Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

CARIES RISK ASSESSMENT

ICDAS (International Caries Detection and Assessment System)

Disusun Oleh:

DARA PANGESTIKA DWI ANGGRAENI

13/347790/KG/09514

PROGRAM STUDI HIGIENE GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
A. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan karies menggunakan metode ICDAS adalah untuk
mengetahui tanda-tanda adanya karies dan mengetahui faktor risiko karies klien
sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat untuk mencegah karies

B. Alat dan Bahan


1. Alat untuk pemeriksaan ICDAS

No Alat Gambar Fungsi


1 Kaca mulut - Membantu memperluas
daerah kerja operator
dengan meretraksi pipi,
lidah dan bibir.
- Untuk melihat permukaan
yang tidak dapat dilihat
langsung dengan mata.
2 Pinset - Menjepit kapas, kassa,
cotton roll, catton pellet.

3 Sonde (Explorer) - Ujung sonde dapat


digunakan untuk perkusi
- Memeriksa adanya karies,
debris dan kalkulus.
4 Bengkok (Dental - Sebagai tempat diagnostik
tray) set yang akan digunakan
oleh operator

5 Gelas kumur - Sebagai wadah tempat air


yang akan digunakan
untuk berkumur oleh
pasien.
- Sebagai wadah untuk
menampung saliva pasien.
6 Air water syringe - Untuk menyemprotkan air
dan udara.
- untuk mengeringkan gigi
sehingga dapat
mendeteksi adanya lesi,
diskolorisasi ataupun
karies pada gigi tersebut
7 Probe - untuk mendeteksi ada
tidaknya lesi, enamel
breakdown dan untuk
mementukan seberapa
dalam kavitas

2. Bahan untuk pemeriksaan ICDAS


a. Cotton roll
b. Formulir Odontogram
c. Formulir ICDAS

C. Langkah Kerja
1. Menyiapkan dental unit dan dental chair.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Menyiapkan gelas kumur
4. Memposisikan klien untuk duduk dengan nyaman di dental chair.
5. Memposisikan klien di kursi gigi pada posisi supine
6. Setiap gigi diperiksa satu per satu, dimulai dari sekstan 1, sekstan 2, sekstan 3, dan
sekstan 4.
7. Memeriksa gigi pada kondisi gigi yang basah, apakah terdapat lesi berupa white
spot, bayangan abu-abu, atau adanya lubang pada gigi. Apabila ada, menulis skor
masing-masing permukaan gigi sesuai ketetapan ICDAS di formulir ICDAS.
8. Jika saat dalam kondisi basah tidak terlihat adanya lesi, maka permukaan gigi
dikeringkan menggunakan air syringe kemudian diamati kembali apakah terdapat
lesi.
9. Apabila saat kondisi basah lesi tidak terlihat, gigi dikeringkan menggunakan air
syringe kemudian diperiksa kembali menggunakan probe apakah terdapat lesi
pada gigi atau tidak. Jika ada, tulis skor rmasing-masing permukaan gigi sesuai
ketetapan ICDAS di formulir. Jika menemukan adanya lesi, selanjutnya diperiksa
apakah pada permukaan gigi telah terjadi enamel breakdown. Untuk memastikan
terjadinya enamel breakdown dilakukan pemeriksaan menggunakan probe, saat
pemeriksaan menggunakan probe jika ball end probe masuk ke permukaan gigi
maka dikatakan telah terjadi enamel breakdown.
10. Skor menurut ketetapan ICDAS adalah sebagai berikut:
a. Kode 0 (Sound tooth surface)
Tidak terdeteksi karies, permukaan gigi sehat dan tidak mengalami
kekurangan dalam perkembangannya seperti: hiperplasia enamel,
fluorosis, atrisi, abrasi, erosi. Bila terdapat stain baik ekstrinsik dan
intrinsik, ataupun multiple stain pada fissure tetap dinyatakan sehat. Dalam
hal ini tidak terjadi deminerasisasi enamel.
b. Kode 1 (First Visual change in enamel)
Ketika pemeriksaan dengan gigi dalam keadaan basah tidak ada
perubahan warna gigi yang mengindikasikan karies, namun setelah
dikeringkan dengan air syringe selama 5 detik akan terlihat opacity atau
diskolorisasi (lesi putih atau coklat).
c. Kode 2 (Distinc visual change in enamel)
Pada keadaan basah, terdapat perubahan warna berupa lesi putih
maupun coklat yang lebih meluas. Lebih luas dari area fissure
d. Kode 3 (Localized enamel breakdown)
Kerusakan awal enamel karena karies dan tidak melibatkan
dentin. Pada keadaan basah, terlihat secara jelas perubahan warna
(opacity) berupa lesi putih ataupun coklat yang lebih meluas dari fissure.
Ketika dikeringkan selama 5 detik, akan terlihat adanya kerusakan pada
struktur gigi.
e. Kode 4 (Un underlying dark shadow from dentin with or without localized
enamel breakdown)
Lesi ini terlihat seperti warna membayang dari diskolorisasi
dentin pada permukaan enamel, dengan ada atau tidak terlihatnya tanda
kerusakan gigi, dalam keadaan kering atau basah terdapat bayangan biru,
abu-abu, dan coklat dengan ada atau tidak terlihatnya kerusakan gigi
f. Kode 5 (distinc cavity with visible dentin)
Terdapat kavitas yang terlihat jelas, dentin juga terlihat. Kavitas
ditandai dengan enamel yang mengalami diskolorisasi, pada kategori ini
karies sudah mencapai dentin (kavitas 1-2 mm).
g. Kode 6 (extensive distinc cavity with visible dentin)
Karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari
dentin, bahkan hampir mencapai tanduk pulpa (kavitas > 2 mm).
11. Mengisikan hasil pemeriksaan pada formulir ICDAS, kemudian mengisi formulir
rencana perawatan oral. Kode perawatan ditulis pada tiap permukaan gigi sesuai
lesi karies yang terdeteksi.
Skor Perawatan Mulut Kode

