SINGOTRUNAN BANYUWANGI
Disusun oleh:
2019
1.1 Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit kronik yang dapat
menyebabkan berbagai komplikasi pada organ lain paling utama pada organ
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah yang bersifat progresif.
Tanda dan gelaja yang ditimbulkan berupa poliuria, polidipsi, kadang
polifagia, kehilangan berat badan, dan pandangan yang kabur (ADA,
2010).(Kadar, Darah, Pasien, & Diabetikum, 2017).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang kondisinya sangat
ditentukan oleh kadar glukosa darah. Seseorang dikatakan Diabetes Mellitus
jika memiliki kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL dan kadar glukosa
puasa >126 mg/dL. (Taylor, 1991 dalam jurnal Denny, 2014).(Subagiyo,
2018)
Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau
tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama
dalam mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah (Fitria, 2009).
1.2 Etiologi
a. Pola Makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan
jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas
maksimum untuk disekresikan.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang
yang tidak gemuk.
c. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Biasanya,
seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang terkena
juga.
d. Bahan - bahan kimia dan obat - obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas
tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan
untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada
pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
1.4 Klasifikasi
1) Diabetes tipe I: Insulin Depedent Diabetes Mellitus (IDDM)
ketosis dan terjadi pada usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan
(NIDDM)
1.5 Komplikasi
a) Komplikasi Makrovaskuler
Membuat dampak aterosklerotik dalam pembuluh darah besar.Tipe
penyakit makrovaskuler ini tergantung pada lokasi aterosklerotik.
b) Komplikasi Mikrovaskuler
Dijuluki juga mikroangiopati ditandai dengan penebalan membran
basalis pembuluh kapiler.
c) Retinopati Diabetik
Dikarenakan karena perubahan dalam pembuluh – pembuluh darah
kecil pada rentina.
d) Ulkus/ gangren kaki
1.6 Patofisiologi
3) Tes toleransi glukosa kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Diabetes mellitus
ulkus hiperglikemia
Kurang pengetahuan
nutrisi ke sel kurang
Gangguan integritas
janringan hipometabolik stresor meningkat
Saraf aferen
hipotalamus
korteks serebri
saraf eferen
Nyeri
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes melitus
2.1.1 Pengkajian
1) Identitas
Pengkajian meliputi: Nama, umur, agama, suku, tingkatan
pendididkan, rawayat pekerjaan.
1) Riwayat kesehatan
a. Keluhan yang dirasakan klien yang berupa: pusing, mata rabun
sering buang air kecil, sering haus, sering lapar,
b. Keluhan yang dirasakan 3 bulan terakhir
Klien dengan DM mengeluhkan sering lapar, dan badanya lemas
c. Penyakit saat ini
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian
d. Kejadian penyakit 3 bulan terakhir
Klien biasanya memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus
dikarenakan keturunan
2) Status fisiologi
a. Postur tulang belakang
Pada klien DM tidak terjadi gangguan pada bagian struktur
tulang belakan
b. Kecepatan berjalan lansia
Klien lansia dengan DM umumnya memiliki perubahan pada
proses bergerak/kecepatan berjalan dikarenakan oleh faktor usia/
penurunan kekuatan tulang dan otot.
c. Tanda – tanda vital
Tanda – tanda vital pada klien DM akan terjadi peningkatan
tekanan darah, respirasi rate yang meningkat, nadi yang
meningkat dan tidak terdapat peningkatan pada suhu.
3) Pengkajian head to toe
a. Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala
pasien. Pada pasien DM tidak ditemukan masalah pada saat
dilakukan pemeriksaan kepala.
b. Mata
d. Mulut
e. Telinga
f. Leher
g. Dada
suara wheezing.
h. Abdomen
i. Ekstremitas
Intervensi Rasional
Manajemen asma ( 3210 ) 1. Mengetahui kapan reaksi asma
itu terjadi dan lakukan antisipasi
1. Monitor reaksi asma 2. Untuk menghindari serangan
2. Ajarkan klien untuk asma terjadi
mengidentifikasi dan menghindari 3. Mengetahui tindakan yang sesuai
pemicu untuk dilakukan tindakan
3. Bantu untuk mengenl tanda dan pertolongan pada pasien asma
gejala sebelum terjadi reaksi asma 4. Untuk memantau dan mengetahui
dan implementasikan dari respon seberapa parah klien tersebut
tindakan yang tepat kesulitan saat bernafas
4. monitor kecepatan, irama 5. Bronkodilator adalah sebuah
kedalaman dan usaha pernafasan substansi yang dapat
5. Kolaborasi dengan tim medis memperlebar luas permukaan
pemberian kronkodilator bronkus dan bronkiolus pada
paru-paru, dan membuat
kapasitas serapan oksigen paru-
paru meningkat
Intervensi Rasional
Manajemen pernafasan ( 3140 ) 1. Posisi semi fowler sangat
membantu saat klien asma
mengalami sesak atau kesulitan
1) Posisikan pasien untuk
saat bernafas
mamaksimalkan ventilasi 2. Mengetahui adanya suara
2) Auskultasi suara nafas, catat area yang tambahan pada jalan nafas
seperti : wheezing dan ronchi
ventilasinya menurun atau tidak ada
3. Untuk membantu klien agar
dan adanya suara tambahan bernafas yang relaksasi
3) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, 4. Mengetahui perkembangan
status pernafasan pasien dan
dalam, dan batuk
mencegah komplikasi lanjutan
4) Monitor status pernafasan dan
oksigenasi , sebagaimana mestinya
Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi ( 1100 ) 1. Mengetahui perkembangan dari
1) Tentukan pencapaian berat badan harian nuitrisi yang masuk kedalam tubuh
sesuai keinginan 2. mengidentifikasi sejauh mana klien
2) Timbang BB klien secara rutin kehilangan cairan, sehingga dapat
3) Monitor intake/asupan dan asupan cairan menentukan langkah selanjutnya
secara tepat untuk memenuhi kebutuhan cairan
4) Monitor tanda - tanda fisiologis ( tanda tersebut.
– tanda vital, elektrolit ) jika diperlukan 3. informasiintake dan outputcairan
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diperlukan untuk mengontrol
pemenuhan kebutuhan nutrisi klien batasan atau penggantian cairan
tubuh sesuai kebutuhan.
4. Mengetahui perkembangan status
kesehatan klien
5. Meningkatkan status gizi klien dan
membantu peningkatan berat badan
klien
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas
Intervensi Rasional
Kontrol infeksi ( 6540 ) 1. Untuk menghilangkan bakteri atau
1) Bersihkan lingkungan dengan baik virus yang tertinggal oleh klien lama
dalam tempat tersebut
setelah digunakan untuk setiap klien
2. Pengunjung yang banyak akan
2) Batasi jumlah pengunjung menyebabkan kemungkinan terjadi
3) Pakai sarung tangan streil dengan tepat terbawanya pengunjung ke klien
3. Untuk mencegah kontak langsung
4) Ganti peralatan perawatan per pasien
terhadap klien yang kemungkinan
sesuai protokol institusi terdapat kuman atau bakteri berbahaya
Dorong batuk dan bernafas dalam yang 4. Untuk mencegah resiko infeksi antar
pasien dengan pasien lainnya
tepat
5. Untuk mengurangi andanya sumbatan
atau sekret dalam saluran nafas
DAFTAR PUSTAKA
Herdinsibuae, W dkk. 2012. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pt. Rineka cipta