Anda di halaman 1dari 12

Gais & Afriansyah p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL HIGH


ORDER THINKING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS
SISWA
[Studi Penelitian Embedded Concurrent Pada Kelas X di SMAN 1 Garut]

ANALYSIS OF STUDENTS ABILITY IN SOLVING HIGH ORDER THINKING PROBLEMS


BASED ON MATHEMATICAL INITIAL ABILITY STUDENTS
[Embedded Concurrent Research Studies in Class X SMAN 1 Garut]

Zakkina Gais1 dan Ekasatya Aldila Afriansyah2


1 Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Garut
Garut, Jawa Barat, Indonesia
zakkinagais@gmail.com

2 Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Garut


Garut, Jawa Barat, Indonesia
e_satya@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan awal matematis siswa
terhadap penyelesaian soal-soal high order thinking ditinjau dari soal analisis, soal evaluasi, soal
mencipta dan secara umum. Penelitian ini pun bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal high order thinking serta untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan siswa keliru dalam menyelesaikan soal-soal high order thinking. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode campuran dengan jenis embedded concurrent. Dari
hasil penelitian diperoleh terdapat pengaruh kemampuan awal matematis siswa terhadap
penyelesaian soal high order thinking dalam segala aspek. Siswa dikategorikan mampu
menyelesaikan soal-soal high order thinking. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa keliru dalam
menyelesaikan soal-soal high order thinking diantaranya adalah kurang teliti dalam proses
pengerjaan soal, kemampuan awal matematis siswa yang rendah, proses yang dilalui selama
pembelajaran tidak maksimal, kurangnya pemahaman siswa terhadap soal, ketidaklengkapan
dalam membaca soal dan kurangnya perhatian dari orang tua.
Kata Kunci: Analisis, Soal High Order Thinking, Kemampuan Awal.

Abstract
This research aims to know the effect of prior mathematical students ability to solve on high
order thinking questions looked by analysis question, evaluation question, creating question and
genera question.This research also aims to know about students ability in solving high order
thinking question and to know about the factors that cause students to be wrong in solving high
order thinking questions. The research method that used is mixed method with embedded
concurrent type. From the result of the research, it is gotten there is an effect of prior
mathematical students ability to solve high order thinking question in all aspects. Students are
categorized able to solve high order thinking questions. The factors that cause student to be
wrong in solving high order thinking question are less careful in the process of solving the
question, the prior mathematical students ability is low, the process traversed during learning is
not maximal, the lack students understanding to the question, incompleteness in reading the
questions and the lack of attention of their parents.
Keywords: Analysis, High Order Thinking Question, Prior Ability

