Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi


Kepulauan Riau yang terdiri dari 240 pulau-pulau kecil serta memiliki sumber
daya pesisir dan laut yang sangat potensial. Dengan wilayah yang didominasi oleh
perairan tersebut maka kabupaten Bintan memiliki sumber daya perikanan yang
potensial untuk dimanfaatkan dalam mensejahterakan rakyat dimana wilayah
pesisir Kabupaten Bintan memiliki ekosistem terumbu karang seluas17.394,83 ha,
mangrove 6.774,86 ha, padang lamun 1.334, 327 ha, rumput laut 1.156,11ha, serta
banyak lagi hasil laut seperti budidaya ikan-ikan, serta kerang yang bernilai jual
ekonomis tinggi untuk kebutuhan masyarakat maupun ekspor, yang tersebar
hampir merata di sepanjang pesisir Pulau Bintan dan pulau-pulau kecil.

Pada penelitian ini saya mengambil studi kasus mengenai salah satu
ekosistem perairan laut yakni padang lamun didesa Teluk Bakau karena banyak
yang belum mengetahui bahkan mengenal padang lamun itu sendiri dan agar
Kabupaten Bintan lebih dapat memanfaatkan, mengelola, dan mengembangkan
padang lamun menjadi seseuatu yang bernilai jual seperti halnya yang telah
diterapkan oleh negara-negara tetangga yang lebih dulu mengembangkan padang
lamun menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan daerah.

Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup
potensial untuk dapat dimanfaatkan, dimana secara ekologis lamun mempunyai
beberapa fungsi penting didaerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer
diperairan dangkal diseluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi
banyak organisme laut. Selain itu lamun juga mempunyai fungsi sebagai komoditi
yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun
secara modern. Secara tradisional diantaranya lamun telah dimanfaatkan untuk
kompos dan pupuk, dianyam menjadi keranjang, mengisi kasur, dibuat sebagai
jaring ikan. Pada zaman modern ini lamun telah dimanfaatkan untuk penyaring
limbah, stabilizator pantai, bahan umtuk pabrik kertas, sumber bahan kimia, dan
obat-obatan.

Hal terpenting ialah dikawasan Asia yang terpilih menjadi kawasan


konservasi lamun Dunia yakni Thailand dan Indonesia, dan di Indonesia itu
sendiri Bintan lah daerah yang terpilih karena dari 13 jenis lamun didunia Bintan
memiliki 9 jenis diantaranya. Untuk itu perlu ada usaha melalui konservasi agar

1
dapat melestarikannya. Salah satu bentuk implementasi dari upaya pengelolaan
yang dilakukan pada Kawasan Konservasi Laut daerah Bintan adalah
ditetapkannya beberapa daerah menjadi Daerah Perlindungan Lamun yang
merupakan bagian dari Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
berpedoman pada Rencana Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan sebagaimana di atur
dalam UU No. 23 Tahun 2014 tetang Pemerintahan Daerah.

Dan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik


Indonesia Nomor PER.17/MEN/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, maka upaya pengelolaan Padang Lamun tersebut
memerlukan adanya perencanaan dan pengembangan yang berwawasan
kelestarian lingkungan hidup yang meliputi wilayah pesisir dan laut serta berbasis
masyarakat. Dimana pengembangan dan pemanfaatan dalam mengelolah sumber
daya khususnya kelautan dinilai kurang yang termasuk konservasi padang lamun,
dalam hal ini padang lamun adalah salah satu dari rantai ekosistem aquatik yang
sangat menentukan kelangsungan ekosistem laut, mangrove dan Terumbu karang.
Ekosistem laut akan terjaga dengan baik jika ketiga rantai ini berfungsi dengan
baik. Sayangnya program konservasi atas tiga mata rantai ini, hanya di titik
beratkan pada konservasi mangrove dan terumbu karang saja, sedangkan
konservasi atas padang lamun jarang dikedepankan, padahal Padang lamun
mempunyai peranan sangat penting untuk menjaga kelestarian Magrouve dan
terumbu karang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini


adalah:

1. Strategi apa yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan


dalam mengembangkan potensi kelautan khususnya dibidang
pengembangan padang lamun di Kabupaten Bintan ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan


potensi padang lamun yang ada, serta upaya untuk menanggulangi
faktor penghambat ?

2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan oleh Dinas


Kelautan dan Perikanan dalam mengembangkan potensi padang
lamun di Kabupaten Bintan.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam


mengembangkan padang lamun di Kabupaten Bintan.

2. Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Kegunaan Teoritis
Dari sudut pandang teoritis, di harapkan agar penelitian ini dapat
membuka cakrawala berfikir akademis dalam memahami, mengerti dan
mendalami permasalahan pemerintahan terutama di bidang Sosial dan Politik,
selain dari pada itu penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi bahan referensi
bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang sama.
Penelitian ini juga berguna sebagai bahan masukan bagi pengembangan
pengetahuan khususnya mengenai analisa potensi mengenai padang lamun dan
sebagai bahan untuk penelitian-penelitian sejenis selanjutnya

2. Kegunaan Praktis
Penelitian diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi
pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bintan terutama Dinas Kelautan
dan Perikanan dalam rangka mengembangkan potensi kelautan khususnya padang
lamun demi tercapai kesejahteraan masyarakatnya. Dan di harapkan agar hasil
dari penelitian mampu memberikan bantuan berupa menyumbangkan pemikiran
bagi pembuat kebijakan, keputusan baik di daerah maupun di pusat.

D. Kerangka Teoritis

Untuk mengetahui konsep teori dalam penelitian ini dapat dijelaskan


sebagai berikut :

1. Strategi

Strategi pada mulanya berawal dari istilah peperangan, yaitu sebagai suatu
siasat untuk mengalahkan musuh. Namun secara etimologi strategi berasal dari

3
bahasa Yunani yaitu stat-egia yang artinya kepemimpinan atas pasukan, seni
memimpin pasukan. Dalam Kamus Besar Bahass Indonesia disebutkan bahwa
istilah strategi adalah suatu ilmu yang menggunakan sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan tertentu. Van Clausewitz dalam Andrika (2012:5)
menjelaskan bahwa tujuan strategi bukanlah merupakan kemenangan yang
nampak dipermukaan, melainkan yang terletak dibelakangnya. Sedangkan strategi
menurut Jack Plano dalam Hunger dan Wheelen (2003:245) merupakan rencana
yang menyeluruh atau berjangka panjang yang mencakup serangkaian gerakan
yang langsung diarahkan untuk mencapai tujuan yang menyeluruh. Berdasarkan
konsep yang dikemukakan oleh Jack Plano di atas bahwa dalam strategi terdapat :

a. Suatu rencana yang sifatnya menyeluruh dan memiliki rentang


waktu yang panjang.
b. Di dalam rencana tersebut mencakup serangkaian kegiatan yang
diarahkan pada tujuan yang diharapkan.
c. Tujuan yang menjadi sasaran dari serangkaian kegiatan yang
dilakukan.
d. Sebuah rencana sistematis untuk mencapai tujuan yang diinginkan
kelompok.