1-2 Varnish fluor atau GIC F atau G

3-4 Restorasi dengan UCSR U

hanya jika terdapat

radiolusen lebih dalam

dari C4, selain itu, proteksi S atau G

dengan GIC dan evaluasi

dalam 6 bulan (bitewing)

5-6 Restorasi / tambalan R

D. Hasil Pemeriksaan
1. Hasil Pemeriksaan
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : NB
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blimbing Sari
Nama Operator : Dara Pangestika Dwi A
NIM : 13/347790/KG/09514

b. Hasil pemeriksaan odontogram


c. Hasil Pemeriksaan ICDAS

Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil sebagai berikut:


1. Skor 0
Skor 0 terdeteksi pada semua permukaan gigi 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 37, 36, 35, 34, 33, 32, 32, 31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47.
2. Skor 1
Skor 1 terdeteksi pada permukaan oklusal gigi 15, 25, dan permukaan mesial
distal gigi 34. Lesi White spot terlihat ketika permukaan gigi dikeringkan
menggunakan air syringe
3. Skor 2
Skor 2 terdeteksi pada permukaan oklusal gigi 24, 26, 35, 44, dan 46. White
spot pada gigi 24, 26 dan 44 berada pada oklusal gigi yang terlihat dalam
keadaan basah. Dalam kondisi basah terlihat adanya brown spot pada gigi 35
dan 46
4. Skor 3.
Tidak ada permukaan gigi pasien yang terdeteksi skor 3
5. Skor 4
Tidak ada permukaan gigi pasien yang terdeteksi skor 4
6. Skor 5
Tidak ada permukaan gigi pasien yang terdeteksi skor 5
7. Skor 6
Tidak ada permukaan gigi pasien yang terdeteksi skor 6.

Gambar. Brown Spot pada gigi 35

d. Kesimpulan

Criteria for Caries Risk Status – Adults


Caries New patient Recall patient
Risk
Low 1. No clinical signs of caries 1. < 1 new lesion per year
2. May have bitewing 2. or no progression of
radiolucencies existing lesions
not greater than C3
Medium 1. No frank cavitation 1. 1 new lesion per year
2. May have sticky pits or 2. and or progression of
fissures existing lesions
3. And/or bitewing
radiolucencies not greater
than C4

High 1. Untreated frank cavities 1. > 1 new lesion per year


2. And/or extensive white spot
lesions
3. And/or C5 bitewing
radiolucencies

Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien termasuk dalam resiko karies medium. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya lesi berwarna coklat pada pit dan fisura gigi 35
dan 46.
3.Rekomendasi

Skor Perawatan Oral Kode


1-2 Varnish fluor atau GIC F atau G
3-4 - Restorasi dengan UCSR hanya jika U
terdapat radiolusen lebih dalam
dari C4
- Sealant atau perlindungan dengan
GIC dan review setiap 6 bulan S atau G
sekali (bitewing)

5-6 Restorasi R

Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan skor 1 pada permukaan


oklusal gigi 15, 25, dan permukaan mesial distal gigi 34, selain itu juga
ditemukan skor 2 pada gigi 24, 26, dan 44. Pemberian skor 1 ini dikarenakan
pada permukaan gigi 15, 25, dan gigi 34 tepatnya pada pit dan fisura terdapat
white spot yang terlihat setelah dikeringkan dengan air syringe. Pemberian
skor 2 ini dikarenakan pada permukaan gigi 24, 26, dan 44 terdapat white spot
yang terlihat dalam kondisi basah. Perawatan yang dapat dilakukan oleh
pasien yaitu aplikasi fluoride varnish pada gigi tersebut karena terdapat lesi
putih (white spot). Fluoride varnish diyakini dapat mencegah karies secara
efektif, fluoride varnish yang dioleskan secara tipis pada enamel akan
melepaskan fluoride. Fluoride dalam bentuk liquid kristal apatit akan
mengurangi demineralisasi. Meningkatnya aktivitas fluoride setelah
dicampurkan dengan varnish akan mempercepat proses remineralisasi (Marya
CM., 2007)
Fluoride varnish merupakan suatu bahan yang melekat ke permukaan
gigi berfungsi untuk menghambat metabolisme kerja bakteri yang pada
umumnya mengandung 5% NaF atau setara dengan 2.26 % atau 22.600 ppm.
Varnish fluor yang telah diaplikasikan ke email gigi dapat beraksi dengan
mengeluarkan ion fluoride ke sekitar kristal apatit, dapat memblok pelarutan
kristal dan menurunkan tingkat demineralisasi. Peningkatan aktivitas ion
fluoride yang telah dihasilkan setelah aplikasi varnish fluoride pada enamel
dapat meningkatkan endapan mineral dan meningkatkan proses remineralisasi.
Aplikasi varnish fluoride menghasilkan endapan kalsium fluorida. Reservoir
fluorida ini secara bertahap akan melepaskan fluoride pada plak, saliva atau
struktur apatit gigi ketika pH dalam rongga mulut turun. Idealnya fluor
diaplikasikan pada gigi yang bersih dan kering dengan memakai kuas. Akan
tetapi pada varnish terdapat duraphat yang mempunyai toleransi pada air dan
menempel pada gigi walaupun gigi basah. Sehingga aplikasi akan lebih cepat
dan mudah dari pada yang lain. Akan tetapi harus dilakukan dengan hati-hati
karena kandungan fluornya tinggi (22 mg per ml) (Kidd dan Bechal, 1991).
Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan skor 2 pada pada gigi 35
dan 46. Pemberian skor 2 ini dikarenakan pada gigi 35 dan gigi 46 terdapat
brown spot yang terlihat dalam kondisi basah. Rekomendasi yang dapat
diberikan adalah fissure sealant menggunakan GIC.
Fissure sealant merupakan bahan yang diletakkan pada pit dan fisura
gigi yang bertujuan untuk mencegah proses karies gigi. Fissure sealant yang
sering digunakan adalah fissure sealant berbasis resin dan fissure sealant
semen ionomer kaca (SIK) (Chotimah, 2012). (Kervanto, 2009) menyatakan
bahwa tujuan diberikannya sealant adalah agar terjadi penetrasi bahan ke
dalam pit dan fisura serta berpolimerisai dan menutup daerah tersebut dari
bakteri dan debris. Bahan sealant ideal mempunyai kemampuan retensi yang
tahan lama, kelarutan terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan
jaringan rongga mulut, dan mudah diaplikasikan. Sealant GIC memiliki
kemampuan mencegah karies. Manipulasi sealant GIC lebih mudah, dan tidak
diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi.
DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, C., 2012, Perbedaan Kekuatan Tekan Fissure Sealant Berbasis Resin pada Gigi
Sulung dan Gigi Permanen, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember.

Kervanto-seppala, S., 2009, Arresting Oklusal Enamel Caries Lesions with Pit and Fissura
Sealants, Academic Dissertation Faculty of Medicine, University of Helsinki

Kidd, E.A.M dan Bechal, S.J., 1991, Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya
(terj.), EGC, Jakarta.

Marya CM., 2007, Fluoride Varnish : A Useful Dental Public Health Tool, The Internet
Journal of Dental Science, 4:1-5

Anda mungkin juga menyukai