Nama
No. Nama Ilmiah Nama Umum
Indonesia
Ikan mata
1 Thunnus obesus Bigeyed tun
besar
Ikan Thunnus
2 Yellowfin tuna
Madidihangalbacores
Ikan
3 Thunnus alalunga Albacore
Albakora
Ikan Katsuwonus
4 Skipjack tuna
Cakalang pelamis
Ikan
5 Euthynnus affinis Eastern little tuna
Tongkol
Ikan
6 Auxis thazard Frigate mackerel
TOngkol
Ikan abu-
7 Thunnus tonggol Long tail tuna
abu
Ikan Alu-
8 Sphyrena sp Barracuda
alu
Ikan Decapterus
9 Mackerel scad
Layang russelli
Ikan selar Selar
10 Bigeye scad
bentong crumenopthalmus
Ikan selar Selaroides Yellows tripe
11
kuning leptocepis trevally
Caranx
12 Ikan Kuwe trevally
sexfasciatus
Ikan
13 Talang- Chorinemus tala Deep leatherskin
talang
Ikan Cypsilurus Spotted flying
14
terbang poecilopterus fish
Ikan Valamugil
15 Mullet
belanak speigleri
Ikan Hemirhamphus
16 Barred garfish
Julung- var
julung
Stolephorus
17 Ikan teri Anchovies
commersonii
Dussumieria
18 Ikan japuh Round herring
acuta
Ikan Sardinella Fringescale
19
Tembang vimbriata sardine
Ikan Sardinella Indonesian oil
20
Lemuru longiceps sardine
Ikan
Chirocentrus
21 Golok- Wolf herring
dorab
golok
Ikan
22 Hilsa toli Chinese herring
terubuk
Ikan
rastrelliger indo pacific short
23 kembung
neglectus bodied
perempuan
Ikan
Restrelliger Indo pacific
24 kembung
kanagurta striped mackerel
laki-laki
Ikan Scomberomorus Barre spanish
25
tenggiri comersoni mackerel
Ikan
Scomberomurus Spotted spanish
26 gtenggiri
gutatus mackerel
papan
Ikan Istiophorus
27 Sailfish
layaran orientalis
I. PENDUHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita tahu bahwa laut di permukaan bumi ini menempati sebagian besar permukaan
bumi, ini menampakkan betapa pentingnya laut bagi keseimbangan kehidupan di bumi.
Seperti yang dipaparkan oleh Prager dan Earle, 2000 dalam Dahuri R., 2003, Secara global
laut meliputi dua pertiga dari permukaan bumi dan menyediakan sekitar 97% dari
keseluruhan ruang kehidupan di bumi, dan laut telah membentuk dan mendukung keberadaan
serta kehidupan umat manusia di bumi sejak munculnya mahluk hidup pertama dari laut.
Geografi Indonesia sebagai negara maritim bukan hanya memberikan makna yang
besar bagi penduduknya, namun juga berperan penting dalam dimensi kepentingan global.
Sisi lain dari kekayaan hayati dan nirhayati yang besar adalah bahwa lautan Indonesia
memegang peranan penting dalam pengaturan sistim cuaca dan iklim dunia terutama sejak
sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan
konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, sedangkan ikan pelagis besar seperti
tuna merupakan sebagian besar produk unggulan ekspor di Indonesia. Ikan pelagis kecil
umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk schooling juga berfungsi sebagai
konsumen antara dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan besar), (Suyedi R.,
2001).
Dengan karakter oseanografinya negara Indonesia yang sangat dinamis ini, perairan
ini menjadi subur dengan kelimpahan hayati yang cukup tinggi. Melimpahnya kekayaan
hayati ini bahkan menurut Harsono, G.,2010 menjadi daya tarik bagi para nelayan asing
untuk mencari ikan pelagis bernilai ekonomi tinggi seperti tuna, cakalang, tongkol, tenggiri
dan setuhuk.
Dari fakta-fakta yang diuraikan sebelumnya maka diperoleh batasan masalah yaitu
“Apakah pemanasan global (global warming) dapat mempengaruhi ikan pelagis di wilayah
lautan Indonesia “.
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membahas pengaruh pemanasan global
permukaan bumi. Berubahnya komposisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, dimana
global akibat kegiatan manusia dan menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat
akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali
berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi
panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan
gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya
lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau
adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama,
sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi
lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata
dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu
parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim
secara global.
Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti
pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu
GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan
peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
(mbojo.wordpress.com/2008).
Energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi;
sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca pada atomsfer
(uap air, karbondioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan,
menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca natural ini maka suhu akan lebih
rendah dari yang ada sekarang dan kehidupan seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada.
