Disusun oleh:
NIM :13/347789/KG/09513
Kelompok : 1 (satu)
C. Cara Kerja
1. Mempersiapkan dental unit dan dental chair.
2. Mempersiapkan gelas kumur.
3. Mempersilahkan pasien untuk memposisikan diri di dental chair.
4. Mengisi identitas pasien pada formulir ICDAS.
5. Mengatur posisi pasien dalam keadaan supinasi, kemudian mengarahkan
dental light pada mulut klien.
6. Kemudian, gigi diperiksa satu per satu, dimulai dari kuadran I (rahang
atas sebelah kanan), kuadran II (rahang atas sebelah kiri), kuadran III
(rahang bawah sebelah kiri), dan yang terakhir kuadran IV (rahang bawah
sebelah kanan)
7. Pada kondisi gigi yang basah, dilihat apakah terdapat lesi berupa white
spot, bayangan abu-abu, atau adanya lubang pada gigi. Apabila ada, tulis
skor masing-masing permukaan gigi sesuai ketentuan ICDAS.
8. Apabila saat kondisi basah lesi tidak terlihat, gigi dikeringkan kemudian
dikaji kembali menggunakan probe apakah terdapat lesi pada gigi atau
tidak. Jika ada, tulis skor masing-masing permukaan gigi sesuai ketetapan
ICDAS.
Berikut adalah skor ketentuan oleh ICDAS:
a. Kode 0 (Sound tooth surface)
Tidak terdeteksi karies, permukaan gigi sehat dan tidak mengalami
kekurangan dalam perkembangannya seperti: hiperplasia enamel,
fluorosis, atrisi, abrasi, erosi. Bila terdapat stain baik ekstrinsik dan
intrinsik, ataupun multiple stain pada fissure tetap dinyatakan sehat.
Dalam hal ini tidak terjadi deminerasisasi enamel.
b. Kode 1 (First Visual change in enamel)
Ketika pemeriksaan dengan gigi dalam keadaan basah tidak ada
perubahan warna gigi yang mengindikasikan karies, namun setelah
pengeringan terlihat opacity atau diskolorisasi (lesi putih atau
coklat).
c. Kode 2 (Distinc visual change in enamel)
Terdapat perubahan warna berupa lesi putih maupun coklat yang
lebih meluas. Lebih luas dari area fissure.
d. Kode 3 (Localized enamel breakdown)
Pada keadaan basah, terlihat secara jelas perubahan warna (opacity)
berupa lesi putih ataupun coklat yang lebih meluas dari fissure.
Ketika dikeringkan, terlihat adanya kerusakan pada struktur gigi.
e. Kode 4 (Un underlying dark shadow from dentin with or without
localized enamel breakdown)
Lesi ini terlihat seperti warna membayang dari diskolorisasi dentin
pada permukaan enamel, dengan ada atau tidak terlihatnya tanda
kerusakan gigi, dalam keadaan kering atau basah terdapat bayangan
biru, abu-abu, dan coklat dengan ada atau tidak terlihatnya kerusakan
gigi.
f. Kode 5 (distinc cavity with visible dentin)
Kavitas pada area diskolorisasi enamel. Pada kategori ini karies
sudah mencapai dentin.
g. Kode 6 (extensive distinc cavity with visible dentin)
Karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari dentin,
bahkan hampir mencapai tanduk pulpa.
9. Setelah formulir pemeriksaan diisi, kemudian mengisi formulir perawatan
oral. Kode perawatan ditulis pada tiap permukaan gigi sesuai lesi karies
yang terdeteksi. Berikut adalah perawatan oral yang ditetapkan ICDAS.
Skor Perawatan Oral Kode
1-2 Varnish fluor atau GIC F atau G
3-4 Restorasi dengan UCSR hanya jika U
terdapat radiolusen lebih dalam dari
C4, selain itu, proteksi dengan GIC
dan evaluasi dalam 6 bulan (bitewing) S atau G
5-6 Restorasi atau tambalan R
D. Pembahasan
1. Identitas Klien
Nama (Inisial) : Z.S.L.G
Usia : 21 tahun
Tanggal Pemeriksaan : 6 Februari 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
F. Kesimpulan
1. Rekomendasi
CaF2 ini tidak terikat kuat pada gigi dan secara bertahap dapat
terlepas.Sebagai reaksi kedua terjadi sebagai berikut :
Pada reaksi kedua ini terjadi pertukaran langsung antara ion OH dan
ion F, jumlah flourapatit yang terbentuk tidak banyak. Reaksi
pertukaran ini tergantung dari pH, pada pH 4 reaksi ini akan
berlangsung kira-kira seratus kali lebih cepat dibandingkan pada pH 7.
Ini disebabkan pada pH yang rendah akan terbentuk suatu hasil yaitu
ikatan kalsiumfosfat yang disebut brushit. Brushit merupakan ikatan
kalsiumfosfat yang paling stabil dalam keadaan pH yang lebih rendah
dari 4,3. Brushit juga bereaksi dengan flour dan senyawa flourapatit.
Reaksi persenyawaan ini terjadi lebih cepa dibandingkan dengan
reaksi pertukaran ion yang disebut sebelumnya, sehingga da mekanisme
utama yang menghambat terjadinya karies adalah flour (Edwina A.M.
Kidd, 1992).
Angela, A., 2005. Pencegahan Primer pada Anak Berisiko Karies Tinggi. Majalah
Kedokteran Gigi. 38 (3) : 130-134
Enanda, D. A., 2009. Efek Pemberian Flouride Varnish di Kedokteran Gigi.
Medan: USU Repository.
Evans, R.W., Pakdaman, A., Dennison, P.J., Howe, E.L.C., 2008, The Caries
Management System: an evidence-based preventive strategy for dental
practitioners. Application for adult, Australian Dental Journal, (53) 83-92.
Kidd, E.A.M., dan Bechal. S.J., 1991, Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta (terj).
Kidd, Edwina A. M dan Bechal, Sally Joyston.1992. Dasar-Dasar Karies
Penyakit dan Penanggulangannya. Terjemahan Narlan Sumawinata dan
Safrida Faruk dari Essential of Dental Caries (1992). Jakarta: EGC.
Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th
edition. Missouri : Mosby Inc.
Vann. W F., McIver. F T., ____, Pit and Fissure Sealant, Health Research and
Service Administration, North Carolina
Walsh, Laurence J., 2006. Pit and Fissure Sealant: Current Evidence and
Concepts. Dental Practice Journal. Diakses dari https://espace.library.uq.
edu.au/eserv/UQ:13804/Sealants_2006.pdf pada 6 Februari 2016.