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017 255


Gais & Afriansyah http://e-mosharafa.org/

I. PENDAHULUAN seperti kecerdasan, kesiapan dan bakat


Terkait dengan isu perkembangan anak”.
pendidikan di tingkat internasional, Setiap individu mempunyai
kurikulum 2013 dirancang dengan kemampuan yang berlainan. Menurut
penyempurnaan. Model-model penilaian Yusuf (2011) “Kemampuan awal siswa
pada kurikulum 2013 mengadaptasi adalah kemampuan yang telah dipunyai
model-model penilaian standar oleh siswa sebelum ia mengikuti
internasional yang diharapkan dapat pembelajaran yang akan diberikan.
membantu peserta didik untuk Kemampuan awal ini menggambarkan
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
tinggi (High Order Thinking). yang akan disampaikan oleh guru”.
Namun pada kenyataannya hal tersebut Dalam penelitian ini peneliti
belum terlaksana dengan baik. Pada memerlukan siswa-siswa yang memiliki
pemantauan supervisi dan Pembinaan kemampuan diatas rata-rata siswa pada
Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) SMA umumnya. Peneliti memilih SMA Negeri 1
yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Garut sebagai tempat penelitian, karena
Pembinaan SMA, sebagian besar guru SMA menurut wikipedia (2016) “SMA Negeri 1
sasaran dalam menyusun butir soal Garut merupakan SMA terbaik se-
cenderung hanya mengukur kemampuan kabupaten Garut terbukti dengan prestasi
berpikir tingkat rendah (Low Order yang diraih dan akreditasi yang sangat
Thinking). (Modul Penyusunan Soal High baik”. Berdasarkan hasil wawancara
Order Thinking Skills, 2015: 1). dengan salah satu guru SMA Negeri 1
Berdasarkan pendapat Anderson & Garut (2016), SMA Negeri 1 Garut
Krathwohl (dalam Direktorat Pembinaan menempati posisi ke 17 dalam Daftar SMA
SMA, 2015: 4) “Domain proses kognitif Terbaik Se-Indonesia. Selain itu didukung
yang termasuk dalam kemampuan berpikir oleh passing grade SMA Negeri 1 Garut
tingkat tinggi (High Order Thinking) adalah yang tinggi mengakibatkan siswa yang
domain analisis (analyze), evaluasi diterima oleh SMA Negeri 1 Garut adalah
(evaluate) dan mencipta (create)”. siswa-siswa terbaik.
Faktor kemampuan awal siswa Berdasarkan hasil observasi awal
dianggap paling berpengaruh, seperti peneliti terhadap soal-soal yang
diungkapkan Karso,dkk. (1993: 217) sebelumnya diberikan oleh guru di SMA
“Faktor siswa atau murid sebagai peserta Negeri 1 Garut, hanya ada 10,9% soal yang
didik merupakan faktor yang penting mengukur kemampuan analisis dan
dalam proses belajar mengajar evaluasi, namun tidak terdapat soal yang
matematika. Ada faktor-faktor yang mengukur kemampuan mencipta.
sepenuhnya tergantung pada siswa, Sedangkan dalam buku siswa matematika
kelas X yang digunakan sebagai sumber

256 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017


Gais & Afriansyah p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

belajar siswa yang menerapkan kurikulum a) Menspesifikasi aspek-


aspek/elemen.
2013 soal-soal yang mendominasi adalah
b) Kata kerja :
soal-soal yang mengajak siswa untuk Analisis
membandingkan,
berpikir analisis, evaluasi dan mencipta. memeriksa, menguji,
mengkritisi.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, maka rumusan masalah dalam
Menurut Yusuf (2011) “Kemampuan
penelitian ini adalah :
awal siswa adalah kemampuan yang telah
1. Bagaimana pengaruh kemampuan
dipunyai oleh siswa sebelum ia mengikuti
awal matematis siswa terhadap
pembelajaran yang akan diberikan.
pengerjaan soal-soal high order
Kemampuan awal ini menggambarkan
thinking ditinjau:
kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
a. Secara umum?
yang akan disampaikan oleh guru”. Atau
b. Dari aspek soal analisis?
dengan kata lain kemampuan awal adalah
c. Dari aspek soal evaluasi?
kemampuan prasyarat yang harus dimiliki
d. Dari aspek soal mencipta?
siswa sebelum diberikan materi
2. Bagaimana kemampuan siswa dalam
pembelajaran oleh guru.
menyelesaikan soal-soal high order
Kemampuan awal dalam penelitian ini
thinking?
diambil dari hasil tes prasyarat yang telah
3. Faktor-faktor apa saja yang
diujicobakan sebelumnya dengan cakupan
menyebabkan siswa keliru dalam
materi Eksponen, Logaritma, Persamaan
menyelesaikan soal-soal high order
dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak dan
thinking?
Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan
Ranah dalam Taxonomi Bloom Revisi
Linear Tiga Variabel.
digunakan untuk mengukur kemampuan
Peneliti berpendapat bahwa penelitian
berpikir tingkat tinggi. Anderson &
yang dilakukan mesti disesuaikan dengan
Krathwohl (dalam Direktorat Pembinaan
kondisi sekolah, sehingga model yang
SMA, 2015: 4) mengklasifikasikan dimensi
digunakan adalah pembelajaran
proses kognitif sebagai berikut.
konvensional atau dengan kata lain model
Tabel 1.
Klasifikasi Dimensi Proses Kognitif pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
a) Mengkreasi ide/gagasan guru yang bersangkutan. Berdasarkan
sendiri.
pengamatan peneliti model pembelajaran
b) Kata kerja : mengkonstruksi,
Mencipta yang guru matematika kelas X MIPA-3
desain, kreasi,
mengembangkan, menulis, biasa gunakan yaitu model discovery
memformulasikan.
HOT learning.
a) Mengambil keputusan
sendiri. Langkah-langkah mengaplikasikan
b) Kata kerja : evaluasi, model discovery learning di kelas menurut
Evaluasi
menilai, menyanggah,
memutuskan, memilih, Materi Pelatihan Guru Implementasi
mendukung.

