Anda di halaman 1dari 8

ANTARA HARTA DAN ILMU

BETWEEN TREASURE AND KNOWLEDGE

PEMAIN :
ACTOR :
1. FAJAR sebagai ROMI
FAJAR as ROMI
2. NAISHA sebagai RAHMI
NAISHA as RAHMI
3. ARIA sebagai RAHMAT
ARIA as RAHMAT
4. ZAHRA sebagai IBU ROMI
ZAHRA as ROMI’S MOTHER
5. FATHIR sebagai BAPAK ROMI
FATHIR as ROMI’S FATHER
6. SAQUEL sebagai DODI / TEMAN ROMI
SAQUEL as DODI / ROMI’S FRIEND
7. FALAH sebagai JEFRI
FALAH as JEFRI / ROMI’S FRIEND
8. FALAH sebagai YULI / TEMAN RAHMI
FALAH as YULI / RAHMI’S FRIEND

PROLOG :
PROLOGUE :

Alkisah di sebuah Desa, hiduplah sebuah keluarga yang kaya raya. Mereka memiliki 3 orang
anak. Anak pertama bernama Romi, Anak kedua bernama Rahmi, dan anak ketiga bernama
Rahmat. Bagaimana kisah keluarga ini? Marilah kita saksikan Drama Keluarga berjudul “Antara Harta
dan Ilmu”.
Once in a village, there lived a wealthy family. They have 3 children. The first child named
Romi, the second child named Rahmi, and the third child named Rahmat. What is the story of this family?
Let us witness the Family Drama entitled "Between Treasure and Knowledge".

BABAK I
STAGE I
( layar dibuka,terlihat bapak Romi sedang membaca Koran, tidak lama kemudian datang ibu
Romi membawa secangkir kopi )
( the screen is opened, it looks like Romi’s Father is reading the newspaper, not long after
Romi's mother coming brings a cup of coffee).

Ibu : “Diminum kopinya pa…”


Mother : “Drink the coffee, Dad..."
Bapa : “ Ya bu, makasih.” (Sambil meletakkan Koran). “Anak-anak kemana bu?”
Father : “Yes Mom, Thank’s..." (While putting down the newspaper). “Where are our childern
Mom?”
Ibu : “ Rahmi sedang belajar, Rahmat tidur, dan Romi, biasa pa.. dia main PS terus..O ya pa,
Romi dan Rahmi kan sebentar lagi lulus sekolah, kira-kira, mereka mau melanjutkan sekolah
kemana pa..?”
Mother : "Rahmi is studying, Rahmat is sleeping, and Romi.. usually he plays PS continuously. Oh
yes, Romi and Rahmi will soon graduate from school, where do they continue their
education?"
Bapak : “ Bagi bapak, hal itu kita serahkan saja pada mereka. Mau sekolah ke, mau engga, terserah
mereka.”
Father :”For me, we leave it to them. Want to go to school, don't want to school, it's up to them".
Ibu : “Lho pa, sekolah kan penting untuk masa depan anak-anak, ko Bapak malah bilang terserah
sih?”
Mother :”Dad, school is important for the future of our children, why you say it's up to them ?”
Bapak : “Alaah ibu ini, kekayaan kita ini tidak akan habis tujuh turunan bu, tidak sekolah juga tidak
apa-apa.”
Father :”Alaah Mom, our wealth is not going to run out of seven generations Mom, not school is
okay”
Ibu : “Jangan begitu pa, memberikan ilmu itu jauh lebih bermanfaat daripada memberikan
warisan harta pa”
Mother :”Don't talk like that Dad, giving knowledge is far more beneficial than giving inheritance”
Bapak : “Dulu juga Bapak dan ibu tidak sekolah, tapi kita bisa kaya. Udah lah bu, jangan bahas ini
terus. Panggil saja anak-anak, kita Tanya apa mau mereka. Ayo sana panggil!”
Father :”In the past, me and you were not in school, but we could be rich. Already mom, don't
discuss this. Just call our children, we ask what they want. Come on, call !!”
Ibu : “ya sudah, ibu panggil mereka ya pa… (Berdiri dan berjalan ke arah pintu) Romi, Rahmi
kemari nak, Bapak mau bicara”
Mother : “Ok, I call them Daddy ... (Standing up and walking towards the door) Romi, Rahmi come
here, your father wants to talk to you all”