Jadi gas rumah kaca menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman
Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan
berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
jenis ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang berada pada
lapisan permukaan hingga kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam
berbagai kebutuhan hidupnya. Sedangkan ikan demersal adalah ikan-ikan yang berada pada
lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan, dimana umumnya hidup secara soliter dalam
Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ikan
pelagis besar, misalnya jenis ikan tuna, cakalang, tongkol, dan lain-lain, serta ikan pelagis
kecil, misalnya ikan layang, teri, kembung, dan lain-lain. Penggolongan ini lebih
aktivitas yang berbeda kedua kelompok jenis ikan tersebut, (Nelwan A.,2004).
Menurut Fauziya et al., (2010), school atau kawanan merupakan struktur paling
penting dalam kehidupan beberapa populasi ikan pelagis. Untuk alasan tersebut maka ikan
pelagis tidak dapat hidup sendiri contohnya ikan sardine, namun manusia memanfaatkan
schooling untuk menangkap ikan pelagis (contoh alat tangkap trawl dan purse seine) dalam
jumlah yang banyak karena ikan dalam kondisi berkelompok nilai kepadatannya akan
berbeda dibandingkan jika dalam kondisi scatter atau terpencar. Pembentukan kelompok pada
ikan dipengaruhi oleh tingkah laku migrasi ikan dalam kolom perairan sehingga tujuan
pengelolaan dan pendugaan stok ikan secara praktis, informasi mengenai karakteristik
Zona potensi ikan ditentukan dengan kombinasi data/peta sebaran suhu permukaan
laut, kandungan klorofil, pola arus laut, cuaca, serta karakter toleransi biologis ikan terhadap
suhu air. Dari hasil pengamatan secara multitemporal dapat diketahui bahwa sebaran suhu
permukaan laut di wilayah perairan laut Indonesia berubah dengan cepat (Hasyim B., 2004).
Ikan pelagis kecil hidup pada daerah pantai yang relatif kondisi
lingkungannya tidak stabil menjadikan kepadatan ikan juga berfluktuasi dan cenderung muda
mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan, karena daerah pantai mudah dijangkau oleh
aktivitas manusia. Jenis ikan pelagis kecil yang dimaksudkan adalah ikan layang, kembung,
Sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan
yang paling melimpah di perairan Indonesia dan mempunyai potensi sebesar 3,2 juta
(Widodo et al, 1998 dalam Nelwan A., 2004). Sumberdaya ini merupakan sumberdaya
biomassa yang sangat besar (Csirke, 1988 dalam Nelwan A., 2004).
Penyebaran ikan pelagis kecil di Indonesia merata di seluruh perairan, namun ada
beberapa yang dijadikan sentra daerah penyebaran seperti Lemuru (Sardinella Longiceps)
banyak tertangkap di Selat Bali, Layang (Decapterus spp) di Selat Bali, Makassar, Ambon
dan Laut Jawa, Kembung Lelaki (Rastrelinger kanagurta) di Selat Malaka dan Kalimantan,
kondisi lingkungan relatif stabil, disamping itu ikan pelagis besar umumnya melakukan
migrasi sepanjang tahun dengan jarak jauh. Secara biologis kelompok cakalang, tuna, dan
tongkol termasuk kedalam kategori ikan yang mempunyai tingkah laku melakukan migrasi
dengan jarak jauh (highly migratory species) melampaui batas-batas yuridiksi suatu negara.
Keadaan tersebut akan menyebabkan penambahan dan pengurangan stok di suatu perairan
yang berperan penting dalam sediaan lokal pada saat terjadi musim penangkapan (Nelwan
A., 2004).
Ikan Pelagis besar menyebar di perairan yang relatif dalam, bersalinitas tinggi,
kecuali ikan tongkol yang sifatnya lebih kosmopolitan dapat hidup di perairan yang relatif
dangkal dan bersalinitas lebih rendah. Sifat epipelagis dan oseanis menjadikan penyebaran
sumberdaya ikan pelagis besar secara vertikal sangat dipengaruhi lapisan thermoklin yang
juga adalah struktur lapisan massa air yang terbentuk akibat perbedaan suhu. Demikian pula
penyebaran secara horizontal yang dipengaruhi oleh faktor perbedaan suhu dan juga
III. PEMBAHASAN
Pemanasan global telah banyak mempengaruhi kehidupan mahluk hidup yang ada
didunia ini, baik kehidupan yang ada di daratan maupun kehidupan yang ada di lautan, begitu
juga dengan ikan pelagis. Riberu P., (2002) mengatakan populasi yang hidup pada suatu
mendukung kehidupan populasi disebut daya dukung (carrying capacity). Daya dukung
lingkungan tersebut merupakan sumber daya alam lingkungan. Sementara itu kemampuan
lingkungan mempunyai batas, sehingga apabila keadaan lingkungan berubah maka daya
dukung lingkungan juga berubah. Hal ini karena daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh
faktor pembatas, seperti: cuaca, iklim, pembakaran, banjir, gempa, dan kegiatan manusia.
Ikan pelagis juga termasuk ikan yang selalu melakukan migrasi, baik migrasi untuk
mencari makan (feeding migration) maupun migrasi untuk tujuan memijah (spawning
ground). Ikan pelagis dalam melakukan migrasi selalu mencari suhu yang dapat ditolerir
dengan kehidupannya. Ini berarti bahwa ketersediaan (stok) ikan pelagis memang dibatasi
oleh suhu. Bahri, T. and P. Freon, (2000) dalam Fauziya et al., (2010) menjelaskan bahwa
pembentukan schooling ikan umumnya dipengaruhi oleh stimuli atau rangsangan dari luar
seperti menghindari predator atau mencari lingkungan yang sesuai dan stimuli internal seperti
untuk Yellow fin adalah 20-28° C, Albacore 14-22° C, Cakalang 26-29° C, Blue fin tuna 10-
28° C dan Big eye tuna 17-23° C. Demikian pula pada daerah upwelling dimana produktifitas
primernya cukup tinggi, sering didapatkan kelimpahan kelompok ikan yang lebih tinggi
Kisaran suhu antara 28,1 - 29,10 C diduga sebagai batas toleransi ikan pelagis dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Pada umumnya ikan-ikan akan memilih perairan dengan
nilai suhu tertentu untuk dapat hidup dengan baik. Hal ini berkaitan erat dengan pergerakan
Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C
adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah
suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih
suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti
misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada
musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C
(Ayanfirdaus.wordpress.com).
Keberadaan ikan pelagis juga akan terancam apabila makanannya berkurang seperti
yang dikatakan oleh Dahuri R., (2003) hilangnya spesies tertentu akan mengakibatkan
spesies lain yang menjadi predatornya ikut mengalami kepunahan, hal ini terkait dengan
Indra, (2010) menceritakan, konsep Lotka Volterra (Lotka ahli fisika dari Amerika
dan Volterra ahli matematika dari Italia) pernah diterapkan pada perikanan di Italia setelah
Perang Dunia II. Ketika itu masyarakat Itali ramai-ramai menangkap ikan pelagis kecil yang
ada di sekitar perairan pesisir. Karena input atau effort yang cukup tinggi, sehingga lama-
kelamaan terjadi tangkap lebih (overfishing) dan degradasi sumber daya ikan di tempat
tersebut. Setelah setahun kemudian, ternyata hasil tangkapan pelagis besar dari laut lepas
mengalami penurunan secara signifikan. Setelah diteliti diketahui bahwa ada hubungan
rantai makanan antara pelagis kecil yang ada di perairan pesisir dan pelagis besar yang ada di
laut lepas. Karena ketersediaan pelagis kecil (sebagai prey) telah terdegradasi akibat
overfishing, maka ikan pelagis besar (sebagai predator) kekurangan makan, sehingga mereka
IV. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan suhu
permukaan laut yang diakibatkan oleh pemanasan global (global warming) dapat
mempengaruhi secara fisiologis karena mempunyai kemampuan toleransi suhu tertentu yang
dominan antara 200 – 300 C dan juga dapat mempengaruhi kehidupan ikan pelagis terkait
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Fauziyah et al., 2010. Densitas Schooling Ikan Pelagis pada Musim Timur Menggunakan Metode
Hidroakustik di Perairan Selat Bangka ; Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 2(D)
13210
Harsono G., 2010 Prakarsa Strategi “Rumpon Belt” Dan Implikasinya Terhadap Pertahanan Wilayah
Laut Indonesia; http://buletinlitbang. dephan.go.id/index.asp?vnomor=22&mnorutisi=9
diunduh Nopember 2010.
Hasyim B. 2004. Penerapan Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (Zppi) Untuk Mendukung
Usaha Peningkatan Produksi Dan Efisiensi Operasi Penangkapan Ikan; Makalah pribadi;
Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702); Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor.
Indra 2010, Interaksi Mangrove dan Sumber Daya Ikan
Irwanto, 2006., Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta
Nelwan A., 2004 Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan; Makalah
Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor.
Riberu P. 2002 Pembelajaran Ekologi Jurnal Pendidikan Penabur - No.01 / Th.I Pascasarjana UNJ,
Jakarta.
Surakusumah W., Perubahan Iklim Dan Pengaruhnya Terhadap Keanekaragaman Hayati; Makalah
Perubahan Lingkungan Global ; Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyedi R., 2001 Sumber Daya Ikan Pelagis Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca
Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor.
http://mbojo.wordpress.com/2008/07/17/hubungan-efek-rumah-kaca-pemanasan-global-dan-
perubahan-iklim/Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, 17
Juli 2008 — La An diunduh Nopember 2010.
Manyung 301,00 1.288,00 - -
Cendro 1,00 8,00 - -
Ikan Sebelah 210,00 184,00 - -
Ekor Kuning/Pisang-pisang 72,00 348,00 - -
Lolosi biru - ---
Selar 163,00 531,00 - -
Kuwe 182,00 365,00 - -
Layang 28.511,00 32.873,00 - -
Sunglir - 2,00 - -
Tetengkek 4,00 9,00 - -
Bawal Hitam 106,00 118,00 - -
Bawal putih 36,00 54,00 - -
Daun Bambu/Talang-Talang - 3,00 - -
Bentong 37,00 31,00 - -
Kakap Putih 139,00 476,00 - -
Golok-Golok 9,00 48,00 - -
Selanget - 42,00 - -
Siro - ---
Japuh - 40,00 - -
Tembang 211,00 902,00 - -
Lemuru 24.150,00 12.459,00 - -
Terubuk - ---
Lemadang 136,00 314,00 - -
Beloso/Buntut Kerbo 15,00 101,00 - -
Ikan Lidah 155,00 119,00 - -
Teri 2.206,00 1.754,00 - -
Ikan terbang - 88,00 - -
Julung-Julung 17,00 25,00 - -
Gerot-gerot 28,00 39,00 - -
Ikan gaji - ---
Ikan Nomei/lomei - ---
Ikan Layaran 34,00 84,00 - -
Setuhuk Hitam 13,00 39,00 - -
Setuhuk Biru - ---
Setuhuk Loreng - ---
Ikan Pedang - ---
Ikan Napoleon - ---
Kapas-kapas - 36,00 - -
Peperek 270,00 249,00 - -
Lencam - 24,00 - -
Kakap Merah 174,00 393,00 - -
pinjalo - ---
Belanak 370,00 1.109,00 - -
Biji nangka karang - ---
Kuniran 165,00 496,00 - -
Biji nangka - ---
Kurisi 38,00 119,00 - -
Kurau - ---
Kuro/Senangin 2,00 16,00 - -
Swanggi/Mata besar 11,00 13,00 - -
Serinding tembakau - ---
Gulamah/Tiga waja 76,00 235,00 - -
Lisong - ---
Tongkol krai 16.464,00 25.311,00 - -
Tongkol komo 5.007,00 6.470,00 - -
Cakalang 6.350,00 6.431,00 - -
Kembung 1.208,00 1.729,00 - -
Banyar 2,00 363,00 - -
Kenyar - 9,00 - -
Slengseng 223,00 1.998,00 - -
Tenggiri 547,00 532,00 - -
Tenggiri papan 1,00 1,00 - -
Albakora 1.865,00 31,00 - -
Madidihang 3.551,00 3.975,00 - -
Tuna sirip biru selatan - ---
Tuna mata besar 662,00 2.863,00 - -
Tongkol abu-abu 1.998,00 ---
Kerapu karang 123,00 351,00 - -
Kerapu bebek - 240,00 - -
Kerapu balong 2,00 107,00 - -
Kerapu lumpur 12,00 124,00 - -
Kerapu sunu - 42,00 - -
Beronang lingkis - ---
Ikan beronang - ---
Beronang kuning - ---
Rejung - ---
Alu-alu/Manggilala/Pucul - 6,00 - -
Senuk - 23,00 - -
Kerong-kerong - 97,00 - -
Layur 1.920,00 2.876,00 - -
Cucut tikus/Cucut monyet 2,00 446,00 - -
Cucut lanyam 588,00 12,00 - -
Mako - 3,00 - -
Ikan gergaji - 6,00 - -
Cucut martil/Capingan 12,00 3,00 - -
Cucut Botol 18,00 5,00 - -
Pari kembang/Pari macan 444,00 517,00 - -
Pari kelelawar - 3,00 - -
Pari burung - 24,00 - -
Pari hidung sekop - ---
Pari kekeh - 1,00 - -
Ikan lainnya 2.759,00 570,00 -