Konsep strategi didefinisikan sebagai serangkaian cara tertentu yang


berkesinambungan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum strategi dapat
diartikan sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Secara harfiah pengertian strategi adalah berbagai
kombinasi dari aktifitas dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan orang agar
supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya. Konsep strategi ini
merupakan bagian dari pilihan rasional, dimana dalam teori tersebut dikatakan
bahwa setiap pilihan yang dibuat individu, termasuk pemilihan suatu strategi
dibuat berdasarkan perimbangan rasional dengan mempertimbangkan untung rugi
yang diperoleh.

2. Strategi Pemerintah

Menurut Siagian (2005:15) yang mengemukakan bahwa strategi adalah


suatu istilah yang semula bersumber dari kalangan militer yang memiliki arti “kiat
yang digunakan untuk memenangkan peperangan”. Sebuah kemenangan adalah
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu peperanga, maka dapat diartikan bahwa
strategi pada hakekatnya adalah suatu cara, kiat, atau siasat untuk mencapai
tujuan. Dari pendapat diatas dapat dibuat sebuah definisi bahwa yang dimaksud
dengan strategi pemerintah adalah suatu proses pembuatan keputusan untuk
penentuan tujuan dan cara atau alternatif terbaik dalam mencapai tujuan tersebut
yang didasarkan pada siasat/kiat atau strategi tertentu. Atau dapat disimpulkan

4
bahwa strategi pemerintah merupakan proses pengaturan kegiatan yang
dibutuhkan untuk merealisasikan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui penggunaan manusia maupun alat-alat
tertentu atau tenaga produksi lainnya. Atau dapat juga dikatakan sebagai cara
melaksanakan pemerintahan dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan
oleh pemerintah.

3. Pemerintah Daerah

Definisi pemerintah daerah berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang


pemerintah daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :

“Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh


pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar negara Republik
Indonesia tahun 1945”.

Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan


diatas, maka yang dimaksud pemerintah daerah disini adalah penyelenggaraan
daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan
unsur penyelenggaraan pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota
dan perangkat daerah. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka
pengertian dari pemerintah daerah pada dasarnya sama yaitu proses kegiatan
antara pihak yang berwenang memberikan perintah dalam hal ini pemerintah
dengan yang menerima dan melaksanakan perintah tersebut dalam hal ini
masyarakat.

4. Pengertian Potensi Kelautan

Peningkatan pemanfaatan potensi kelautan pada hakekatnya sangat dalam


artinya, bahwa potensi kelautan secara umum khususnya potensi perikanan harus
bisa ditingkatkan pemanfaatannya, namun demikian peningkatan pemanfaatan
potensi kelautan ini harus mempertimbangkan kemampuan potensi itu sendiri.
Sumber daya kelautan lainnya seperti bahan mineral dan minyak merupakan
sumber daya yang tidak dapat pulih (non renewable) karena itu maka strategi
pemanfaatan kedua tipe sumber daya ini sangat berbeda, sedangkan sumber daya
perikanan adalah sumber daya yang dapat pulih (renewable).

Selain itu menurut Dahuri dalam Saad dan Amirullah (1995:61) “Sumber
daya kelautan meliputi wilayah pesisir dan laut beserta sumber daya alam yang
terdapat di dalamnya”. Dalam pemanfaatan potensi suatu wilayah diperlukan

5
manusia-manusia yang berkualitas karena tanpa didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas yang akan melaksanakannya, maka pelaksanaan
pemanfaatan potensi tersebut akan sia-sia.

5. Landasan Norma dan Kebijakan

Perairan di Indonesia khususnya di Kabupaten Bintan perlu mendapat


perhatian khusus, hal ini disebabkan karena pengelolaan lingkungan khususnya di
bidang kelautan dinilai sangat minim, karena kurangnya kesadaran dari
masyarakat dan pemerintah setempat tentang pentingnya pengelolaan lingkungan
laut. Oleh sebab itu adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER.17/MEN/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dapat mengubah pandangan Pemerintah Daerah
tentang pentingnya pengelolaan lingkungan khususnya dibidang kelautan.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa masalah lingkungan hidup juga


sangat berperan bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga dapat menunjang
jalannya pembangunan khususnya pembangunan di bidang kelautan. Demi
tercapainya semua itu maka perlu adanya kerjasama masyarakat setempat dengan
pemerintah daerah khususnya, dalam hal ini adalah Dinas Kelautan dan
Perikanan yang dirasakan memegang andil yang cukup besar dan memiliki
tanggung jawab yang lebih dalam menangani masalah-masalah ini.

6. Konservasi

Konservasi merupakan pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin


pemanfaatannya secara bijaksana serta berkesinambungan ketersediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya. Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan
dengan kata pelestarian berasal dari bahasa inggris yaitu concervation dan
preservation. Menurut Echols dan Sadily (2004:140,445) kedua kata ini
mempunyai pengertian yang hampir sama, konservasi berarti perlindungan,
penjagaan dan pengawetan.

Pengertian dan Definisi dari Konservasi menurut para ahli dapat


dikemukakan bahwa Konservasi adalah upaya untuk menjaga kualitas lingkungan
dan keseimbangan ekosistem. Istilah Konservasi atau conservation dapat diartikan
sebagai suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap
memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-
aspirasi generasi generasi yang akan datang.

6
E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu berupaya


menggambarkan suatu fenomena yang diteliti secara apa adanya lapangan. Dalam
penelitian ini peneliti akan memberikan gambaran sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta sesuai ruang lingkup penelitian. Menurut Moleong (2011:6),
penelitian kualitatif adalah “Penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian deskriptif


ialah penelitian yang bertujuan memahami fenomena yang sedang terjadi dan
digambarkan. Penulis berusaha untuk menyelidiki, mempelajari dan selanjutnya
menggambarkan atau melukiskan objek penelitian, yaitu bagaimana strategi
Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan dalam pemanfaatan hasil laut studi kasus
konservasi padang lamun di Desa Teluk Bakau.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di daerah Kabupaten Bintan, Provinsi


Kepulauan Riau. Penulis mengingat bahwa permasalahan mengenai masih
kurangnya pemanfaatan potensi kelautan di Kabupaten Bintan yang belum
terealisasikan dengan baik.

3. Informan

Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,


informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (dalam Bungin, 2009 :108).
Dalam penelitian ini menggunakan Snowbolling Sampling yang menurut (Burhan
Bungin, 2009:77) beberapa langkah dalam menggunakan Snowbolling Sampling :
a. Peneliti ketika memulai melakukan penelitian dan pengumpulan
informasi, ia berupaya menemukan gatekeeper, yaitu siapa pun orang
yang pertama dapat menerimanya di lokasi objek penelitian yang dapat
memberi petunjuk tentang siapa yang dapat di wawancarai atau
diobservasi dalam rangka memperoleh informasi tentang objek
penelitian.
b. Setelah wawancara pertama berakhir, peneliti meminta informan
menunjuk orang lain berikutnya yang dapat di wawancarai untuk
melengkapi informasi yang sudah diperoleh nya.

