Anda di halaman 1dari 12

ILMU FIQIH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :Muhammad Farhan Ardian

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH


MEDAN T.A 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assallamualaikum warahmatullahi wabarokattuh , Puji syukur atas Nikmat Allah


yang maha kuasa yang telah memberikan Hidayahnya kepada saya , sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebenar-benarnya Menurut analisis saya yang saya
ambil dari sumber-sumber buku-buku dan sumber yang lain .

Saya harap pihak bapak atau saudara sekalian yang membaca isi dari pemahamaan
makalah ini , mendapatkan manfaa bagi kita semua

Terlepas dari itu semua , saya menyadari , bahwa masih ada yang salah dari isi
makalah saya baik dari segi bahasa ataupun susunan kalimat yang saya tidak sengaja

Dan akhirnya , semoga makalah ini dapat menambah ilmu bagi siapa saja yang
membacanya , semoga bermanfaat bagi kita semua . Aamiin

Medan 20 Juni 2019

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puasa merupakan salah satu dari rukun islam yang ke tiga. kita sebagai
umat muslim wajib menjalankan puasa yang telah di tentukan. Konsepsi puasa
dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai
suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang
dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah
menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain
yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat
digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan
kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Seperti puasa Ramadhan yang mana Ramadhan merupakan bulan dimana kita
harus dapat mengendalikan diri kita, hal yang utama yang harus kita lakukan
dalam pelaksanaan puasa ramadhan adalah kita harus menjadi penguasa dan raja
bagi diri kita sendiri kita harus benar-benar mengendalikan menurut aturan Illahi
yang berlaku. Kalau berbicara harus kita kendalikan demikian juga dengan mata
semuanya harus kita kendalikan dengan baik. Pada bulan Ramadhan ini kita harus
seperti kepongpong masuk seperti ulat berbulu yang ditakuti dan menjijikan dan
keluar sebagai kupu-kupu yang indah yang begitu disenangi banyak orang, yang
dapat kita artikan sebusuk dan sekotor apapun diri kita ,setelah menjalankan
ibadah puasa ini kita harus menjadi orang yang memiliki kepribadian yang indah
dan bermanfaat bagi dirikita sendiri dan orang lain. Di bulan suci Ramadhan
inilah kesempatan yang baik untuk megembleng diri agar menjadi terindah dan
terbaik sebagai jalan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
 Apa pengertian puasa ?
 Apa pengertian puasa Ramadhan dan kejadian-kejadian yang terjadi di bulan
Ramadhan ?
 Apa pengertian Ru’yahtul Hilal dan Hisab ?
Bagaimana pendapat ulama’ tentang Ru’yatul Hilal dan Hisab ?

B. Tujuan Penulisan

a. Untuk Memahami tentang puasa.


b. Untuk memahami tentang puasa Ramadhan dan mengetahui kejadian-kejadian di
bulan Ramadhan.
c. Untuk memahami pengertian Ru’yatul Hilal dan Hisab.
d. Untuk mengatahui pendapat Ulama’ tentang Ru’yatul Hilal dan Hisab dalam
menentukan puasa Ramadhan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PUASA
Puasa (Saumu), menurut bahasa ialah ”menahan dari segala sesuatu” seperti
menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari segala sesuatu yag
membatalkan, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengandi sertai niat semata-mata karena Allah dan beberapa syarat-syarat
tertentu”. 1
Firman Allah swt.

Artinya :
“Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar.”(Al-Baqoroh:187)
Sabda Rasulullah Saw.
‫سلَّ َم يَقُ ْو ُل اِذَا اَ ْقبَ َل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ى‬ َّ ‫س ِم ْعتُ النَّ ِب‬
َ ‫ع َم َر قَا َل‬
ُ ‫ع ْن اب ِْن‬ َ
‫ رواه البخارى و‬.‫صائِ ُم‬ َّ ‫ط َر ال‬ َ ‫س فَقَ ْد ا َ ْف‬ُ ‫ش ْم‬َّ ‫ت ال‬ ُ ‫اللَّ ْي ُل َوا ْدبَ َر النَّ َه‬
ِ ‫ار َوغَا َب‬
‫مسلم‬

