Inilah Revisi Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara
Inilah Revisi Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara
Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 6 September 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua
PP No. 14/2005 Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah
(tautan: PP_Nomor_35_Tahun_2017).
Dalam PP ini disebutkan, Piutang Negara/Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau
mutlak dari pernbukuan Pemerintah Pusat/Daerah, kecuali mengenai Piutang Negara/ Daerah
yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang.
Dalam PP No. 14/2005 disebutkan, Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara
Mutlak, hanya dapat dilakukan setelah Piutang Negara/Daerah diurus secara optimal oleh
PUPN (Panitia Urusan Piutang negara) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengurusan Piutang Negara, dan telah dinyatakan sebagai PSBDT (Piutang
Negara Sementara Belum Dapat Ditagih) namun masih terdapat sisa utang.
Menurut PP ini, penghapusan Piutang Negara/Daerah dikecualikan dari ketentuan, dalam hal:
a. Piutang Negara/ Daerah yang pengurusannya diatur dalam Undang-Undang tersendiri; atau
b. Piutang Negara/Daerah tidak memenuhi syarat untuk diserahkan pengurusannya kepada
PUPN sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Negara yang tidak dapat
diserahkan pengurusannya kepada PUPN , menurut PP ini, diatur oleh Menteri Keuangan.
Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Daerah yang tidak
dapat diserahkan pengurusannya kepada PUPN diatur oleh Menteri Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PP ini menegaskan, penghapusan secara mutlak atas Piutang Negara/Daerah dari pembukuan
harus memenuhi syarat: a. diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan
penghapusan secara bersyarat piutang dimaksud; dan b. melampirkan surat keterangan dari
aparat/ pejabat yang berwenang yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya.
Dalam hal Piutang Negara/Daerah berasal dari pasien rumah sakit atau fasilitas kesehatan
tingkat pertama, menurut PP ini, surat keterangan sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh
penyerah piutang yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya.
PP ini juga menegaskan, bahwa Piutang Negara yang bersumber dari penerusan Pinjaman Luar
Negeri/Rekening Dana Investasi/ Rekening Pembangunan Daerah, dapat dilakukan
penghapusan secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak.
Penghapusan secara bersyarat atas Piutang Negara sebagaimana dimaksud, menurut PP ini,
dilaksanakan setelah terbitnya Surat Menteri Keuangan mengenai persetujuan pemberian
program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada Penanggung Utang.
Sedangkan penghapusan secara mutlak atas Piutang Negara sebagaimana dimaksud, menurut
PP ini, dilaksanakan setelah Penanggung Utang menyelesaikan program optimalisasi
penyelesaian Piutang Negara sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Menteri Keuangan
mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada
Penanggung Utang.
“Peraturna Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal II Peraturan
Pemerintah Nomor: 35 Tahun 2017, yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM
Yasonna H. Laoly pada 6 September 2017. (Pusdatin/ES)
Ini Aturan Penghapusan Piutang Negara
dan Daerah
Alwan Ridha Ramdani
Presiden Joko Widodo telah menandatangan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017
tentang Perubahan Kedua PP No. 14/2005 Tata Cara Penghapusan Piutang Negara atau
Daerah.
Piutang Negara atau Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau mutlak dari pernbukuan
Pemerintah Pusat atau Daerah, kecuali mengenai Piutang Negara/ Daerah yang cara
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang.
Penghapusan secara bersyarat, dilakukan dengan menghapuskan Piutang Negara atau Daerah
dari pembukuan Pemerintah Pusat atau Daerah tanpa menghapuskan hak tagih.
Dalam PP No. 14/2005 disebutkan, Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara
Mutlak, hanya dapat dilakukan setelah Piutang Negara atau Daerah diurus Panitia Urusan
Piutang negara sesuai dengan aturan di bidang pengurusan Piutang Negara, dan telah
dinyatakan sebagai Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih namun masih terdapat
sisa utang.
Menurut PP ini, penghapusan Piutang Negara/Daerah dikecualikan dari ketentuan, dalam hal:
a. Piutang Negara/ Daerah yang pengurusannya diatur dalam Undang-Undang tersendiri; atau
b. Piutang Negara/Daerah tidak memenuhi syarat untuk diserahkan pengurusannya kepada
PUPN sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Negara yang tidak dapat
diserahkan pengurusannya kepada PUPN , menurut PP ini, diatur oleh Menteri Keuangan.
Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Daerah yang tidak
dapat diserahkan pengurusannya kepada PUPN diatur oleh Menteri Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Penghapusan secara mutlak atas Piutang Negara atau Daerah dari pembukuan harus
memenuhi syarat diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan
penghapusan secara bersyarat piutang dimaksud.
Selain itu, melampirkan surat keterangan dari aparat atau pejabat yang berwenang yang
menyatakan penanggung utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa
kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya.
Selain itu, dalam hal Piutang Negara atau Daerah berasal dari pasien rumah sakit atau
fasilitas kesehatan tingkat pertama, syaratnya surat keterangan sebagaimana dimaksud
ditetapkan oleh penyerah piutang yang menyatakan penanggung utang tetap tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya.
PP ini juga menegaskan, bahwa Piutang Negara yang bersumber dari penerusan pinjaman
luar negeri, rekening dana investasi dan rekening pembangunan daerah, dapat dilakukan
penghapusan secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak.
Penghapusan secara bersyarat atas Piutang Negara dilaksanakan setelah terbitnya Surat
Menteri Keuangan mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian
Piutang Negara kepada Penanggung Utang.
"Peraturan pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan," tulis Menteri Hukum
dan HAM Yasonna H. Laoly pada 6 September 2017.
Penghapusbukuan dan/atau Penghapustagihan Piutang BUMD
Sama seperti kewenangan penghapusbukuan dan/atau penghapustagihan piutang
BUMN, kewenangan penghapusbukuan dan/atau penghapustagihan piutang BUMD hanya
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara
Pengajuan Usul, Penelitian, Dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah
Dan Piutang Negara/Daerah. Ketentuan pokok tentang kewenangan penghapusan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kewenangan penghapusbukuan piutang BUMD ada pada BUMD yang bersangkutan. Dasar
pemikiran ketentuan ini sama dengan pemikiranyang mendasari ketentuan tentang kewenangan
penghapusbukuan piutang BUMN.
2. Kewenangan untuk menetapkan penghapustagihan piutang pokok BUMD ada pada
Gubernur/Bupati/Walikota dengan batasan nilai yang dapat dihapustagihkan adalah sampai
dengan Rp.10.000.000.000,00 per Penanggung Hutang. Ketentuan ini juga didasarkan pada
pemikiran yang analog dengan pemikiran yang mendasari ketentuan tentang kewenangan
penghapustagihan piutang BUMN.
http://sewank09.blogspot.com/2012/11/penghapusan-piutang-negaradaerahbumbumd.html
BERITA TERKAIT
Pada 6 September 2017 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor: 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua PP No. 14 Tahun 2005
tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. PP ini mulai berlaku di tanggal yang
sama.
Sebagaimana dikutip dari laman resmi setkab.go.id, perubahan dilakukan untuk optimalisasi
penyelesaian Piutang Negara yang bersumber dari penerusan pinjaman luar negeri/rekening
dana investasi/rekening pembangunan daerah dan penyelesaian Piutang Negara/Daerah yang
tidak dapat diserahkan pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).
Dalam PP ini disebutkan, Piutang Negara/Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau
mutlak dari perbukuan Pemerintah Pusat/Daerah, kecuali mengenai Piutang Negara/Daerah
yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang.
Sementara dalam PP No. 14 Tahun 2005 disebutkan, Penghapusan Secara Bersyarat dan
Penghapusan Secara Mutlak, hanya dapat dilakukan setelah Piutang Negara/Daerah diurus
secara optimal oleh PUPN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengurusan piutang negara, dan telah dinyatakan sebagai PSBDT (Piutang Negara Sementara
Belum Dapat Ditagih) namun masih terdapat sisa utang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang negara yang tidak dapat
diserahkan pengurusannya kepada PUPN, menurut PP ini, diatur oleh Menteri Keuangan.
Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang daerah yang tidak
dapat diserahkan pengurusannya kepada PUPN diatur oleh Menteri Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Selain itu, dalam PP ini ditegaskan, penghapusan secara mutlak atas Piutang Negara/Daerah
dari pembukuan harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, diajukan setelah lewat waktu dua
tahun sejak tanggal penetapan penghapusan secara bersyarat piutang dimaksud. Kedua,
melampirkan surat keterangan dari aparat/pejabat yang berwenang yang menyatakan
Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa
kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya.
Dalam hal Piutang Negara/Daerah berasal dari pasien rumah sakit atau fasilitas kesehatan
tingkat pertama, menurut PP ini, surat keterangan sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh
penyerah piutang yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya.
Dalam PP ini juga ditegaskan, bahwa Piutang Negara yang bersumber dari penerusan Pinjaman
Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah, dapat dilakukan
penghapusan secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak. Penghapusan secara bersyarat
atas Piutang Negara sebagaimana dimaksud dilaksanakan setelah terbitnya Surat Menteri
Keuangan mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara
kepada Penanggung Utang.
(Baca Juga: Kini, Penyertaan Modal Negara dari BUMN ke BUMN Bisa Dilakukan
Tanpa Melalui APBN)
Sedangkan penghapusan secara mutlak atas Piutang Negara sebagaimana dimaksud, menurut
PP ini, dilaksanakan setelah Penanggung Utang menyelesaikan program optimalisasi
penyelesaian Piutang Negara sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Menteri Keuangan
mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada
Penanggung Utang.
“Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal II PP Nomor:
35 Tahun 2017, yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly
pada 6 September 2017 itu.