7
c. Terus-menerus setiap habis wawancara peneliti meminta informan
menunjuk informan lain dapat dwawancarai pada waktu yang lain.

4. Sumber dan Jenis data

a. Sumber Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode deskriptif


kualitatif. Metode ini dilakukan dengan cara membangdingkan antara teori yang
ada dengan data-data yang didapat dari studi kasus. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian kualitatif berbentuk data deskriptif, yaitu data yang berbentuk
uraian yang memaparkan keadaan objek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta
aktual atau sesuai kenyataan sehingga menuntut penafsiran peneliti secara lebih
mendalam terhadap makna yang terkandung didalamnya (dalam Sugiono,
2010:205).

b. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
skunder yakni :

1. Data Primer adalah data yang langsung diperoleh melalui responden


dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersedia, alternatif
jawabannya dari variabel penelitian. Data ini diperoleh melalui kuisioner,
wawancara dan observasi.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber-sumber yang telah ada atau data yang diambil melalui
keterangan atau informasi yang diinginkan serta diperlukan untuk
memperjelas data atau permasalahan yang akan diteliti.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Wawancara adalah proses pengumpulan data dengan cara mengajukan


pertanyaan mengenai pelaksanaan dalam penelitian.
b. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan
langsung dilapangan. Pengamatan ini dilakukan pada faktor-faktor seperti:
kondisi tempat, keadaan lingkungan masyarakat serta kegiatan-kegiatan yang
dilakukan. Observasi ini dilakukan guna mencari data tambahan agar data-
data yang diperoleh lebih akurat.
c. Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari dokumen
yang berada didalam lokasi peneliti.

8
F. Teknik Analisa Data

Penulis mencoba melakukan analisa data dari hasil wawancara, selanjutnya


disesuaikan dengan tujuan penelitian sehinngga penulis dapat menarik suatu
kesimpulan yang akan dikemukakan pada bagian akhir penelitian. Analisa data ini
akan dipaparkan dalam bentuk analisis deskriptif secara ringkas dan jelas. Analisa
data yang dilakukan semenjak awal sampai akhir penelitian bertujuan untuk
memahami makna yang terkandung dalam data.

Rangkaian penulisan memberikan gambaran yang jelas, logis dan akurat


mengenai hasil pengumpulan data. Data yang diperoleh dihimpun menurut jenis
dan kelompoknya, maka selanjutnya dilaksanakan pengelolaan dan analisis data
yang dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu mengemukakan masalah
menurut apa adanya. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu berdasarkan pandangan-pandangan
informan sehingga dapat menjawab permasalahan dari penulis ini. Untuk lebih
jelasnya,berikut ini ada beberapa langkah-langkah dalam teknik analisa data pada
penelitian ini meliputi:

a. Pengumpulan data, peneliti mencatat semua data secara objektif


sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dilapangan.
b. Reduksi data, pemilihan data sesuai dengan fokus penelitian, dalam
bentuk pengarahan, penggolongan, menajamkan.
c. Penyajian data, sekumpulan informasi yang telah tersusun dan
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Penyimpulan data kesimpulan yang diambil dari data yang
didapatkan dari informan.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi

Strategi pada mulanya berawal dari istilah peperangan, yaitu sebagai suatu
siasat untuk mengalahkan musuh. Namun secara etimologi strategi berasal dari
bahasa Yunani yaitu stat-egia yang artinya kepemimpinan atas pasukan, seni
memimpin pasukan. Dalam Kamus Besar Bahass Indonesia disebutkan bahwa
istilah strategi adalah suatu ilmu yang menggunakan sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan tertentu. Van Clausewitz dalam Andrika (2012:5)
menjelaskan bahwa tujuan strategi bukanlah merupakan kemenangan yang
nampak dipermukaan, melainkan yang terletak dibelakangnya. Sedangkan strategi
menurut Jack Plano dalam Hunger dan Wheelen (2003:245) merupakan rencana
yang menyeluruh atau berjangka panjang yang mencakup serangkaian gerakan
yang langsung diarahkan untuk mencapai tujuan yang menyeluruh. Berdasarkan
konsep yang dikemukakan oleh Jack Plano di atas bahwa dalam strategi terdapat :

e. Suatu rencana yang sifatnya menyeluruh dan memiliki rentang


waktu yang panjang.
f. Di dalam rencana tersebut mencakup serangkaian kegiatan yang
diarahkan pada tujuan yang diharapkan.
g. Tujuan yang menjadi sasaran dari serangkaian kegiatan yang
dilakukan.
h. Sebuah rencana sistematis untuk mencapai tujuan yang diinginkan
kelompok.

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya,


konsep mengenai strategi terus berkembang, hal ini dapat ditunjukan dengan
adanya konsep mengenai strategi oleh beberapa ahli. Konsep strategi dapat
didefinisikan menjadi dua perspektif berbeda : 1) dari apa yang organisasi ingin
lakukan, dan 2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan. Dari
perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk
menentukan, mencapai tujuan dan mengimplementasikan program tersebut.
Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola
tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungansepanjang waktu dalam
Tjiptono (2000:6).

10
B. Strategi Pemerintah

Menurut Siagian (2005:15) yang mengemukakan bahwa strategi adalah


suatu istilah yang semula bersumber dari kalangan militer yang memiliki arti “kiat
yang digunakan untuk memenangkan peperangan”. Sebuah kemenangan adalah
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu peperanga, maka dapat diartikan bahwa
strategi pada hakekatnya adalah suatu cara, kiat, atau siasat untuk mencapai
tujuan. Dari pendapat diatas dapat dibuat sebuah definisi bahwa yang dimaksud
dengan strategi pemerintah adalah suatu proses pembuatan keputusan untuk
penentuan tujuan dan cara atau alternatif terbaik dalam mencapai tujuan tersebut
yang didasarkan pada siasat/kiat atau strategi tertentu. Atau dapat disimpulkan
bahwa strategi pemerintah merupakan proses pengaturan kegiatan yang
dibutuhkan untuk merealisasikan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui penggunaan manusia maupun alat-alat
tertentu atau tenaga produksi lainnya. Atau dapat juga dikatakan sebagai cara
melaksanakan pemerintahan dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan
oleh pemerintah.

Strategi pemerintah yang juga disebut strategi kebijakan ini perlu


dijalankan mengingat banyak faktor yang harus diperhatikan dan berpengaruh
terhadap produk akhir sebuah kebijakan. Faktor yang mempengaruhi dalam
penyusunan kebijakan tersebut adalah faktor eksternal berupa pengaruh
lingkungan, sosial-politik dan faktor internal seperti masalah kelembagaan,
sumber daya manusia, masalah ketersediaan waktu atau masalah sumber biaya
atau anggaran. Strategi yang perlu dijalankan dalam penyusunan kebijakan
menurut Nugroho (2004:74) adalah melalui tiga kegiatan pokok, yaitu perumusan
kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi


pemerintahan dalam penelitian ini lebih kepada bagaimana cara atau strategi
Pemerintah Kabupaten Bintan dalam pengaturan kegiatan yang telah ditetapkan
untuk merealisasikan suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam pemanfaatan dan
pelestarian padang lamun di Kabupaten Bintan khususnya di Desa Teluk Bakau.
Strategi pemerintahan tidak hanya direalisasikan oleh pernyataan formal karena
merupakan suatu deskripsi tindakan dan reaksi yang berorientasi pada masa depan
yang bertujuan untuk melakukan perubahan.