(Tak lama kemudian datang Romi dan Rahmi, lalu duduk di depan ayah dan ibu mereka).
(Soon after that Romi and Rahmi come, then sat in front of their father and mother)

Bapak : “Romi, Rahmi, Bapak mau nanya sama kalian berdua. Kalian kan sebentar lagi ujian. Kalau
sudah lulus, kalian mau meneruskan sekolah kemana? Coba kamu Romi, bapak ingin tahu
dulu apa jawaban kamu”.
Father :”Romi, Rahmi, I want to ask you two. You're going to take the exam soon. When you
graduate, where do you want to continue your school? For you Romi, I want to know what
your answer”.
Romi : “ Pa, Bapak kan tahu sendiri, saya malas belajar. Tahun kemarin juga tidak naik kelas,
makanya sekarang jadi satu kelas sama Rahmi. Saya malas sekolah pa. kalau sudah lulus
saya tidak mau melanjutkan kemana-mana..”
Romi :”Dad, You know yourself, I'm lazy to learn. Last I’m not promoted to the next grade, so
now now I'm one class with Rahmi. I am lazy to school Dad. if I graduate I don't want to go
anywhere”.
Bapak : “Kalau kamu Rahmi, apa keinginanmu?”
Father :”For you, Rahmi, what do you want?”.
Rahmi : “ Saya mau sekolah saja pa, Saya ingin mengejar cita-cita saya menjadi guru.”
Rahmi :”I want to continue to schook, I want to pursue my dream of becoming a teacher”.
Bapak : “ Ya sudah, terserah kalian. Romi, walaupun kamu tidak sekolah, kamu akan Bapak beri
modal usaha. Dan kamu Rahmi, kamu juga akan Bapak beri modal untuk sekolah. Jalani
hidup kalian, semoga kalian berhasil.”
Father :”It’s Ok, up to you. Romi, even if you don't continus to school, I'll give you business capital.
And you Rahmi, I’ll also give you fund for school. Live your life, hope you succeed?”.
Romi : “Ya pa, terimakasih..”
& Rahmi
Romi : “Yes Dad, Thank’s..”
& Rahmi
Bapak : “Ya sudah, ayo kita masuk!”
Father :”Yes, let's go in?!”.

(layar ditutup)
(screen is closed)

BABAK II
STAGE II
( Layar dibuka, terlihat Romi dan dua orang temanya sedang mabok dan menyalakan tape dengan
suara yang keras. Mereka terlihat bahagia sambil joged-joged..).
(The screen is opened, Romi and two of his friends are drunk and turn on the tape in a loud
voice. They look happy while dancing ...)
Romi : “ Ayo teman-teman, kita bahagia bersama, hahaha…”.
Romi : “"Come on, friends, we are happy together, hahaha ...".
Dodi : “Iya Rom, terimakasih kamu telah mentraktir aku beli minuman ini, haahahaha”.
Dodi :”Yes Rom, thank you for treating me to buy this drink, haahahaha ".
Romi : “Alaah tenang saja.. Aku sekarang punya banyak uang. Ayo minum sepuasnya, hahaha..”.
Romi : “Alaah calm down .Now I have a lot of money. Let's drink as much as you like, hahaha.".
Dodi : “Rom, adikmu si Rahmi kemana?”
Dodi :”Rom, Rom, where is your sister Rahmi? ".
Romi : “Ngapain lu nanyain si Rahmi? Dia pergi sekolah di kota. Dasar anak bodoh! Dikasih
kekayaan malah ga mau, maunya sekolah. Padahal sekolah kan pusing… Mending juga aku
senang-senang… hahaha…Yoo ah kita minum.”
Romi :”Why you asking Rahmi? She went to continued school in the city. She is fool! Given wealth,
she don't want it, she want to go to continued school. Even though the school is dizzy ... I'd
better be happy here... hahaha ... Yoo ah we drink again”.

(Beberapa menit kemudian datanglah teman Romi yg lain )


(A few minutes later another friend of Romi's came)

Dodi : “Rom si Jefri tuuh” (menunjuk kearah Jefri yg sedang berjalan menuju mereka).
Dodi :"Rom, there is Jefri" (pointing towards Jefri who is walking towards them).
Jefri : (tiba di depan Romi & Jefri sambil mematikan tape). “ Rom, aku punya sesuatu nih..”
Jefri :”Arrived in front of Romi & Jefri while turning off the tape). "Rom, I have something ..."
Romi : “Apa,?”
Romi :”What is that?”

(Jefri mendekati Romi, lalu berbisik sambil memperlihatkan sebuah bungkusan kecil)
(Jefri approaches Romi, then whispers while showing a small package)

Romi : “Apa ini..?”


Romi :”What is this?”
Jefri : “Coba sajalah, pokoknya dijamin bakal ketagihan”
Jefri : “Just try it, Try it, I guarantee you'll be addicted "
Romi : “ Ya sudah, sini saya akan coba..”
Romi :”Oke… Yes, I’ll try ... "

(Romi mencicipi bungkusan tersebut, tapi tak lama kemudian Romi teler)

Dodi : “ Lho, teller lu Rom? Gimana nih Jep… tanggung jawab lho !”
Jefri : “Biarin lah kita tinggalin aja, nanti ketahuan sama ibunya kita dimarahin lagi!”

(Jefri & Dodi pun meninggalkan Romi. Tak lama kemudian, datang ibu Romi beserta Rahmat)

Ibu : ” Lho Rom, kamu kenapa Rom?” (sambil memegangi Romi).


Rahmat : “ Kak Romi, kakak kenapa?”
Ibu : “Romi, kamu kenapa? (ibu melihat ada bungkusan di tangan Romi) “Apa ini?
Astaghfirullahaladzim, Romi, ini kan narkoba.. Romi, kamu keterlaluan Rom…(sambil
menangis)
Rahmat : “Bu, kakak kenapa? Itu bungkusan apa bu?”

(Datang Bapak Romi)

Bapak : “Ada apa ini?


Ibu : “Pa, Romi pa, ternyata anak kita ini mengkonsumsi narkoba..” (sambil terus menangis)
Bapak : “Apa? Narkoba?! Oh, Ya Allah..” (memegang dada kirinya, kemudian terjatuh)
Ibu & : (kaget) “Pa. Bapak kenapa?”
Rahmat
Bapak : (Terbata-bata) “Bu, ma-af- kan Ba-pak… Ba-pak- te-lah –sa-lah men-di-dk a-nak . . . . .
Ha-rus-nya- Ba-pak- me-nye-ko-lah-kan Ro-mi, bu-kan memberi har-ta… Allahu Ak-
bar…”
Ibu :” Pa, bangun pa…” Ya Allah, Bapaaaak…”
Rahmat : “Bu, Bapak kenapa Bu? Bapak, bangun pa…”
Ibu : “ Innalillahi wa inna ilaihi Rojiun.. Rahmat, Bapak sudah meninggal nak..”
Rahmat : “ Tidaaak.. Bapaaak.. Bangun Pa..!” (sambil menangis)

(Layar ditutup)

