Anda di halaman 1dari 16

221

Lampiran 13
PROPOSAL KEGIATAN PENYELENGGARAAN
RONDE KEPERAWATAN DI RUANG DHOHO
RSUD Prof.DR.SOEKANDAR MOJOSARI

I. PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan pada klien secara professional dapat
membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatn yang dihadapi alah
satu bentuk pelayanan keperawatan yang professional tersebut dengan
memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikan dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan
masalah.
Pelayanan keperwatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat
associate untuk membahas maalah keperawatan yang terjadi pada klien
yang melibatkan klien dan eluruh tim keperawatan termasuk konsultan
keperawatan. Salah satu tujuan kegiatan ronde keperawatan adalah
meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
II. TUJUAN
Tujuan umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah yang dialami klien dapat
diatasi.
Tujuan khusus:
1. Perawat mampu berpikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien.
2. Perawat mampu memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah
keperawatan klien.
3. Perawat mampu menilai hasil kerja.
4. Perawat mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
III. PELAKSANAAN
Hari/ tanggal : Rabu, 18 september 2013
Tempat : Ruang Dhoho
Materi : Ronde keperawatan
IV. METODE
Diskusi
V. MATERI
222

 pengertian ronde keperawatan


 karakteristik
 langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
 peran masing – masing perawat.
VI. PESERTA
Peserta ronde keperawatan meliputi :
 Mahasiwa program studi S1 Keperawatan yang ditunjuk sebagai kepala
ruangan
 Perawat primer
 Perawat associate
 Pembimbing akademik
 Pembimbing ruangan
 Kepala ruangan
 Kasi bidang pelayanan
VII. ALAT BANTU
 Ruang perawatan sebagai sarana diskusi
 Status klien
VIII. EVALUASI
 Persiapan ronde keperawatan
 Pelaksanaan ronde keperawatan
 Peran masing-masing tim dalam pelaksanaan ronde keperawatan
 Menintegrasi konsep dan teori yang telah dipelajari.

RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


LAPARATOMI DI RUANG DHOHO RSUD Prof.DR.SOEKANDAR
MOJOSARI MOJOKERTO

Topik : Askep klien dengan diagnose medis Post Laparatomi


Sasaran : Tn. S / 72 tahun
Peserta : PP,PA, mahasiswa Profesi S1 Keperawatan STIKES BINA SEHAT
PPNI
Waktu : 60 menit

I. TUJUAN
Tujuan umum :
Menyelasaikan masalah keperawatan klien yang belum teratai
Tujuan khusus :
223

1. Tim keperawatan mampu menggali masalah klien yang belum teratasi


2. Mampu merumukan intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan
masalah klien.
3. Mampu mengadakan justifikasi terhadap tindakan keperawatan yang
dilakukan.
II. SASARAN
Tn S umur 71 tahun, pendidikan SD, pekerjaan Petani
III. MATERI
 Konsep dasar post laparotomi , HM, Melena
 Askep klien dengan Post Laparotomi, HM , Melena
IV. PELAKSANAAN
Hari/ tanggal : Rabu 18 september 2013
Tempat : Ruang Dhoho RSUD prof. DR.Soekandar Mojosari
V. METODE
Diskusi
VI. MEDIA
Makalah
Materi yang disampaikan secara lisan.
VII. TIM RONDE
Kepala ruangan : Afit Nugrohanto
PP : Niken Harya L
PA : Rohmawati Puji
Notulen : Vigi Binga
VIII. PROSES RONDE
Pra Ronde
1. Menentukan kasus dan topic
2. Menentukan tim ronde
3. Membuat inform cosent
4. Mencari literature
5. Diskusi
IX. MEKANIME KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Pemeran Pasien
1 5 menit Pembukaan : Ka. Ruangan Mendengarkan
 Memberi salam
 Menyampaikan tujuan ronde
keperawatan
2 15 menit Penyajian masalah : PP Pasien dan
 Menyampaikan masalah keluarga
yang sudah terselesaikan memperhatikan
 Menentukan maalah yang
belum terselesaikan.
 Implementasi yang sudah
224

dilaksanakan.
3 25 menit Diskusi dan tanya jawab PA Bertanya
4 5 menit Penutup Ka. Ruangan Mendengarkan
 Ucapan terima kaih dan menjawab
 Member salam salam
X. EVALUASI
 Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan
 Bagaimana peran PP-PA saat ronde keperawatan
 Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan.
225

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POST LAPARATOMI


I. PENDAHULUAN
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan
suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen
(Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula bahwa laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.

II. TUJUAN
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami

nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang

mengalami trauma abdomen.

Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau

akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.


Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist,

2008):
a) Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,

eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak

memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini

adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,

pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi

ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.


b) Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).

Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada

jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian


226

bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki

keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan

fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah

diperluas ke arah atas dan bawah


c) Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan

splenektomy.
d) Transverse lower abdomen incision
e) yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal

iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy


III. INDIKASI
a) Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur

yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh

luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).

Dibedakan atas 2 jenis yaitu :


 Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga

peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.


 Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga

peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan,

ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).

b) Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa

rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan

tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial

peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder

disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit


227

ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),

sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.


c) Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi

usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan

perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru

mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan

gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan

darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa

perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh

secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen),

Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian

lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus

(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri

dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya

gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus

melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen),

dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus)


d) Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada

bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari

apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak

suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.


e) Tumor abdomen
228

f) Pancreatitis (inflammation of the pancreas)


g) Abscesses (a localized area of infection)
h) Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
IV. TUJUAN PERAWATN POST LAPARATOMI
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum

operasi.
4. Mempertahankan konsep diri klien.
5. Mempersiapkan klien pulang.
V. KOMPLIKASI
1. Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang

disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk

metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a) Pucat
b) Kulit dingin dan terasa basah
c) Pernafasan cepat
d) Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e) Nadi cepat, lemah dan bergetar
f) Penurunan tekanan nadi
g) Tekanan darah rendah dan urine pekat.
2. Hemorrhagi
a) Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b) Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika

kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan

yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak

terikat
c) Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila

ligatur slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau

menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.

Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus,

kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat

dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.


229

VI. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KOMPLIKASI


Syok
Pencegahan :
a) Terapi penggantian cairan
b) Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
c) Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan

dengan menggunakan narkotik secara bijaksana


d) Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)
e) Ruangan tenang untuk mencegah stres
f) Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
g) Pemantauan tanda vital
Pengobatan :
a) Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b) Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c) Pemantauan status pernafasan dan CV
d) Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal

kanul jika diindikasikan


e) Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex :

komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)


f) Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik

(mengurangi retensi cairan dan edema)

Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.
VII. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas diri klien
Nama : Tn. D.P
Umur : 33 Tahun
Alamat : Malalayang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
230

Agama : Kr. Protestan


Pendidikan : SMP
No RM : 294367
Tanggal MRS : 26 September 2011
Tanggal pengkajian: 28 September 2011
B. Riwayat Kesehatan Keperawatan
 Keluhan Utama : nyeri pada luka post op.
 Riwayat kesehatan sekarang :Penurunan kesadaran akibat

kecelakaan lalu lintas dialami oleh penderita sekitar 45 menit

sebelum masuk rumah sakit.


 Riwayat kesehatan dahulu : Sebelumnya pasien belum pernah

melakukan operasi, pasien tidak mempunyai riwayat penyakit –

penyakit tertentu.
 Pemeriksaan fisik dan observasi
a) B1 (Breathing)
Perlu dikaji adanya sumbatan jalan nafas karena penumpukan

sputum dan kehilangan reflek batuk, adanya tanda-tanda lidah

jatuh kebelakang.
Auskultasi uara nafas mungkin ada tanda stridor
Catat jumlah irama nafas.
b) B2 (Blood)
Deteksi adanya tanda-tanda peningkatan TIK yaitu kenaikan TD

disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi


c) B3 (Brain)
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat, periksa adanya pupil

uniteral, observasi tingkat kesadaran


d) B4 (Bladder)
tanda-tanda inkontenensia uri
e) B5 (Bowel)
Tanda-tanda inkontenensia alvi
f) B6 (Bone)
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, tanda-tanda dekubitu

kareba tirah baring lama, dan kekuatan otot.


C. DIAGNOSA YANG MUNCUL
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
231

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan
3) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan luka pembedahan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
Tujuan :
Pasien dapat mempertahankan kenyamananya selama perawatan
Kriteria Hasil :
Dalam 1-2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif

pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri,

indikator-indikator obyektif, seperti tidak meringis, wajah dan posisi

tubuh relaks, luka operasi, tidak ada tanda –tanda infeksi


Intervensi Keperawatan

1) Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala
nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri_ - 10 (nyeri paling
buruk). Beri
2) Beri posisi tidur nyaman
3) Kolaborasi therapi analgesik sesuai program.
4) Ajarkan cara teknik distraksi relaksasi
5) Lakukan program medic
6) Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi nyeri
7) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan luka pembedahan
 Tujuan :
Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang normal selama

perawatan
 Kriteria Evaluasi:
Luka insisi sembuh tanpa ada tanda-tanda infeksi
 Intervensi Keperawatan

1) Pantau luka pembedahan dari tanda –tanda peradangan :


demam, kemerahan, bengkak, dan cairan yang keluar terhadap
warna, jumlah dan karakteristik
232

2) Rawat luka secara steril


3) Beri makanan berkualitas atau dukung pasien untuk makan
yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan
4) Beri atibiotik sesuai program medik

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proes keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan

klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini

diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi

evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam

rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian

ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marlyn Doengus, Terjemahan aAsuhan Keperawatan. EGC.1999
2. Lynda Jual C. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. EGC.1999
3. Anna Owen, Pemantauan perawatan Kritis. EGC.1997
233

RSUD.Prof.Dr.OEKANDAR-STIKES BINA SEHAT PPNI


Jalan Hayam Wuruk No.25 Mojoari

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN


RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :…………………………………
Umur :…………………………………
Alamat :…………………………………

adalah suami/itri/anak dari pasien :


Nama :…………………………………
Umur :…………………………………
Alamat :…………………………………
Ruang :…………………………………
No.RM :…………………………………
234

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Mojosari,………………..2013
Perawat yang menerangkan penanggung jawab

(…………………………) (……………..………….)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN POST LAPARATOMI

A. Pengkajian
Nama : Tn. S
Umur : 71 Tahun
Alamat : Ngoro
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
No RM : 245752
Tanggal MRS : 13 September 2013
Tanggal pengkajian: 14 September 2013
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Px mengeluh sakit pada perutnya,
b. Riwayat penyakit sekarang.
Keluarga px mengatakan px BAB coklat sejak tagl 11 september 2013
sebelumnya px menjalani operasi di akibat penyakit peritonitis yang
pasca operasi 2 hari px mengalami muntah dan BAB berwarna coklat,
pada tanggal 13 keluarga membawa px control ke poli dan di poli
disarankan rawat inap di ruang Dhoho.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga px mengatakan sebelum di operasi px punya sikit operitonitis
selama 2 tahun
235

d. Riwayat penyakit keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang ama seperti px
atau menyakit keturunan
C. Pemerikaan Fisik
a. B1 ( Broathing)
Terpasang O2 Nasal kanul 3 liter
RR : 25 kali/mnt.
Ronkhi/whesing : -
b. B2 (Blood)
TD: 100/60 mmHg, N: 88 x/mnt, S: 37.7 °C
CRT : > 3 detik
Akral hangat
Konjungtiva anemis
c. B3 (Brain)
Nyeri kepala : +
GCS : 456
d. B4 (Bledder)
BAK : spontan , Sebanyak 5x warna hitam.
NGT : 500 mili liter
Makan : puasa
e. B5 (Bowel)
Terpasang kateter, urine : 200ml/ 24 jam
Minum : puasa
f. B6 (Bone)
Aktivitas px dibantu keluarga.
kekutan otot 4 4
4 4
D. Pemeriksaan penunjang
SE = hiploglikemi
BUN, SC = meningkat, Hipoalbumin,

E. Terapi
Cefotaxim 3x1
Asam Tranek 3x1
Ondasentron 3x1
Vit K 3x1
Ranitidin 2x1
F. Dx Keperawatan
Resiko syok Hipovolemik b.d pendarahan pada saluran cerna atas
G. Intervensi
1. BHSP
2. Jelaskan yang terjadi jika terjadi syok
3. Hitung intake dan output cairan
4. Pasien disuruh puasa
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi medis
6. Pemasangan NGT
236

Anda mungkin juga menyukai