C. Pemerintah Daerah

Definisi pemerintah daerah berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang


pemerintah daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :

11
“Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar negara Republik
Indonesia tahun 1945”.

Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan


diatas, maka yang dimaksud pemerintah daerah disini adalah penyelenggaraan
daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan
unsur penyelenggaraan pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota
dan perangkat daerah. Pemerintah daerah memperoleh pelimpahan wewenang
pemerintahan umum dari pusat, yang meliputi wewenang mengambil setiap
tindakan untuk kepentingan rakyat berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku. Urusan pemerintahan umum yang dimaksud sebagian berangsur-angsur
diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai urusan rumah tangga daerahnya,
kecuali yang bersifat nasional untuk menyangkut kepentingan umum yang lebih
luas.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka pengertian dari
pemerintah daerah pada dasarnya sama yaitu proses kegiatan antara pihak yang
berwenang memberikan perintah dalam hal ini pemerintah dengan yang menerima
dan melaksanakan perintah tersebut dalam hal ini masyarakat.

D. Pengertian Potensi Kelautan


Peningkatan pemanfaatan potensi kelautan pada hakekatnya sangat dalam
artinya, bahwa potensi kelautan secara umum khususnya potensi perikanan harus
bisa ditingkatkan pemanfaatannya, namun demikian peningkatan pemanfaatan
potensi kelautan ini harus mempertimbangkan kemampuan potensi itu sendiri.
Sumber daya kelautan lainnya seperti bahan mineral dan minyak merupakan
sumber daya yang tidak dapat pulih (non renewable) karena itu maka strategi
pemanfaatan kedua tipe sumber daya ini sangat berbeda, sedangkan sumber daya
perikanan adalah sumber daya yang dapat pulih (renewable). Pada sumber daya
yang tidak dapat pulih seperti mineral dan bahan tambang strategi
pemanfaatannya lebih banyak didasarkan pada signal dan indikator ekonomi.
Tinggi rendahnya pemanfaatan sumber daya ini banyak bergantung pada harga
dan biaya namun untuk sumber daya yang dapat pulih.
Lebih lanjut Dahuri, Rohkmin (2004) menyatakan bahwa “Total nilai
ekonomi potensi sumber daya ikan laut, budidaya ikan, udang, moluska (kerang,
mutiara, dan teripang), rumput laut, budidaya payau serta bioteknologi kelautan
(bahan baku makanan, bahan pakan alami, benih ikan dan udang) lebih dari 82

12
milyar dollar AS. Belum lagi cadangan minyak di lepas pantai dan di laut dalam
yang belum dieksplorasi, berbagai bentuk energi kelautan serta jasa kelautan
(wisata, transportasi) yang belum dikembangkan”.
Kegiatan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan selain dipengaruhi
faktor sumber daya alam, juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
dari faktor sumber daya alam tersebut. Pemanfaatan inii selain bertujuan untuk
menigkatkan taraf hidup masyarakat terutama masyarakat nelayan, juga
dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui sektor kelautan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) perlu dikembangkan untuk mengelola
potensi sumber daya kelautan serta menghadapi tantangan perdagangan global
produk kelautan. Belum digunakannya IPTEK membuat sektor kelautan hanya
mampu menyumbang 12,5 persen darii produk domestik bruto dan kemiskinan di
perkampungan nelayan. Dipenuhinya persyaratan tersebut akan mendorong
kemandirian rakyat di daerah untuk mengembangkan diri untuk menjadi kekutan
ekonomi lokal dalam pengembangan daerah dan secara terintegrasi menjadi
kekutan nasional di seluruh persada. Ini sekaligus menjawab tantangan persaingan
global.

E. Landasan Norma dan Kebijakan

Salah satu produk hukum dalam era reformasi adalah Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 1999 dan dipertegas dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dan tealh diperbaharui menjadi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Serta Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan mengenai
kewenangan daerah provinsi dalam pengelolaan wilayah laut dalam batasan 12
mil yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan
kepulauan. Pemerintah kota/kabupaten berhak mengelola sepertiganya atau 4 mil
laut. Sedangkan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang dengan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 mengandung aturan tentang pembagian alokasi pendapatan antara
pemerintah pusat dan daerah yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam
termasuk sumber daya pesisir dan laut (Pasal 14). Aturan penjelasannya
menunjukkan ketidakadilan karena kabupaten/kota akan menerima bagian yang
sama dari 80% milik daerah tanpa ada ketentuan apakah daerah tersebut
mengelola laut atau tidak.

Perairan di Indonesia khususnya di Kabupaten Bintan perlu mendapat


perhatian khusus, hal ini disebabkan karena pengelolaan lingkungan khususnya di
bidang kelautan dinilai sangat minim, karena kurangnya kesadaran dari
masyarakat dan pemerintah setempat tentang pentingnya pengelolaan lingkungan

13
laut. Oleh sebab itu adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER.17/MEN/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dapat mengubah pandangan Pemerintah Daerah
tentang pentingnya pengelolaan lingkungan khususnya dibidang kelautan. Seperti
yang sudah dijelaskan bahwa masalah lingkungan hidup juga sangat berperan bagi
kelangsungan hidup manusia, sehingga dapat menunjang jalannya pembangunan
khususnya pembangunan di bidang kelautan. Demi tercapainya semua itu maka
perlu adanya kerjasama masyarakat setempat dengan pemerintah daerah
khususnya, dalam hal ini adalah Dinas Kelautan dan Perikanan yang dirasakan
memegang andil yang cukup besar dan memiliki tanggung jawab yang lebih
dalam menangani masalah-masalah ini.

F. Konservasi
Kawasan konservasi merupakan kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola melalui sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan secara berkelanjutan. Konservasi merupakan pengelolaan sumber daya
alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta berkesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya. Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan
dengan kata pelestarian berasal dari bahasa inggris yaitu concervation dan
preservation. Menurut Echols dan Sadily (2004:140,445) kedua kata ini
mempunyai pengertian yang hampir sama. Konservasi berarti perlindungan,
penjagaan dan pengawetan.
Pengertian dan Definisi dari Konservasi menurut para ahli dapat
dikemukakan bahwa Konservasi adalah upaya untuk menjaga kualitas lingkungan
dan keseimbangan ekosistem. Istilah Konservasi atau conservation dapat diartikan
sebagai suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap
memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-
aspirasi generasi generasi yang akan datang.
Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi mencakup berbagai aspek
positif, yaitu perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan,
restorasi, dan penguatan lingkungan alam (IUCN, 1980). Pengertian tersebut juga
menekankan bahwa konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka
ragam varietas, jenis dan ekosistem untuk kepentingan manusia secara maksimal
selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan.
Menurut IUCN dalam Supriharyono (2007) ada beberapa tujuan
konservasi atau konservasi laut diantaranya, yaitu :

14
1. Untuk melindungi mengelola sistem laut dan estuaria supaya dapat
dimanfaatkan secara terus menerus dalam jangka panjang dan
mempertahankan keanekaragaman genetik.
2. Untuk melindungi penurunan, tekanan, populasi dan spesies langka,
terutama pengawetan habitat untuk kelangsungan hidup mereka.
3. Untuk mencegah aktivitas luar yang memungkinkan kerusakan kawasan
konservasi.
4. Untuk memberikan kesejahteraan yang terus menerus kepada masyarakat
dengan menciptakan konservasi laut.
5. Menyediakan pengelolaan yang sesuai, dan yang mempunyai spektrum
luas bagi aktivitas manusia dengan tujuan utamanya adalah penataan laut
dan estuaria.

