4. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
diukur

Jumlah 38 100 64 100 32 100 11 100 145 100

Tabel X menunjukkan bahwa 57 responden memiliki keadaan gusi yang

sehat (39,31%). Responden yang mengalami gingivitis 1-3 segmen sebanyak 50

orang (34,48%) dan responden yang mengalami gingivitis 4-6 segmen sebanyak

38 orang (26,21%). Hal ini dapat terjadi karena menjaga kebersihan mulut yang

kurang optimal sehingga dapat menyebabkan terjadinya gingivitis. Semakin buruk

tingkat kebersihan gigi seseorang maka akan semakin mudah terkena gingivitis

(Maruanaya, 2015). Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan

bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi

bengkak dan berdarah pada tekanan ringan (Yunanto, 2016). Kebersihan gigi dan

mulut yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada gingiva.

Oleh karena itu penting sekali untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta

melakukan kontrol plak secara teratur dan teliti. (Lesar, 2015). Masyarakat perlu

diberikan informasi mengenai cara menjaga kebersihan mulut berupa menyikat


gigi yang baik dan benar. Selain itu waktu menyikat gigi yang tepat yaitu pagi hari

setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur juga perlu ditekankan kepada

penduduk.

DAPUS:
Achmad, MH, 2007, Penanganan Fluorosis pada Gigi Sulung dengan
Menggunakan Teknik Mikroabrasi, Dento Fasial Jurnal Kedokteran Gigi,
6(1):42-50
Maruanaya, A.M., Mariati, N.W., Pangemanan, D.H.C., 2015, Gambaran Status
Gingiva menurut Kebiasaan Menyikat Gigi Sebelum Tidur Malam Hari
pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 70 Manado, Jurnal e-Gigi (eG), 3(2):246-
251.
Lesar, A., Pangemanan, D.H., Zuliari, K., 2015, Gambaran Status Kebersihan
Gigi dan Mulut serta Status Gingiva pada Anak Remaja di SMP Advent
Watulaney Kabupaten Minahasa, Jurnal e-Gigi (eG),3(2).
Rahardjo, P., 2008, Ortodonsi Dasar, Airlangga University, Surabaya, p.126-134.
Yunanto, Y.A., Adhani, R., Widodo, 2016, Frekuensi Terjadinya Gingivitis pada
Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi,
1(1): 209-213.

Anda mungkin juga menyukai