STOMATITIS

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stomatitis atau lebih dikenali oleh masyarakat awam dengan sariawan merupakan salah satu
penyakit yang ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling sering terjadi. Stomatitis
merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai oleh dokter gigi diseluruh dunia sehingga
dihasilkan beberapa penelitian-penelitian yang berhubungan dengan stomatitis.

Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari
penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis berkisar
15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan
60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis
cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan
meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan
tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang
sedang menghadapi ujian.

B. Rumusan masalah
1. Apa defenisi stomatitis?
2. Bagaimana etiologi stomatitis?
3. Apa saja klasifikasi stomatitis?
4. Bagaimana patofisiologi stomatitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis stomatitis?
6. Bagaimana komplikasi stomatitis?
7. Bagaiaman pemeriksaan penunjang stomatitis?
8. Bagaiaman penatalaksanaa stomatitis?
C. TUJUAN
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit stomatitis
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan stomatitis

1
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFENISI
Stomatitis adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa
bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat
berupa bercak tunggal maupun kelompok.
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral,yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan
labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut. (Donna L.Wong dkk)

2. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab utama dari stomatitis belum diketahui. Stomatitis dapat
bersifat infeksius maupun infeksius dan dapat disebabkan oleh factor-faktor lokal
maupun sistemik. (Donna L.Wong dkk)

Faktor Risiko Stomatitis


Ada beberapa faktor-faktor risiko penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis
diantaranya :
a. Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi
penyebab timbulnya sariawan yang berulang
b. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser
sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa
c. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
d. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa
jenis makanan dan timbulnya ulser.
e. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar,
dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
f. Kelainan pencernaan
g. Faktor psikologis (stress)
h. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi

3
i. Pada penderita yang sering merokok
j. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (missal :
alkohol) harus dihindari
k. Kekurangan vitamin C
l. Kekurangan vitamin B dan zat besi.

3. KLASIFIKASI STOMATITIS
a. Mycotic stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut
atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh
pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar
biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih
kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya
dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang
lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali
pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.

b. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya,
yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat
banyak luka terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.

c. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis


Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan-perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam
rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di
bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang
bawah.

d. Aphthous stomatitis.

4
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi.
Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut,
bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe
sariawan ini tidak menular.

4. PATOFISIOLOGI
Kondisi berikut dapat terjadi sebagai berikut atau tindakan. Stomatitis istilah umum
mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan
mukosa mulut atau orofaring 7 sampai 14 hari setelah pemberian agen kemoterapi
tertentu dan setelah terapu radiasi kepala dan leher. (Samson P.Barus).
Stomatitis ini diawali dengan kondisi di dalam tubuh yang terganggu. Hal ini dapat
dikarenakan demam, kondisi higiene mulut yang tidak baik, maupun stress.
Ketidakseimbangan ini dapat mengakibatkan peradangan di dalam rongga mulut.
Peradangan biasanya disertai dengan ulkus (tukak), akibatnya penderita mengalami
kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan. Stomatitis ini seringkali diakhiri
dengan anoreksia yang dialami penderita (Santoso, 2009).

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema atau pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula
pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari.
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas
sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa
penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

6. KOMPLIKASI
a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan
menjadi tidak teratur

5
b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih

Termasuk infeksi, yang mungkin menjadi sistemik; perdarahan dari permukaan


mukosa yang tidak utuh dan nyeri skunder akibat lesi. (Samson P.Barus).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi. Pemeriksaan laboratorium :
a. WBC (white blood cells) menurun pada stomatitis sekunder
b. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c. Pemeriksaan cultur bakteri : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

8. PENATALAKSAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1) Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
2) Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
3) Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama
4) Makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
5) Hindari stres
6) Pemberian Atibiotik,anti jamur dan anti virus untuk superinfeksi. (Samson
P.Barus).
7) Trnfusi trombosit dan agen antifibrinolitik untuk perdarahan dari membrane
mukosa. (Samson P.Barus).
8) Pemberian analgesic topical dan sistemik untuk nyeri dan dilatasi.(Samson
P.Barus.Keperawatan Onkologi.EGC.1996:Jakarta)
9) Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien
topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor.
Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti

6
triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah
makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap
kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga
maka di berikan talidomid.

b. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus
diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam
(jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa
sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit
topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor
pencetus

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STOMATITIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

7
Nama : An. T
Jenis kelamin : laki laki
Umur : 15
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : Muna
Pendidikan : SMA
pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Abeli
Diagnosa medis : Stomatitis (sariawan)

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama
pasien dengan stomatitis biasanya nyeri karena mukosaoral mengalami
peradangan dan bibir pecah-pecah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien biasanya dibawa atau meminta bantuan ke rumah sakit
setelah mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, rasa terbakar, bengkak, anoreksia,
sukar menelan. Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang
buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis,
misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang
vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
kline pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit
yang sama atau penyakit oral lainnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari

8
stomatitis atau sariawan adalah keturunan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita stomatitis lebih rentan
untuk mengalami stomatitis juga.

3. Pemeriksaan Fisik Fokus

a. Keadaan umum : lemah.


b. TTV : Tekanan Darah : 100/80mmhg
Suhu : 38,5°C
Nadi : 76X/menit
RR : 23X/menit
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kepala dan leher
Inspeksi :
Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada rongga
mulut, bercak putih, warna lidah merah dan keputihan karena
peradangan.Kulit didalam rongga mulut tampak bengkak dan
kemerahan
Lidah : Mukosa mulut mengalami peradangan dan ada lesi, bibir pecah-pecah,
rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar pada daerah lidah,
hipersarivasi.
2) Dada
Inspeksi : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor

9
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
tidak terdengar bunyi wheezing
3) Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4) Kulit
pucat
5) Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas

4. Klasifikasi data

Data subyektif Data obyektif


1. Pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di 1. terdapat luka pada daerah
daerah rongga mulut. rongga mulut
2. keluarga mengatakan bahwa pasien jarang 2. luka pasien sedalam 5mm
makan karena nyeri dan perih di daerah 3. terlihat daerah mulut yang kotor

10
mulut 4. pasien terlihat lebih kurus dari
3. keluarga mengatakan bahwa pasien jarang sebelumnya.
membersihkan daerah mulut. 5. Adanya lesi di membrane
4. Pasien mengatakan susah berkomunikas mukosa oral
dengan orang lain 6. Membrane mukosa tampak
5. Pasien mengeluh lesu, lemas (malaise) bengkak dan kemerahan
7. Membrane mukosa kering
8. TTV : TD: 100/80MmHg
Suhu: 38,5°C
Nadi: 76X/menit
RR : 23X/menit

5. Analisa data

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan

1. DS: pasien mengatakan Faktor luar atau faktor dalam Nyeri


bahwa merasa nyeri di
daerah rongga mulut.
Sistem laktoperoksidase rusak
DO:
1. terdapat luka pada
daerah rongga mulut Mukosa oral rusak
2. luka pasien sedalam
5mm
Invasi bakteri

Peradangan mukosa

11
Nyeri

2. Faktor luar atau faktor dalam Perubahan


DS: membrane mukosa
1. Pasien mengeluh oral
lesu, lemas Sistem laktoperoksidase rusak
(malaise)

DO: Mukosa oral rusak


1. Adanya lesi di
membrane
mukosa oral
2. Membrane Ulserasi dan inflamasi pada
mukosa tampak mukosa oral
bengkak dan
kemerahan

Perubahan membrane mukosa


oral

3. DS: Resiko
1. keluarga Faktor luar atau faktor dalam ketidakseimbangan
mengatakan nutrisi kurang dari
bahwa pasien kebutuhan tubuh
jarang makan Sistem laktoperoksidase rusak
karena nyeri dan

12
perih di daerah
mulut Mukosa oral rusak

DO:
1. terdapat luka
pada daerah Invasi bakteri
rongga mulut
2. Membrane
mukosa tampak Peradangan mukosa
bengkak dan
kemerahan

Penurunan nafsu makan

Intake tidak adekuat

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
4. DS: Faktor luar atau faktor dalam Hambatan
1. Pasien mengatakan komunikasi verbal
susah berkomunikas
dengan orang lain Sistem laktoperoksidase rusak
2. keluarga
mengatakan bahwa
pasien jarang Mukosa oral rusak
membersihkan
daerah mulut.

