Anda di halaman 1dari 16

TUMOR KELENJAR SALIVA

KELENJAR SALIVA MAYOR

Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang–
pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjar-
kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui
duktusnya kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva
mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing–
masing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbeda–beda sesuai rangsangan yang
diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis
(70%), dan sublingualis (5%).1,2

Kelenjar Parotis

Anatomi:
- Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva
lainnya.
- Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara
prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung
zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter.

1
- Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus
Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus
oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.
- Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki
beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan
nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.

Histologi:
- Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah
besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan
kolinesterase.
- Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia
adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang
tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar
menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar
yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus
striata.
- Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari
epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan
dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi oleh
mumps yaitu parotitis epidemika.
Fisiologi:
- Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.
- Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.

Kelenjar Submandibularis
Anatomi:
- Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki
kapsul dengan batas yang jelas.
- Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar
ini.

2
- Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke
sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan
muskulus mylohyoid.
- Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di
ujung lidah.

Histologi:
- Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.
- Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada
manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan,
karena itu disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini
pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata
berkembang baik dan panjang.
- Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada
ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan
frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat
stroma berkembang baik pada kelenjar submandibularis.

Fisiologi:
- Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer)
dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).
- Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur
terbanyak.
- Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.

Kelenjar Sublingual
Anatomi:
- Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan
suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor lainnya.
- Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak
berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-
20 buah.
- Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.

3
Histologi:
- Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa
kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun
terutama kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang
sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan
duktus striata jaringan terlihat.
- Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus
biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara
kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing
mempunyai muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus
sublingualis mayor bartholin bermuara pada karunkula sublingualis
bersama-sama dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.

Fisiologi:
- Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya
kental.
- Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis

KELENJAR SALIVA MINOR


Palatum durum dan palatum mole mengandung konsentrasi kelenjar liur minor yang
terbanyak. Bagaimanapun kelenjar ini juga terletak di kavum oral, bibir, lidah dan orofaring.
Kelenjar liur minor bisa diidentifikasi dalam berkelompok seperti kelenjar lingual anterior
Blandin-Nuhn.

Kelainan benigna dari kelenjar liur mencakup kelainan produksi dan sekresi saliva.
Saliva diproduksi oleh sel-sel asinar yang berkelompok dan mengandung elektrolit, enzim-
enzim( ptyalin dan maltase), karbohidrat, protein, garam inorganik dan beberapa faktor
antimikroba. Kira-kira 500 - 1500mL saliva diproduksi oleh sel acinar setiap hari dan
ditransportasi lewat elemen duktus dengan kadar rata-rata 1 mL per menit. Saliva manusia
secara umum adalah bersifat alkali. 2,3

4
Anatomi Kelenjar Saliva

Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relative jarang terjadi, presentasinya kurang 2-5% dari seluruh
keganasan pada kepala dan leher. Dari tumor kelenjar saliva, insidens tumor parotis paling
tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar
saliva kecil dalam mulut 1%. Sebagian besar tumor parotis adalah jinak. Tumor jinak yang
paling sering adalah mixed tumor / pleomorfik adenoma, dan Wartin’s tumor. Hanya sekitar
20% tumor parotis yang ganas.1
Keganasan biasanya asimtomatik, tetapi tanda dan gejala yang menunjukkan keganasan
biasanya adalah pertumbuhan tumor yang cepat membesar, nyeri, trismus, paralisis nervus
fasialis atauyang lainnya. Pemeriksaan penunjang yang sensitivitasnya 95% pada keganasan
kelenjar saliva adalah dengan FNAB. Semua pasien dengan massa di kelenjar saliva nya
harus dilakukan pemeriksaan FNAB untuk mengetahui diagnosis histologinyadan untuk
perencanaan terapi pembedahan. Pemeriksaan CT Scan dan MRI juga sangat membantu
untuk mengetahui apakah letak tumor di lobus superfisial atau profunda. Keganasan lebih
sering terjadi pada tumor parotis yang mengenai lobus profunda. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tumor pada lobus profunda sebanyak 35%nya adalah
maligna, dan hanya 10% nya yang benigna.1

Klasifikasi Tumor Parotis


WHO tahun 2005 mengklasifikasikan tumor kelenjar saliva menjadi jinak dan
ganas.Berdasarkan histopatologinya dibagi menjadi epitelial dan non epitelial.Jenis epitelial
sangat jarang terjadi, sekitar 2-5% dari kasus tumor kelenjar saliva.

5
Tabel 1. Klasifikasi histopatologi WHO/AJCC

Tumor jinak Tumor ganas

plemorphic adenoma ( mixed mucoepidermoid carcinoma


benign tumor)
acinic cell carcinoma
monomorphic adenoma
adenoid cystic carcinoma
papillarycystadenoma
adenocarcinoma
lymphomatosum (Warthin’s
tumor) epidermoid carcinoma

small cell carcinoma

lymphoma

Malignant mixed tumor

Carcinoma ex pleomorphic adenoma


(carcinosarcoma)

a. Tumor jinak
1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):
Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar
parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.
Pertumbuhan tumor ini lambat berupa benjolan pada depan bawah daun telinga atau angulus
mandibula yang tidak memberikan gejala. Kondisi ini membuat luput dari perhatian pasien,
sehingga pasien datang untuk pemeriksaan ke petugas kesehatan setelah muncul benjolan
setidaknya 1 tahun. Pada perabaan didapatkan massa berbentuk bulat, permukaan licin,
kadang berbenjol-benjol, dan konsistensinya lunak, berbatas tegas, tampak berkapsul, dan
ukuran terbesarnya jarang melebihi 6 cm,tidak nyeri tekan dan dapat digerakkan. Tumor ini,
yang umumnya terbentuk di parotis superfisial, menyebabkan pembengkakan tak nyeri di
sudut rahang dan mudah diraba sebagai massa diskret. Tumor biasanya sudah ada selama
beberapa tahun sebelum dibawa ke dokter. Walaupun berkapsul, pemeriksaan histologik
sering memperlihatkan tempat tumor menembus kapsul. Oleh karena itu, diperlukan batas
reseksi yang adekuat untuk mencegah kekambuhan. Hal ini mungkin memerlukan
pengorbanan saraf fasialis, yang berjalan melalui kelenjar parotis.Secara rerata, sekitar 10%
6
eksisi diikutioleh kekambuhan. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang
terkena. 2
Adenoma pleomorfik sering mengenai wanita pada dekade umur ke-IV, namun pada
laki-laki adenoma pleomorfik bisa terjadi pada anak-anak dan orang tua. Sehingga dapat
dikatakan bahwa insidensi adenoma pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, dan kasus
terbanyak terutama terjadi pada dekade IV - V. Adenoma pleomorfik 10 kali lebih sering
terjadi pada kelenjar liur mayor parotis kelenjar submandibuler, jarang terjadi pada kelenjar
liur sublingual. 2

2) Warthin's tumor ( kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik papiler).


Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak pada
kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Angka kekambuhan sekita 10% diperkirakan
disebabkan oleh eksisi yang tidak komplet. Perubahan menjadi ganas tidak pernah
dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.2,5

3) Tumor monomorphic
Tumor yang tumbuh lambat ini hanya berkisar kurang dari 5% dari seluruh angka
kejadian tumor kelenjar liur. Monomorfik adenoma dibedakan dari pleomorfik adenoma
karena tumor ini hanya memiliki satu morfologi sel. Monomorfik adenoma memiliki
subklasifikasi menjadi grup neoplasma epitelial dan mioepitelial yang termasuk didalamnya
yaitu basal cell adenomas, canalicular adenomas, oncocytomas atau oxyphilic adenomas, dan
myoepitheliomas.2

b. Tumor Jinak Nonepitelial


1) Hemangioma
Kebanyakan terajadi pada anak-anak biasnya pada kelenjar parotis. Biasanya
asimptomatik, unilateral dan massa yang kompresibel. berwarna merah gelap, berlobus-lobus
dan tidak berkapsul. 2

2) Limfangioma (higroma kistik)


Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada anak-anak, eksisi
merupakan penanganan piliha bila tumor terletak pada struktur yang vital. Limfangioma

7
jarang menimbulkan gejala-gejala obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan
kosmetik.2

c. Tumor Ganas Kelenjar Liur


1) Mukoepidermoid karsinoma
Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi yang rendah.
Presentasi yang paling umum adalah adanya massa di daerah pipi posterior tanpa rasa sakit
dan tanpa gejala > 80% pasien. Dari pasien dengan tumor ganas parotis, 70-20% terdapat
adanya kelemahan atau kelumpuhan saraf wajah, yang hampir tidak pernah menyertai lesi
jinak dan menunjukkan prognosis buruk. Sekitar 80% dari pasien dengan kelumpuhan saraf
wajah telah terjadi metastasis nodul pada saat diagnosis. Aspek penting yang lain dari
anamnesis meliputi lama waktu timbulnya massa, riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi
lesi parotis. Pertumbuhan massa yang relatif lambat cenderung jinak.
Pada pasien dengan tumor kelenjar saliva, diindikasikan pemeriksaan kepala dan leher
secara cermat. Perhatian harus langsung pada ukuran, lokasi dan mobilitas dari tumor. Ada
atau tidak ada penekanan dari tumor sebaiknya dicatat.Adanya paralisis nervus fasialis
seharusnya meningkatkan kecurigaan adanya suatu keganasan pada pasien, walaupun jarang,
tumor jinak dapat juga menyebabkan paralisis nervus facialis.

2) Kista Adenoid karsinoma


Tumor ini merupakan neoplasma malignan yang jarang terjadi. Tumor ini dapat
mengenai semua umur dengan insiden paling tinggi pada usia pertengahan dan usia tua.
Tidak ada perbedaan insiden antara pria dan wanita.Pertumbuhannya lambat dan dapat
berulang setelah dilakukan pembedahan, kadang-kadang beberapa bulan setelah operasi.1,21
Gejala klinis yang terjadi pada tumor ini tergantung pada ukuran tumor dan lokasi dari tumor.
Pada lesi yang dini pada kelenjar liur, tampak adanya massa dengan pertumbuhan yang
lambat tanpa rasa nyeri pada daerah mulut ataupun wajah. Pada lesi yang sudah lanjut, gejala
yang timbul disertai dengan rasa nyeri dan adanya nervus paralyse oleh karena sel-sel tumor
sudah menginvasi saraf perifer.1

3) Adenokarsinoma
Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:
a) Karsinoma sel asinik

8
Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat

b) Adenokarsinoma polimorfik grade rendah


Kebanyakan berasal dari kelenjar minor

c) Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:


Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup untuk disebut
adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan untuk dispesifikasikan.sering berasal
dari kelenjar parotis dan kelenjar minor.
d) Adenokarsinoma yang jarang:
Contohnya seperti basal sel adenokarsinoma, clear cell adenokarsinoma, kistadenokarsinoma.

d. Mixed tumor maligna


Terdiri atas 3 tipe yaitu, ex adenoma pleomorfik, karsinosarkoma dan mixed tumor
metastasis. Kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan tipe yang paling banyak.
Karsinoma ex pleomorfik adenoma merupakan kanker yang berkembang dari mixed tumor
jinak (pleomorfik adenoma). Kebanyakan terjdi pada kelenjar liur mayor.4

Diagnostik
A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesa

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang :

a.) Keluhan

1. Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro aurikula
(tumor parotis), atau di submandibula (tumor sumandibula), atau intraoral (tumor
kelenjar liur minor)

2. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau submandibula)

3. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)

4. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis terlibat)

9
5. Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus (pada
karsinoma parotis lanjut)

6. Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

b.) Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)

c.) Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

d.) Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil pengobatannya

e.) Berapa lama kelambatan

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

1. keadaan umum

2. apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang tengkorak, dll)

3. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)

4. Palpasi ( untuk menilai konsistensi, permukaan, mobilitas terhadap jaringan sekitar) ,


Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan kontralaeral.
Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran terbesar, dan mobilitasnya.

5. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII karena lintasan nervus-nervus tersebut


dekat dengan kelenjar parotis.

10
Lintasan nervus kranialis yang dekat dengan kelenjar parotis

Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan
diagnosis tumor parotis meliputi pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan radiologik (
foto polos, sialografi, CT- Scan, dan MRI)

a. Pemeriksaan Histopatologik
 Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine – Needle Aspiration Biopsy)
Biopsi Aspirasi Jarum halus merupakan alat yang sederhan untuk diagnostic. Biopsi
aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu tingkat keakuratan yang cukup tinggi. Tekhnik
ini sederhana, dapat ditoleransi dengan komplikasi yang minimal. Selain untuk menegakan

11
diagnosis defenitif, pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menentukan tindakan tepat
selanjutnya dan untuk evaluasi preoperative.

 Bedah Diagnostik
Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional dan enukleasi massa parotis
berhubungan dengan peningkatan rekurensi tumor, terutama pada adenoma pleiomorfik.
Penanganan bedah yang baik untuk tumor parotis adalah reseksi bedah komplit melalui
parotidektomi dengan identifikasi nervus fasialis. Identifikasi nervus fasialis ditujukan agar
dapat dilakukan eksisi tumor yang adekuat dan mencegah cedera nervus fasialis. Cara ini
memastikan batas jaringan sehat yang adekuat disekeliling tumor, sehingga pada kebanyakan
kasus tidak hanya bersifat diagnostic, tetapi juga kuratif.

b. Pemeriksaan Radiologi
 CT-Scan
Pemeriksaan CT scan dengan kontras dapat mengetahui letak tumor berada di lobus
superfisial atau lobus profunda. Gambaran kalsifikasi dalam massa biasanya ditemukan pada
adenoma pleomorfik.

 MRI lebih unggul daripada CT scan dalam memvisualisasikan tepi tumor. Nervus
fasialis dan duktus stensen dengan jelas dapat terlihat. Bisa digunakan untuk mengetahui
letak tumor parotis berada dalam lobus superfisial atau profunda. Selain itu juga untuk
membedakan tumor jinak atau ganas. Lesi jinak biasanya tepinya halus, dengan garis terang
atau kapsul; tapi bagaimanapun juga, banyak keganasan grade rendah yang memiliki
pseudokapsul dan gambaran seperti tumor jinak. Keganasan grade tinggi akan menunjukkan
gambaran tepi yang menginfiltrasi.

Staging Tumor Parotis


Klasifikasi TNMThe American Joint Committee on Cancer (AJCC)

TNM Keterangan ST T N M

Tx Tumor primer tak dapat ditentukan I T1 N0 M0

12
T2 N0 M0

T0 Tidak ada tumor primer

T1 Tumor < 2cm, tidak ada ekstensi ekstraparenkim II T3 N0 M0

T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada ekstensi ektraparenkim III T1 N1 M0

T2 N1 M0

T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada ekstensi ekstraprenkim IV T4 N0 M0


tanpa terlibat n.VII
T3 N1 M0

T4 N1 M0

T4 Tumor >6cm, atau ada invasi ke n.VII/dasar Tiap N2 M0


tengkorak T
N3 M0
Tiap
Tiap M1
T
N
Tiap
T

Nx Metastase k.g.b tak dapat ditentukan

N0 Tidak ada metastase k.g.b

N1 Metastase k.g.b tunggal <3cm, ipsilateral

N2 Metastase k.g.b tunggal/multipel >3cm-6cm,


ipsilateral/bilateral/kontralateral

N2a Metastase k.g.b tunggal >3cm-6cm, ipsilateral

N2b Metastase k.g.b multipel > 6cm, ipsilateral

N2c Metastase k.g.b > 6cm, bilateral/kontralateral

N3 Metastase k.g.b >6cm

13
Mx Metastse jauh tak dapat ditentukan

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh

2.2.6 Tatalaksana Tumor Parotis


a.Terapi utama ( pembedahan). Pilihan pengobatan untuk neoplasma kelenjar parotis adalah
melalui pembedahan. Sebagian besar tumor parotis jinak dan ganas dapat diatasi dengan
parotidektomi superfisial atau total sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi nervus
fasilis.
 Parotidektomi superfisial. Parotidektomi superfisial adalah tindakan pengangkatan massa
tumor dengan kelenjar parotis lobus superfisial. Dilakukan pada tumor jinak parotis lobus
superfisialis.
 Parotidektomi total. Parotidektomi total adalah pengangkatan massa tumor dengan
seluruh bagian kelenjar parotis dilakukan pada:

a. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n.VII

b. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus

 Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada:Tumor ganas parotis yang sudah ada
ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
 Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada:Ada metastase k.g.b.leher yang masih
operabel
b.Terapi tambahan
Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan pembedahan, terapi
radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek menguntungkan jika digabungkan dengan
pembedahan yaitu meningkatkan hasil terapi.Selain itu berperan sebagai terapi primer untuk
tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada keadaan di mana terapi radiasi merupakan
indikasi, yaitu:

1. high grade malignancy

2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

14
3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, n.hipoglosus, n. asesorius )

4. setiap T3,T4

5. karsinoma parotis lobus profundus

Radiasi telah dianjur kansebagai single-modalitas pengobatan untuk T1 dan T2 neoplasma


ganas kelenjar liur.

Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung perluasan lokal dan besarnya tumor dan
jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor maligna telah ada
kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Pada kanker kelenjar liur, secara
keseluruhan survival 5 tahun adalah 70%-90% pada grading rendah dan 20%-30% pada
tumor grading tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W. Tumor Kelenjar Liur.Dalam :R Samsuhidajat, Warko Karnadihardja,


Theddeus OH Prasetyono, Reno Rudiman, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007. h. 469-70.
2. F Christopher Holsinger, Dana T Bui. Anatomy, Function, and Evaluation of
Salivary Glands. In: Myers EN, Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders.
Springer: Berlin; 2007. h1-14.
3. Arthur C Guyton, John E Hall. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam
:Luqman Yanur Rachman, Huriawati hartanto, Andita Novrianti, Nanda Wulandari,
editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta; 2007.h.1013-14.

15
4. William F Ganong. Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme
Karbohidrat. Dalam: M Djauhari Widjajakusumah, editor. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2002.h.320-39.
5. Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L Robbins. Pankreas. Dalam: Huriawati
Hartanto, Nurwani Darwaniah, Nanda Wulandari, editor. Buku Ajar Patologi Edisi
7 Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2007.h.711-16.
6. Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7thed.
New York: Springer; 2010. h. 79-86.

16

Anda mungkin juga menyukai