Artinya :
Dari ibnu Umar. Ia berkata, “saya telah mendengar Nabi besar saw. bersabda,
‘Apabila malam datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka
sesengguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang yang puasa’.”(Riwayat
Bukhari dan Muslim)

1 IAIN JAKARTA .1983.Ilmu Fiqih Jilid 1, Jakarta :Asona

5
B. PUASA RAMADHAN
1. Ramadhan terpilih sebagai bulan puasa
Puasa ramadhan sebagai salah satu jenis puasa wajib seperti yang telah di
uraikan pada bagian terdahulu, merupakan puasa pokok dan paling utama di
bandingkan dengan puasa-puasa wajib lainnya. Puasa ramadhan adalah puasa
yang diwajibkan oleh Allah SWT pada bulan ramadhan selama sebulan penuh.
Bulan ramadhan di pilih oleh Allah SWT sebagai bulan di wajibkannya puasa,
bukannya karena bulan ramadhan lebih istimewa atau lebih tinggi statusnya dari
bulan-bulan qamariyah lainnya. Semua bulan tersebut kedudukan dan statusnya
adalah sama.
Puasa bulan Ramadhan itu merupakan salah satu dari rukun islam yang
lima, diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi
Muhammad Saw. hijrah ke Madinah. Hukumnya fardu ‘ain atas tiap-tiap
mukallaf baligh dan berakal).
Dalil as-Sunnah terdapat dalam sabda nabi saw : islam didirikan
atas lima perkara …, di antaranya disebutkan tentang puasa. Dan sabdanya kepada
seorang A’robi :
.‫ع‬ َ َ‫ي َغي ُْرهَا قَا َل ََل اَِلَّ ا َ ْن ت‬
َ ‫ط َّو‬ َّ َ‫ضانَ قَا َل ه َْل َعل‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬
َ ‫صيَا ُم‬
ِ ‫َو‬
Artinya :
“… dan puasa bulan ramadhan. Berkata A’rabi, “ apakah ada kewajiban lain
atasku?” jawab rasul, “tidak, kecuali jika engkau hendak bersukarela
(tathawwu’).”
Dalil ijma’ adalah tidak di riwayatkan adanya penentangan dari seorang
imam pun tentang wajibnya puasa yang sampai kepada kita. Mengenai kepada
siapakah puasa di wajibkan, maka tidak ada pilihan lagi bahwa ia diwajibkan atas
orang dewasa, berakal, tidak bepergian sehat dan tidak ada sifat yang menghalangi
berpuasa yaitu haid bagi wanita. Hal ini tidak di perselisihkan lagi berdasarkan
firman allah: surat al-baqarah ayat 185,

Artinya :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan

6
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur”. (QS. Al-Baqarah:185)
Rasulullah Saw.telah mengajarkan puasa sembilan kali Ramadan, delapan
kali 29 hari, satu kali pas 30 hari. Beliau bekata dalam hadis Bukhari, “Bulan itu
kadang-kadang 30 hari, kadang kadang 29 hari.”
Puasa Ramadan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah satu
dari ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan meliht bulan bagi yang yang melihatnya sendiri.
2. Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga pulah hari, maksudnya bulan tanggal
Sya’ban itu dilihat. Tetapi kalau bulan tanggal satu Sya’ban tidak terlihat, tentu
kita tidak dapat menentukan hitungan, sempurnanya tiga puluh hari.
3. Dengan adanya melihat (ru-yat) yang di perselisihkan oleh seorang yang adil di
muka hakim.
4. Dengan kabar mutawattir, yaitu kabar orang banyak, sehingga mustahil mereka
akan dapat sepakat berdusta atau sekata atau kabar yang dusta.
5. Percaya kepada orang yang melihat.
6. Tanda-tanda yang bisa dilakukan di kota-kota besar untuk memberitahukan
kepada orang banyak (umum), seperti lampu, meriam, dan sebagainya.
7. Dengan ilmu hisab atau kabar dari ahli hisab (ilmu bintang).

Terpilihnya ramadhan sebagai saat di wajibkannya puasa, bukanlah karena


status atau kedudukannya yang lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya, tetapi adalah
karena pada bulan ramdhan tersebut banyak kejadian-kejadian penting yang
berpengaruh besar terhadap pembinaan kehidupan umat manusia ini.2

2 Rusyd, Ibnu.1990.Terjemah Bidayatul Mujtahid ,Semarang:CV.Asy-Syifa

7
Kejadian-kejadian tersebut adalah :
a. Turunnya Al-Qur’an
Wahyu pertama diturunkan Allah SWT kepada rasulullah SAW melalui
malaikat Jibril pada bulan Ramadhan. Wahyu pertama ini (Al-Qur’an) merupakan
titik tolak yang mendasar dalam menggerakkan perkembangan rohaniah terbesar
serta melahirkan suatu umat baru (umat islam). Al-Qur’an pulalah yang telah
mengangkat kembali derajat manusia dari lembah kenistaan dan kejumudan
dengan anjurannya untuk menggunakan akal fikiran dalam menghadapi dan
mengamati alam semesta ini. Al-Qur’an mengumandangkan ajaran tauhid dan
menyuruh manusia untuk melepaskan diri dari belenggu berhala atau sembahan-
sembahan lainnya. Dan masih banyak lagi hikmat dan pedoman yang harus di
petik manusia dari Al-Qur’an.
b. Lailatul Qadar
Lailatul Qadar sebagai suatu malam yang penuh dengan kemuliaan dan
keutamaan jatuhnya pada bulan ramadhan, dalam berbagai hadits disebutkan
bahwa Lailatul Qadar itu terdapat pada salah satu dari sepuluh malam terakhir
bulan ramadhan.
Lailatul Qadar dengan keutamaannya lebih baik dari seribu bulan,
merupakan tumpuan keinginan bagi umat islam untuk dapat menikmatinya.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar:1-3)
c. Kemenangan besar Muhammad Rasulullah SAW.
Bulan Ramadhan merupakan bulan kemenangan Rasulullah SAW beserta
pengikutnya terhadap kaum kafir Quraisy. Seperti :
1). Kemenangan dalam perang Badar yang di kenal sebagai Hari Furqan atau hari
pemisah antara yang benar (islam) dengan yang bathil (kafir Quraisy) seperti
firman Allah SWT :
“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah
dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas

8
segala sesuatu.” Hari Furqon tersebut jatuhnya pada tanggal 17 Ramadhan
(Jum’at) tahun kedua Hijriah.3
2). Jatuhnya kota Makkah dari tangan kafir Quraisy kepada umat islam pada bulan
Ramdhan.
2. Waktu puasa Ramadhan
Jangka waktu pelaksanaan puasa Ramadhan adalah sebulan penuh yaitu
selama bulan Ramadhan yang berkisar antara 29 atau 30 hari. Waktu puasa
dimulai dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari, sebagaimana
firman Allah SWT :

Artinya :
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-
isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.
Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

C. RU’YAH DAN HISAB


Ru’yah dan Hisab adalah dua istilah yang popular dikalangan umat islam
sebagai cara untuk menetapkan waktu permulaan puasa. Sebenarnya kedua istilah
tersebut bukanlah kegunaannya hanya untuk menetapkan waktu permulaan puasa,
tetapi juga untuk menetapkan idul fitri, idul adha, menetapkan awal bulan tiap
bulan Qomariyah serta juga untuk menetapkan waktu sholat. Lebih dari itu hisab
di gunakan pula untuk menetapkan arah kiblat.
Ada dua jenis cara perhitungan mengenai tanggal, bulan dan tahun, yaitu
perhitungan Qomariyah dan perhitungan Syamsiah atau perhitungannya berlainan.
Perhitungan Qomariyah (Hijriah) di dasarkan atas perjalanan bulan dengan jumlah
waktu 29 atau 30 hari setiap bulannya. Sedangkan perhitungan Syamsiah (masehi)
didasarkan atas perjalanan matahari dengan jumlah waktu 30 hari dan 31 hari
setiap bulannya, kecuali bulan februari yang berkisar antara 28 dan 29 hari. Kedua

