SPONDILOSIS SERVIKALIS
PEMBIMBING:
dr. KIKING RITARWAN, Sp.S (K), MKT
ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri leher
Telaah : Pasien datang dengan keluhan nyeri leher yang
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun belakangan. Nyeri dirasakan mulai dari
belakang leher dan menjalar ke bahu kanan hingga ke tangan kanan. Keluhan
nyeri yang dirasakan tidak disertai rasa panas atau terbakar. Pasien juga
merasakan tegang di daerah leher disertai sakit kepala. Keluhan leher terasa kaku
dan nyeri tidak disertai rasa kebas dan kelemahan anggota gerak atas ataupun
bawah. Pasien sudah pernah berobat ke dokter spesialis saraf, keluhan yang
dirasakan kadang hilang kadang menetap.
Riwayat Penggunaan Obat : Obat dari klinik dokter, 4-6 macam, obat kadang
berganti-ganti.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : dbn
Traktus Respiratorius : dbn
Traktus Digestivus : dbn
Traktus Urogenitalis : dbn
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : Pasien pernah mengalami kecelakan 4
tahun lalu. Pasien terjatuh dari motor, kepala bagian kanan terhantam ke jalan.
Pasien tidak pakai helm, muntah (-), pingsan (-), perdarahan (-), kejang (-).
Karena tidak ada keluhan, pasien tidak berobat ke dokter. Sebulan setelah
kecelakaan pasien merasa sakit kepala dan berobak ke dokter.
Intoksikasi & Obat-obatan : (-)
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter :Tidak ada
Faktor Familier : Tidak ada
Lain-lain :-
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Tidak ditanyakan
Imunisasi : Pasien tidak ingat
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Perkawinan dan Anak : Tidak ditanyakan
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 76x/i
Frekuensi Nafas : 20x/i
Temperatur : tdp
Kulit dan Selaput Lendir : dbn
Kelenjar dan Getah Bening : dbn
GENITALIA
Toucher : Tidak dilakukan
STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM
KRANIUM
Bentuk : Bulat
Fontanela : Tertutup
Palpasi : A. temporalis, A. carotis (+)
Perkusi : tdp
Auskultasi : tdp
Transiluminasi : tdp
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk : (-)
Tanda Kerniq : (-)
Tanda Brudzinski I : tdp
Tanda Brudzinski II : tdp
Refleks Ancaman : + +
Fundus Okuli : tdp
• Warna :
• Batas :
• Ekskavasio :
• Arteri :
• Vena :
Vestibularis
• Nistagmus : tdp
• Reaksi Kalori : tdp
• Vertigo : tdp
• Tinnitus : tdp
NERVUS IX, X
Uvala : Medial
Disfagia :-
Disartria :-
Disfonia :-
Refleks Muntah : tdp
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : tdp
NERVUS XII
Lidah
• Tremor :-
• Atroli :-
• Fasikulasi :-
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : dbn
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : dbn
SISTEM MOTORIK
Trofi : eutrofi
Tonus Otot : normotonus
Kekuatan Otot : ESD : 55555 ESS : 55555
: EID : 55555 EIS : 55555
Sikap (Duduk – Berdiri – Berbaring) : Duduk
Gerakan Spontan Abnormal
• Tremor :-
• Khorea :-
• Ballismus :-
• Mioklonus :-
• Atetosis :-
• Distonia :-
• Spasme :-
• Tic :-
• Dan Lain-lain :-
TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif : tdp
Proprioseptif : tdp
Fungsi Kortikal untuk Sensibilitas
• Stereognosis : tdp
• Pengenalan Dua Titik : tdp
• Grafestesia : tdp
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
• Biceps : + +
• Triceps : + +
• Radioperiost : tdp tdp
• APR : + +
• KPR : + +
• Strumple : tdp tdp
Refleks Patologis
• Babinski :-
• Oppenheim : tdp
• Chaddock : tdp
• Gordon : tdp
• Schaefer : tdp
• Hoffman – Tromner :-
• Klonus Lutut : tdp
• Klonus Kaki : tdp
Refleks Primitif : tdp
KOORDINASI
Lenggang : dbn
Bicara : dbn
Menulis : dbn
Percobaan Apraksia : tdp
Mimik : dbn
Test Telunjuk – Telunjuk : tdp
Test Telunjuk- Hidung : tdp
Diadokhokinesia :dbn
Test Tumit – Lutut : tdp
Test Romberg : tdp
GEJALA-GEJALA SEREBELAR
Ataksia :-
Disartria :-
Tremor :-
Nistagmus :-
Fenomena Rebound :-
Vertigo :-
Dan Lain-Lain :-
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor :-
Rigiditas :-
Bradikinesia :-
Dan Lain-Lain :-
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : dbn
Ingatan Baru : dbn
Ingatan Lama : dbn
Orientasi
• Diri : dbn
• Tempat : dbn
• Waktu : dbn
• Situasi : dbn
Intelegensia : Sulit dinilai
Daya Pertimbangan : dbn
Reaksi Emosi : dbn
Afasia :-
Apraksia : tdp
Agnosia
• Agnosia Visual : tdp
• Agnosia Jari – jari : tdp
• Akalkulia : tdp
• Disorientasi Kanan-Kiri : tdp
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Status presents
Sensorium : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg RR : 20 x/i
HR : 76 x/i Temp : tdp
Peningkatan TIK : nyeri kepala (-)
Rangsangan Meningeal : kaku kuduk (-)
Refleks Patologis Ka Ki
Babinski - -
Kekuatan motorik:
ESD: 55555 ESS: 55555
EID: 55555 EIS: 55555
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Head CT-Scan Tidak tampak fraktur kapitis maupun
perdarahan intracranial
Cervical AP/Lateral Kesan spondiloartrosis servikalis
MRI Cervical Spine Kesan disk bulging pada intervertebral
cervical 3-4, 4-5, 5-6, dan 6-7
Kesan spondylosis vertebrae cervicalis
2.4.17 Diagnosa
- Diagnosis klinis : neck pain, spasme otot leher
- Diagnosis topis : VC3-4, 4-5, 5-6, 6-7
- Diagnosis etiologis : Spondilosis servikalis
2.4.18 Penatalaksanaan
- Meloxicam 2x15 mg
- Paracetamol 2x500 mg
- CTM 2x4 mg
- Lansoprazole 3x30 mg
2.4.19 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Spondilosis servikalis merupakan suatu penyakit degeneratif yang
menyerang usia pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan tulang belakang
di leher mengalami penurunan struktur dan fungsi normal secara progresif.
Penuaan dan keausan pada tulang belakang adalah faktor risiko utama untuk
spondylosis servikal. Selain usia dan jenis kelamin, beberapa faktor risiko untuk
spondilosis servikalis adalah trauma yang berulang – ulang ( membawa beban
aksial, menari professional,senam dll)
2.2. Patofisiologi
Spondilosis servikal merupakan hasil dari degenerasi diskus
intervertebralis. Umur diskus, fragmen dan fraktur. Awalnya terjadi dalam
nucleus pulposus yang menyebabkan lamella annular pusat tekuk kedalam
sedangkan band luar konsentris tonjolan luar annulus fibrosis. Hal ini
menyebabkan peningkatan stress mekanik pada kartilago vertebral.
Pembentukan tulang subperiosteal terjadi berikutnya, membentuk bar
osteofit yang memperpanjang aspek ventral dari kanal tulang belakang kadang
dapat juga melewati batas jaringan saraf. Ini kemungkinan besar untuk
menstabilkan vertebra yang berdekatan, yang pergerakkannya berlebihan sebagai
hasil dari hilangnya material diskus. Selain itu hipertropi dari proses uncinate
terjadi, sering melewati dibagian ventrolateral dari foramina intervertebralis.
Iritasi saraf dapat juga terjadi sebagai proteoglikan diskus intervertebralis yang
terdegradasi.
Patologi yang mengenai lesi primer mungkin kolapsnya diskus dengan protrusi
anuler sekitar kelilingnya. Ligamen terdorong dari perlekatannya pada tepi
badan ruas tulang belakang, terbentuk osteofit reaktif, dan ligamennya sendiri
menebal. Bersamaan dengan protrusi anuler, osteofit dan ligament megurangi
diameter anteroposterior kanal spinal. Perubahan osteoartritik pada sendi neuro-
sentral, yang berdekatan dengan foramina C3 hingga C7, menyebabkan proliferasi
tulang selanjutnya, yang mempersempit foramina intervertebral yang sudah
sempit oleh protrusi diskus dan osteofit. Mobilitas tulang belakang sendiri juga
terganggu, terbatas karena perubahan diskus memberat dan meluas pada tingkat
yang tidak terkena diatas dan dibawahnya. Beberapa faktor berperan pada
terbentuknya tanda dan gejala. Kord spinal, terletak terikat pada kanal spinal
yang menyempit, terancam akan tambahan kompresi bahkan saat gerak leher
normal. Misalnya pada ekstensi, ligamen flava melipat dan dapat menjadi
penyebab kompresi posterior. Karena gerakan ekstrem yang mencapai kord
merupakan bahaya yang besar, gejala mendadak bisa terjadi setelah fleksi atau
ekstensi berlebihan akibat kecelakaan atau endoskopi dengan anesthesia
Myelopathy spondylotik servikal terjadi akibat dari beberapa faktor patofisiologi
penting. Ini merupakan statis-mekanis, dinamis-mekanis, iskemia saraf tulang
belakang. Pada osteofit, saraf servikal menjadi menyempit yang cenderung untuk
mengembangkan terjadinya myelopathy spondylotic servikal.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri leher, tanda-tanda radicular, dan
tanda-tanda myelopathi. Pasien dengan nyeri leher dari spondilosis sering hadir
dengan leher kaku. Ini merupakan tanda spesifik dan penyebab lain dari nyeri
leher dan kekakuan (misalnya nyeri miopasial, patologi bahu intrinsik) harus
dipertimbangkan.
• Uji kompresi leher, jika positif sangat berguna untuk menilai pasien
dengan radikulopati servikal. Tes ini sebaiknya dilakukan dengan memiliki
pasien aktif, mengikuti intruksi untuk menegakkan leher, lateral fleksi, dan
memutar ke sisi yang sakit.selanjutnya pada kompresi perlu kehati-hatian
dalam memberikan beban aksial. Maneuver ini bekerja dengan
mempersempit foramina syaraf ipsilateral selama fleksi dan rotasi
sedangkan ekstensi menyebabkan awal diskus posterior menonjol.
• Dalam myelopathy spondilosis servikal, temuan pemeriksaan yang paling
khas adalah disfungsi motorik atas, termasuk hiperaktif reflex tendon
dalam, pergelangan kaki dan atau klonus patella, kelenturan ( terutama
bagiab bawah kaki), tanda babinski, tanda tanda Hoffman
• Sebuah tes lain kadang – kadang berguna seperti tes otot pectoralis reflexs.
Hal ini dilakukan dengan menekan tendon pectoralis dialur deltopektoralis,
yang menyebabkan adduksi dan internal rotasi bahu jika hiperaktif. Hasil
yang positif menunjukkan kompresi ditulang belakang leher bagian atas
(C2-C4).
Tanda-tanda Radiologis
1. Penyempitan ruang diskus.
2. Perubahan kurva normal, umumnya hilangnya lordosis normal, mungkin
terbatas hingga dua tulang belekang berdekatan, dan mobilitas yang terbatas
harus dibandingkan saat pengambilan posisi fleksi dan ekstensi.
3. Osteofit lebih nyata dianterior, namun pertumbuhan berlebihan di posterior
lebih penting, penyempitan foraminal tampak hanya pada tampilan oblik.
4. Indentasi mielografik dura anterior tidak selalu mendukung tingkat maksimal
kolaps diskus dan osteofit. Indentasi posterior akibat ligament flava tampak
bila film diambil saat ekstensi. Blok total jarang, namun bila terjadi bisa berarti
proolaps diskus akut.
5. CT scan yang dilakukan dalam beberapa jam setelah mielogram bisa lebih
tepat menentukan tempat dan perluasan kompresi. Perubahan serupa dapat
tampak pada MRI scan sagital.
2.5. Komplikasi
Spondilosis servikal merupakan penyebab paling umum dari disfungsi
saraf tulang belakang pada orang dewasa yang lebih tua. Pada sejumlah kecil
kasus, spondilosis servikal dapat memampatkan satu atau lebih saraf tulang
belakang - sebuah kondisi yang disebut radikulopati servikal. Taji tulang dan
penyimpangan lain yang disebabkan oleh spondilosis servikal juga dapat
mengurangi diameter kanal yang saraf tulang belakang. Ketika saluran spinalis
menyempit ke titik yang menyebabkan cedera tulang belakang, kondisi yang
dihasilkan disebut sebagai myelopathy servikalis. Radikulopati servikalis dan
myelopathy serviks dapat mengakibatkan cacat permanen.
Tindakan
Riwayat sebenarnya, tidak akan mengarahkan perjalanan biasanya lambat.
Sekali gejala tampil, dekompresi beda harus dipertimbangkan, baik mewlalui
jalur anterior maupun posterior. Pada pendekatan anterior dilakukan pengangkatan
disk bersangkutan bersama dengan batang osteofit. Dekompresi harus diperluas
kelateral yaitu keproksimal kanal akar. Pasak tulang allograf atau tulang yang
disterilkan dengan cara radiasi serta diliofilisasi dipakai menggantikan lubang
jaringan dengan ukuran yang sama, mengisi badan ruas tulang belakang
berseberangan dan disk yang berdegenerasi diantaranya (operasi Cloward). Ini
bisa dilakukan pada dua atau tiga tingkat bila diperlukan. Terkadang fiksasi
anterior tambahan dengan memakai pelat metal diperlukan. Dengan seleksi yang
teliti, 70-80 % pas membaik.
2.6. Penatalaksanaan
Tanpa pengobatan, tanda-tanda dan gejala spondilosis servikalis
biasanya menurun atau stabil. Kadang –kadang ada yang memburuk. Tujuan
pengobatan adalah untuk mengurangi nyeri, membantu untuk mempertahankan
kegiatan yang biasa dilakukan dan mencegah ke sumsum tulang belakang dan
saraf.
Ada 3 jenis penanganan :
- Ringan
- Serius
- Operasi
Risiko Operasi
Risiko dari prosedur ini termasuk infeksi, pendarahan, gumpalan darah di vena
kaki dan kerusakan saraf. Selain itu, operasi tidak mungkin menghilangkan semua
masalah yang terkait dengan kondisi, karena beberapa saraf pada medulla spinalis
mengalami kerusakan yang menetap.
BAB 3
KESIMPULAN
1. Binder AI. Cervical Spondylosis and Neck Pain. BMJ. 2007 Mar
10;334(7592):527–31.
2. Rana SS et al. Diagnosis and Management of Cervical Spondylosis
Medication. Medscape. 2017.
3. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam:
Meliala L, Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
4. Mardjono M., Sidharta P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat.
5. Eubanks, J. D. Cervical Radiculopathy: Nonoperative Management of
Neck Pain and Radicular Symptoms. 2010.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006.