13
Invasi bakteri

DO:
1. membrane mukosa Peradangan mukosa
kering
2. Membrane mukosa
tampak bengkak dan
kemerahan Hambatan komunikasi verbal
3. terlihat daerah
mulut yang kotor
4. terdapat luka pada
daerah rongga mulut
5. luka pasien sedalam
5mm

B. Dagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membrane mukosa oral
2. Perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan
(inflamasi)
3. Resiko kekurangan nutris kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan mukosa oral penurunan keinginan nafsu makan sekunder akibat nyeri pada
mukosa oral
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut

C. Perencanaan
N Diagnose Tujuan dan intervensi implementasi
o keperawatan criteria hasil
1 1. Nyeri Tujuan: 1. Kaji tingkat nyeri 1. mengkaji tingkat nyeri
berhubun Setelah 2. Berikan 2. memberikan makanan

14
gan dilakukan makanan yang tidak yang tidak merangsang,
dengan tindakan nyeri merangsang, seperti seperti makanan yang
kerusaka dapat makanan yang mengandung zat kimia
n berkurang atau mengandung zat 3. menghindari makanan
membran hilang kimia yang terlalu panas dan
e mukosa Kriteria Hasil 3. hindari makanan terlalu dingin
oral 1. Hilangnya yang terlalu panas 4. Menghindari pasta gigi
rasa sakit dan terlalu dingin yang merangsang
dan perih 4. Hindari pasta 5. Menghindari luka pada
di mukosa gigi yang mulut saat menggosok gigi
mulu merangsang atau saat
2. Lesi 5. Hindari luka menggigitmakanan 6.
berkurang pada mulut saat Kolaborasi pemberian
dan menggosok gigi analgesic dan kortikosteroid
berangsur atau saat 7. memberikan penjelasan
sembuh menggigitmakanan tentang faktor penyebab
3. Membran 6. Kolaborasi 8. memberikan penjelasan
mukosa pemberian keluarga terhadap
oral analgesic dan pentingnya kebersihan oral
lembab kortikosteroid 9. Menganjurkan klien
4. Tidak 7. Beri penjelasan untuk memperbanyak
bengkak tentang faktor mengkonsumsi buah dan
dan penyebab sayuran terutama vitamin
kemerahan 8. Beri penjelasan B12, Vitamin C dan zat
keluarga terhadap Besi
pentingnya
kebersihan oral
9. Anjurkan klien
untuk
memperbanyak
mengkonsumsi

15
buah dan sayuran
terutama vitamin
B12, Vitamin C dan
zat Besi
2. 1. Perubaha Tujuan: 1. Pantau 1. memantau aktivitas
n Setelah aktivitas klien, cegah hal-hal
membran dilakukan klien, cegah yang bisa
e mukosa tindakan hal-hal yang memicu terjadinya
oral keperawatan bisa stomatitis
berhubun mukosa oral memicu terj 2. mengKaji adanya
gan kembali adinya komplikasi
dengan normal dan lesi stomatitis akibat kerusakan
proses berangsur 2. Kaji adanya membran mukosa oral
peradang sembuh komplikasi 3. Kolaborasi pemberian
an Kriteria Hasil akibat kerus antibiotik dan obat
(inflamas 1. Mukosa oral akan kumur
i) kembali membran 4. Menghindari makanan
normal (tidak mukosa oral dan obat-obatan atau zat
bengkak dan 3. Kolaborasi yang dapat
hiperemi) pemberian menimbulkan reaksi
2. Lesi antibiotik alergi pada rongga
berkurang dan dan obat mulut
berangsur kumur 5. mengjarkan oral hygene
sembuh 4. Hindari yang baik
3. Membran makanan mengakibatkan
mukosa oral dan obat- komplikasi yang lebih
lembab obatan atau parah jika tidak segera
zat yang ditangani
dapat
menimbulka
n reaksi

16
alergi pada
rongga
mulut
5. Ajarkan oral
hygene yang
baik
mengakibat
kan
komplikasi
yang lebih
parah jika
tidak segera
ditangani

3 1. Resiko Tujuan: 1. Kaji status 1. mengkaji status


. kekurang Setelah di nutrisi pasien nutrisi pasien
an nutris lakukan 2. Beri makanan 2. memberi
kurang tindkan dalam kedaan makanan dalam
dari keperawatan, lunak, porsi kedaan lunak,
kebutuha nafsu makan sedikit tapi porsi sedikit tapi
n tubuh timbul kembali sering sering
berhubun status nutrisi 3. Pantau berat 3. memantau berat
gan terpenuhi badan pasien badan pasien
dengan kriteria hasil : 4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
perubaha 1. Status dengan ahli dengan ahli gizi
n nutrisi gizi dalam dalam
mukosa terpenu pemeberian pemeberian
oral hi nutrisi nutrisi
penuruna 2. Nafsu 5. Berikan 5. memberikan
n makan informasi informasi

17
keingina klien tentang zat-zat tentang zat-zat
n nafsu yimbul makanan yang makanan yang
makan kembali sangat penting sangat penting
sekunder bagi bagi
akibat keseimbangan keseimbangan
nyeri metabolism metabolism
pada tubuh tubuh
mukosa
oral

4. Gangguan Tujuan: 1. kaji warna. 1. mengkaji warna.


komunikasi Setelah di Ukuran, bau, Ukuran, bau, tekstur
verbal lakukan tekstur luka pda luka pda rongga oral
berhubungan tindakan rongga oral pasien
dengan nyeri keperawatan, pasien 2. mengkaji kemampuan
di mukosa gangguan 2. kaji kemampuan pasien dalam
mulut komunikasi pasien dalam berkomunikasi
verbal beragsur berkomunikasi 3. mengajak pasien ikut
membaik dab 3. ajak pasien ikut berapartisipasi dalam
dapat teratasi berapartisipasi setiap kegiatan
Kriteia hasil: dalam setiap 4. melibatakan keluaraga
1. klien sudah kegiatan dalam setiap kegiatan
dapat 4. libatakan pasien
berkomunik keluaraga dalam 5. mendiskusikan dengan
asi dengan setiap kegiatan tenaga kesehatan lain
orang lain pasien mengenai tindakan
2. klien mau 5. diskusikan selanjutnya
bergaul dengan tenaga 6. memberikana kondisi
dengan kesehatan lain lingkungan yang
ornag lain mengenai nyaman bagi klien
3. klien tindakan 7. memberi penjelajsan

18
mengalami selanjutnya mengenai penyakitnya
peningkatan 6. berikana kondisi 8. mendorong klien untuk
harga diri lingkungan yang ikut berpatisipasi dalam
nyaman bagi setiap kegiatan
klien
7. beri penjelajsan
mengenai
penyakitnya
8. dorong klien
untuk ikut
berpatisipasi
dalam setiap
kegiatan

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti
tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat
kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat
meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Ada 4
klasifikasi stomatitis, yaitu Mycotic stomatitis, Gingivostomatitis, Denture stomatitis, dan
Aphthous stomatitis. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien stomatitis adalah nyeri atau
pedih pada bagian yang terkena stomatitis. Penatalaksanaannya dengan cara medis dan proses
keperawatan, yang paling penting cara penanganannya adalah dengan cara menjaga kebersihan
oral klien.
Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang terhadap rongga mulut.
Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep
(yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur.
Penyakit stomatitis dapat dihindari dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut serta
mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.

B. Saran

Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga sangat perlu dilakukan oleh seorang
perawat. Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien,
begitu pula dengan pasien stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat
untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan penyakit
stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus dipenuhi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai