Anda di halaman 1dari 38

Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah Kronik

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan
dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).

2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga
diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian
(kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.
Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.

4. Proses terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang

lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri terdiri atas komponen : citra diri, ideal diri, harga diri,

penampilan peran dan identitas personal. Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi

sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladatif.

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian

individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal

diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang

berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal

maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan

penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah

diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,

termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik

diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak

mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.

Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang

tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus

mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan kejadian yang

mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu

mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :

1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.

Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan

norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.

2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui

kelahiran atau kematian.

3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi

ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan

dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009), menyimpulkan bahwa
harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam
tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa
kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

5. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).

6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas (Fitria, 2009).

7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa
medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil,
Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia),
Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan
terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali
pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok
(TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998,hal.728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13).
Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam
bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan
klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang
pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara
sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).

8. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang
rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif

Respon maladaptif

Aktualisasi
Konsep diri
Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri positif rendah identitas
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang
sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

C. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009), adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
e. Risiko perilaku kekerasan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009 dan
Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting).
b. Data obyektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Berkurang selera makan
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

D. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga diri
rendah kronik adalah sebagai berikut:

Risiko Perilaku Kekerasan

Effect
Ganggua
n Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem
Harga
Diri Rendah
Kronik

Causa Koping
Individu
Tidak
Efektif
E. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik

F. Rencana Keperawatan

G. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang
disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan
mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis
yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang
telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002, hal 15).

H. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
(Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu :
1. Dapat menunjukkan peningkatan harga diri
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN


TINDAKAN KEPERAWATA
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI
Harga Diri Rendah TUM :
Kronik Klien memiliki konsep
diri yang positif
TUK 1 Setelah interaksi selama 1.
1 Bina hubungan saling percaya den
Klien dapat membina x 15 menit diharapkan: menggunakan prinsip komunik
hubungan saling Ekspresi wajah klien terapeutik :
percaya. bersahabat, menunjukkana. Sapa klien dengan nama baik ve
rasa senang, ada kontak maupun non verbal.
mata, mau berjabat
tangan,mau menyebutkanb. Perkenalkan diri dengan sopan.
nama, mau menjawab
salam, mau duduk
berdampingan denganc. Tanyakan nama lengkap klien
perawat, mau nama panggilan yang disukai klien
mengutarakan masalahd. Jelaskan tujuan pertemuan
yang dihadapi

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati


menerima klien apa adanya.

g. Berikan perhatian kepada klien


perhatikan kebutuhan dasar
TUK 2 Setelah interaksi selama
1. Diskusikan kemampuan dan as
Klien dapat 1x15 menit diharapkan positif yang dimiliki klien.
mengidentifikasi klien menyebutkan aspek2. Bersama klien buat daftar tent
kemampuan dan aspek positif dan kemampuan aspek positif dan kemampuan y
positif yang di yang dimiliki klien dimiliki klien.
milikinya. 3. Beri pujian yang realistik
hirdarkan memberi penilaian y
negatif.

TUK 3 Setelah interaksi selama


1. Diskusikan dengan klien kemamp
Klien dapat menilai 1x15 menit diharapkan yang masih dapat digunakan sela
kemapauan yang klien menilai kemampuan sakit.
digunakan. yang dapat digunakan di2. Diskusikan kemampuan yang da
RSJ, klien menilai dilajutkan di rumah sakit
kemampuan yang dapat
digunakan dirumah 3. Beri reinforcement positif

TUK 4 Setelah interaksi selama 1.


1 Meminta klien untuk memilih
Klien dapat x 15 menit diharapkan kegiatan yang mau dilakukan
menetapkan dan klien memiliki kemampuan rumah sakit.
merencanakan yang akan dilatih, klien 2. Bantu klien melakukannya jika p
kegiatan sesuai mencoba sesuai jadwal beri contoh.
dengan kemampuan harian.
yang dimiliki. 3. Beri pujian atas keberhasilan klien

4. Diskusikan jadwal kegiatan ha


atas kegiatan yang telah dilatih.
TUK 5 Setelah interaksi selama 1. Beri kesempatan pada klien un
Klien dapat 1x30 menit diharapkan mencoba kegiatan yang te
melakukan kegiatan Klien melakukan kegiatan direncanakan.
sesuai kondisi sakit yang telah dilatih, mampu2. Beri pujian atas keberhasilan klien
dan kemampuannya. melakukan beberapa
kegiatan secara mandiri 3. Diskusikan kemungki
pelaksanaan di rumah.

TUK 6 Setelah interaksi selama 1.1 Beri pendidikan kesehatan p


Klien dapat x 15 menit diharapkan keluarga tentang cara merawat k
memanfaatkan sistem Keluarga memberi dengan harga diri rendah.
pendukung yang ada. dukungan dan pujian,
keluarga memahami jadwal 2. Bantu keluarga memberi
kegiatan harian klien dukungan selama klien dirawat.

3. Jelaskan cara pelaksanaan jad


kegiatan klien di rumah.

4. Anjurkan keluarga memberi pu


pada klien setiap berhasil.

Untuk melihat laporan pendahuluan halusinasi klik disini

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis: Mosby Year
Book.

Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

A.Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri
rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.

B.Proses Terjadinya Masalah


Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
(Stuart & Sunden, 1999). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 2001). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka
cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari
orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik
diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam.
Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi
ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan
petugas yang tidak menghargai. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama

C.Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito, L.J (2003 : 352); Keliat, B.A (2001 : 20)
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain,
lebih suka sendiri.
Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif
tindakan.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.

D.Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien
ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan
life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering
disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep,
2007)
Tanda dan Gejalanya :
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

E.Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan
orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :
Data Subyektif :
Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif :
Kurang spontan ketika diajak bicara
Apatis
Ekspresi wajah kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

F.Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri: Harga diri
Gangguan citra tubuh

G.Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1.Isolasi sosial : menarik diri
2.Harga diri rendah
3.Gangguan citra tubuh

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Tgl No Dx Perencanaan
Dx keperawaatan Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: 1. Klien menunjukan 1. Membina hubungan
konsep diri: Klien memiliki ekspresi wajah bersahabat, saling percaya dengan
harga diri konsep diri yang menunjukan rasa senang, menggunakan prinsip
rendah positif ada kontak mata, mau komunikasi terapeutik :
TUK: berjabat tangan, mau – Sapa klien dengan
1. Klien dapat menyebutkan nama, mau ramah baik verbal maupun
membina menjawab salam, klien non verbal.
hubungan saling mau duduk berdampingan – Perkenalkan diri
percaya dengan dengan perawat, mau dengan sopan.
perawat mengutarakan masalah – Tanyakan nama
yang dihadapi lengkap dan nama
panggilan yang disukai
klien.
– Jelaskan tujuan
pertemuan
– Jujur dan menepati
janji
– Tunjukan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya.
– Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2. Klien menyebutkan: 2.1 Diskusikan dengan
mengdentifikasi – Aspek positif dan klien tentang:
aspek positif dan kemampuan yang dimiliki – Aspek positif yang
kemampuan klien dimiliki klien, keluarga,
yang dimiliki – Aspek positif lingkungan.
keluarga – Kemampuan yang
– Aspek positif dimiliki klien.
lingkungan klien 2.2 Bersama klien buat
daftar tentang:
– Aspek positif
klien, keluarga,
lingkungan
– Kemampuan yang
dimiliki klien
2.3 Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif.
3. Klien dapat 3.0 Klien mampu 2.4 Diskusikan dengan
menilai menyebutkan kemampuan klien kemampuan yang
kemampuan yang dapat dilaksanakan. dapat dilaksanakan
yang dimiliki 2.5 Diskusikan
untuk kemampuan yang dapat
dilaksanakan dilanjutkan pelaksanaanya.
4. Klien dapat 4.0 Klien mampu 4.1 Rencanakan bersama
merencanakan membuat rencana kegiatan klien aktivitas yang dapat
kegiatan sesuai harian dilakukan klien sesuai
dengan dengan kemampuan klien:
kemampuan – Kegiatan mandiri
yang dimiliki – Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan.
5. Klien dapat 5.0 Klien dapat 5.1 Anjurkan klien untuk
melakukan melakukan kegiatan sesuai melaksanakan kegiatan
kegiatan sesuai jadwal yang dibuat. yang telah direncanakan.
rencana yang 5.2 Pantau kegiatan yang
dibuat. dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.
5.4 Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6.0 Klien mampu 6.1 Beri pendidikan
memanfaatkan memanfaatkan sistem kesehatan kepada keluarga
sistem pendukung yang ada tentang cara merawar
pendukung yang dikeluarga klien dengan harga diri
ada rendah.
6.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
6.3 Bantu klien
menyiapkan lingkungan
dirumah.

LP Harga Diri Rendah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

A. Masalah Utama
Harga diri rendah.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan
langsung menghasilkan perasaan bahagia.(Budi Ana Keliat, 1998).Harga diri rendah adalah
penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998: 227).Menurut Townsend (1998: 189) harga diri
rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negataif
baik langsung maupun tidak langsung.
Dari pendapat pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang di
ekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri bersifat situasional
maupun kronis atau menahun.

2. Rentang Respon
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart
& Sunden, 1995).Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif


Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri positif rendah identitas

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 1999).Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.Jika individu sering gagal maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan
orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatifterhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasagagal mencapai keinginan, mengkritik diri
sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
megancam.
b. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.Transisi
ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadinya trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara dan lain-lain).Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena :
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya : berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.
Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit daan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya.

3. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat
adanya kurang umpan balik positif, kurang system pendukung, kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik negative disfungsi system keluarga sesta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Towsand, M.C, 1998: 366).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan, individu yang mempunyai
koping tidak efektif akan menunjukan ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak
dapat memecahkan masalah terhadap tumtutan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping
individu yang tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku (Carpenito L.J, 1998: 83;
Towsand, M.C, 1998: 313) sebagai berikut :
Data Subjektif :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c. Mengungkapkan ketidak mampuan menjalankan peran
Data Objektif
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat
b. Peningkatan ketergantungan
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
d. Menolak mengikuti aturan yang berlaku
e. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
f. Memanipulasi verbal perubahan dan pola komunikasi
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h. Penyalah gunaan obat terlarang

4. Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1998: 20); perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Perilaku destruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan social
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

5. Akibat
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial: menarik diri, isolasi sosial menarik
diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998:336). Isolasi Sosial
menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara lain:
Data subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Objektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

C. Pohon Masalah
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat
adanya kurang umpan balik positif, kurang system pendukung, kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik negatif disfungsi system keluarga sesta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.Koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidak mampuan dalam menangani stresos internal
atau lingkungan dengan adekuat karena ketidak adekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis,
perilaku atau kognitif).Koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah seorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran.
Pohon Masalah Harga Diri Rendah (Keliat, 1999)
Etiologi
Core problem
Akibat
Kurang umpan balik positif
Koping individu yang tidak efektif
Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri
Kurang sistem pendukung
Kemunduran perkembangan ego
Pengulangan umpan balik negatif disfungsi sistem keluarga
Terfiksasi pada tahap perkembangan awal
Tidak dapat memecahkan masalah terhadap tuntutan hidup serta peran yang dihadapi
Menarik diri
Gangguan interaksi sosial
Harga Diri Rendah
D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Gangguan interaksi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Lebih banyak diam
b. Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang
c. Personal hygiene kurang
d. Merasa tidak nyaman diantara orang
e. Tidak cukupnya ketrampilan social
f. Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi

2. Gangguan konsep diri harga diri rendah


a. Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
b. Klein mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
c. Merusak diri sendiri dan merusak orang lain
d. Ekspresi malu dan menarik diri dari hubungan sosial
e. Tampak mudah tersinggung
f. Tidak mau makan dan tidak tidur
g. Tampak ketergantungan pada orang lain
h. Tampak sedih dan tida melakukan aktivitas yang seharusnya dilakukan
i. Wajah tampak murung dan ekspresi wajah kosong,
j. Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
k. Suara pelan dan tidak jelas
l. Hanya memberi jawaban singkat (ya/tidak)
m. Menghindar ketika didekati

3. Koping individu tidak efektif


a. Masalah yang di hadapi pasien (sumber koping)
b. Strategi dalam menghadapi masalah
c. Status emosi pasien

E. Diagnosa Keperawatan yang Lazim


1. Gangguan interaksi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Dx Perencanaan
Tgl No.Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1. Isolasi sosial TUM: Klien1. Setelah … kali 1. Bina hubungan saling
dapat interaksi, klien percaya dengan
berinteraksi menunjukkan menggunakan prinsip
dengan tanda-tanda komunikasi terapeutik:
orang lain percaya  Beri salam saat
kepada/terhada berinteraksi
TUK: p perawat:  Perkenalkan nama,
1. Klien dapato Wajah cerah, nama panggilan
membina tersenyum perawat dan tujuan
hubungan o Mau berkenalan perawat berkenalan
saling o Ada kontak  Tanyakan dan panggil
percaya mata nama kesukaan klien
dengan o Bersedia  Tunjukkan sikap jujur
perawat menceritakan dan menepati janji
perasaan setiap kali berinteraksi
o Bersedia  Tanyakan perasaan
mengungkapka klien dan masalah yang
n masalahnya dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi
yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
2. Klien 2. Setelah … kali2.1. Tanyakan pada klien
mampu interaksi, klien tentang:
menyebutka menyebutkan  Orang yang tinggal
n penyebab minimal satu serumah/teman
menarik diri penyebab sekamar klien
menarik diri:  Orang yang paling
o Diri sendiri dekat dengan klien di
o Orang lain rumah/ruang perawatan
o Lingkungan  Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
 Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/ruang perawatan
 Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2. Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan
orang lain
2.3.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
menggunakan
perasaannya
3. Klien 3. Setelah … kali3.1.Tanyakan pada klien
mampu interaksi, klien tentang:
menyebutka menyebutkan  Manfaat hubungan
n keuntungan social
keuntungan berhubungan  Kerugian menarik diri
berhubunga sosial, 3.2.Diskusikan bersama
n social dan misalnya: klien tentang manfaat
kerugian o Banyak teman berhubungan social dan
menarik dirio Tidak kesepian kerugian menarik diri
o Bisa berdiskusi 3.3.Beri pujian terhadap
o Saling kemampuan klien
menolong dan mengungkapkan
kerugian perasaannya
menarik diri,
misalnya:
 Sendiri
 Kesepian
 Tidak bisa
diskusi
4. Klien dapat4. Setelah … kali4.1.Observasi perilaku
melaksanak interaksi, klien klien saat berhubungan
an dapat sosial
hubungan melaksanakan 4.2.Beri motivasi dan
sosial hubungan sosial bantu klien untuk
secara secara bertahap berkenalan/berkomunik
bertahap dengan: asi dengan:
o Perawat  Perawat lain
o Perawat lain  Klien lain
o Klien lain  Kelompok
o kelompok 4.3.Libatkan klien dalam
terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
4.4.Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.5.Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah
dibuat
4.6.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan
5. Klien 5. Setelah … kali5.1.Diskusikan dengan
mampu interaksi, klien klien tentang
menjelaskan dapat perasaannya setelah
perasaannya menjelaskan berhubungan social
setelah perasaannya dengan:
berhubunga setelah  Orang lain
n sosial berhubungan  Kelompok
social dengan: 5.2.Beri pujian terhadap
o Orang lain kemampuan klien
o Kelompok mengungkapkan
perasaannya
6. Klien 1.1. Setelah … kali6.1.Diskusikan pentingnya
mendapat pertemuan, peran serta keluarga
dukungan klien dapat sebagai pendukung
keluarga menjelaskan untuk mengatasi
dalam tentang: perilaku menarik diri
o Pengertian
memperluas 6.2.Diskusikan potensi
hubungan menarik diri keluarga untuk
sosial o Tanda dan gejala membantu klien
menarik diri mengatasi perilaku
o Penyebab dan menarik diri
akibat menarik 6.3.Jelaskan pada keluarga
diri tentang:
o Cara merawat  Pengertian menarik
menarik diri diri
1.2. Setelah … kali  Tanda dan gejala
pertemuan, menarik diri
klien dapat  Penyebab dan akibat
mempraktekkan menarik diri
cara merawat  Cara merawat menarik
klien menarik diri
diri. 6.4.Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
6.5.Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6.Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi
6.7.Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di rumah
sakit
7.1. Setelah … kali7.1. Diskusikan dengan
7. Klien dapat
memanfaatk interaksi klien klien tentang manfaat
an obat menyebutkan: dan kerugian tidak
dengan baiko Manfaat minum minum obat, nama,
obat warna, dosis, cara, efek
o Kerugian tidak terapi dan efek
minum obat samping penggunaan
o Nama, warna, obat
dosis, efek 7.2. Pantau klien saat
terapi dan efek penggunaan obat
samping obat 7.3. Beri pujian jika klien
7.2. Setelah … kali menggunakan obat
interaksi klien dengan benar
mendemonstras Diskusikan akibat
7.4.
ikan berhenti minum obat
penggunaan tanpa konsultasi
obat dengan dengan dokter
benar 7.5. Anjurkan klien untuk
7.3. Setelah … kali konsultasi kepada
interaksi klien dokter/perawat jika
menyebutkan terjadi hal-hal yang
akibat berhenti tidak diinginkan.
minum obat
tanpa konsultasi
dokter
Daftar Pustaka

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot-
Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback.(1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan.5th edition. Lippincott- Raven
Publisher: philadelphia.
DepKes RI, (1989). Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia,
Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998).Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS ( MASALAH UTAMA)


HARGA DIRI RENDAH
A. Defenisi
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend,
2001 ).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain ( Stuart &
Sundeen, 2002 ).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri ( Yoedhas, 2010 ).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yang dikemukakan oleh Stuart & Sundeen (
2002 ) yaitu gambaran diri ( citra tubuh ), ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan ( Budi Ana Keliat, 2001 ).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat ( 2001 ), yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan social (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupannya).
Menurut Stuart & Sundeen (2002), perilaku klien HDR menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Produktivitas menurun.
2. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung.
8. Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10. Pandangan hidup yang pesimis.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang bertentangan.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menolak diri secara social.
16. Penyalahgunaan obat.
17. Menarik diri dan realitas.
18. Khawatir.
Akibat harga diri rendah yang berkepanjangan (kronis), klien akan mengisolasi diri dari
lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.

3. Tingkatan
Tingkatan konsep diri : Harga diri rendah, yaitu :
1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif,
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharpkannya dan sesuai dengan
kenyataan,
3. Harga diri rendah
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
tujuan,
4. Keracunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada masa dewasa, sifat
kepribadian yang bertentangan, perasaan hampa, dan lain-lain.
5. Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas, misalnya malu dan sedih karena
orang lain.

4. Klasifikasi
Klasifikasi HDR berdasarkan teori penyebab, yaitu:
a. HDR Situasional
Yaitu HDR yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya pasca operasi, kecelakaan,
cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN) dan
sebagainya.
HDR terjadi disebabkan oleh:
- Privacy yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau
sakit
- Perlakuan yang tidak menghargai
b. HDR Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang sudah berlangsung lama, klien mempunyai cara
berfikir yang negative. Kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negative
terhadap dirinya.

B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaftif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri : pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
2. Konsep diri positif : dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya
dan sesuai dengan kenyataan
3. Harga diri rendah : perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayan diri, merasa
gagal mencapai tujuan
4. Keracunan identitas : ketidak mampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada
masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaanhampa, dan lain-lain.
5. Depersonalisasi : merasa asing terhadap diri snediri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedih karena orang lain.

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (2002) sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a. Penolakan orang tua,
b. Harapan orang tua yang tidak realistis,
c. Kegagalan yang berulang,
d. Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,
e. Ketergantungan pada orang lain,
f. Ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :
a. Ketidakpercayaan orang tua,
b. Tekanan dari kelompok sebaya,
c. Perubahan struktur sosial.

D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2002) dapat berasal dari sumber internal dan
eksternal yaitu :
1. Trauma
Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan.
2. Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
a. Transisi peran perkembangan
Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya,
nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit
Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit, transisi ini dicetuskan oleh :
1) Kehilangan anggota tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
4) Prosedur medis dan keperawatan.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka penjang serta
penggunaan mekanisme bertahan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang meyakinkan.
Pertahanan jangka pendek yaitu :
5) Aktivitas dapat memberikan pelarian sementara dari lensia identitas
6) Aktivitas garis dapat memberikan identitas sementara
7) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri
8) Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas yang
kurang berarti dalam kehidupan individu.
Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut :
9) Penutupan identitas
10) Identitas negatif.

II. Data yang Perlu Dikaji


Pengkajian merupakan tahap awal dan utama dari proses keperawatan, pengkajian
mereflesksikan isi, proses dan informasi yang berhubungan dengan kondisi bilogis,
psikologis, sosial dan spiritual klien yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan masalah pasien (Keliat, 2006)
Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang didalamnya berisi: identitas
pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, status
mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial, lingkungan
pengetahuan, maupun aspek medik.
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan dari
penanggung jawab.
2. Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke rumah sakit.
3. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan eran dan identitas diri.
4. Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran. (transisi peran : perkembangan,
situasi, dan sehat sakit).
5. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari, pola tidur, pola
istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada keluhan.
6. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
b. Konsep diri :
1) Citra tubuh : Persepsi klien terhadap tubuhnya
2) Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum dirawat
3) Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga
4) Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
5) Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya.
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses piker, isi piker, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian
c. Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
9. Mekanisme koping
Bila diberikan suatu pilihan dengan bantuan minimal klien dapat menyelesaikan masalah
dengan bantuan perawat atau keluarga. Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan
jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang meyakinkan.
10. Masalah psikosoial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien
11. Pengetahuan
Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien
disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medik
Terapi yang diterima klien yaitu ECT, terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, dan terapi lingkungan serta rehabilitasi.

III. Diagnosa Keperawatan


Harga Diri Rendah

IV. POHON MASALAH

Resti Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Koping Individu Inefektif


V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Harga Diri Rendah Pasien mampu:
- Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki,
- Menilai kemampuan yang dapat digunakan,
- Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan,
- Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan,
- Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu :
- Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki,
- Memiliki kemampuan yang dapat digunakan,
- Memilih kegiatan yang sesuai kemamampuan
- Melakukan kegiatan yang sudah dipiih
- Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih SP 1
- Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki:
 Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang
negatif.
- Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
 Bantu pasien menyebutkannya dan member penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien

 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

- Pilih kemampuan yang akan dilatih


- Diskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
- Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri
 Aktifitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
 Aktifitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien
 Susun bersama pasien aktifitas yang dapat dilakukan pasien

- Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih


 Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan
pasien
 Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
 Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap
 Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga
 Berkan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan
bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilaukan pasien.
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang dipilih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
- Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu merawat pasien dengan HDR di rumah dan menjadi sistem pendukung
yang efektif bagi pasien. Setelah ... x pertemuan, keluarga mampu menjelaskan tentang :
- Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
- Menyediakan pasilitas untuk pasien melakukan kegiatan
- Mendorong pasien melakukan kegiatan
- Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
- Membantu melatih pasien
- Membantu menyusun jadwal kegiatan pasien
- Membantu perkembangan pasien SP 1
- Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
- Jelaskan proses terjadinya HDR
- Jelaskan tentang cara merawat pasien
- Main peran dalam merawat pasien HDR
- Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2
- Evaluasi kemampuan SP 1
- Latih keluarga langsung ke pasien
- Menyusun RTL keluarga/ jadwal kegiatan untuk merawat pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga
 Follow up
 Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Yoedhas, 2010. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Harga Diri Rendah. http://
yoedhasflyingdutchman. blogspot.com. Diakses tanggal 23 maret 2011.
Keliat BA. 2001. Proses kesehatan jiwa. Edisi 2. EGC : Jakarta.

Stuart GW, Sundeen SJ. 2002. Buku saku keperawatan jiwa. EGC : Jakarta.

Townsend. 2001. Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai