PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), Tuberkulosis
(TB) masih merupakan salah satu penyakit pada anak dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang masih tinggi. Diperkirakan, TB masih merupakan salah satu
dari tiga penyakit infeksi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas terbanyak
di seluruh dunia dan merupakan peringkat kedua penyebab kematian karena
infeksi setelah HIV/AIDS. 1
1
tuberkulosis anak sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian. Diagnosis pasti tuberkulosis pada anak dilakukan dengan menemukan
mycobacterium (MTB) dari bahan seperti sputum, bilasan lambung, biopsi, dan
lain-lain. Akan tetapi, pemeriksaan ini sulit dan jarang didapat sehingga sebagian
besar diagnosis tuberkulosis anak berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis,
gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.2
Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi
sakit TB. Faktor resiko yang pertama adalah usia. Anak berusia ≤5 tahun
mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB
karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Resiko sakit
TB ini akan berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak
usia <5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TB diseminata (seperti TB
millier dan meningitis TB), dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Resiko tertinggi terjadinya progresivitas dari infeksi menjadi sakit TB adalah
selama satu tahun pertama setelah infeksi, terutama selama 6 bulan pertama. Pada
bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan timbulnya sakit TB singkat (< 1
tahun) dan biasanya timbul gejala yang akut.2
Pada tahun 2007, IDAI bekerja sama dengan Kemenkes RI dan di dukung
WHO, membentuk kelompok kerja TB anak (Pokja TB anak). Salah satu tugasnya
adalah mengembangkan sistem skoring yang baru untuk meningkatkan sensitifitas
dan spesifisitas diagnosis TB pada anak. Sistem skoring dikembangkan terutama
untuk penegakkan diagnosis TB anak pada sarana kesehatan dengan fasilitas yang
terbatas. Untuk mendiagnosis TB disarana yang memadai, sistem skoring hanya
2
digunakan sebagai uji tapis. Setelah itu dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang
lainnya, seperti bilas lambung (BTA dan kultur M.tuberkulosis), patologi anatomi,
pungsi pleura, pungsi lumbal, CT-scan, funduskopi, serta pemeriksaan radiologis
untuk tulang dan sendi.2
Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai Tuberculosis Ekstra Paru
pada pasien anak yang dirawat di ruangan nuri atas RSU Anutapura Palu.
3
BAB II
Laporan Kasus
IDENTITAS PENDERITA
4
bagian perutnya namun tidak berlangsung lama
Lancar.
5
diekitaran rumahnya tidak ada yang mengalami
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :Sakit Sedang BB :27 Kg
Kesadaran :Composmentis PB :150 Cm
Status Gizi : BB/PB :27/40 % ( Gizi Buruk)
BB/U :27/51 % (BB Kurang)
TB/U :150/161% (Tinggi Normal)
Tanda Vital
0
Denyut Nadi : 140 kali/menit Suhu : 37,6 C
Tekanan Darah: 90/60 mmHg Respirasi : 24 kali/menit
6
Kepala :
Paru-paru
Inspeksi : Simetris Bilateral (+/+), Retraksi Dinding dada (-/-)
Palpasi : Vokal Fremitus Ka=KI (+/+),
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Bronkovesikular (-/-), Vesikular (+ /+), Rhonki (-/-), Wh (-/-)
Jantung
7
Pembesaran Hepar (-)
Pembesaran Limpa (-)
Punggung : Vertebrae Abnormal (-)
Otot-otot : Eutrofi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
8
9
10
Foto Thorax
abdomen yang dirasakan sejak 3 bulan yg lalu, nyeri seperti tertekan, nyeri hilang
inguinal dextra. BB turun, Nafsu makan turun, Night Sweat (+), Tenggorokan
terasa berlendir namun tidak batuk. Kakak pasien sedang dalam masa pengobatan
Pemeriksaan fisik
Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan regio dextra abdomen, dan perut
Pada pemeriksaan foto thorax dengan kesan TB Paru Lama Aktif Lesi Luas
11
Diagnosis: Diagnosis Kerja : Tuberculosis Ekstra Paru – Peritonitis TB
Obstruksi Usus
Terapi:
RHZ(72/50/150) 1 x 5 Tab
Anjuran :
12
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini didapati seorang pasien anak perempuan usia 14 tahun
datang dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan yang sudah dialami ± 3 bulan.