BABAK III
(Layar dibuka)
(Beberapa hari kemudian…… terlihat Romi dan 2 temannya sedang berpesta, lalu datang ibu
Romi dan Rahmat)
Ibu : “Romi, apa-apaan ini?”
Romi : “Ibu ga lihat apa?! Kami kan sedang berpesta, ya kan teman-teman? Ha ha ha…”
Dodi : “Betul bu, hidup kan mesti dinikmati, ibu mau minum juga?”
Ibu : “ Dasar anak-anak tak tahu diri!” Romi, kamu kan tahu Bapakmu baru saja meninggal,
kenapa kelakuanmu seperti ini?”
Romi : “Ya tahu lah Bu, justru saya senang Bapak meninggal, jadi semua harta Bapak jadi milik
saya..hahaha..
Ibu : “Romi! apa maksudmu?”
Romi : “Ibu tuli apa?! Semua harta Bapak sekarang jadi milik saya, karena saya anak tertua. Ibu
dan Rahmat boleh tinggal disini, tapi ibu tidak berhak atas semua harta Bapak.”
Ibu : “Romi ! kkamu betul-betul keterlaluan! Kamu kan punya adik, Rahmi dan Rahmat”.
Romi : “Alah bu, si Rahmi kan sudah jelas memilih sekolah, biarin aja dia sekolah…Sedangkan si
Rahmat ini, dia masih kecil bu, tidak tahu apa-apa…”
Ibu : “ Rahmi sekolah juga kan perlu biaya nak..”
Romi : “Bodo amat soal biaya. Salah sendiri kenapa dia malah pengen sekolah, buang-buang duit
saja. Ibu, kalau ibu tidak setuju pada keputusan saya, ibu boleh pergi dari sini..!”
Rahmat : “ Kak Rahmat jahat ! Kak Rahmat sudah melukai hati ibu..”
Romi : “ Kamu anak kecil! Berani kamu melawan kakak ya ?! Kuhajar kamu! ( Tangannya siap
menampar Rahmat)
Ibu : “Sudah-sudah..! Romi, kalau perbuatanmu seperti ini terus, lebih baik ibu pergi dari sini.
Romi : “Kalau ibu mau pergi, ya pergi saja..” Syukur saya bisa lebih bebas lagi. Panas tahu ga Bu,
kuping saya mendengar omelan ibu..”
Ibu : “Baiklah Romi, ibu akan pergi dari sini.. Ayo Rahmat, kita pergi dari sini..!”
Rahmat : “Kita mau pergi kemana Bu? Rumah kita kan disini..”
Romi : “ Sudahlah nak, ibu tidak kuat menghadapii sikap kakakmu. Mari kita susul Kak Rahmi..”

(Ibu dan Rahmat pergi, Romi dan 2 temannya tertawa terbahak-bahak, Layar ditutup)

BABAK IV
(Rahmi terlihat sedang belajar. Di meja bertumpuk buku-buku. Sesekali dia melamun)
Rahmi : “ Ya Allah, kenapa hatiku jadi tidak enak begini? Sudah seminggu ini aku jadi sering
teringat Bapak dan Ibu. Ada apa dengan mereka Ya Robb…”
(Datang Yuli, temannya Rahmi)
Yuli : Assalamualaikum…
(Rahmi tidak mendengar, dia terus saja melamun)
Yuli : “Assalamu alaikum“ Hai, melamun aja sih kamu..” (menepuk pundak Rahmi)
Rahmi : (Kaget). “Astaghfirullahaldzim.. kamu Yul, ngagetin aja !, Kalau masuk ngucapin salam
ke, gimana kalau copot jantungku coba..”
Yuli : “ Ya ampun, sahabatku ini, aku kan dari tadi ngucapin salam, kamu aja yang ga dengar,
ngelamunin apa sih,?”
Rahmi : “Entahlah Yul, aku jadi tiba-tiba ingat kedua orang tuaku…”
Yuli : “Emangnya kenapa orang tuamu?”
Rahmi : “Entahlah, semalam aku mimipi buruk tentang mereka. Sekarang perasaanku jadi ga enak.”
Yuli : “Emangnya tidak ada kabar dari mereka?”
Rahmi : “ Tidak Yul, bahkan sudah satu bulan ini mereka tidak mengirimi aku uang, untungnya aku
kemarin dapat beasiswa, jadi aku tidak pusing soal uang SPP..”
Yuli : “Aku salut sama kamu Rahmi, kamu anak yang rajin dan pandai, pantas saja kamu dapat
beasiswa..”
Rahmi : “Terimakasih Yul,.. Eh, kamu ada apa kemari?”
Yuli : “O, iya, jadi lupa. Aku kemari mau pinjam buku IPA, aku belum mengerjakan tugas”
Rahmi : “Ya sudah, ambil saja di meja, tinggal pilih.”

(Yuli menuju meja memilih buku, Ibu dan Rahmat datang)

Ibu & : “ Assalamualaikum…”


Rahmat
Rahmi & : “ Waalaikum salam...”
Yuli
Rahmi : “Ibu, Rahmat, (berlari menghampiri dan memeluk Ibu)”
Rahmat : “Kak Rahmi, Kak Romi jahat sama kita.”
Rahmi : “ Jahat? Buu, ada apa ini Bu? Ibu dan Rahmat kenapa kemari? Bapak mana?”
Ibu : (memeluk Rahmi sambil menangis) “Anakku, kamu yang tabah ya nak..”
Rahmi : “Ada apa Bu?” Katakan pada saya Bu! Kenapa ibu menangis?”
Rahmat : “ Kak Rahmi, Bapak sudah meninggal kak…dan kak Romi telah mengusir kami dari
rumah..”
Rahmi : “Apa?! Meninggal? Ibu, kenapa ibu tak memberitahu Rahmi Bu?” (sambil menangis)
Ibu : “ Tadinya Ibu tidak mau menggangu belajar kamu nak, tapi sekarang, ibu tidak tahan
dengan kelakuan kakakmu..”
Rahmi : “ Terus kenapa dengan Kak Romi Bu? Betulkah Kak Romi telah mengusir Ibu dan
Rahmat?”
Ibu : “Betul nak, Dia telah mengusir ibu dan Rahmat, makanya ibu kemari.”
Yuli : “ Rahmi, kamu yang tabah ya, saya ikut prihatin.”
Rahmi : “ Terimakasih Yul, Sebenarnya saya sangat sedih karena tidak bisa melihat Bapak pada saat
terakhir. Tapi apa boleh buat, semua takdir dari Allah. O, iya, kenalkan, ini Ibuku dan ini
adikku Rahmat. Bu, ini sahabat Rahmi, Yuli namanya.”

(Yuli menyalami Ibu dan Rahmat)

Yuli : “Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Bu, Rahmi dan de Rahmat, saya mau mengerjakan
tugas. Rahmi, saya pinjam bukunya ya..Sekali lagi yang tabah ya..”
Rahmi : “ Ya Yul, silahkan..”
Yuli : “Mari Bu, Assalamualaikum..”
Rahmi, Ibu dan Rahmat : “Waalaikum salam..”
Ibu : “Bagaimana nasib kita anakku? Ibu tidak tahu harus berbuat apa, semua harta peninggalan
bapak sudah dikuasai oleh kakakmu..”
Rahmi : “Sudahlah bu, ibu jangan bersedih, tidak ada gunanya menyesali hidup. Bu, saya ada ide,
bagaimana kalau kita jualan kue? Ibu kan pandai membuat kue, nanti biar saya bantu
menjualnya di sekolah.”
Ibu : “Bagaimana dengan sekolahmu nak?” hasil jualan kue kan tidak seberapa, mana mungkin
cukup untuk hidup kita dan juga biaya sekolahmu..”
Rahmi : “Ibu jangan khawatir soal biaya sekolah, Kebetulan saya dapat beasiswa, jadi saya tidak
usah bayar SPP. Saya yakin bu, dengan kerja keras, kita pasti bisa melewati kesulitan ini.”
Rahmat : “Ya, Bu. Rahmat juga mau ikut jualan kue…Ni, coba ibu lihat.. Piisang Goreng, Kue
lapiiis…Gitu Bu..”
Ibu : (Mendekap Rahmat) “Kamu memang anak baik dan pintar nak. Ibu bangga punya anak
seperti kalian, walaupun Bapakmu almarhum orang kaya, tapi kalian tidak manja.. Mudah-
mudahan beliau tenang di alam sana..”
Rahmi : “Sudahlah Bu, Ibu jangan mengingat Bapak terus. Ibu dan Rahmat istirahat saja dulu.
Walaupun kosan ini kecil, tapi Insya Allah cukup untuk kita bertiga..”
Ibu : “ Baiklah nak, Ayo Rahmat, kita masuk..”

(Layar ditutup)

Prolog :
Hadirin yang berbahagia, akhirnya, Ibu, Rahmi dan Rahmat menjalani kehidupan dengan
sederhana di Kostan Rahmi. Sementara Romi hidup bergelimang harta, ia menghambur-hamburkan uang
untuk berpesta foya bersama teman-temannya. Dan, lima tahun kemudian, apa yang terjadi dengan
mereka? Mari kita saksikan kelanjutan kisah ini…!

BABAK V
Romi terlihat berjalan mondar-mandir. Pakaiannya lusuh, rambutnya acak-acakan.
Penampilannya sangat jauh berbeda ketika lima tahun yang lalu.
Romi : “ Aduh, gimana ini. Hartaku yang demikian banyak, kini telah habis semua. Yang tersisa
hanya pakaian yang kukenakan. Mana belum makan lagi dari kemarin. Aku harus minta
tolong pada teman-temanku. Waktu aku banyak uang, mereka kan sering minta padaku..”

(Dodi & Jefri lewat)

Romi : “Hai, Dodi, Jefri, tunggu..!”


Jefri : “ Siapa kamu, anak kumal ?”
Romi : “Lho, Jefri, masa kamu lupa sama aku. Aku kan Romi, teman kalian.”
Dodi : “ Hei, anak manja! Kami tidak kenal sama kamu! Masa teman kita dekil kaya gini, ya
jep..Ga salah ?..hahaha..”
Romi : Dodi, kamu keterlaluan, kemarin ketika saya banyak uang, kamu selalu saya kasih,
sekarang giliran saya miskin, kamu malah lupa sama saya.”
Jefri : “Alaah udah jangan banyak bacot! Dulu memang kamu teman saya, karena kamu banyak
uang, sekarang kan kamu ga punya apa-apa, ngapain kita berteman sama kamu.”
Romi : “Sekarang saya tahu, ternyata persahabatan kita hanya karena harta. Padahal harta saya
juga habis karena kalian yang banyak menipu saya. Sekarang tolonglah saya. Saya lapar,
belum makan dari kemarin.”
Jefri : “ Hai Romi, siapa suruh jadi anak bodoh kaya kamu. Banyak harta juga kalau bodoh ya
seperti ini, kamu banyak kena tipu. Hahaha… ayo teman-teman, kita tinggalkan anak bodoh
ini.”
Romi : (sambil memegang tangan Jefri) “Jefri, tolong saya. Beri saya 5000 aja. Sungguh saya
belum makan.”
Jefri : (Mendorong Romi hingga terjatuh) “Iih, lepaskan! Ngemis saja sana!” Ayo teman-teman,
kita cabut!”

(Jefri dan Dodi pergi meninggalkan Romi)

Romi : “ Ya Allah, mungkin ini hukuman dari-Mu, Bapak, Ibu, maafkan saya. Saya telah durhaka
pada kalian. (sambil menangis)

BABAK VI

(Rahmi sedang bersiap-siap. Ia mengenakan baju toga karena hari itu akan diwisuda. Datang ibu dan
Rahmat)
Ibu : “Rahmi anakku, ibu bangga pada kamu nak. Ternyata kamu mampu melewati berbagai
rintangan, hingga hari ini kamu menikmati jerih payahmu. Kamu akan diwisuda nak..”
Rahmi : “Iya Bu, Terimakasih. Semua ini berkat doa dari ibu juga.
Ibu : “ Seandainya ayahmu masih ada, ia pasti akan bangga padamu nak. Beliau pasti menyesal
tidak menyekolahkan kakakmu Romi..”
Rahmi : “Sudahlah bu, ibu jangan mengingat ayah terus. Kita doakan semoga beliau tenang di alam
sana. Ayo kita berangkat bu. Rahmat, ayo kita berangkat.”
Rahmat : “Iya kak. Rahmat juga sudah tidak sabar ingin melihat kakak diwisuda. Nanti saya juga
diwisuda kan kak?”
Rahmi : “tentu saja kamu juga bisa adikku. Yang penting ada kemauan dan rajin belajar.”
Rahmat : “Iya kak, saya akan meniru kakak. Kakak cantik sekali pakai baju wisuda ini.”
Rahmi : “Aah, kamu bisa aja..”
Ibu : “ Sudah-sudah, ayo kita berangkat..”

(layar ditutup)
BABAK VII
Romi terlihat semakin kumal. Ia berjalan terbungkuk-bungkuk membawa keranjang sampah. Kepalanya
memakai topi yang sudah rombeng. Kemudian ia terduduk kelelahan.
Romi : “Ya Allah, sudah demikian jauh aku berjalan, aku ingin mencari ibu, Rahmi dan Rahmat.
Aku ingin meminta maaf pada mereka..”

(Rahmi, Ibu dan Rahmat berjalan melewati Romi)

Ibu : “Alhamdulillah anakku, kamu telah diwisuda dengan dengan nilai yang sangat memuaskan.
Ibu bangga padamu nak.”
Rahmat : “Iya kak. Rahmat juga tadi dengar kakak diumumkan sebagai wisudawan terbaik. Kakak
hebat deh. Anak tukang pisang goring, tapi bisa lulus kuliah dengan hasil yang memuaskan.”
Rahmi : “Jangan memuji berlebihan de. Semua juga berkat doa dari ibu, dan kerja keras kamu juga
yang ikut berjualan kue.”
Rahmat : “Iya kak. Rahmat juga pengen seperti kakak.”
Ibu : “Kalau kamu pengen seperti kakak, kamu harus rajin belajar seperti kak Rahmi.”
Rahmat : “Ya bu,..saya akan rajin belajar, supaya cita-cita saya menjadi Insinyur dapat tercapai..”
Ibu : “ Amiin..”
Rahmi : “ O, ya Bu, selesai diwisuda tadi, dosen saya menawari saya supaya menjadi asistennya.
Jadi mulai besok saya akan mengajar.”
Ibu : “Alhamdulillah, Ya Allah, Anugrah darimu hari ini sangat besar. Rahmi, ternyata kemauan
kamu yang keras untuk menuntut ilmu sama sekali tidak sia-sia.”
Rahmi : “Ya, Bu Alhamdulillah..”
Rahmat : “ Eh Bu, kak Rahmi, coba lihat pengemis itu. Kok seperti Kak Romi…”
Ibu : “ Ah, masa sih Rahmat..” (melihat ke arah Romi)
Rahmi : (melihat ke arah Romi)”Iya Bu, itu seperti Kak Romi.. Tapi, kenapa jadi pengemis?”
Ibu : “Ayo kita hampiri nak…Ibu penasaran..”

(Ibu, Rahmi dan Rahmat berjalan ke arah Romi)

Romi : (menadahkan tangan) “ Bu, kasihani saya Bu, saya sudah 2 hari tidak makan..”
Rahmi : “ Kak Romi, ini kak Romi kan?”
Romi : (tengadah keheranan) “kamu kok mengenal saya…?”
Rahmi : “Jadi benar kamu Kak Romi?” kak, kenapa kakak jadi pengemis? Kak, saya Rahmi dan ini
Ibu dan Rahmat…”
Romi : “Rahmi? Ibu dan Rahmat? Ya Allah… Ibu, ampuni saya Bu..” (bersujud ke kaki ibu)
Ibu : “Romi, betulkah ini kamu nak? Kenapa kamu jadi begini? Bangunlah anakku..”
Romi : “Betul Bu, saya Romi anak ibu… saya anak durhaka, saya dulu tidak mendengar nasehat
Ibu… Bahkan saya berani mengusir Ibu dan Rahmat. Maafkan saya Bu..”
Rahmat : “ Jangan dimaafkan Bu..! Kak Romi sudah jahat sama kita. Dulu waktu banyak uang sudah
berani mengusir kita…Sekarang giliran miskin, seenaknya saja minta maaf…”
Romi : “ Saya memang tidak pantas untuk dimaafkan Bu.. Saya dulu memilih harta daripada ilmu,
ternyata harta walaupun banyak sama sekali tidak membawa manfaat buat saya.” (Berpaling
kearah Rahmi) “Sedangkan kamu Rahmi, kamu dulu memilih menuntut ilmu, makanya
kamu jadi berhasil seperti ini. Selamat ya Rahmi…”
Rahmi : “ Ya kak, terimakasih.. Ibu, tolong maafkan kak Romi, bagaimanapun dia anak Ibu juga.
Dan kamu Rahmat, kamu jangan begitu sama Kak Romi..”
Rahmat : “tapi memang Kak Romi jahat kak..”
Rahmi : “Iya, tapi itu kan dulu. Kamu lihat sendiri keadaan Kak Romi, dia lusuh dan gembel. Apa
kamu tega. Bagaimanapun dia kakak kita. Ya Bu ya.. tolong maafkan Kak Romi Bu..”
Ibu : “ Baiklah anakku.. Kamu Ibu maafkan.” Kamu boleh tinggal bersama kami, asal kamu mau
merubah sifat malas kamu. Lihat adikmu Rahmi, dia telah berhasil berkat kerja kerasnya
selama ini…”
Romi : “Alhamdulillah… Terimakasih ya Allah… Terimakasih Ibu..Rahmi dan juga Rahmat..
terimakasih.. Saya berjanji akan merubah kebiasaan buruk saya…”
Rahmi : “Alhamdulillah… saya bahagia kakak mau merubah sifat kakak yang buruk. Masih banyak
waktu untuk menuntut ilmu kok kak.. Kalau kakak mau, kakak masih bisa belajar”.
Romi : “Terimakasih adikku.. kamu memang adik yang baik. Kamu tidak dendam walaupun harta
Bapak telah habis oleh Kakak..”
Ibu : “Sejak dulu adikmu ini tidak gila harta nak. Dan sekarang terbukti kalau ilmu lebih
bermanfaat daripada harta..”
Rahmi : “Iya bu, keyakinan itu sudah saya miliki sejak dulu. Dan Alhamdulillah, sekarang terbukti..
Semua berkat doa dari ibu juga..”
Ibu : “Iya nak… Ibu bahagia sekali, sekarang keluarga ibu bisa utuh kembali. Ibu yakin,
almarhum Bapakmu berbahagia di alam sana.”

Romi, Rahmi dan Rahmat : “Amiin…”

Prolog :
Hadirin yang berbahagia, demikian tadi persembahan Drama yang berjudul Antara Harta dan
Ilmu.. Terbukti bahwa ilmu jauh lebih bermanfaat dari pada harta. Untuk itu, mari kita tuntut ilmu walau
ke manapun dan sampai kapanpun. Sampai jumpa… Billahittaufik walhidayah.. wassalamualaikum
warohmatullahiwabarokatuh…

Anda mungkin juga menyukai