3 Rasjid ,Sulaiman.2010 . Fiqh islam Bandung : Sinar Baru Algensindo

9
jenis perhitungan sama-sama mempunyai 12 bulan dalam setahunnya, yaitu untuk
bulan Qomariyah adalah Muharam, Safar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil
Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah, dan
Zulhijjah. Sedangkan untuk bulan Syamsiah adalah Januari, Februari, Maret,
April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember. Dari
adanya perbedaan tersebut maka bulan-bulan Qomariyah setiap tahunnya lebih
pendek dari bulan Syamsiah, lebih kurang 12 hari. Karena itu pula maka adanya
bulan Ramadhan, bila di ukur dengan bulan Syamsiah selalu bergeser kedepan.
Dan ini mengakibatkan bulan ramadhan itu akan dapat di alami oleh seluruh bulan
Syamsiah. Dan ini pula sebagai tanda keadilan Allah SWT yang meratakan
pelaksanaan bulan Ramadhan pada segala musim. Khususnya di barat, di mana di
kenal empat musim setiap tahunnya yaitu musim dingin (winter), musim bunga
(spiring), musim panas (summer) dan musim rontok (autumu). Seseorang yang
berpuasa akan mengalami panas yang membakar ataupun dingin yang membeku,
tetapi kesemuanya itu sebagai ujian dan tanda kepatuhan terhadap Allah SWT.
Masuknya bulan Ramadhan dan tanggal mulainya idul fitri sebagaimana
yang umum di kenal, masyarakat islam di tentukan oleh Ru’yah dan Hisab.
Ru’yah adalah suatu cara untuk menetapakan awal bulan Qamariyah
(Ramadhan) dengan jalan melihat dengan panca indra mata timbulnya atau
munculnya bulan sabit dan bila udara mendung atau cuaca buruk sehingga bulan
tidak dapat dilihat maka hendaklah menggunakan istikmal (menyempurnakan
bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari).
Hisab adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Qamariah
(Ramadhan) dengan jalan menggunakan perhitungan secara ilmu astronomi,
sehingga dapat di tentukan secara eksak letak bulan, dengan demikian di ketahui
pula awal bulan Qamariyah tersebut.4

4Rifai ,Muhammad.1978 . Ilmu Fiqih Islam lengkap CV .Toha Putra

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kaum muslimin diwajibkan berpuasa di bulan ramadhan yakni menahan


diri dari segala sesuatu yang membatalkannya sejak terbit fajar pagi hingga
terbenam matahari. Melaksanakan puasa Ramadhan dapat melatih kesabaran
karena bisa mengendalikan diri, menimbulkan sikap jujur, dan berakhlak baik
tanpa pengawasan orang lain. Maka jadikanlah bulan suci Ramadhan ini sebagai
bulan untuk berprestasi seperti halnya Rasulullah saw. Para sahabat dan orang-
orang saleh sebagai bulan untuk berprestasi kepada Allah.
Jangan sia-siakan kesempatan terbaik ini karena kita tahu kapan kita akan
dipanggil oleh Allah Swt. Bulan Ramadhan merupakan hadiah besar yang
langsung di berikan Allah. Bagi umat islam sebagai sarana penyucian diri,
insyallah orang termalangpun bisa sukses apabila melaksanakan puasa dengan
baik dan benar.
Begitu pula dengan Ru’yah (melihat bulan baru) dan Hisab (perhitungan)
bahwasannya terdapat banyak perbedaan pendapat dari kalangan para ulama’
yaitu, pendapat Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, dan Imam Hanafi.
Dan banyak lagi pendapat ulama’-ulama’ lainnya Oleh karena itu segeralah
mengejar ilmunya dan amalkan dengan sungguh-sungguh.

B. Saran
Memaknai puasa tidak saja sekedar pengertian harfiah saja tetapi lebih pada
kandungan falsafah yang ada di dalamnya. Dan juga mengenai puasa ramadhan
tidak hanya menurut tanggal dan bulan saja tetapi dengan cara Ru’yatul Hilal
(melihat bulan baru) dan Hisab (perhitungan).

11
DAFTAR PUSTAKA

IAIN JAKARTA. 1983. Ilmu Fiqih Jilid 1, Jakarta: Asona


Rusyd, Ibnu. 1990. Terjemah Bidayatu’l Mujtahid, Semarang: CV. Asy Syifa’
Rasjid, Sulaiman. 2010. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Rifa’i, Mohammad. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: CV. Toha Putra

12

Anda mungkin juga menyukai