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017 257


Gais & Afriansyah http://e-mosharafa.org/

Kurikulum 2013 (2013: 215) adalah Adapun desain penelitian ini secara
sebagai berikut: umum menggunakan desain penelitian
1. Langkah persiapan discovery learning campuran dengan jenis embedded
a. Menentukan tujuan pembelajaran concurrent menurut Creswell (2010: 315):
b. Melakukan identifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awal)
c. Memilih materi pelajaran kual
d. Menentukan topik-topik yang harus KUAN
dipelajari siswa
e. Mengembangkan bahan-bahan
belajar Analisis Penemuan
f. Mengatur topik-topik dari yang
sederhana ke kompleks
Gambar 1. Desain penelitian campuran dengan
g. Melakukan penilaian proses dan
jenis embedded concurrent.
hasil belajar siswa
2. Prosedur aplikasi discovery learning Desain penelitian menurut Arikunto
a. Stimulasi/ pemberian rangsangan (1989: 84):
b. Pernyataan/ identifikasi masalah Prasyarat Perlakuan Posttest
c. Pengumpulan data E O1 X O2
d. Pengolahan data
Keterangan:
e. Pembuktian
E = kelas eksperimen
f. Menarik kesimpulan/ generalisasi.
O1 = tes awal (prasyarat)
O2 = tes akhir (posttest)
II. METODE
X = pembelajaran
Penelitian ini menggunakan metode
Desain yang menunjukkan hubungan
campuran terutama strategi embedded
antara variabel menurut Sugiyono
concurrent. Dalam penelitian ini data
(2009:8):
kuantitatif sebagai data primer dan
X→Y
didukung oleh data kualitatif sebagai data
X = kemampuan materi prasyarat
sekunder. Dalam penelitian ini, metode
Y = kemampuan menyelesaikan soal
kuantitatif yang digunakan oleh peneliti
Populasi didefinisikan sebagai
adalah metode Quasi Eksperiment dengan
keseluruhan subjek atau objek yang
sampel sebanyak satu kelompok. Yaitu
menjadi sasaran penelitian yang
kelompok yang diberikan model
mempunyai karakteristik tertentu
pembelajaran Discovery Learning sebagai
(Sundayana, 2014: 15). Populasi dalam
kelas eksperimen. Sedangkan metode
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
kualitatif yang digunakan adalah metode
SMA Negeri 1 Garut.
analisis deskriptif.

