Merurut Fajar Laksana (2008:105) harga adalah jumlah uang yang diperlukan sebagai
penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian maka suatu barang haruslah
dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan/atau pelayanan, yang akhirnya akan sama
dengan sesuatu yaitu produk dan jasa. Harga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
mengadopsi perilaku yang diinginkan, merupakan nilai pengganti yang harus dibayarkan
seseorang saat mendapatkan produk yang memiliki manfaat untuknya. Biaya untuk
mengdopsi tersebut adalah monetary dan nonmonetary. Biaya monetary dalam lingkungan
pemasaran sosial yang paling sering berhubungan dengan barang dan jasa terkait dengan
kampanye sosial ini yaitu berupa uang yang meliputi jenis sponsor dapat berupa yayasan,
pemerintah, sponsor swasta yang diperlukan untuk mendukung upaya pemasaran sosial.
Sebagai contoh pada periklanan, iklan tersebut merupakan bentuk komunikasi yang dibayar,
walaupun ada iklan yang sifatnya khusus, seperti iklan layanan masyarakat yang biayanya
gratis (tidak dibayar). Tapi kalau ditelusuri dari biayanya?, tetap ada yang membiayai. Dalam
hal ini bisa pemerintah, dan bisa juga organisasi sosial (nirlaba) yang berkepentingan dengan
iklan itu. Artinya tidak dibayar dalam konteks kepentingan bisnis (Abdullah,
Ma’ruf,2016:107).
Biaya non monetary termasuk biaya yang terkait dengan waktu yang dikorbankan dan
kesempatan yang dimiliki. Hambatan dari segi lingkungan masih tetap ada. Sebagai contoh,
para ibu mungkin harus kembali bekerja hanya dalam hitungan minggu setelah bersalin, dan
ini menyulitkan upaya pemberian ASI eksklusif. Ibu juga mungkin menerima berbagai pesan
yang menyesatkan dari produsen susu formula bayi terkait dengan lemahnya regulasi dalam
praktik pemasaran, sehingga ibu memberi bayinya susu formula dan bukan ASI (SBCC,
2018).
SBCC. 2018. Peta Jalan untuk Mengembangkan Strategi Advokasi dan Komunikasi untuk
Perubahan Perilaku Dalam Upaya Mengurangi Stunting Di Indonesia.