Disusun Oleh:
13/347790/KG/09514
C. Langkah Kerja
1. Menyiapkan dental unit dan dental chair.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Menyiapkan gelas kumur
4. Memposisikan klien untuk duduk dengan nyaman di dental chair.
5. Memposisikan klien di kursi gigi pada posisi supine
6. Setiap gigi diperiksa satu per satu, dimulai dari sekstan 1, sekstan 2, sekstan 3, dan
sekstan 4.
7. Memeriksa gigi pada kondisi gigi yang basah, apakah terdapat lesi berupa white
spot, bayangan abu-abu, atau adanya lubang pada gigi. Apabila ada, menulis skor
masing-masing permukaan gigi sesuai ketetapan ICDAS di formulir ICDAS.
8. Jika saat dalam kondisi basah tidak terlihat adanya lesi, maka permukaan gigi
dikeringkan menggunakan air syringe kemudian diamati kembali apakah terdapat
lesi.
9. Apabila saat kondisi basah lesi tidak terlihat, gigi dikeringkan menggunakan air
syringe kemudian diperiksa kembali menggunakan probe apakah terdapat lesi
pada gigi atau tidak. Jika ada, tulis skor rmasing-masing permukaan gigi sesuai
ketetapan ICDAS di formulir. Jika menemukan adanya lesi, selanjutnya diperiksa
apakah pada permukaan gigi telah terjadi enamel breakdown. Untuk memastikan
terjadinya enamel breakdown dilakukan pemeriksaan menggunakan probe, saat
pemeriksaan menggunakan probe jika ball end probe masuk ke permukaan gigi
maka dikatakan telah terjadi enamel breakdown.
10. Skor menurut ketetapan ICDAS adalah sebagai berikut:
a. Kode 0 (Sound tooth surface)
Tidak terdeteksi karies, permukaan gigi sehat dan tidak mengalami
kekurangan dalam perkembangannya seperti: hiperplasia enamel,
fluorosis, atrisi, abrasi, erosi. Bila terdapat stain baik ekstrinsik dan
intrinsik, ataupun multiple stain pada fissure tetap dinyatakan sehat. Dalam
hal ini tidak terjadi deminerasisasi enamel.
b. Kode 1 (First Visual change in enamel)
Ketika pemeriksaan dengan gigi dalam keadaan basah tidak ada
perubahan warna gigi yang mengindikasikan karies, namun setelah
dikeringkan dengan air syringe selama 5 detik akan terlihat opacity atau
diskolorisasi (lesi putih atau coklat).
c. Kode 2 (Distinc visual change in enamel)
Pada keadaan basah, terdapat perubahan warna berupa lesi putih
maupun coklat yang lebih meluas. Lebih luas dari area fissure
d. Kode 3 (Localized enamel breakdown)
Kerusakan awal enamel karena karies dan tidak melibatkan
dentin. Pada keadaan basah, terlihat secara jelas perubahan warna
(opacity) berupa lesi putih ataupun coklat yang lebih meluas dari fissure.
Ketika dikeringkan selama 5 detik, akan terlihat adanya kerusakan pada
struktur gigi.
e. Kode 4 (Un underlying dark shadow from dentin with or without localized
enamel breakdown)
Lesi ini terlihat seperti warna membayang dari diskolorisasi
dentin pada permukaan enamel, dengan ada atau tidak terlihatnya tanda
kerusakan gigi, dalam keadaan kering atau basah terdapat bayangan biru,
abu-abu, dan coklat dengan ada atau tidak terlihatnya kerusakan gigi
f. Kode 5 (distinc cavity with visible dentin)
Terdapat kavitas yang terlihat jelas, dentin juga terlihat. Kavitas
ditandai dengan enamel yang mengalami diskolorisasi, pada kategori ini
karies sudah mencapai dentin (kavitas 1-2 mm).
g. Kode 6 (extensive distinc cavity with visible dentin)
Karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari
dentin, bahkan hampir mencapai tanduk pulpa (kavitas > 2 mm).
11. Mengisikan hasil pemeriksaan pada formulir ICDAS, kemudian mengisi formulir
rencana perawatan oral. Kode perawatan ditulis pada tiap permukaan gigi sesuai
lesi karies yang terdeteksi.
Skor Perawatan Mulut Kode
D. Hasil Pemeriksaan
1. Hasil Pemeriksaan
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : NB
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blimbing Sari
Nama Operator : Dara Pangestika Dwi A
NIM : 13/347790/KG/09514
d. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien termasuk dalam resiko karies medium. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya lesi berwarna coklat pada pit dan fisura gigi 35
dan 46.
3.Rekomendasi
5-6 Restorasi R
Chotimah, C., 2012, Perbedaan Kekuatan Tekan Fissure Sealant Berbasis Resin pada Gigi
Sulung dan Gigi Permanen, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember.
Kervanto-seppala, S., 2009, Arresting Oklusal Enamel Caries Lesions with Pit and Fissura
Sealants, Academic Dissertation Faculty of Medicine, University of Helsinki
Kidd, E.A.M dan Bechal, S.J., 1991, Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya
(terj.), EGC, Jakarta.
Marya CM., 2007, Fluoride Varnish : A Useful Dental Public Health Tool, The Internet
Journal of Dental Science, 4:1-5