258 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017


Gais & Afriansyah p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

Sampel adalah sejumlah (tidak semua) dibuat. Angket ini diberikan setelah
hal yang diobservasi atau diteliti yang pelaksanaan tes akhir pada kelas
relevan dengan masalah penelitian, dan eksperimen.
tentunya subjek atau objek yang diteliti 3. Wawancara
tersebut (Sundayana, 2014: 16). Sampel Wawancara mengacu kepada
dalam penelitian ini diambil secara acak bagaimana cara berfikir siswa dalam
sebanyak satu kelas yaitu kelas X MIPA-3, menyelesaikan soal, serta faktor-faktor
dengan fokus penelitian 5 orang siswa. lain yang menunjang siswa dalam belajar
Penelitian ini dilaksanakan pada dan mengerjakan soal. Wawancara
semester genap tahun akademik dilakukan kepada 5 orang siswa, yaitu 1
2016/2017 pada tanggal 9 sampai dengan siswa yang tergolong berkemampuan
31 Januari 2017. Tempat pelaksanaan tinggi, 2 siswa yang tergolong
penelitian di SMA Negeri 1 Garut yang berkemampuan sedang dan 2 siswa yang
beralamat di Kecamatan Tarogong Kidul, tergolong berkemampuan rendah.
Kabupaten Garut.
B. Teknik Analisis Data Kuantitatif
A. Teknik Pengumpulan Data Setelah data yang diperlukan
1. Tes Soal High Order Thinking terkumpul, maka dilakukan analisis data
Instrumen yang digunakan dalam dengan memakai pendekatan statistik.
penelitian ini adalah berupa tes soal high
order thinking. Adapun soal tes yang C. Teknik Analisis Data Kualitatif
digunakan pada tes kemampuan awal Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
terdiri dari 6 soal uraian dan tes akhir kemampuan siswa menyelesaikan soal-
terdiri dari 6 soal uraian yang berbeda. soal High Order Thinking dan mengetahui
Tes kemampuan awal matematis faktor-faktor yang menyebabkan siswa
merupakan tes yang dilakukan sebelum keliru dalam menyelesaikan soal-soal High
memperoleh perlakuan, hal ini bertujuan Order Thinking maka peneliti
untuk mengetahui kemampuan awal menggunakan analisis jawaban siswa,
siswa. Tes akhir diberikan kepada kelas observasi, angket dan wawancara.
eksperimen yang telah memperoleh
perlakuan, yang dimaksudkan untuk III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui kemampuan siswa dalam Dalam penelitian yang dilakukan dari
menyelesaikan soal-soal high order 37 siswa yang menjadi subjek penelitian,
thinking. 36 siswa yang memberikan datanya secara
2. Angket lengkap dan sesuai penelitian yang
Angket ini dibuat berdasarkan pedoman dibutuhkan. Diambil 6 siswa yang menjadi
wawancara, untuk melihat validitas dari fokus penelitian, 2 siswa berkemampuan
instrumen pedoman wawancara yang tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017 259


Gais & Afriansyah http://e-mosharafa.org/

2 siswa berkemampuan rendah. Sebanyak Ltabel tes prasyarat dan posttest adalah
1 siswa yang berkemampuan tinggi tidak 0,1476 dan 0,1497. Dengan kriteria suatu
diikutsertakan data-datanya secara data dikategorikan berdistribusi normal
lengkap dalam penelitian ini, dikarenakan adalah Lmaks < Ltabel, maka dapat
siswa tersebut tidak mengikuti Posttest, disimpulkan bahwa untuk data tes
tidak mengisi lembar angket dan tidak prasyarat dan posttest berdistribusi
mengikuti wawancara, hanya mengikuti normal.
tes prasyarat dan proses pembelajaran Analisis korelasi yang dilakukan adalah
saja. terhadap 4 aspek, yaitu secara umum,
Tabel 2. pada aspek analisis, aspek evaluasi dan
Hasil Data Tes Kemampuan Awal (Prasyarat) dan
Posttest
aspek mencipta. Pada aspek analisis, aspek
Keterangan Prasyarat Posttest evaluasi dan aspek mencipta digunakan
Jumlah siswa 37 36 dua jenis data awal, data kemampuan
Skor Ideal 60 72 awal secara keseluruhan dan data
Skor Terkecil 23 28 kemampuan awal hanya aspek yang
Skor Terbesar 54 69
digunakan saja.
Rata-rata 36,78 54,31
Tabel 4.
Simpangan Baku 6,70 9,75 Uji Pearson/ Product Moment
Jumlah Siswa Keterangan Nilai r thitung ttabel Ho
9 15
Berkemampuan Tinggi Secara
Jumlah Siswa rXY 0,56 3,95 2,03 Ditolak
14 13 Umum
Berkemampuan Sedang rXA Aspek 0,54 3,81 2,03 Ditolak
Jumlah Siswa Soal
14 8 rA1A 0,45 2,93 2,03 Ditolak
Berkemampuan Rendah Analisis
rXE Aspek 0,48 3,22 2,03 Ditolak
Dari Tabel 2 diperoleh bahwa rata-rata Soal
rE1E 0,47 3,16 2,03 Ditolak
posttest lebih besar dari pada prasyarat, Evaluasi
rXM Aspek 0,41 2,63 2,03 Ditolak
juga nampak bahwa siswa yang
Soal
berkemampuan tinggi bertambah. rM1M
Mencipta
0,35 2,18 2,03 Ditolak

Tabel 3.
Data Hasil Uji Normalitas
Dari tabel 4 setiap Ho ditolak, maka
Tes Lmaks Ltabel Keterangan terdapat pengaruh kemampuan awal
Berdistribusi matematis siswa terhadap penyelesaian
Prasyarat 0,1099
Normal soal high order thinking secara umum,
Berdistribusi
Posttest 0,1016 0,1497 aspek soal analisis, aspek soal evaluasi dan
Normal
aspek soal mencipta.
Untuk menjawab rumusan masalah
Dari Tabel 3 diperoleh bahwa Lmaks tes
mengenai bagaimana kemampuan siswa
prasyarat dan posttest berturut-turut
adalah 0,1099 dan 0,1016. Sedangkan

260 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017


Gais & Afriansyah p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

dalam menyelesaikan soal high order


thinking, digunakan analsis jawaban siswa.

Gambar 4. Soal evaluasi dan mencipta posttest.


Gambar 2. Soal analisis prasyarat.

Gambar 3. Jawaban S-2.

Dalam menjawab soal analisis nomor 4


seperti tampak pada gambar 3, S-2
melakukan analisis dengan kurang tepat
karena kesalahan konsep yang
dipahaminya seperti 8 akar 16 dia rubah
menjadi 16 pangkat 8 per 1, kesalahan
fatal yang mengakibatkan penyelesaian
akhirnya kurang tepat, namun
penggunaan aturan-aturan lainnya sudah
ia pahami. Sedangkan S-1, S-3 dan S-4 Gambar 5. Jawaban S-3.
melakukan analisis yang sesuai dengan
tahapan penyelesaian yang terdapat Dalam menjawab soal evaluasi dan
dalam soal. mencipta nomor 6 seperti tampak pada
gambar 5, S-3 mengawali analisis dengan
penempatan tanda pada kuadran IV juga
menyelesaikan analisis dengan
penyelesaian yang tepat sehingga
menghasilkan evaluasi yang tepat, namun
kurang sempurna dalam pembuatan soal
karena tidak didicantumkan nilai, karena

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017 261


Gais & Afriansyah http://e-mosharafa.org/

terlewat tak tertulis sehingga menjadi dilihat dari rata-ratanya persentasenya.


kurang sempurna. Untuk soal prasyarat atau kemampuan
Untuk memaparkan kemampuan dari awal aspek analisis diperoleh 75,00%,
enam siswa serta persentase penguasaan 86,11%, 83,33% dan 66,67% sehingga
dari setiap aspek dihadirkan dalam bentuk rata-ratanya adalah 77,78% dan untuk
tabel.
aspek evaluasi diperoleh 83,33%, 61,11%
Tabel 5.
Rekapitulasi Perolehan Nilai Prasyarat dan Posttest dan 58,33% sehingga rata-ratanya adalah
Ju Perse
Siswa S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 ml ntase
67,59% keduanya dikategorikan baik,
ah (%) sedangkan untuk aspek mencipta
B 1M 5 3 3 0 2 3 16 44,44
u diperoleh 44,44% , 52,78% dan 38,89%
t 2A 6 5 3 5 5 3 27 75,00
i sehingga rata-ratanya adalah 45,37%
r 2E 6 6 5 6 3 4 30 83,33 dikategorikan cukup.
S
o 2M 5 5 1 4 2 2 19 52,78 Sedangkan untuk soal posttest aspek
a
l
3A 6 5 5 6 5 4 31 86,11 analisis diperoleh 80,00%, 76,67%,
P
r
3E 6 3 3 5 3 2 22 61,11 90,00%, 90,00%, 63,33% dan 72,22%
a 4A 6 5 6 6 3 4 30 83,33 sehingga rata-ratanya adalah 78,70% dan
s
y 5A 6 4 5 3 3 3 24 66,67 untuk aspek evaluasi diperoleh 73,33%,
a
r 5E 5 3 5 2 2 4 21 58,33 86,67%, 86,67% dan 63,89% sehingga
a rata-ratanya adalah 77,64% keduanya
6M 3 3 3 2 0 3 14 38,89
t
Jumlah 54 42 39 39 28 32 dikategorikan baik, sedangkan untuk aspek
Persentas
90 70 65 65
46, 53, mencipta diperoleh 80,00% dan 41,67%
e (%) 67 33
B 1A 6 - 5 3 4 6 24 80,00 sehingga rata-ratanya adalah 60,83%
u 1E 6 - 5 1 5 5 22 73,33 dikategorikan cukup. Juga diperjelas pada
t
i 2A 6 - 5 4 4 4 23 76,67 tabel 6.
r 3A 6 - 6 6 6 3 27 90,00 Tabel 6.
S
o 3E 6 - 5 5 6 4 26 86,67 Persentase Kemampuan Siswa
a 3M 6 - 4 5 6 3 24 80,00 Persentase (%)
l Keterangan
4A 6 - 6 6 3 6 27 90,00 Rata-rata
P
o 4E 6 - 6 6 2 6 26 86,67 Analisis 77,78
s Butir Soal
t 5A 3 - 5 3 5 3 19 63,33 Evaluasi 53,33
Prasyarat
t 6A 6 - 6 3 5 6 26 72,22 Mencipta 45,37
e
s 6E 6 - 6 2 3 6 23 63,89 Analisis 78,70
Butir Soal
t 6M 5 - 5 0 0 5 15 41,67 Evaluasi 77,64
Posttest
Jumlah 68 - 64 44 49 57 Mencipta 60,83
Persentas 94, 88, 61, 68, 79,
-
e (%) 44 89 11 06 17
Dari data hasil penelitian, pembahasan
Dari tabel 5, kemampuan siswa dalam serta pengamatan terhadap lima siswa
menyelesaikan soal-soal high order yang ikut serta dalam penelitian secara
thinking berdasarkan aspek soal dapat utuh peneliti berpendapat bahwa terdapat
berbagai macam faktor yang