Nyeri biasanya hilang – timbul dan dirasakan seperti tertekan, keluhan ini disertai
dengan demam ± 3 bulan, Tenggorokan terasa berlendir ± 6 bulan yang lalu, BAK
lancar-normal. Riwayat BAB (+) Biasa, Pasien juga mengeluhkan nafsu makan
menurun semenjak mengalami keluhan ini disertai dengan berat badan yang turun
abdomen (+) regio perut dextra, perut teraba seperti papan. Beberapa pemeriksaan
aktif lesi luas, sedangkan, pemeriksaan USG abdomen dengan kesan peritonitis
TB.
organ tubuh lain termasuk organ-organ pada abdomen yang dikenal sebagai
area dari sistem gastrointestinal dengan lokasi yang paling sering ialah peritoneum
dan usus halus.4,5,6 Mesenterial serta lymph nodenya juga sering terkena
dampaknya tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Tuberkulosis abdominal dapat
terjadi pada semua umur baik pria maupun wanita tapi yang paling sering yaitu
13
wanita muda dan dewasa.4,6 Peningkatan angka kejadian tuberkulosis abdominal
Pada kasus ini, pasien anak perempuan berusia 14 tahun dengan kesan
pemeriksaan foto rontgen thorax PA ialah TB paru lama aktif dan temuan USG
limfadenopati disertai ascites dengan kesan peritonitis TB. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa lokasi primer TB ialah paru-paru, Selain itu pasien juga tergolong
dalam kelompok wanita dengan usia muda yang berisiko menderita tuberkulosis
abdominal.
menelan dahak pasien TB paru aktif; 3) konsumsi makanan atau susu yang telah
14
2. Pada bentuk skunder, pasien dengan tuberkulosis paru menelan
sputumnya. Kuman tuberkulosis pada sputum menginfeksi dinding usus,
biasanya ileum dan menyebabkan ulserasi . Fistula dapat terjadi. Infeksi
dapat menyebar ke kavum abdomen dan menyebabkan asites.
dari permukaan mukosa sampai ke lapisan yang paling dalam, lhymponodus yang
berdekatan serta peritoneum. Sangat jarang, basil tuberkel dapat masuk kedalam
dalam waktu yang lama ± selama 6 bulan. Sesuai teori, penularan ke usus bisa
Simptom dan gejala klinis dari TB usus tidak spesifik dan hampir mirip
cepat.10,11 Nyeri abdomen merupakan simptom yang paling sering ditemui saat
badan dan nafsu makan menurun, demam, distensi abdomen, masa padat, keras,
nodul dan immobile pada regio iliaca kanan yang dimana mirip dengan carcinoma
15
caecal. Simptom-simptom ini sering ditemui pada berbagai penelitian yang
serupa.10,11,12
Pada kasus ini pasien memiliki simptom dan gejala sesuai dengan teori
yakni nyeri abdomen (+), nafsu makan menurun (+), kehilangan berat badan (+),
demam (selama ± 6bulan yang lalu), distensi abdomen (+) dan teraba seperti
papan, anemia (HB : 8,2 g/dl). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
5. Batuk dengan sputum, jika kelainan usus besar ini disebabkan oleh
tertelannya sputum dari tuberkulosisi paru bentuk skunder.
16
(terbuka atau laparoskopi) biopsi. Pada TB usus ditemukan multipel granuloma,
panjang (lebih dari 200 µm) dan bersatu pada mukosa dan submukosa. Penemuan
kurang dari 3 g/dl, dengan total cell count dari 150-4000/µL dan peningkatan
limfosit.12
pemeriksaan USG.
17
lymphnode, penebalan omentum dan mesenterial. Memasukan urutan rangkaian
pengobatan medis saja tidak adekuat seperti ileus obstruksi, perforasi, abses dan
18
Gambar 4. Algoritma Manajemen untuk TB Abdominal 25
setidaknya 6 bulan terapi antituberkulosis yang mencakup dua bulan awal dengan
selama 9 atau 12 bulan. Namun tidak ada perbedaan yang terlihat dalam
isoniazid untuk 2 bulan diikuti oleh rifampisin dengan isoniazid untuk 4 bulan
(seri 6R) dan 12 bulan rejimen standar etambutol yang dilengkapi dengan
19
Tindakan operatif pada TB gastrointestinal terdiri dari tiga jenis.16 Tipe
pertama adalah operasi yang dilakukan untuk memotong segmen usus yang
Operasi ini biasanya dipersulit oleh adanya sindrom blind loop, pembentukan
fistula dan munculnya infeksi yang berulang pada segmen usus yang tersisa oleh
sebab itu tindakan pembedahan ini tidak sering dilakukan. Tipe kedua adalah
sehingga dapat sepenuhnya mengobati penyakit ini. Operasi ini juga dipersulit
oleh status kurang gizi pasien dari sebagian besar pasien dengan tuberkulosis
gastrointestinal. Selain itu dapat terjadi lesi secara luas pada tempat pembedahan
dan reseksi radikal tidak dapat dilakukan pada semua kasus. Tipe ketiga biasanya
yang biasanya dilakukan saat ini. Perforasi yang diakibatkan oleh TB usus
biasanya diterapi dengan reseksi segmen usus yang teribat dengan anastomosis
primer.16
Pada kasus ini pasien diterapi dengan Asam Mefenamat 3 x 500mg, Paracetamol 3
x 550 mg .
20
21