1. Apa perbedaan pendekatan Kuantitatif dengan pendekatan Kualitatif dalam metode penelitian?
( minimal menyebutkan 4 perbedaan pendekatan Kuantitatif dengan pendekatan Kualitatif).
2. Sebelum merumuskan hipotesis, peneliti sudah mempelajari landasan teori permasalahan
dengan seksama. Apa sebabnya dalam proses penelitian masih diperbolehkan untuk
mengadakan perubahan terhadap hipotesis itu.
3. Uraikan dengan jelas langkah-langkah dalam membuat desain percobaan!
4. . Apa yang dimaksud dengan “sampling metdhod “? Ada berapa jenissampling method yang
Saudara ketahui ? jelaskan masing-masing!
5. Bagaimana Saudara melakukan pengukuran data?jelaskan dan beri contoh!
6. Peneliti boleh salah namun tidak boleh bohong. Uraikan pernyataan tersebut sejauh
pengetahuan Saudara!
7. Apa yang anda ketahui tentang analisis factor, berikan contoh.
8. Seorang peneliti harus melakukan sendiri pengamatan penelitiannya. Jelaskan mengapa harus
demikian dan berikan contoh!
Design percobaan sangat diperlukan dalam melakukan penelitian eksperimental. Guna dari desain
percobaan adalah untuk memperoleh keterangan yang maksimum mengenai cara membuat
percobaan dan bagaimana proses perencanaan serta pelaksanaan percobaan akan dilakukan.
Dalam membuat desain percobaan, maka buatlah sejenis chek list tentang hal-hal berikut:
c. Berikan skop atau jangkauan dari program serta perencanaan percobaan tersebut.
a. Pelajari dan selidiki semua keterangan dari sumber-sumber yang ada tentang masalah
serta percobaan yang kan dibuat.
b. Catat dan tabulasikan data yang ada hubungannya dengan percobaan yang akan
dilakukan.
d. Pemilihan range yang praktis dari faktor-faktor tersebut dan level yang akan
digunakan.
6. Analisa data
2. Apa yang dimaksud dengan “sampling metdhod “? Ada berapa jenissampling method yang Saudara
ketahui ? jelaskan masing-masing!
Sampel adalah sebagian dari populasi. Berarti tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi
itu sendiri adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas
seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang
peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan
elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau
unsur tadi.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih
bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara
seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan
sampel .
Sampel acak atau random sampling / probability sampling, Yang dimaksud dengan random
sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil
kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan
sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih
menjadi sampel.
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil
penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, istilahnya melakukan
generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak
mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak
acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang
ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.
Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti
tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen.
Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200
konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel
secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang
demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain
kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan
konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200
konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian
besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada
sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random
sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling
dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota
sampling, snowball sampling
Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau
membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan
kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai
sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat,
atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka
peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut
selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi
penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika
populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh
rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus
mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu
setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel.
Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang
umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara
acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika
sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat
umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak
merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria,
atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta
perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara
acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk
bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang
signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia
menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan
tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para
manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random
distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum
manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel
secara acak. Prosedurnya :
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a)
proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam
setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk
stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan
manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau
jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil
(15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah
satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I)
hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan
untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63
orang.
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda
dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu
stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan
semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya
berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam
setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis
kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan
perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai
terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan
cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja.
Prosedur :
1. Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen.
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data
secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada
peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan
sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan
sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran
populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan
diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya
adalah 25. Prosedurnya :
8. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random –
biasanya melalui cara undian saja.
9. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di
berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat
penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan
area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya,
Kecamatan, Desa.
2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
5. Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah
yang terpilih ke dalam sub wilayah.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau
elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi
yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang
sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan
saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia
mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilahaccidental
sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik
jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang
sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel
ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
2. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau
sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama
judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan
sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi
direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk
bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel
adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas
terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima
produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih
secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti
ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil
sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,
teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan
saja.
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya
tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti
menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain
yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan
kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut
untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil
diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini
bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain
yang eksklusif (tertutup)
Pengukuran data dilakukan dengan menentukan tingkat (skala) pengukurannya, karena tingkat
pengukuran akan mempengaruhi metode statistika yang akan digunakan dan memberikan dampak
pada kualitas informasi yang akan ditampilkan. Tingkat pengukuran dalam ilmu statistika dibedakan
menjadi 4 (empat) yaitu :
1) Pengukuran nominal juga disebut pengukuran kualitatif karena tidak numeric, suku, jenis kelamin,
status perkawinan dan status pekerjaan. Pengukuran nominal dilakukan dengan mengklasifikasikan
(menggolongkan) objek atau kejadian – kejadian kedalam berbagai kelompok (kategori) untuk
menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri – ciri obyek yang diamati. Kategori – kategori (kelompok)
ini didefinisikan sebelumnya dan dilambangkan dengan kata – kata, huruf, simbol atau angka.
Mengkuatifikasikan tingkat pengukuran nominal lazimnya dilakukan dengan cara menghitung
frekuensi dari obyek yang diukur contohnya tentang buah – buahan ; Anggur = 1, Apel = 2 dan Jeruk =
3, tentang Jenis Pekerjaan ; PNS = 1, TNI/POLRI = 2, Karyawan Swasta = 3, Pedagang = 4, Petani = 5
dan Buruh = 6 dan lain lain.
2) Pengukuran Ordinal dimana dalam tingkat pengukuran ordinal objek – objeknya bisa digolongkan
dalam kategori tertentu. Angka atau huruf yang diberikan mengandung tingkatan, sehingga dari
kelompok yang dibentuk dapat dibuat peringkat yang menyatakan hubungan lebih dari atau kurang
dari menurut aturan penataan tertentu. Contoh : Sangat Baik = 1, Baik = 2, Cukup = 3, Kurang Baik = 4,
Tidak Baik = 5 atausiswa kelas 1, kelas 2, kelas 3, kelas 4, kelas 5 dan kelas 6.
3) Pengukuran Interval memberikan ciri angka kepada kelompok objek yang selain memiliki skala
nominal dan ordinal, akan tetapi juga ditambahkan dengan jarak yang sama pada urutan objeknya.
Kategori yang digunakan bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, tetapi tidak bisa
dibandingkan. Selain itu skala interval memiliki nilai nol mutlak. Datanya bisa ditambahkan, dikurangi,
digandakan dan dibagi tanpa mempengaruhi jarak relative skor – skornya. Contohnya skala pada
thermometer dan presentasi siswa.
4) Pengukuran Ratio memiliki semua sifat yakni nominal, ordinal, interval tetapi ditambah dengan
satu sifat lain yaitu memberikan keterangan nol mutlak dari objek yang diukur, Ciri lain dari
pengukuran ratio adalah data bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu dan bisa
dibandingkan.Contoh pendapatan, panjang dan berat benda, tinggi badan.
5. Peneliti boleh salah namun tidak boleh bohong. Uraikan pernyataan tersebut sejauh pengetahuan
Saudara!
. Sebuah penelitian kadang kala memuat kesalahan tetapi sang peneliti tidak boleh berbohong karena
:
1) Penelitian harus bersifat jujur, objektif dan realibel.
2) Dengan kebohongan permasalahan yang sebenarnya tidak akan diketahui, keadaan yang
sebenarnya menjadi samar.
3) Permasalahan yang menjadi samar tidak akan menghasilkan pemecahan/kesimpulan yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut secara efektif karena akar/sumber permasalahannya tersembunyi.
4) Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menjadi tidak objektif (valid) dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
5) Penelitian yang kadang salah akan dicari kebenaran dan dapat dikembangkan oleh peneliti yang
lain.
6) Pertanggung jawaban serta moral kita apabila kita melakukan kebohongan dan dapat merugikan
orang yang membaca serta mempergunakan penelitian kita
Analisis faktor adalah analisis statistika yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan cara
menyatakan variabel asal sebagai kombinasi linear sejumlah faktor, sedemikian hingga sejumlah
faktor tersebut mampu menjelaskan sebesar mungkin keseragaman data yang dijelaskan oleh
variabel asal. Analisis faktor juga merupakan salah satu metode statistik multivariat yang mencoba
menerangkan hubungan antar sejumlah peubah – peubah yang saling independen antara satu dengan
yang lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah peubah
yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor –
faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah.
Tujuan dari analisis faktor antara lain :
1) Data Summarization yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar peubah dengan melakukan uji
korelasi. Jika korelasi dilakukan antar peubah (dalam pengertian SPPS adalah kolom) analisis tersebut
dinamakan R Faktor Analysis.
2) Data Reduction yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah peubah set
baru yang dinamakan faktor untuk mengantikan sejumlah peubah tertentu.
Analisis faktor dikerjakan untuk memperoleh sejumlah keci faktor yang mempunyai sifat – sifat :
a. Mampu menerangkan keseragaman data secara maksimal
b. Terdapatnya kebebasan faktor.
c. Tiap faktor dapat dijelaskan dengan sejelas – jelasnya
Contohya Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Prabumulih yaitu :
1) Kepemimpinan.
2) Budaya Organisasi
3) Kompensasi
4) Pendidikan
5) Pelatihan dan Pemberdayaan
6) Pengawasan.
b. Jelaskan pula secara singkat dengan contoh, apa makna penelitian populasi itu ?
a. Hakekat homogen adalah didalam penilitan terdapat kesamaan objek atau sampel di saat
melakukan penelitian, sedangkan hakekat heterogen adalah terdapat beragam jenis sampel dan
populasi disaat penelitian.
b. makna populasi adalah setiap penelitian pasti memiliki populasi penelitian dan tempat
penelitian, contohnya petani di Kelurahan Ciluar yang mengolah jambu mete dengan teknik
penjemuran sebanyak 140 orang dan petani yang mengolah jambu mete dengan teknik pemanasan
sebanyak 30 orang.
8. Misalkan bilamana dalam penelitian yang dipilih kompetensi Kepemimpinan dan Pelayanan Publik,
dengan instrument Dokumentasi.
a. Data yang dibutuhkan adalah mulai dari data jumlah karyawan di instansi yang diteliti, data
rekapitulasi, dan semua data-data yang dibutuhkan yang ada di arsip.
b. secara rinci data yang dibutuhkan adalah, mulai dari besarnya pengaruh seorang pemimpin
terhadap orang yang dipimpin, besar kecilnya kepusan masyarakat terhadap pelayanan yang mereka
dapatkan, luas suatu wilayah, jumlah penduduk, persentase tingkat pendidikan, dan persentase
perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun.
SOAL DAN JAWABAN UTS. METODE PENELITIAN ADM NEGARA DAN POLITIK
1. Hasrat ingin tahu manusia yang senantiasa berusaha mencari kesempurnaan dan kebenaran, dan
dengan penelitian banyak hal yang dapat terungkap, menjadikan pengetahuan semakin luas, sehingga
eksistensi penelitian merupakan alat, atau perangkat metodologi yang digunakan untuk pembuktian
segala macam dorongan ingin tahu. Karena itu dapat dipastikan semua orang pernah melakukan
penelitian.
Tugas:
a. Berikan 3 (tiga) identifikasi masalah penelitian dalam mencari kebenaran yang original dengan
b. Sepakat dalam mencari kebenaran tersebut dengan pendekatan ilmiah, sebut dan jelaskan
cirri-cirinya.
c. Terkait dengan b. pilih satu dan beri tekanan, mengapa itu yang saudara anggap paling penting
!.
2. Betapa pentingnya tujuan dan manfaat penelitan untuk diketahui sebelum, peneliti melakukan
proses penelitian.
Tugas:
3. Berbagai jenis penelitian dapat dimanfaatkan dalam memecahkan fenomena social baik untuk
administrasi negara maupun politik, namun yang terpenting adalah derajad kesesuaian antara tujuan
yang diharapkan dan manfaat yang dihasilkan.
Tugas:
a. Jenis penelitian apakah yang digunakan bilamana yang akan dipecahkan adalah masalah
kompetensi kepemimpinan integrative dengan sikap apatisme masyarakat? Apa alasannya ?
b. Apa kelebihan dan kekurangan dari pemeilihan jenis yang saudara lakukan tersebut?
4. Variabel adalah konsep atau atribut yang mempunyai “variasi” nilai antara satu dengan yang lain
yang disebut indikator, yang ditetapkan oleh peneliti, sehingga menunjuk pada suatu konstruk atau
sifat yang akan dipelajari untuk diambil kesimpulan.
Tugas:
b. Berikan 2 (dua) contoh dalam instrument kuesioner gabungan / paduan antara tertutup
dengan 5
6. Sumber data secara umum dikenal ada 2 (dua) yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder:
b. Jelaskan pula secara singkat dengan contoh, apa makna penelitian populasi itu ?
8. Misalkan bilamana dalam penelitian yang dipilih kompetensi Kepemimpinan dan Pelayanan Publik,
dengan instrument Dokumentasi.
Keterangan:
1. Hasil ujian dikumpulkan pada saat UAS, yang sebelumnya telah dimasukkan pada Blogg masing-
masing.
2. Berkas yang diterima dosen adalah print out dari Blogg, dilampirkan usulan nilai.
3. Pada saat ujian pada hari H akan diberikan satu soal yang dikerjakan di tempat ujian.
JAWABAN
2. b. Mamfaat Penelitian
1. Mamfaat Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta
dapat memahami penerapan displin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi .
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan imformasi bagi pembaca dan pihak-
pihak yang berkepentingan dalam mengetahui analisis masyarakat terhadap praturan lalu lintas.
2. Mamfaat Praktis
a. Memberi sumbangan pemikiran dan perbaikan peraturan lalu lintas dalam melayani masyarakat.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan kontribusi yang konstruktif
dalam dalam memahami dinamika wawasan pengetahuan tentang analisis masyarakat terhadap
peraturan lalu lintas.
Penelitian diskriptif adalah uraian, paparan atau keterangan. Tujuan penelitian diskriptif adalah
untuk mengetahui paparan, uraian terhadap suatu kasus yang sedang diteliti. Dengan mengetahui
paparan ini maka diharapkan peneliti dapat menganalisis dan memecahkan suatu masalah secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terdapat di daerah penelitian.
Sedangkan penelitian kuantitatif adalah pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting,
sehingga pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket)
yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan
data kuantitatif.
4.a. Mamfaat atau keuntungannya adalah untuk mengukur kepuasan sampel terhadap objek yang
diteliti.
b. - Bagaimana pendapat ibu mengenai menggosok gigi segera setelah makan?
a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak punya pendapat
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
5. a. Mamfaaat dari teori dalam penelitian adalah untuk membimbing dan mengarah seorang
penelitia dalam memecahkan masalah disaat penelitian, sedangkan keuntungan yang didapatkan dari
teori adalah untuk pegangan disaat dalam penelitian.
- Terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan semenjak terjadinya
penurunan penangganan terhadap kemiskinan oleh pemerintah.
6. a. Data primer adalah memberi informasi dan data secara langsung sebagai hasil pengumpulan
sendiri untuk kemudian disiarkan langsung. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder data yang kita butuhkan. Data online merupakan kategori dari
data sekunder.
b. keuntungan dari data primer adalah memberi informasi secara langsung dan peneliti bertemu
langsung dengan objek dan sampel yang diteliti. Sedangkan keuntungan dari data sekunder adalah
peneliti tidak repot terjun ke lapangan, hanya cukup diwakili dengan kuesioner dan teori-teori yang
didapatkan/dibutuhkan.
7. a. Hakekat homogen adalah didalam penilitan terdapat kesamaan objek atau sampel di saat
melakukan penelitian, sedangkan hakekat heterogen adalah terdapat beragam jenis sampel dan
populasi disaat penelitian.
b. makna populasi adalah setiap penelitian pasti memiliki populasi penelitian dan tempat
penelitian, contohnya petani di Kelurahan Watulea yang mengolah jambu mete dengan teknik
penjemuran sebanyak 130 orang dan petani yang mengolah jambu mete dengan teknik pemanasan
sebanyak 20 orang.
8. a. Data yang dibutuhkan adalah mulai dari data jumlah karyawan di instansi yang diteliti, data
rekapitulasi, dan semua data-data yang dibutuhkan yang ada di arsip.
b. secara rinci data yang dibutuhkan adalah, mulai dari besarnya pengaruh seorang pemimpin
terhadap orang yang dipimpin, besar kecilnya kepusan masyarakat terhadap pelayanan yang mereka
dapatkan, luas suatu wilayah, jumlah penduduk, persentase tingkat pendidikan, dan persentase
perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun.
9. Penelitian kuantitatif adalah pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga
pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang
disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
2. Apa yang dimaksud dengan “sampling metdhod “? Ada berapa jenis sampling method yang
Saudara ketahui ? Jelaskan masing-masing!
4. Seorang peneliti harus melakukan sendiri pengamatan penelitiannya. Jelaskan mengapa harus
demikian dan berikan contoh!
5. Peneliti boleh salah namun tidak boleh bohong. Uraikan pernyataan tersebut sejauh
pengetahuan Saudara!