100
90
Diameter Koloni (mm)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10
Hari
Gambar 4.1. Laju pertumbuhan koloni. Masing-masing isolat Phellinus noxius dikulturkan pada
media PGA (Potato Glucose Agar) pada suhu ruang. Data diambil setiap hari hingga
hari ke-9 setelah inokulasi dari tiga ulangan.
Pengamatan diameter koloni seperti pada Gambar 4.1. menunjukkan tingkat keberagaman
pertumbuhan masing-masing cendawan pada hari pertama hingga hari ke sembilan. Pola sebaran
laju pertumbuhan dari 39 isolat terlihat mulai keberagamannya pada hari ke-4, sehingga dari data
ini mulai dapat ditentukan isolat mana saja yang memiliki laju pertumbuhan lambat, sedang dan
cepat.
Berdasarkan fenotip koloninya isolat-isolat Phellinus noxius dikelompokkan kedalam 6
kelompok. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pengamatan karakteristik morfologi cendawan Phellinus noxius di dalam media PGA
(Potato Glucose Agar)
Fenotip Koloni
Kelompok Isolat
Profil Koloni Miselium Udara Warna Koloni
A Kapas Banyak, sedikit Putih
B Kapas Banyak, sedikit Putih Cokelat
C Halus Banyak, sedikit Putih
D Halus Banyak, sedikit Putih Cokelat
E Kasar Banyak, sedikit Putih
F Kasar Banyak, sedikit Putih Cokelat
Seluruh kelompok isolat Phellinus noxius dikulturkan pada media PGA (Potato Glucose
Agar) pada suhu 270C dan diamati hingga hari ke 9 untuk pengujian pertumbuhan koloni. Semua
kelompok Phellinus noxius digunakan untuk pengujian tingkat pertumbuhan koloni berdasarkan
Hasil pengamatan hari ke 4 (SHI) menunjukkan tingkat pertumbuhan koloni yang berbeda
dalam setiap kelompok. Dari pengujian ini, satu isolat yang dipilih menunjukkan tingkat
pertumbuhan tercepat yaitu kelompok A, tingkat pertumbuhan sedang B, D, E dan F, dan tingkat
pertumbuhan paling lambat yaitu kelompok C, sehingga diperoleh 6 isolat terpilih yaitu A Pn39,
B Pn15, C Pn3, D Pn19, E Pn6 dan F Pn11, dengan diameter masing-masing koloni 84 mm, 44
mm, 14 mm, 40,67 mm, 42 mm, dan 44 mm (Gambar 4.2.). Dari data tersebut terdapat satu isolat
100
90
80 88
Diameter Koloni (mm)
70
60
50
40 48 46 48
44.67
30
20
10 18
0
A Pn39 B Pn15 C Pn3 D Pn19 E Pn6 F Pn11
Isolat Phellinus noxius
Gambar 4.2. Laju pertumbuhan koloni. Masing-masing enam isolat Phellinus noxius dikulturkan
pada media PGA (Potato Glucose Agar) pada suhu ruang. Data yang disajikan
merupakan pengamatan 4 hari setelah inokulasi dari tiga ulangan.
20.00
15.00
10.00 21.00
3.50
0.00
Pn 39 Pn 15 Pn 3 Pn 19 Pn 6 Pn 11
ISOLAT Phellinus noxiuS
Gambar 4.3. Kecepatan tumbuh perhari enam isolat terpilih Phellinus noxius.
Gambar 4.3. menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh setiap isolat berbeda, isolat yang
pertumbuhan paling cepat yaitu isolat Pn 39 yaitu 21mm/hari, diikuti isolat Pn 15, Pn11, Pn 6, Pn
19 dan yang paling lambat yaitu isolat Pn 3 yaitu 3,50 mm/hari.
Hasil sidik ragam terhadap laju pertumbuhan dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis
laju pertumbuhan tabel 4.2. menunjukkan bahwa perlakuan Pn 39 memiliki laju pertumbuhan
tercepat, Pn 3 laju pertumbuhannya lambat, sedangkan Pn 15, Pn 19, Pn 6 dan Pn 11 memiliki laju
pertumbuhan sedang. Berdasarkan data tersebut, dari keenam isolat terpilih Pn 39 adalah virulen
Tabel 4.2. Laju pertumbuhan isolat virulen dan hipovirulen pada hari ke-4 setelah inokulasi
A B C
D E F
Gambar 4.3. morfologi enam isolat Phellinus noxius pada hari ke-4 setelah inokulasi. Kelompok
A Kapas, Banyak, Sedikit, dan Putih, kelompok B Kapas, Banyak, Sedikit, dan Putih
Coklat, kelompok C Halus, Banyak, Sedikit, dan Putih, kelompok D Halus, Banyak,
Sedikit, dan Putih Coklat, kelompok E Kasar, Banyak, Sedikit, dan Putih dan
kelompok F Kasar, Banyak, Sedikit, dan Putih.
Pada awal pertumbuhan 39 cendawan Phellinus noxius memiliki warna yang seragam yaitu
putih. Kemudian, koloni ada yang berubah warna menjadi putih coklat dan coklat. Koloni
mengalami perubahan warna seiring dengan bertambahnya umur koloni. Beberapa isolat memiliki
garis coklat yang tidak beraturan, biasanya pada kultur yang sudah tua. Menurut Eyles et al.,
(2008) miselium Phellinus noxius memiliki kombinasi warna coklat dan putih. Pada awal
pertumbuhan miselium berwarna keputihan kemudian berubah menjadi cokelat dengan garis tak
beraturan (Ann et al., 1999).
Miselium udara pada 39 isolat Phellinus noxius memiliki jumlah yang berlaian yaitu
sedikit, sedang dan banyak. Begitu pula dengan profil koloninya ada yang berbentuk seperti kapas
dan kasar. Keberagaman karakteristik morfologi ini mengindikasikan adanya infeksi virus pada
cendawan yaitu adanya penyimpangan fenotip koloni seperti laju pertumbuhan koloni, warna
koloni, profil koloni dan kuantitas miselium udara (Supyani dan Gutomo, 2014).
Hasil pengamatan uji virulensi tabel 4.3. menunjukkan bahwa enam isolat Phellinus noxius
menunjukkan tingkat virulensi yang bervariasi. Pada 9 HIS, tingkat virulensi tertinggi ditunjukkan
pada isolat Pn 39 dimana lesinya 24 mm, namun hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat
virulensi Pn 39 tidak berbeda nyata dengan isolat lainnya. Tingkat virulensi terendah ditunjukkan
oleh isolat Pn 3 dan Pn 6 yang lesinya adalah 0 mm. Selanjutnya, Pn 15, Pn 19 dan Pn 11 memiliki
lesi 9 mm, 21 mm, dan 22,67 mm.
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 5 1075.61 215.12 2.15 tn 3.11 5.06
Sisa 12 1202.67 100.22
Total 17 2278.28
Keterangan: F hitung < dari pada F tabel 5% dan 1%.
Gambar 4.4. Elektroforesis isolat terpilih Phellinus noxius dengan gel agarosa 0,5% dalam TAE
1x-DEPC. Marker menunjukkan ukuran dari RNA ribosom cendawan. Bagian atas,
28s RNA ribosom (1500 bp), bagian bawah 18 s RNA ribosom (1000 bp).
Gambar 4.4. menunjukkan bahwa tidak ada band lain yang terlihat baik itu diatas maupun
di bawah 28s dan 18s RNA ribosom dengan ukuran 1500 bp dan 1000 bp. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak band yang khas mikovirus pada setiap isolat. King et al. (2012) melaporkan bahwa
sampai saat ini ada lebih dari 200 mikovirus yang telah diidentifikasi dan hampir semua genom
mereka adalah RNA. Ukuran genom mikovirus berkisar 1 dan 12,7 kbp.
Dari hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa ciri hipovirulen yang terlihat pada isolat Pn
39, Pn 15, Pn 3, Pn 19, Pn 6 dan Pn 11 tidak disebabkan oleh infeksi mikovirus. Hipovirulensi
yang terlihat mungkin disebabkan oleh keragaman genetik.
Lampiran 1. Kode Isolat Phellinus noxius
Tabel 4.1. Pengamatan fenotip morfologi cendawan Phellinus noxius di dalam media PGA
(Potato Glucose Agar)
Fenotip
Isolat Perlakuan Miselium Profil
Warna
Udara Koloni
isolat 1 RLC36 Putih Banyak Kapas
isolat 2 4-D-2-D-77(M)-A1.1 Putih Sedikit Halus
isolat 3 A11BP Putih Sedikit Halus
isolat 4 R7LS Putih Banyak Kapas
isolat 5 R4SUA Putih Sedikit Halus
isolat 6 CO368 Putih Sedikit Kasar
isolat 7 11B/29 Phellinus AA Putih coklat Banyak Kapas
isolat 8 PH 007 Putih Banyak Kapas
isolat 9 R4SUB Putih Sedikit Kapas
isolat 10 4-SU-1-D-57(M)-B.1.1 Putih Sedikit Halus
isolat 11 RLC36 X 4-D-2-D-77(M)-A.1.1 Putih coklat Banyak Kasar
isolat 12 A11BP X R7LS Putih Sedikit Kasar
isolat 13 R4SUA X CO368 Putih coklat Banyak Kapas
isolat 14 11B/29 Phellinus AA X PH007 Putih Banyak Kapas
isolat 15 R4SUB X 4-SU-1-D-57(M)-B.1.1 Putih coklat Banyak Kapas
isolat 16 10/6 Phellinus AA Putih Banyak Kapas
isolat 17 10/6 Phellinus AA X R4D75 Putih Banyak Kapas
isolat 18 R4D75 Putih Sedikit Halus
isolat 19 6-SU-2E-3M-B.1 Putih coklat Sedikit Halus
isolat 20 A11BP X A368 Putih coklat Banyak Halus
isolat 21 A368 Putih Banyak Kapas
isolat 22 A11BP X CO369 Putih Banyak Halus
isolat 23 CO369 Putih Banyak Halus
LC-RK-11C-36-1 X 4-D-2-D-105(M)-
isolat 24 A.2 Putih Banyak Kapas
isolat 25 LC-RK-11C-36-1 Putih Banyak Kapas
isolat 26 4-D-2-C-105(M)-A.2 Putih Banyak Halus
isolat 27 AP 1.2 Putih Sedikit Halus
isolat 28 R4D2D Putih Sedikit Halus
isolat 29 RLC6 Putih Banyak Kapas
isolat 30 R4D2D X RLC6 Putih Banyak Kapas
10/6 Phellinus AA X 6-SU-2E-3M-
isolat 31 B.1 Putih Banyak Halus
isolat 32 A 375 Putih Banyak Kapas
isolat 33 AP 1.2 X A 375 Putih coklat Banyak Kapas
isolat 34 RSU2E Putih coklat Banyak Kapas
isolat 35 LC-RK-11C-6-1 Putih Banyak Kapas
isolat 36 RSU2E X LC-RK-11C-6-1 Putih coklat Banyak Kapas
isolat 37 A106P Putih Banyak Kapas
isolat 38 CO 375 Putih Sedikit Kasar
isolat 39 A106P X CO375 Putih Banyak Kapas
Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Laju Pertumbuhan
Rata-
Perlakuan 1 2 3 total rata Kuadrat
kuadrat mentah
Pn 39 84 84 84 252 84.00 63504 7056 7056 7056
Pn 15 34 19 79 132 44.00 17424 1156 361 6241
Pn 3 15 16 11 42 14.00 1764 225 256 121
Pn 19 40 47 35 122 40.67 14884 1600 2209 1225
Pn 6 34 44 48 126 42.00 15876 1156 1936 2304
Pn 11 34 19 79 132 44.00 17424 1156 361 6241
GT 806 268.67 130876 Total 47716
GT^2 649636
FK 36090.89
JKP 7534.44
JKT 11625.11
JKS 4090.67
X 268.67
KK 6.87 %
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 5 7534.44 1506.89 4.42* 3.11 5.06
Sisa 12 4090.67 340.89
Total 17 11625.11
Keterangan: F hitung > F tabel 5%, artinya berbeda nyata
Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam Uji Virulensi
rata-
Perlakuan 1 2 3 total rata Kuadrat kuadrat mentah
Pn 39 24 28 20 72 24 5184 576 784 400
Pn 15 13 8 6 27 9 729 169 64 36
Pn 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pn 19 22 15 26 63 21 3969 484 225 676
Pn 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pn 11 30 9 29 68 22.67 4624 900 81 841
GT 230 76.67 14506 5236
GT^2 52900
FK 2938.89
JKP 1896.44
JKT 2297.11
JKS 400.67
X 76.67
KK 7.54 %
F tabel
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 5 1896.44 379.29 11.36** 3.11 5.06
Sisa 12 400.67 33.39
Total 17 2297.11
Keterangan: F Hitung > dari F Tabel 5% dan1%, artinya berbeda sangat nyata