15
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di wilayah Kabupaten Bintan tepatnya di Dinas


Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan Jalan Raya Tanjung Uban KM 42,
Kecamatan Bandar Seri Bentan, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Alasan mengambil lokasi di Dinas ini karena masih ditemukan adanya
permasalahan dan kekurangan dalam pemanfaatan mengenai hasil laut dalam hal
ini pengelolaan padang lamun, yang pada dasarnya aspek tersebut memang
ditangani oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan.

B. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan


Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan merupakan Dinas
Pemerintah yang bergerak di bidang kelautan dan nelayan di Kabupaten Bintan.
Yang pada dasarnya melaksanakan penataan, pengelolaan dan pengawasan
sumber daya perikanan dan kelautan yang ada di Kabupaten Bintan serta
mencegah dan mengadakan penanggulangan pencemaran, rehabilitasi.

1. Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

a. Visi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

Dinas Kelautan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bintan mempunyai


Visi yakni ”Mewujudkan DKP sebagai insitusi yang profesional dalam
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah”. Dalam pengertian Visi tersebut
mewujudkan DKP sebagai institusi dengan peran pegawai yang memiliki
keunggulan yang kompeten dalam pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan dan
kekayaan daerah, serta para pegawai yang memiliki pribadi yang tangguh dan
handal. Disamping itu juga memiliki keterampilan yang aktual serta berwawasan
luas sebagai landasan tindakan-tindakannya yang penuh pertimbangan dan
mempunyai sikap positif.

Visi dapat dianggap sebagai petunjuk jalan dan arah yang mengikat abagi
setiap staf dan pimpinan dalam organisasi dalam rangka mencapai maksud dan
tujuan organisasi. Bukan hanya pada tahap memulai tetapi pada seluruh daur
kehidupan organisasi. Oleh karena itu pencapaian Visi akan berhasil didasarkan
pada pengertian seluruh Staf dan Pimpinan serta seluruh lapisan masyarakat
senantiasa bersatu dan bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

16
b. Misi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bintan

Untuk mewujudkan Visi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan


Daerah maka dirumuskan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan Keuangan Daerah;


2. Meningkatkan kualitas pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah; dan
3. Meningkatkan PAD secara maksimal dan optimal.

C. Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan

Teluk Bakau merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gunung
Kijang, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Desa ini banyak memiliki
potensi wisata alam bahari yang sangat menunjang bagi perekonomian daerah.
Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari jangkauan hingga wisatawan lokal maupun
mancanegara dapat dengan mudah mengakses wilayah ini.

17
BAB IV
STRATEGI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN DALAM
PEMANFAATAN HASIL LAUT
(Studi Kasus Konservasi Padang Lamun Di Desa Teluk Bakau)

Strategi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan dalam pemanfaatan


hasil laut pada konservasi padang lamun dapat dilihat dari beberapa program
indikator pembahasan yang akan diuraikan oleh peneliti. Adapun variabel
program indikator yang diuraikan berdasarkan fungsi dan perannya yaitu : Strategi
Pemerintah melalui program penyuluhan, Strategi Pemerintah melalui program
pengenalan dan pelatihan, Strategi Pemerintah melalui program pengelolaan dan
pengembangan, Strategi Pemerintah melalui program pembentukan organisasi
pelestarian dan pemanfaatan, dan yang terakhir Strategi Pemerintah melalui
program peningkatan Sumber Daya Manusia. Berikut ini beberapa uraian program
indikator yang menjadi pembahasan untuk mengetahui bagaimana strategi
pemerintah Kabupaten Bintan dalam pemanfaatan padang lamun di Desa Teluk
Bakau yakni sebagai berikut :

A. Strategi Pemerintah Melalui Program Pengenalan dan Pelatihan

Karena fungsi lamun tidak banyak dipahami banyak padang lamun yang
rusak oleh berbagai aktifitas manusia itu sendiri. Mengingat ancaman terhadap
padang lamun semakin meningkat, Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah mengamanatkan perlunya
penyelamatan dan pengenalan sejak dini untuk pemanfaatan padang lamun,
sebagai bagian dari pengelolaan terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.
Peran masyarakat akan sangat membantu dalam menjaga dan melestarikan
sumberdaya pesisir dan laut, khusunya padang lamun.

Wujud nyata dari kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga


lingkungan tidak tumbuh dengan sendirinya, namun perlu upaya dari pemerintah
dalam menumbuhkan kesadaran tersebut. Pengenalan sejak dini mengenai
pentingnya lamun sangat penting untuk seluruh masyarakat, khususnya
masyarakat pesisir yang bertumpu pada laut sebagai hamparan dalam pemenuhan
kehidupan sehari-hari mereka. Dengan mengetahui betapa pentingnya lamun
untuk dijaga dan dilestarikanakan menumbuhkan kesadaran pada masyarakat
untuk tidak merusak ekosistem yang mulai mengalami penurunan ini sebagai
peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian ekosistem lamun.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa pemerintah sendiri
masih kurang memperhatikan pelestarian pemanfaatan padang lamun. Pemerintah

18
sebagai pihak yang menyediakan sarana dan prasarana seharusnya bisa
meminimalisir pemahaman masyarakat yang cenderung tidak perduli atau bahkan
merusak habitat lamun dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
tengtang pengolahan lamun. Pelatihan merupakan kegiatan yang dianggap penting
dalam pemanfaatan lamun, karena pelatihan sendiri mempunyai fungsi untuk
menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak pelestarian
pemanfaatan padang lamun. Program pelatihan ini juga akan berdampak
keterlibatan langsung masyrakat dalam mengelola lamun hingga dapat bernilai
ekonomis yang nantinya bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar.

Menurut Mathis (2000), pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang


mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi, oleh
karena itu proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat
dipandang secara sempit maupun luas. Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005)
mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan meningkatkan kinerja
pegawai.

B. Strategi Pemerintah Melalui Program Penyuluhan

Program penyuluhan yang dilaksanakan pemerintah harus terukur,


realistis, bermanfaat, dan dapat dilaksanakan serta dilakukan secara pasrtisipatif,
terpadu, transparan demokratis, dan juga bertanggung jawab. Program ini disusun
setiap tahunnya yang memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan
memperhatikan siklus kelebihan dan kekurangan dari tahun sebelumnya, serta
juga memperhatikan anggaran masing-masing yang mencakup pengorganisasian
dan pengolahan hasil dari padang lamun itu sendiri sebagai dasar pelaksanaan
program penyuluhan setiap tahunnya. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi
memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, program
akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bila lebih melihat pada
masyarakat yang disini sangat rentan terhadap sumberdaya alam yang diberikan
porsi yang lebih besar.

Margono Selamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan


adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya
kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.
Margono Selamet (2000) juga menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak
sejak program kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an.

19
Di dalam sebuah program pasti mempunyai hambatan dalam
pelaksanaanya dan juga sulit untuk dijalankan, pemanfaatan padang lamun tidak
lepas dari peran serta masyarakat sekitar khususnya Desa Teluk Bakau,
masyarakat sangat berperan penting agar dapat menjalankan program-program
yang telah dibuat pemerintah yakni Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bintan. Menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat merupakan salah satu
tantangan yang harus dilakukan pemerintah demi tercapainya pengelolaan dan
pengembangan pemanfaatan padang lamun disegala program. Masyarakat juga
harus ikut berpartisipasi dengan terlibat langsung dalam program pemanfaatan
tersebut dan masyarakat juga harus bisa bertanggungjawab dengan program yang
telah diberikan pemerintah. Karena secara tidak langsung strategi pengelolaan dan
pengembangan pemanfaatan padang lamun diwilayah-wilayah yang sudah
ditetapkan pemerintah sebagai daerah konservasi akan berdampak juga pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar itu sendiri.

Hasil diatas dapat disimpulkan yang memperlambat jalannya pengelolaan


dan pengembangan dalam hal pemanfaatan padang lamun itu sendiri ialah
masyarakat terlebih masyarakat sekitar, karena masih kurangnya jiwa sosial dan
susahnya merubah pola pikir masyarakat sehingga mereka masa bodoh dengan
hal-hal yang bersifat umum, dan kemungkinan juga ada masyarakat yang apatis.
Kita lihat masih sangat kurangnya partisipasi masyarakat yang ada diwilayah
sekitar khususnya Desa Teluk Bakau, Masyarakat merasa selama program
penyuluhan tersebut berlangsung mereka hanya duduk diam dan melihat saja, dan
itu hanya menghabiskan waktu mereka saja. Banyak masyarakat yang masih acuh
tak acuh terhadap program penyuluhan yang dijalankan Dinas Kelautan dan
Perikanan terkait pemanfaatan padang lamun. Akibatnya, bila hal ini dibiarkan
terlalu lama, dikawatirkan akan menjadi permasalahan tersendiri yang
menghambat program pengelolaan dan pengembangan dalam pemanfaatan padang
lamun di Kabupaten Bintan. Partisipasi masyarakat yang kurang tersebut perlu
ada upaya untuk meningkatkannya, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bintan selaku yang bertanggung jawab atas kurang perdulinya masyarakat
tersebut.

Mengacu pada informasi yang didapat dari informan dan dari pengamatan
langsung, peneliti menyimpulkan bahwa kenyataan pada program indikator ini
adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam
memprioritaskan pengelolaan dan pengembangan dalam pemanfaatan padang
lamun. Kurangnya toleransi dan pola pikir masyarakat yang membuat masyarakat
tidak peduli terhadap rancangan program penyuluhan yang dijalankan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan. Sangat disadari bahwa pembangunan
pasti akan menjadikan lingkungan sebagai tumbal yang harus dikorbankan.

20
Namun demikian juga harus disadari bahwa perlu kearifan yang lebih bijaksana
untuk memberikan kompensasi pada lingkungan sebagai hasil kerja pembangunan
yang terus meningkat. Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu
usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat
membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada disekitar
kawasan itu sendiri maupun diluar kawasan. Dalam konteks ini pula perlu
diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masyarakat diwilayah sekitar itu
sendiri. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan
sumberdaya alam pesisir adalah keinginan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu dalam strategi ini seharusnya pemerintah
harus mencari alternatif mata pencarian yang tujuannya adalah untuk mengurangi
tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun dikawasan tersebut.

C. Strategi Pemerintah Melalui Program Pengelolaan dan


Pengembangan

Perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut


seperti padang lamun perlu diperhatikan adanya kaidah-kaidah ekologis yang
berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan bagi
kelangsungan pembangunan itu sendiri secara menyeluruh. Perencanaan strategi
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya alam pesisir dan laut perlu
dipertimbangkan secara cermat dan terpadu. Walaupun padang lamun merupakan
suatu ekosistem yang bermanfaat, namun di Indonesia manfaat langsung untuk
kebutuhan manusia belum banyak dilakukan, bahkan lebih banyak dirusak karena
kepentingan kegiatan lainnya tidak terkecuali di Kabupaten Bintan. Informasi dan
pengetahuan tentang padang lamun dari perairan Indonesia masih sangat rendah.
Untuk itu perlu ada upaya dan strategi untuk memaksimalkan pengelolaan dan
pengembangan pemanfaatan padang lamun di Kabupaten Bintan.

Hasil wawancara diatas dapat kita lihat masih minimnya pengelolaan dan
pengembangan dalam pemanfaatan padang lamun, baik itu dari pemerintah
maupun masyarakat. Prioritas utama yang harus diperhatikan adalah pemahaman
mendalam tentang lamun itu sendiri. Pengelolaan yang baik adalah pengelolaan
yang dapat mengintegrasikan kebutuhan-kebutahn dari berbagai kepentingan
termasuk kebutuhan ekologis dari organisme penghuni ekosistem padang lamun
maupun manusianya. Dalam pengelolaan kawasan pesisir dan laut khususnya
padang lamun di Kabupaten Bintan, tantangan yang sangat mendasar adalah
bagaimana mengelola sumberdaya pesisir dan jasa lingkungan bagi manfaat
masyarakat secara optimal dan berkelanjutan. Pengelolaan yang baik semestinya
dilakukan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah adanya koordinasi ini

21
diharapkan apa yang dikelola akan mampu untuk meningkatkan perekonomian
daerah maupun masyarakat sekitar.

Tujuan yang ingin dicapai dari strategi pengelolaan dan pengembangan


padang lamun adalah dapat melindungi dan melestarikan potensi serta fungsi
ekosistem padang lamun sehingga keberadaannya tetap terjamin, pengembangan
data dan informasi keanekaragaman ekosistem padang lamun sebagai landasan
utama bagi pengelolaan padang lamun secara baik. Dan disini pemerintah belum
mampu untuk mewujudkan apa yang dimaksud dengan pengelolaan dan
pengembangan yang baik mengenai pemanfaatan padang lamun. Pemerintah
maupun masyarakat wilayah Kabupaten Bintan hanya baru fokus
mengembangkan lamun sebagai daya tarik pemanggil ikan Dugong, yang akan
mereka jadikan daerah wisata saja. Sedangkan kita tahu bahwa lamun sangat
banyak manfaatnya jika dikembangkan dan dikelola, dan disini pemerintah mau
pun masyarakat belum dapat melakukan itu dengan baik.

D. Strategi Pemerintah Melalui Program Pembentukan Organisasi


Pelestarian dan Pemanfaatan

Adanya konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya padang


lamun selain mencerminkan pemikiran yang sektoral, juga kurangnya kesadaran
dan pengetahuan mengenai manfaat lamun sangat berpengaruh bagi pemanfaatan
padang lamun. Masyarakat setempat memegang peran penting di dalam kegiatan
ini, mereka hidup disekitar kawasan padang lamun dan mata pencahariannya
sebagian besar bergantung pada sumberdaya disekitarnya. Pemanfaatan
sumberdaya padang lamun dengan cara yang dapat membahayakan ekosistem
lamun akan merugikan masyarakat sekitar.

Pemanfaatan padang lamun yang kurang bijaksana dapat berakibat


menurunnya kualitas padang lamun. Kegiatan yang bersifat merusak dapat
merubah komunitas lamun dan menghambat perkembangan padang lamun secara
keseluruhan. Tekanan terhadap padang lamun akibat aktivitas penduduk sudah
mulai banyak terlihat seperti eksploitasi sumberdaya di padang lamun yang
berlebihan. Beberapa spesies lamun mengalami kerusakan akibat reklamasi pantai
baik untuk kegiatan industri maupun pembangunan. Pada prinsipnya pelestarian
dan pemanfaatan padang lamun sebagai sumberdaya perlu dikelola dengan sebaik-
baiknya agar memberikan manfaat bagi masyarakat maupun daerah dengan tetap
menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan
lingkungan. Agara pelestarian dan pemanfaatan dapat berkembang sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang akan dicapai, maka diperlukan faktor-faktor pendukung
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan, dan keterpaduan pelestarian

22
dan pengelolaan. Untuk menjawab tantangan ini dengan baik, maka kita harus
mampu merencanakan dan menerapkan pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya
lamun tersebut. Pemerintah selaku pihak yang sangat berpengaruh khususnya
Dinas Kelautan dan Perikanan telah mengadakan program pembentukan
organisasi pelestarian dan pemanfaatan untuk padang lamun di Desa Teluk Bakau.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan bisa kita lihat bahwa
penghambat dalam menjalahkan organisasi pelestarian dan pemanfaatan adalah
dari segi manusia atau sumber daya manusia yang ada diwilayah Bintan.
Sumberdaya manusi yang ada diwilayah Kabupaten Bintan belum dapat
menjalankan pemanfaatan padang lamun secara bijak. Hal ini merupakan
tanggung jawab yang besar bagi seluruh pihak baik pemerintah maupun
masyarakat disekitar kawasan untuk menjaga dan melestarikan lamun. Menurut
Kamus Besar Bhasa Indonesia (2000) pelestarian ialah proses atau cara
melestarikan, perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan, pengawetan, dan
konservasi, serta pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya
scara bijaksan dan menjamin kesinambungan persediaann dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Peran serta
masyarakat harus seimbang dengan pemanfaatan lamun yang dinikmati untuk
pemenuhan hidup sehari-hari. Permasalahan utama yang mempengaruhi padang
lamun di seluruh wilayah adalah kerusakan padang lamun yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan manusia, yang termasuk didalamnya kegiatan pengerukan dan
penimbunan yang terus meluas, pencemaran air termasuk pembuangan limbah dan
fasilitas-fasilitas produksi industri lainnya. Kehilangan padang lamun juga
diindikasikan oleh hilangnya biota laut, terutama diakibatkna oleh kerusakan
habitat.

Diberbagai daerah kehilangan komunitas atau organisasi padang lamun


hanya dicatat oleh beberapa pihak saja tidak seperti mangrove dan terumbu
karang, komunitas padang lamun tidak begitu nampak nyata. Organisasi
pelestarian padang lamun di Kabupaten Bintan masih belum berjalan dengan baik,
masih banyak orang yang tidak menganggap lamun itu penting. Ekosistem lamun
sangat terkait dengan ekosistem diwilayah pesisir seperti mangrove, terumbu
karang, dan ekosistem lainnya dalam menunjang keberadaan biota terutama pada
perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik dan sosial ekonomi. Hal
ini menunjukan keberadaan pemerintah khususnya Kabupaten Bintan sebagai
wadah untuk membangun aktifitas dan organisasi pelestarian yang berkaitan
dengan lamun masih belum berjalan dengan baik seperti yang seharusnya. Karena
lamun tidak dapat berdiri sendiri tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya,
bahkan sangat dipengaruhi aktifitas darat wilayah sekitar. Seperti yang terjadi

23
pada saat ini kondisi padang lamun semakin menyusut oleh adanya kerusakan
yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Pemanfaatan lamun di Kabupaten Bintan sampai pada saat ini nyatanya


belum menunjukan peningkatan yang pesat, pemerintah dan masyarakat belum
mampu bekerjasama untuk menjadikan lamun sebagai komiditi yang dapat
menjual untuk perekonomian daerah. Lamun hanya digunakan secara tradisional
seperti dianyam menjadi keranjang saja. Padahal kita tahu bahwa lamun dapat
dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi baik itu secara tradisional
dan secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk kompos
dan pupus, dianyam menjadi keranjang, dibuat jaring ikan, bahan pengisi kasur
lalu secara modern lamun telah dimanfaatkan untuk penyaring limbah,
stabilizator pantai, bahan untuk pabrik kertas, sumber bahan kimia, dan obat-
obatan seperti yang telah dilakukan negara-negara tetangga.

E. Strategi Pemerintah Melalui Program Peningkatan Sumber Daya


Manusia (SDM)

Seluruh rangkaian dari beberapa program tadi yang didalamnya mencakup


pengelolaan dan pengembangan, pelestarian dan pemanfaatan potensi padang
lamun harus berpijak pada dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan atas perkembangan kebudayaan manusia.
Tanpa di dasarkan pada ilmu pengetahuan, usaha-usaha program yang dijalankan
untuk pemanfaatan padang lamun akan sangat tidak berjalan dengan baik. Dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai tambah padang lamun akan dapat terus
ditingkatkan dan pelestarian yang efektif dan efisien dapat dikembangkan.

Masyarakat yang berdomisili disekitar pesisir pantai laut sangat akrab


dengan status sosial yang kurang tinggi atau berstatus sosial rendah. Hal ini akan
mendorong masyarakat sekitar pesisir laut untuk menghalalkan segala cara agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seperti tindakan-tindakan yang
berdampak pada kerusakan lingkungan termasuk ekosistem lamun. Oleh karena
itu peningkatan sumber daya manusia khususnya masyarakat pesisir sangatlah
penting agar mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tidak merusak
ekosistem lingkungan yang sudah ada. Sebagian besar masyarakat pesisir laut
pengetahuan akan pengolahan wisata bahari seperti lamun dan yang lainnya
sangat kurang. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus tentang
kerusakan habitat lamunyang disebabkan oleh ulah tangan manusia yang tidak
ramah lingkungan. Oleh karena itu pemeberian materi khusus untuk merubah pola
pikir sumber daya manusia itu sendiri mengenai pemanfaatan lamun sangat
penting. Dengan langkah ini diharapkan masyarakat sekitar pesisir laut dapat

24
mengelola lamun dengan cara yang berwawasan lingkungan. Pada langkah ini
peran masyarakat lah yang sangat penting, karena yang mampu mengawasi dan
menjaga selama 24 jam hanya mereka yang berada dikawasan ekosistem
tumbuhan lamun tersebut. Peningkatan sumber daya manusia dengan melakukan
pendidikan, baik pendidikan formal dan non formal mengenai pentingnya
pemanfaatan padang lamun akan sangat berguna bagi masyarakat maupun
pemerintah. Adanya pengembangan riset untuk mendapatkan informasi yang
akurat untuk mendasari pengambilan keputusan dalam pengelolaan lingkungan.

Hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat dianalisa bahwa dalam
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam pemanfaatan padang lamun
masih banyak kekurangan. Pemerintah sendiri belum menyadari pentingnya
pemanfaatan padang lamun dalam sektor peningkatan Sumber Daya Manusia,
degan manusia yang intelektual akan mampu menciptakan sesuatu yang berguna
dari lamun itu sendiri dan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat di wilayah
Kabupaten Bintan. Peningkatan Sumber Daya Manusia adalah suatu upaya untuk
mengembangkan kualitas atau kemampuan sumber daya manusia melalui proses
perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga untuk mencapai hasil
yang optimal. Menurut Notoadmodjo (2003) pengembangan Sumber Daya
Manusia berkitan dengan tersediannya kesempatan dan pengembangan belajar,
membuat program-program training yang meliputi perencanaan,
penyelenggaraan, dan evaluasi atas program-program tersebut.

Padang lamun memiliki sifat dan karakteristik yang khas, dengan sistem
dinamika ekosistem padang lamun yang khas maka sangat diperlukan berbagai
disiplin ilmu, seperti ilmu fisika, kimia, biologi dan yang lainnya. Pengelolaan
ekosistem padang lamun menuntut keahlian yang lebih umum dan mendalam
diatas keahlian yang perlu dimiliki para perencana dan pengelola, seperti ilmu-
ilmu ekologi, ekonomi, oseanografi, analisis kebijakan dan hukum. Semua
keterpaduan diatas akan berhasil dilaksanakan apabila ditunjang oleh keterpaduan
dari pelaku pemanfaatan dan pengelola sumber daya padang lamun. Pelaku dan
pengelolaan sumber daya padang lamunantara lain terdiri atas pemerintah,
masyarakat pesisir (lokal), swasta/investor, dan juga lembaga Swadaya
masyarakatyang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan
sumber daya padang lamun. Oleh karena itu penyusunan perencanaan kebijakan
pemanfaatan padang lamun secara terpadu harus mampu mengakomodir semua
pihak. Pemerintah sebagai pihak yang sangat penting dalam pelaku pemanfaatan
dan pengelolaan padang lamun harus dapat mengupayakan yang terbaik dan
meningkatkan sumber daya manusia diwilayah daerah Kabupaten Bintan agar
dapat meningkatkan perekonomian daerah mapun masyarakat sekitar.

25
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan temuan peneliti dari Strategi Pemerintah


Kabupaten Bintan dalam Pemanfaatan Hasil Laut (Studi Kasus Pemanfaatan
Padang Lamun di Desa Teluk Bakau) peneliti mencoba menyimpulkan sebagai
berikut :

1. Kegiatan pengenalan mengenai habitat padang lamun yang dilakukan


pemerintah sudah berjalan cukup bagus dan membawa dampak positif terhadap
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program ini. Dinas Kelautan dan Perikanan
juga telah mendatangi perumahan suku laut dan menjelaskan untuk lebih
mengenalkan habitat lamun dan dapat meminimalisir kerusakan yang diakibatkan
kegiatan pemenuhan hidup suku tersebut.

2. Program Penyuluhan yang merupakan strategi pemerintah khususnya Dinas


Kelautan dan Perikanan dalam pemanfaatan padang lamun sudah mulai terlihat
ada walaupun masih sangat minim.

3. Strategi pemerintah melalui pogam Pengelolaan dan Pengembangan terkait


pemanfataan padang lamun masih sangat minim, pemerintah belum melakukan
hal-hal yang dapat menjadikan lamun sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis
tidak seperti negara-negara lain yang sudah mengembangkan lamun menjadi
sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi.

4. Pembentukan organisasi pelestarian padang lamun juga masih sangat


minim, dimana organisasi hanya fokus pada kegiatan patroli dan mengontrol saja
serta kurang melibatkan masyarakat sekitar wilayah konservasi dan semakin lama
organisasi tersebut tidak lagi dijalankan atau berjalan dengan baik, dan
pemerintah pun kurang memperhatiakan pemanfaatan yang layak terkait
pengembangan padang lamun, koordinasi yang efektif antara organisasi
pelestarian dan pemanfaatan dapat memberikan kontribusi yang baik guna
tercapainya keberhasilan pemanfaatan lamun yang lebih bernilai.

5. Sumber Daya Manusia pun yang seharusnya menjadi faktor penggerak yang
sangat penting masih sangat minim, dimana sebagian besar masyarakat Kabupaten
Bintan merupakan masyarakat pesisir, seharusnya pemerintah lebih
memperhatikan lagi untuk meningkatkan kualitas dari Sumber Daya Manusia.

26
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa hal yang dapat penulis
sarankan, yaitu :

1. Diharapkan Pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan


membuat ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
mengatur pengolahan dan pembuangan limbah kelaut yang dapat
merusak habitat yang ada dilaut dan pemerintah juga dapat membuat
peraturan yang mengawasi kegiatan pemanfaatan ekosistem padang
lamun serta menetukan nilai kompensasi pada semua pihak termasuk
masyarakat yang memnyebabkan pencemaran dan kerusakan pada
ekosistem padang lamun.
2. Diharapkan kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan lebih memberi
pengertian kepada masyarakat dan pengusaha setempat tentang
pentingnya fungsi ekosistem lamun, serta lebih giat lagi dalam
melakukan program-program kegiatan penyuluhan dan pelatihan terkait
pemanfaatan sumber daya padang lamun dengan prinsip-prinsip
kelestarian.
3. Dinas Kelautan dan Perikanan seharusnya lebih sering melakukan
kegiatan yang melibatkan masyarakat tentang pengelolaan dan
pengembangan padang lamun, serta memberikan bimbingan modal dan
peluang untuk mengembangkan usaha melalui program-program
pengembangan dan pemanfaatan padang lamun.
4. Diharapkan kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan membangun
struktur organisasi yang lebih terstruktur ditiap-tiap wilayah daerah
konservasi padang lamun dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat
membantu meningkatkan pemanfaatan ekosistem padang lamun.
5. Di harapkan peningkatan sumber daya manusia lebih diperhatikan oleh
pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan. Karena itu
merupakan faktor penggerak utama keberhasilaan suatu proses dalam
pengembangan dan pemanfaatan.

27

Anda mungkin juga menyukai