262 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017


Gais & Afriansyah p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

menyebabkan siswa keliru dalam menyebabkannya adalah karena dalam


menyelesaikan soal-soal high order proses pembelajaran S-4 tidak mengikuti
thinking. Peneliti akan memaparkan secara serius atau banyak tidak fokus
berdasarkan kekeliruan serta faktor-faktor dalam proses diskusi kelompok serta
yang dialami tiap siswa. banyak mengobrol dengan teman
Pertama, S-1 secara keseluruhan atau kelompok yang lainnya serta tidak banyak
pada analisis, evaluasi dan mencipta tidak bertanya mengenai lembar kerja yang
mengalami kekeliruan, S-1 hanya keliru dikerjakan pada proses pembelajaran.
pada penempatan tanda positif (+) dan Ketika S-4 ditanya apakah S-4 mengerti
negatif (-) sehingga kekurang telitian S-1 apa yang ada dalam lembar kerja S-4
mengakibatkan jawaban yang menjawab paham, sedangkan pada
dipaparkannya menjadi kurang sempurna. penyelesaian soal S-4 banyak mengalami
Sehingga faktor kekeliruan dari S-1 adalah kekeliruan. S-4 menyatakan bahwa soal
kurang teliti. nomor 1 adalah mudah tapi tetap salah
Untuk S-3 kekeliruan yang nampak dalam mengerjakannya. Sehingga faktor
adalah kurangnya kemampuan dalam kekeliruan yang dialami oleh S-4 adalah
mencipta pada kemampuan awal tidak fokus dalam mengerjakan soal serta
matematisnya, namun setelah melalui tidak mengikuti pembelajaran dengan
proses pembelajaran kemampuan S-3 baik.
dalam mencipta semakin meningkat. Untuk S-5 kekeliruan yang dialaminya
Kekeliruan lain yang dialami S-3 adalah adalah ketidak pahamannya terhadap soal
keliru dalam penempatan rumus serta yang diberikan, setelah menanyakan
perhitungan yang kurang tepat sehingga kepada guru, dan guru memberikan sedikit
kemampuan S-3 tetap pada kemampuan penjelasan barulah S-5 dapat mengerjakan
yang sedang karena melakukan beberapa soal yang tidak dipahami sebelumnya.
kesalahan dalam analisis serta evaluasi. Kemampuan awal S-5 rendah namun
Sehingga faktor kekeliruan dari S-3 adalah setelah mengikuti pembelajaran
kemampuan awalnya karena kemampuan kemampuannya sedikit mengalami
awalnya berpengaruh terhadap peningkatan, namun masih kesulitan
penyelesaiannya dalam soal. dalam membuat soal sejenis. Meski S-5
Untuk S-4 kekeliruan yang dialaminya pernah tidak mengikuti satu pertemuan
adalah kesalahan dalam memahami soal namun tetap dapat menguasai materi
yang diberikan serta ke tidak fokusan yang tertinggal meski tidak sempurna.
dalam pelaksanaan pengerjaan soal. Pada Sehingga faktor kekeliruan yang dialami S-
awalnya S-4 berkemampuan sedangkan 5 adalah kurang memahami terhadap soal
pada posttest S-4 mengalami penurunan sehingga sulit mengerjakan soal sehingga
kemampuan dilihat dari penurunan nilai S-5 bukan mengerti dengan sendirinya.
yang didapatnya. Faktor yang

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017 263


Gais & Afriansyah http://e-mosharafa.org/

Untuk S-6 faktor yang menyebabkan pemahaman siswa terhadap soal, ketidak
kekeliruan dalam pengerjaan soal adalah lengkapan dalam membaca soal dan
kekurang lengkapan dalam membaca soal kurangnya perhatian dari orang tua.
sehingga pengerjaan soalnya menjadi Faktor-faktor ini terrangkum dalam tabel
berantakan. Sebenarnya jawaban yang 7.
disampaikan S-6 telah mengarah pada Tabel 7.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Siswa Keliru
jawaban akhir yang sesuai namun ada
Hasil Data Faktor Kekeliruan
bagian-bagian yang tidak dituliskannya Pengerjaan Kurang teliti dalam proses
atau hanya ada di otaknya saja. Karena Soal pengerjaan soal
soal yang digunakan adalah soal analisis Kemampuan awal matematis siswa
dan evaluasi sehingga mengharuskan Observasi yang rendah
Proses yang dilalui selama
jawaban menggunakan penjelasan namun
pembelajaran tidak maksimal
S-6 kurang dalam menjelaskan analisis dan Kurangnya pemahaman siswa
evaluasi yang dilakukannya sehingga terhadap soal
Angket dan
mengakibatkan kemampuannya menjadi Ketidaklengkapan dalam membaca
Wawancara
rendah. Serta faktor lainnya yaitu faktor soal
Kurangnya perhatian dari orang tua
perhatian dari orang tua terhadap nilai
siswa yang kurang, hal tersebut cukup
IV. PENUTUP
berpengaruh terhadap sikap pada
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembelajaran dan juga hasil akhir
pembahasan secara keseluruhan, sehingga
pembelajaran. Sehingga faktor kekeliruan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
yang dialami S-6 adalah tidak membaca
1. Pengaruh kemampuan awal matematis
soal dengan lengkap dan kurang perhatian
siswa terhadap pengerjaan soal-soal
dari orang tua.
high order thinking ditinjau:
Faktor-faktor yang menyebabkan siswa
a. Secara umum, terdapat pengaruh
keliru dalam menyelesaikan soal-soal high
kemampuan awal siswa terhadap
order thinking dapat terlihat dari hasil data
penyelesaian soal high order
pengerjaan soal siswa, observasi, angket
thinking secara umum.
dan wawancara. Dari hasil data pengerjaan
b. Berdasarkan aspek analisis,
soal diperoleh faktor kekeliruan berupa
terdapat pengaruh kemampuan
kurang telitinya siswa dalam proses
awal siswa terhadap penyelesaian
pengerjaan soal. Dari hasil data observasi
aspek soal menganalisis.
didapat faktor kekeliruan berupa
c. Berdasar aspek evaluasi, terdapat
kemampuan awal matematis siswa yang
pengaruh kemampuan awal siswa
rendah dan proses yang dilalui selama
terhadap penyelesaian aspek soal
pembelajaran tidak maksimal. Dan dari
mengevaluasi.
hasil data angket dan wawancara didapat
d. Berdasarkan aspek mencipta,
faktor kekeliruan berupa kurangnya
terdapat pengaruh kemampuan

264 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017


Gais & Afriansyah p-ISSN: 2086-4280; e-ISSN: 2527-8827

awal siswa terhadap penyelesaian Berdasarkan temuan penelitian yang


aspek soal mencipta. peneliti lakukan, peneliti memberikan
2. Siswa dikategorikan mampu dalam saran-saran sebagai berikut:
menyelesaikan soal-soal high order 1. Penggunaan soal-soal high order
thinking. Untuk soal prasyarat atau thinking dapat digunakan oleh guru
kemampuan awal aspek analisis adalah baik dalam proses pembelajaran
77,78% dan untuk aspek evaluasi maupun sebagai alat evaluasi siswa
adalah 67,59% keduanya dikategorikan yang diharapkan dapat meningkatkan
baik, sedangkan untuk aspek mencipta kemampuan matematis siswa.
adalah 45,37% dikategorikan cukup. 2. Untuk penelitian selanjutnya dapat
Sendangkan untuk soal posttest aspek meneliti tentang peningkatan
analisis rata-ratanya adalah 78,70% kemampuan siswa dalam
dan untuk aspek evaluasi adalah menyelesaikan soal-soal high order
77,64% keduanya dikategorikan baik, thinking, karena yang dilihat dalam
sedangkan untuk aspek mencipta penelitian ini hanya pengaruh
adalah 60,83% dikategorikan cukup. kemampuan awal siswa terhadap
3. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa penyelesaian soal-soal high order
keliru dalam menyelesaikan soal-soal thinking.
high order thinking dapat terlihat dari 3. Guna meningkatkan kemampuan high
hasil data pengerjaan soal siswa, order thinking, seyogyanya siswa
observasi, angket dan wawancara. Dari dibiasakan untuk memecahkan soal-
hasil data pengerjaan soal diperoleh soal high order thinking.
faktor kekeliruan berupa kurang 4. Sesuai dengan batasan masalah dalam
telitinya siswa dalam proses penelitian ini terbatas pada model
pengerjaan soal. Dari hasil data pembelajaran discovery learning
observasi didapat faktor kekeliruan dengan pokok bahasan trigonometri
berupa kemampuan awal matematis serta indikator yang digunakan adalah
siswa yang rendah dan proses yang analisis, evaluasi dan mencipta.
dilalui selama pembelajaran tidak Sehubungan dengan keterbatasan
maksimal. Dan dari hasil data angket tersebut, peneliti menyarankan kepada
dan wawancara didapat faktor peneliti selanjutnya untuk meneliti
kekeliruan berupa kurangnya dalam ruang lingkup yang lebih luas,
pemahaman siswa terhadap soal, dengan jenjang dan pokok bahasan
ketidak lengkapan dalam membaca yang berbeda.
soal dan kurangnya perhatian dari
orang tua.

Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017 265


Gais & Afriansyah http://e-mosharafa.org/

DAFTAR PUSTAKA Wikipedia. (2016). SMA Negeri 1 Garut.


Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Ne
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. geri_1_Garut [Online] [27 Mei 2016].
Rineka Cipta.E.A.
Creswell, J. W. (2010). RESEACH DESIGN: RIWAYAT HIDUP PENULIS
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Zakkina Gais, S.Pd.
Mixed. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Lahir di Garut, 16 November
Karso, dkk. (1993). Materi Pokok Dasar- 1994. Studi S1 Pendidikan
dasar Pendidikan MIPA. Jakarta. Matematika STKIP Garut, lulus
tahun 2017.
Universitas Terbuka, Depdikbud.
NN. (2015). Modul Penyusunan Soal
Higher Order Thingking Skill’s Sekolah
Menengah Atas, Direktorat Ekasatya Aldila Afriansyah, S.Si., M.Sc.
Pembinaan Sekolah Menengah Atas Lahir di Bandung, 4 April 1986.
Direktorat Jendral Pendidikan Dosen Tetap Yayasan STKIP
Garut. Studi S1 Matematika
Menengah Kementrian Pendidikan
Konsentrasi Statistika UPI,
dan Kebudayaan Tahun 2015. Bandung, lulus tahun 2009; S2
Sugiyono, (2009). Statistika Untuk Pendidikan Matematika UNSRI-
UTRECHT, Palembang-Utrecht,
Penelitian. Bandung: ALPABETA R lulus tahun 2012; dan S3 Pendidikan Matematika
Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian UPI, Bandung, sampai sekarang.
Pendidikan. Garut. STKIP Garut Press.

266 Jurnal “Mosharafa”, Volume 6, Nomor 2, Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai