SKRIPSI
Oleh:
Slamet Rianto Aji
NIM : 121124028
SKRIPSI
Oleh:
__...
/ Slamet Rianto Aji
l I \ .....
.. NIM: 121124028
�
.
......
• 'I
Pembimbing
111
Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed Tanggal 11 Nopcmber 2016
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIP ST
Nama /I I;
I J •:�I•
I
\\
anda tangan
Ketua
Sekrctaris
: Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.f;:d
Ill
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya dedikasikan bagi masyarakat Kabupaten Kutai Barat, Program
Studi PAK (Romo dan para dosen), kedua orang tuaku (Arief Mardian Aji dan
Rosalina Seria), Kakakku (Aji Suryanto), adik-adikku (Heri Ramadhan, Felisia
Vina Meriana, Stepanus Ardianto) dan seluruh keluarga yang terkasih,
sahabat-sahabat angkatan 2012, orang muda dan seluruh umat Paroki Santo
Yohanes Penginjil, serta semua orang yang mendukung penyusunan skripsi ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
�t�
Vl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a,.
Yogyakarta, 28 Nopember 2016
vu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI PERKEMBANGAN IMAN
MAHASISWA-MAHASISWI KABUPATEN KUTAI BARAT PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA
DHARMA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap
perkembangan iman para peserta program beasiswa pemerintah Kabupaten Kutai
Barat yang belajar di Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Dalam
kenyataannya sebagian besar mahasiswa-mahasiswi program beasiswa ini belum
menghayati dan mewujudkan imannya secara utuh. Pemerintah Kabupaten Kutai
Barat menggantungkan banyak harapan terhadap para peserta ini, terlebih bagi para
calon guru agama dan katekis. Mereka tidak hanya diharapkan menjadi tokoh dalam
bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang pastoral. Bagi seorang guru agama
atau calon katekis tugas utamanya adalah membantu siswa atau umat dalam
mengembangkan iman. Oleh sebab itu syarat utama sebagai guru agama atau
katekis harus memiliki iman terlebih dahulu. Bertolak dari keadaan ini penulis
tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten
Kutai Barat maupun instansi terkait dalam menyiapkan generasi muda sebagai
tokoh penggerak di tengah masyarakat.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah perkembangan iman para
mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat selama kuliah di PAK dan upaya
yang perlu dilakukan untuk membantu mereka memperkembangkan iman. Untuk
menjawab persoalan tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian.
Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci,
dokumen Gereja, serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan
perkembangan iman. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif. Untuk memperoleh data guna keperluan penelitian penulis melakukan
wawancara terhadap 12 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi iman sebagian besar
mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat yang paling berkembang selama 4
tahun belajar di PAK adalah dimensi kognitif dan masih berada dalam tahap
sintetis-konvensional. Dalam tahap ini iman belum dihayati sebagai milik pribadi,
sehingga hidup beriman hanya berdasarkan pendapat orang lain. Untuk
menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan program kegiatan retret
sebagai upaya untuk membantu para mahasiswa memiliki iman yang individuatif-
reflektif. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat
diharapkan dapat beriman dengan penuh kebebasan dan menjadikan iman sebagai
milik pribadi.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This small thesis entitled "DESCRIPTION OF FAITH
DEVELOPMENT OF DISTRICT KUTAI BARAT STUDENTS
DEPARTMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA
DHARMA UNIVERSITY". This title chosen based on the
writer's concerns regarding the faith development of the participants scholarship
program the Government of Kutai Barat District who studied in Department Of
Catholic Religion Education, Sanata Dharma University. In reality, most of the
students of this scholarship program is not living up to and realize his faith intact.
Government of Kutai Barat District rely much hope against the participants of this,
especially for prospective teachers of religion and catechists. They are not only
expected to be a prominent figure in the field of education, but also in the
pastoral field. For a religious teacher or catechist candidate whose main task is to
help students or people in developing faith. Therefore, the main requirement as a
religious teacher or catechist must have faith first. Starting from this state of the
writer moved to contribute thoughts for Kutai Barat District government and
related institutions in preparing young people as the driving figure in a society.
A key issue of this small thesis is the development of the faith of the
students of Kutai Barat District students during a lecture in Department Of Catholic
Religion Education, Sanata Dharma University as well as the efforts of what needs
to be done to help students develop their faith. To answer these problem, the writer
used literature study and research. A literature study is done by studying various
sources, namely the Bible, Church Documents, and experts opinions relating to the
development of faith. The type of research used by the writer is a qualitative
research. To obtain the data for the purposes of the research
writer did interviews against 12 respondents.
The results of this research show that the dimension of faith in the majority
of District Kutai Barat students which is most developed over four years of study
at Department Of Catholic Religion Education, Sanata Dharma University is the
dimension of cognitive and were still in the stage of the synthetic-conventional. In
this stage the faith has not live as private property, so that the life of faith based
solely on the opinions of others. To follow up on the results of this research, the
author proposes a program activity retreats as an attempt to help the students have
faith that individuatif-reflective. Through this activity, it is hoped the students of
Kutai Barat District can have faith in full freedom and to make the faith as their
personal property.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
umat yang dalam hal ini diwakilkan oleh pemerintah memiliki harapan yang sangat
besar bagi para mahasiswa ini agar kelak dapat kembali ke daerah dan membawa
perubahan yang positif. Oleh sebab itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
di tengah masyarakat.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati
1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Program Studi
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah bersedia
membaca, menguji, memberikan kritik dan saran serta menyediakan waktu bagi
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah bersedia
4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
dengan baik.
5. Seluruh staf dinas pendidikan Kabupaten Kutai Barat dan Yohanes Salin yang
telah memberikan kesempatan serta bantuan moril bagi penulis, sehingga bisa
6. Orang tua, kakak, adik, Margareta Ayu Panca Anggraini, Mas Hara, Helsi, Hida
(Sr. Donatila, PRR), Pater Tono, SVD, Pastor Aldus Muspida, SVD, Lewis dan
Bang Marto yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa bagi penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2012 yang telah memberi semangat clan berjuang bersama penulis dalam proses
10. Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan tulus ikhlas
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap segala saran clan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan dan pemanfaatan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
X11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
R : Responden
SD : Sekolah Dasar
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembangunan. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membentuk
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2002, Kabupaten Kutai
Barat mendapat angka 67,8 lebih rendah dari rata-rata IPM Provinsi Kalimantan Timur
yang mencapai 69,9. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas SDM
merupakan masalah yang penting bagi Kabupaten Kutai Barat (Nikolaus, 2007: 577).
Sejauh ini, kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat dalam upaya
dan pegunungan serta dataran rendah yang rawan banjir, juga masalah tenaga kerja
dalam bidang pendidikan. Data yang dirilis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai
Barat tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah guru cenderung mengalami penurunan
kerja dan meningkatkan mutu pendidikan melalui program beasiswa untuk putra-putri
daerah yang berprestasi dan siap mengabdi. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat
melakukan berbagai upaya untuk menyeleksi peserta beasiswa, sehingga yang terpilih
adalah yang terbaik. Melalui program beasiswa ini pemerintah berharap agar dapat
membentuk generasi muda yang dapat menjadi tokoh penggerak masyarakat, terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam pendidikan. Oleh sebab itu para peserta program beasiswa ini diharapkan dapat
belajar dan mengembangkan seluruh potensi diri, sehingga dapat menjadi guru yang
mengirim mahasiswa-mahasiswi untuk menjadi guru agama dan katekis adalah kondisi
pembinaan iman umat yang sangat memprihatinkan. Hampir semua paroki tidak
memiliki tenaga kerja yang kompeten dalam membina iman umat. Selama ini
pendamping atau aktivis yang peduli dan mau terlibat dalam kegiatan pendampingan
iman di paroki atau lingkungan sebagian besar adalah relawan atau katekis volunteer
dalam momen tertentu saja, misalnya Paskah atau Natal. Sebagai akibatnya umat tidak
pengalaman hidupnya, sehingga iman menjadi kering dan tidak relevan lagi.
dipilih oleh pemerintah daerah kabupaten Kutai Barat. Universitas Sanata Dharma
(USD) memiliki perhatian besar terhadap tenaga pendidik (guru). Universitas Sanata
Dharma selalu berupaya meningkatkan kualitas para lulusan, agar tidak hanya unggul
secara intelektual, tetapi juga memiliki moral yang baik. Hal ini terlihat nyata dari
motto universitas Sanata Dharma, yakni Cerdas dan Humanis. Lulusan Santa Dharma
diharapkan mempunyai pemahaman yang mendalam dan juga peduli terhadap sesama.
artinya mahasiswa-mahasiswi diharapkan memiliki hasrat bela rasa dengan peduli dan
peka terhadap lingkungan dan sesama. Hal ini juga selaras dengan ungkapan Dr. C.
Kuntoro Adi S.J., M.A., M.Sc dalam kesempatan yang sama, beliau mengatakan:
logika dan bahasa dunia. Jernih dalam pemikiran, lurus dalam bertutur, unggul dalam
moral, dan bela rasa dalam kehidupan sosial” (Panduan Insadha, 2012 : 2-4).
Program Studi Pendidikan Agama Katolik (Prodi PAK) merupakan salah satu
program studi yang dipercaya oleh pemerintah Kabupaten Kutai Barat untuk mendidik
dan membimbing para mahasiswa-mahasiswinya. Prodi PAK memiliki visi yang sama
dengan harapan pemerintah yakni, mendidik calon Sarjana Pendidikan Agama Katolik
salah satu program studi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma yang bertujuan untuk menghasilkan sarjana pendidikan yang beriman
berprofesi menjadi guru agama Katolik, katekis, dan pengembang karya katekese
melalui kerja sama dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam bidang akademik dan juga bijaksana dalam bertindak. Selain belajar tentang
kegiatan praktik di sekolah maupun paroki dan didukung dengan suasana belajar yang
kondusif.
belajar di Prodi PAK-USD sungguh berkembang secara utuh. Bukan hanya pribadinya
tetapi juga imannya. Iman bukan hanya sebatas kata-kata atau pengakuan semata.
Menurut Groome (2010 : 81), iman memiliki tiga dimensi, yakni : believing, trusting,
dan doing. Dimensi yang pertama, believing berkenaan dengan aspek kognitif atau
pengetahuan akan apa yang diimani. Dimensi yang kedua adalah trusting berkaitan
dengan soal afeksi, tentang nilai-nilai yang diimani. Dimensi yang ketiga adalah doing
ekonomi, misalnya dalam bidang ekonomi berkualitas artinya barang tersebut tahan
lama dan berfungsi dengan baik. Indikator untuk menentukan kualitas dalam bidang
ekonomi dapat dilihat secara fisik. Tetapi sangat berbeda dalam hal iman. Seseorang
yang rajin ke gereja, aktif dalam persekutuan doa dan kepengurusan paroki belum
Kualitas hidup beriman akan nyata bila seseorang sungguh hidup seperti
gambaran Gereja sendiri, yakni : sebagai umat Allah (persekutuan pribadi-pribadi yang
bebas dengan menekankan kasih Allah), Tubuh Kristus (solider dengan anggota Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lainnya), Bait Roh Kudus (tempat perjumpaan dengan Allah), Misteri dan Sakramen
(menjadi keselamatan dan mewujudkan cinta Allah), dan persekutuan dengan Roh
Kudus. Krispurwana (2004: 67-69) menegaskan bahwa cara hidup beriman yang
karisma bukan jabatan dan memihak pada mereka yang miskin bukan hanya pada
mereka yang kaya. Maka hidup beriman ditandai dengan gerak peristiwa kehidupan
umat beriman.
mahasiswa-mahasiswi Kutai Barat setelah empat tahun belajar di Prodi PAK. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah
kabupaten Kutai Barat dan instansi yang bergerak dalam bidang pendidikan. Maka
penulis menyusun karya tulis ini dengan judul : Deskripsi Kualitatif Perkembangan
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
3. Kegiatan apa yang dapat menjadi usulan demi perkembangan iman mahasiswa-
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan arti perkembangan iman.
2. Mendeskripsikan perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi program studi PAK,
USD.
mahasiswa-mahasiswi Prodi PAK, USD yang berasal dari Kabupaten Kutai Barat.
D. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan perhatian bagi instansi
kabupaten Kutai Barat dalam rangka memberikan arahan atau pembinaan terkait
E. Sistematika Penulisan
ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
(deep interview).
mahasiswa-mahasiswi.
BAB II
iman. Bab kedua ini merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang pertama,
Bab ini membahas pandangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
perkembangan iman. Pembahasan dalam bab ini dibagi ke dalam enam bagian, yakni
iman berdasarkan Kitab Suci, Dokumen Gereja dan pendapat para ahli. Bagian kedua
A. Perkembangan Iman
1. Pengertian Perkembangan
Siti Rahayu (2006: 1) mengungkapkan pandangan Werner bahwa
“perkembangan menunjuk pada sebuah proses perubahan ke arah yang lebih sempurna
dan proses tersebut bersifat tetap serta tidak dapat diulangi kembali. Pandangan ini
lebih baik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam hal ini kebiasaan dan cara belajar menentukan apa yang akan berkembang.
Pendapat ini menyampaikan bahwa perkembangan akan terjadi bila ada upaya atau
proses belajar”.
Selain mengutip pandangan Werner dan Knoers, Siti Rahayu (2006: 2) juga
perkembangan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat
individu dan lingkungan menentukan tingkah laku. Pandangan ini menegaskan bahwa
perkembangan adalah proses yang terus bergerak maju dan mendapat pengaruh dari
lingkungan.
Dari tiga pendapat ini perkembangan dapat dipahami sebagai suatu proses
perubahan yang dinamis menuju ke arah yang lebih baik dan hanya akan terjadi bila
ada proses belajar. Perkembangan mendapat pengaruh yang besar dari faktor luar,
2. Pengertian Iman
a. Pengertian Iman Menurut Kitab Suci
1) Perjanjian Lama
Menurut Mardiatmadja (1985: 139) Teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama
menggunakan kata pέpoitha yang artinya adalah percaya atau diyakinkan. Kata
pέpoitha digunakan sebagai terjemahan dari kata batah dalam Ibrani yang berarti
percaya atau menaruh harapan. Kata percaya hasil terjemahan kata pέpoitha dalam
teks Perjanjian Lama mengarah pada dasar harapan umat Israel yakni, Yahwe (Yes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kata “percaya” dalam konteks ini berbeda dengan kepercayaan terhadap manusia,
benda-benda dan berhala (bdk. Yes 36:7; Maz 118:8). Tetapi istilah pistis lebih sering
digunakan dalam Perjanjian Lama. Kata ini digunakan sebagai terjemahan dari kata
aman yang berarti benar, dapat dipastikan, setia dan teguh. Istilah pistis dapat
digunakan kepada manusia (Bil 12:7) dan juga terhadap Tuhan yang memberikan
kasih setia serta menepati janji-Nya (Ul 7:9). Semua istilah ini memiliki arti yang
sama yakni, percaya hanya konteks dan subyek penggunaan istilah-istilah tersebut
berbeda. Maka dari uraian ini iman dapat dimaknai sebagai tindakan percaya terhadap
Iman dalam Perjanjian Lama dapat dipahami dengan rinci melalui kisah
berfirman dan meminta ia menuju tanah terjanji yang tidak diketahuinya sama sekali.
Karena imannya terhadap Allah, Abraham rela pergi meninggalkan negerinya menuju
tanah Kanaan yang dijanjikan oleh Allah kepadanya (Kej 12:1-8). Abraham sangat
yakin bahwa yang dikatakan Allah kepadanya pasti akan terjadi. Sikap Abraham
perlindungan dan keturunan (Kej 15:7). Meskipun ia tahu bahwa Sarah istrinya adalah
seorang yang mandul, tetapi ia tetap menerima dan percaya akan janji yang diberikan
oleh Allah (Kej 16:1). Melalui tindakan ini, Abraham menaruh kepercayaan yang
umat Israel dalam kitab Keluaran. Kisah pembebasan umat Israel dari perbudakan
Mesir menunjukkan bahwa Allah sungguh penyelamat dan menepati janji-Nya. Kisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pembebasan ini bermula dari penampakan Tuhan kepada Musa untuk mewahyukan
nama-Nya dan menawarkan kerelaan Musa untuk membebaskan Israel (Kel 3:1-22).
Menanggapi pengutusan tersebut Musa tidak yakin bangsa Israel akan percaya
kepadanya, lalu Tuhan memberikan mukjizat kepada Musa agar bangsa Israel
kepada Harun agar memberitakan mukjizat tersebut kepada bangsa Israel (Kel 4:1-
16). Bangsa Israel percaya bahwa Allah telah mengunjungi mereka dan sujud
kasih Allah, bangsa Israel percaya kepada Allah dan Musa, hamba-Nya (Kel 14:31).
Dalam sejarah keselamatan bangsa Israel ini beriman diartikan sebagai sikap tunduk
dan menerima sepenuhnya pewahyuan kekuasaan Ilahi dan percaya akan janji-janji
Allah .
Berdasarkan uraian ini maka iman dalam Perjanjian Lama dapat diartikan
sebagai sikap percaya sepenuhnya kepada kuasa Allah dan percaya akan janji-Nya
untuk menyelamatkan manusia serta patuh terhadap perintah-Nya. Percaya dalam hal
ini bukan hanya pengakuan semata melainkan diikuti dengan sikap tunduk dan hormat
2) Perjanjian Baru
Dalam beberapa teks Kitab Suci Perjanjian Baru iman diartikan sebagai sikap
memprakarsai hidup manusia. Maka sebagai umat-Nya kita tidak perlu khawatir
sebagai pemberi kehidupan akan menyediakan semuanya itu bagi kita, asalkan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
percaya terhadap penyelenggaraan-Nya (Mat 7:7; Luk 11:9-10; Yoh 14:13-14). Sikap
percaya yang dimaksud bukan semata-mata karena telah melihat bukti nyata yang
tampak oleh indra manusia. Iman pertama-tama menuntut penyerahan diri secara total
bukan karena mereka telah melihat bukti, tetapi karena mereka percaya (2 Kor 5:7).
Melalui suratnya kepada jemaat di Korintus ini Paulus menegaskan bahwa iman tidak
harus selalu dibuktikan dengan cara-cara yang tampak oleh indra manusia. Seseorang
percaya pada Allah bukan karena ia telah melihat Allah, tetapi karena ia mengalami
kasih Allah dalam hidupnya. Yesus sendiri berfirman "Berbahagialah mereka yang
tidak melihat, namun percaya" (Yoh 20:29). Teks Kitab Suci ini berisi tanggapan
Yesus terhadap tindakan Tomas, salah seorang murid-Nya yang tidak percaya bahwa
Ia telah bangkit karena tidak melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri (Yoh
20:29). Dalam uraian ingin ditegaskan bahwa iman bukan semata-mata diperoleh dari
apa yang kita lihat, pahami dan kita rasakan menggunakan indra kita. Iman diperoleh
Salah satu tokoh dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan sikap beriman
adalah Maria seorang gadis dari Nazaret. Di usianya yang masih muda dan belum
seorang anak. Meskipun bagi Maria hal ini adalah tidak mungkin, karena ia belum
bersuami. Tetapi karena imannya Maria mau mengambil bagian dalam rencana
Keputusan ini bukanlah perkara yang mudah, mengandung tanpa suami adalah
keadaan yang sangat memalukan, terlebih pada saat jaman itu. Melalui peristiwa ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Maria menunjukkan kepada kita sikap beriman yang sejati yakni, percaya sepenuhnya
karunia atau anugerah dari Allah. Artinya, iman sesungguhnya bukanlah hasil dari
usaha manusia, melainkan anugerah yang diberikan oleh Allah. Kata anugerah
manusia seharusnya binasa karena perbudakan hawa nafsu. Tetapi melalui Yesus,
manusia dari kehancuran dan ini adalah karunia Allah (Ef 2:1-10; Kol 1:23).
karena kasih karunia Allah. Kendati iman adalah sikap penyerahan diri seseorang dan
merupakan anugerah dari Allah, bukan berarti iman tidak ada hubungannya dengan
sesama. Rasul Yakobus mengajarkan, bahwa iman itu harus disertai perbuatan-
perbuatan kasih agar iman itu menyelamatkan. Iman memiliki kaitan yang sanga erat
dengan perbuatan, sebab hanya dengan perbuatan iman menjadi sempurna. Yakobus
perbuatannya, bukan hanya karena imannya. Sama seperti halnya tubuh tanpa nyawa
akan mati, demikian juga iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:22,24,26).
Gagasan ini menegaskan bahwa iman bukan hanya soal seberapa sering kita berdoa
dan merenungkan sabda Tuhan, tetapi juga menyangkut tindakan konkret dari apa
dipahami sebagai penyerahan diri kita sepenuhnya kepada Allah dan menjadi bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
keprihatinan-Nya bagi kita sebagai kebenaran dan mewujudkannya dalam setiap aspek
hidup kita. Bukan sekedar melaksanakan sesuai dengan yang baik menurut pikiran
kita, tetapi juga harus melibatkan hati dan seluruh hidup kita (Mardiatmadja. 1985:
154-155).
Gereja terkait dengan iman. Dokumen yang digunakan dalam pembahasan ini adalah
Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi yakni, Dei Verbum dan
1) Dei Verbum
maka, wahyu harus dipahami terlebih dahulu. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Wahyu Ilahi yakni, Dei Verbum merumuskan Wahyu sebagai berikut :
Berdasarkan uraian ini, kita dapat memahami bahwa wahyu adalah tindakan Allah
manusia akan makna hidupnya. Jawaban tersebut berupa janji Allah mengenai karya
keselamatan-Nya bagi manusia. Keselamatan itu adalah kesatuan antara Allah dan
manusia yang sepenuhnya terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Inilah yang dimaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sebagai wahyu yakni, pernyataan diri Allah dan rencana keselamatan-Nya yang
Penyerahan diri ini merupakan suatu keputusan yang dilakukan dengan bebas dan
menyangkut seluruh aspek manusia: akal budi dan kehendak. Konsili Vatikan II
menyatakan :
Berdasarkan rumusan ini maka iman dapat dimengerti sebagai penyerahan seluruh
hidup (kehendak dan budi) secara bebas kepada Allah yang telah mewahyukan dan
menyatakan diri-Nya kepada kita manusia. Penyerahan ini berupa kepatuhan akal budi
Salah satu dokumen Gereja yang berbicara khusus mengenai iman adalah
Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus tidak
terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang
diwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan
terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan
kepercayaan yang diberikan kepada seseorang manusia. Menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan
adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan
kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk (KGK, art. 150).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Uraian dokumen ini menjelaskan bahwa unsur yang paling mendasar dari iman adalah
ikatan pribadi manusia dengan Allah yang berlandaskan kebebasan. Dalam ikatan
tersebut dengan penuh kebebasan manusia menyerahkan diri kepada Allah dan
Dalam artikel yang lainnya KGK juga menjelaskan bahwa iman merupakan
suatu rahmat cuma-cuma yang kita terima saat kita dengan sungguh-sungguh
ingin mencapai keselamatan. Kendati iman adalah rahmat yang diberikan secara
cuma-cuma, iman tetap menuntut kehendak bebas dan pemahaman yang jelas dari
seseorang ketika menerima undangan Ilahi ini. iman adalah kepastian yang mutlak
karena Yesus sendiri yang menjaminnya. Iman tidak akan mendapat kepenuhan jika
tidak dinyatakan lewat perbuatan cinta kasih yang nyata. Iman akan semakin
bertumbuh ketika kita semakin cermat mendengarkan sabda Tuhan dan menjalin relasi
adalah sebuah relasi pribadi yang terjalin antara manusia dengan Allah. Di mana Allah
terlebih dahulu mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Kemudian, dengan rahmat dan
dorongan Roh Kudus, manusia tergerak untuk memberikan tanggapan terhadap wahyu
tersebut. Manusia memberi tanggapan terhadap Wahyu Allah ini dalam bentuk
penyerahan diri sepenuhnya pada Allah yang didasari dengan kebebasan (KWI, 2012:
127-129).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Groome (2010: 81) menyatakan bahwa iman Kristen sebagai realitas yang
hidup memiliki tiga ciri yang mendasar, yakni : 1) keyakinan, 2) hubungan yang
penuh kepercayaan, 3) kehidupan agape yang hidup. Namun bila berbicara secara
khusus iman Kristen sebagai realitas yang hidup maka, ketiga ciri ini diekspresikan
dalam tiga dimensi, yakni iman sebagai keyakinan (faith as believing), iman sebagai
kepercayaan (faith as trusting) dan iman sebagai tindakan (faith as doing). Dalam
iman Kristen, ketiga dimensi ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dihayati secara
terpisah. Iman akan berkembang apabila tiga dimensi ini dapat berkembang secara
menekankan segi intelektual. Iman dipahami sebagai sebuah keyakinan, oleh sebab
itu iman harus direnungkan, dipahami dan didalami agar iman dapat diyakini dengan
teguh. Salah satu bentuk dari dimensi kognitif ini adalah kemampuan untuk
mengkritisi informasi yang diterima, bukan hanya menolak tetapi juga memandang
berbagai hal sebagai jalan untuk memperkembangkan iman. Dimensi kognitif iman
keyakinan adalah simbol yang menjelaskan pernyataan kognitif, moral atau historis
tertentu yang terkandung dalam sikap iman. Sejauh keyakinan-keyakinan itu dapat
digunakan, dimengerti dan diterima maka ada dimensi iman yang kognitif atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dimensi intelektual iman. Santo Agustinus adalah salah seorang tokoh Gereja yang
kognitif adalah hadiah dari iman. Artinya, keyakinan terhadap terang anugerah Allah
harus menuju pada pengertian tentang apa yang diyakini. Dalam hal ini “mengerti”
datang melalui kemampuan akal yang dibimbing oleh pernyataan dan pengajaran
Gereja.
bersifat kognitif dari iman. Thomas Aquinas seorang tokoh Gereja yang juga memberi
perhatian pada dimensi kognitif dari iman menyatakan bahwa tindakan percaya adalah
tindakan kecerdasan berpikir yang menyetujui kebenaran Ilahi atas perintah kehendak
yang digerakkan oleh Allah. Pernyataan ini memang cenderung menyamakan iman
Penekanan segi kognitif iman ini memang penting, tetapi harus dipahami
bahwa iman tidak bisa dianggap sama dengan keyakinan. Jika iman dianggap sama
dengan keyakinan maka dimensi lain dari iman akan terabaikan. Oleh karena itu
haruslah dipahami bahwa iman Kristen selalu merupakan anugerah Allah. Oleh
anugerah yang sama dan pengaruh kecerdasan berpikir milik kita sendiri,
kita yakini dan setujui. Tetapi harus selalu dipahami bahwa deskripsi intelektual
bukanlah definisi yang lengkap dari iman Kristen, melainkan hanya sebagai salah satu
19
dari iman yang berdasarkan kepercayaan. Dimensi iman yang bersifat afektif ini
merupakan hubungan pribadi seseorang yang penuh kepercayaan dengan Allah yang
kesetiaan dan kasih. Karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus
doa, baik secara pribadi maupun komunal. Doa merupakan dimensi dialogis dari
hubungan kita dengan Allah, tanpa dialog ini maka hubungan tersebut tidak akan
bertahan. Groome (2010: 90) menyampaikan pendapat Bonhoeffer bahwa iman dan
ketaatan tidak dapat dipisahkan karena iman akan nyata ketika ada ketaatan.
seseorang dengan Tuhan. Relasi ini menekankan segi afeksi atau rasa yang terkait
dengan hati nurani. Segi afeksi ini membahas soal isi hati, oleh karena itu hal yang
paling utama dalam dimensi afektif ini adalah mendengarkan suara hati. Selain itu,
untuk menjalin relasi tersebut harus ada rasa bangga terhadap apa yang di imani,
ungkapan nyata dari iman dalam wujud tindakan. Yesus sendiri menegaskan bahwa
orang yang masuk Kerajaan Allah bukanlah mereka yang selalu berseru “Tuhan,
Tuhan”, tetapi mereka yang melakukan kehendak Allah (Mat 7:21). Dari kisah ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ingin ditegaskan kembali bahwa iman tidak cukup hanya dengan kata-kata saja, iman
membutuhkan sebuah tindakan nyata. Oleh sebab itu iman sebagai realitas hidup
sangat penting. Artinya apa yang diimani harus sungguh dilaksanakan dalam
kehidupan nyata. Dalam tradisi Kristen tindakan tersebut terwujud dalam panggilan
Fowler:
Menurut Fowler iman adalah inti hidup manusia yang mewarnai dan
membentuk seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu, iman adalah fokus atau
orientasi utama manusia untuk memaknai kehidupan di dunia ini. Pengertian iman
sebagai yang utama ini menegaskan bahwa iman adalah hal yang mendasar bagi hidup
Iman bukanlah keadaan yang statis yang tidak dapat bergerak dan
pengalaman hidup. Pandangan ini menunjukkan bahwa iman adalah sebuah kegiatan.
21
yang pertama adalah antara diri kita dengan sesama. Dalam hubungan ini iman
memiliki dua kutub yang bersifat sosial atau hubungan antara satu dengan yang lain.
Selain hubungan dengan sesama, iman juga merupakan “hubungan seseorang dengan
kondisi-kondisi akhir dan eksistensi yang lebih dalam”. Hubungan ini membentuk
kutub ketiga dari iman, dengan demikian iman adalah hubungan yang berkutub tiga.
Hubungan tiga serangkai ini adalah antara diri kita dengan sesama dan Allah yang
Iman merupakan cara mengetahui dunia secara aktif dan cara berhubungan
dengan dunia, maka iman memiliki dimensi kognitif dan juga afektif. Dimensi
kognitif (rasionalitas) iman tidak dapat dipisahkan dari dimensi afektif (perasaan).
Dimensi perasaan adalah emosi afektif yang muncul dari iman sebagai cara
kagum, hormat, takut. Maka dengan demikian beriman berarti berhubungan dengan
seseorang atau sesuatu dengan cara sedemikian rupa, sehingga hati kita diarahkan,
e) Iman sebagai hal yang universal yang ada dalam diri manusia
menyatakan bahwa iman adalah hal yang universal dalam diri manusia. Fowler
menegaskan bahwa iman tidak selalu berhubungan langsung dengan agama, meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kegiatan iman dan model-model untuk membentuk iman dan menambah iman. Tetapi
iman jauh lebih luas dari ekspresi-ekspresi yang terorganisasi dalam agama.
tahap perkembangan iman sebagai keseluruhan operasi pengertian dan penilaian yang
gambaran tentang iman yang berbeda sesuai dengan masing-masing tahap. Cremers
dimulai dari struktur yang paling sederhana dan belum terdiferensiasi menuju struktur
Penggunaan batas usia yang ditawarkan oleh Fowler dalam setiap tahap
merupakan tanda minimal rata-rata. Artinya batas usia tersebut bukanlah patokan yang
tidak dapat diubah, karena dalam kasus tertentu banyak orang mencapai suatu tahap
perkembangan iman pada umur yang berbeda dari patokan tersebut. Menurut Cremers
(1995: 95-96) setiap tahap perkembangan iman mencerminkan suatu kesadaran diri
yang semakin intens. Setiap tahap memiliki struktur yang utuh, tetapi tahap-tahap
23
kebebasannya. Anak mulai mempercayai orang lain, terutama orang tua yang telah
mengasuhnya dan memberikan kasih sayang. Pada tahap ini juga anak mulai
mengembangkan konsep tentang yang baik dan buruk. Mereka sering berimajinasi
tentang kekuasaan yang mengatur kelangsungan hidup setiap makhluk di muka bumi
ini. Bentuk-bentuk imajinasi yang sering muncul adalah gambaran tentang neraka,
surga, Tuhan, yang pernah mereka dengar dari orang tua atau kisah dalam buku
dongeng. Imajinasi anak pada tahap ini masih bersifat tidak masuk akal. Mereka
masih sulit untuk membedakan antara fantasi dan realitas (Cremers, 1995 : 104-112).
Pada tahap ini anak bersifat egoistis, mudah berubah dan tidak logis
orang dewasa. Dalam masa ini anak mulai menemukan realitas yang melampaui
kematian. Selain sikapnya yang masih egoistis, anak-anak juga sulit membedakan
dan magis berdasarkan kualitas fisik semata. Misalnya Allah digambarkan seperti
Tahap ini adalah tahap di mana anak mulai memasuki usia sekolah. Anak
mulai berpikir secara logis dan membedakan hal-hal yang natural dari hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
supranatural. Anak mulai mampu untuk menguji segala pikiran secara empiris atas
kepercayaannya sesuai dengan ajaran dan pendapat orang dewasa yang dihargainya.
Mereka juga dapat menyusun dan mengartikan dunia pengalamannya melalui cerita
pengalaman agama atau simbol-simbol agama seperti yang pernah mereka dengar.
Dalam tahap ini kepercayaan menjadi soal bagaimana harus menilai cerita-cerita yang
kepercayaan dalam kelompok. Dimensi naratif menjadi sarana yang utama untuk
mengekspresikan kepercayaan anak pada suatu tatanan arti yang melampaui tingkat
dunia konkret, serta menjadi sarana penjamin janji-janji di masa sekarang dan
Dalam tahap ini seorang anak secara lebih sadar bergabung dengan kelompok
mitos-mitos yang diartikan secara harafiah. Allah tidak lagi dipandang sebagai orang
tua atau raja yang jauh dari jangkauan manusia, melainkan sebagai “seorang sahabat”
yang dekat dan akrab dengannya. Artinya, sumber nilai kebenaran dan kekuasaan
Pada umumnya yang masuk dalam tahap ini adalah anak usia remaja. Mereka
mampu berpikir abstrak mulai dari bentuk ideologis sistem keyakinan dan komitmen
sampai pada hal-hal yang ideal. Pada usia remaja mereka memasuki masa pencarian
identitas diri. Oleh sebab itu, mereka mengharapkan hubungan yang pribadi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
bersifat intim dengan Tuhan. Remaja mulai berpikir bahwa kegiatan imannya tidak
dapat dipuaskan oleh jawaban-jawaban yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka
Dalam tahap ini iman masih ditafsirkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan
kriteria yang dikatakan oleh orang dalam kelompoknya atau sesuai dengan
pemahaman yang populer. Iman didasarkan pada pandangan orang lain, artinya dalam
seluruh proses beriman seseorang akan menghidupi pandangan orang lain, sedangkan
jati dirinya yang sesungguhnya semakin tidak tampak atau hilang. Tahap ini
merupakan tahap penyesuaian diri di mana seseorang ingin sekali merespons dengan
keputusan yang otonom. Iman seseorang yang berada dalam tahap ini masih bersifat
Pada tahap ini muncul kesadaran diri dan refleksi diri yang mendalam. Orang
dewasa muda semakin kritis melihat perbedaan jati dirinya yang dipersepsikan oleh
orang lain dengan yang ia alami sendiri. Dalam tahap ini refleksi diri tidak seluruhnya
bergantung pada pandangan orang lain. Melalui sikap refleksivitasnya yang tinggi,
orang muda mulai mengajukan pertanyaan kritis tentang keseluruhan nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, dan komitmen yang selama ini ia terima dan jalani. Ia tidak dapat
lagi bersandar pada orang lain, tetapi dengan berani dan kritis ia harus memilih secara
pribadi ideologi, filsafat dan cara hidup yang menghantar pada komitmen-komitmen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kritis serta mawas diri dalam segala hubungan dengan tugasnya. Orang dewasa muda
dalam tahap ini sudah memahami dirinya dan orang lain, tidak hanya menurut pola
sifat “pribadi” atau “antar pribadi”, melainkan sebagai suatu bagian sistem sosial dan
institusional.
Tahap ini menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos dan lain
sebagainya atau sering disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala macam simbol
dan mitos yang ia kenal selama ini mulai diselidiki dengan kritis dan radikal. Simbol
tidak lagi dipandang identik dengan kesakralan, melainkan sebagai sarana yang
akibatnya, Allah tidak lagi dipandang sebagai pribadi yang paling mengenal hati dan
menentukan hidup seseorang, melainkan sebagai Pribadi yang bebas dan dinamis
Dengan sikap kritis yang tinggi terhadap tradisi religiusnya, ia memeriksa satu persatu
ajaran dan gambaran religius, kemudian mulai meninggalkan hal-hal yang baginya
tidak masuk akal. Ia menciptakan suatu integrasi baru dalam pola kepercayaannya dan
dalam tahap ini ditandai oleh kesadaran yang tajam akan individualitas dan otonomi.
Jika ia mengakui tokoh religius tertentu, misalnya Yesus, maka pengakuan itu bukan
sebagai pendiri Gereja dan nabi yang utama, melainkan karena pribadi istimewa
tersebut dipandang sebagai tokoh yang sungguh menghayati hubungan dengan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Bagi orang dewasa muda yang dijadikan kriteria adalah aspek penghayatan yang
Allah yang berkarya dan mendorong hati mereka. Dalam tahap ini seseorang
menemukan identitasnya dan terbuka pada realitas sosial yang ada (Cremers, 1995:
160-179).
sekitar usia 35 tahun. Pada tahap ini gambaran diri yang telah tersusun ditinjau
kembali secara lebih kritis. Berbagai pandangan hidup, kepribadian dan batas-batas
diri yang sebelumnya telah ditetapkan dengan jelas, kini seakan-akan tidak ada.
Muncul kesadaran baru dan pengakuan kritis terhadap berbagai macam ketegangan
yang dirasakan oleh sang pribadi dalam diri dan hidupnya. Kebenaran tidak lagi
dipandang sebagai hasil penangkapan arti yang bersifat rasional, konseptual dan jelas,
melainkan hasil perpaduan berbagai paradoks. Dalam tahap ini seseorang mengalami
Semua simbol, bahasa, cerita, mitos, dan lain sebagainya, diterima sebagai salah satu
sarana yang cocok untuk mengungkapkan realitas yang lebih mendalam (Cremers,
1995 : 185-205).
Seorang yang berada dalam tahap ini mulai melihat bahwa kenyataan sekitar
saling berkaitan. Mereka memiliki pengetahuan yang dialogis dengan pola komunikasi
yang lebih matang. Dialog dipahami sebagai jalan untuk mengenal dan memahami
pihak lain, sekaligus memperteguh imannya. Mereka mampu hidup dalam situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
paradoks dan meyakini bahwa Allah adalah penopang hidup serta terang yang selalu
Tahap ini dianggap sebagai tahap yang paling tinggi. Dalam tahap ini
dunia. Pada tahap ini orang tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, bahkan
arah yang sebenarnya (Kerajaan Allah). Pada tahap ini seseorang sangat mencintai
istilah teologi tahap ini adalah tahap di mana Kerajaan Allah dialami sebagai realitas
kehidupan. Sedangkan dalam spiritualitas, tahap ini adalah keadaan penyatuan yang
paling sempurna dengan Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan (Cremers, 1995
: 96-218).
Seseorang yang berada dalam tahap ini memiliki pandangan hidup yang
Mereka mampu mengatasi ego dan mengarah pada yang transenden. Orang-orang
bahwa Bunda Teresa, M. Gandhi dan Marthin Luther merupakan tokoh yang telah
29
pilihan yang berasal dari dalam diri tanpa ada paksaan dari pihak luar. Kendati
yang tanpa aturan. Kebebasan harus ditempatkan dalam konteks hidup manusia yang
terbatas. Manusia selalu hidup berdampingan dengan orang lain, sehingga kebebasan
seseorang selalu terkait dengan tatanan nilai normatif yang disepakati bersama.
manusia untuk menemukan dan mengamalkan kebebasan dalam arti yang utuh.
Dalam hal ini kebebasan terarah pada kebebasan interior manusia. Kebebasan
ini menghantar manusia untuk sampai pada kebebasan mengambil keputusan tanpa
paksaan atau tekanan dari pihak luar. Keputusan yang berasal dari dalam diri dan
disadari oleh akal budi adalah keputusan yang lahir dari kebebasan. Keputusan yang
diambil berdasarkan kebebasan ini sangat penting terutama keputusan dalam hal iman.
Karena iman menyangkut seluruh hidup maka harus dipastikan bahwa tindakan yang
dilakukan dalam upaya mewujudkan iman bukanlah intervensi dari pihak luar.
Tindakan yang penuh kebebasan ini akan menjadikan seseorang sungguh menyadari
apa yang ia lakukan dan menjadikan tindakan tersebut bagian dari hidupnya.
Kebebasan merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup beriman. Karena iman
yang dewasa mengandaikan bahwa seseorang mampu memilih secara bebas, sehingga
30
b. Suara Hati
Menurut Chang (2001: 129) suara hati dalam bahasa Latin disebut
conscientia yang terbentuk dari dua kata yakni, cum (dengan) dan scientia
dalam bahasa Indonesia suara hati berarti hati yang telah mendapat cahaya Tuhan atau
perasaan yang paling murni. Dalam terjemahan bahasa Indonesia unsur “hati” lebih
tentang suara hati yakni, “conscienta dicitur cum alio scientia” (“hati nurani sebagai
mengetahui sesuatu dengan yang lain”. Suara hati dalam pemikiran Thomas Aquinas
mengandung pengertian yang lebih kaya, sebab bukan hanya “dengan pengetahuan”,
tetapi memuat dimensi kebersamaan atau keterkaitan antar pribadi. Definisi ini ingin
menegaskan bahwa suara hati tidak hanya mencakup unsur “pengetahuan” tetapi juga
menyerukan untuk selalu berbuat kebaikan. Suara hati adalah kesadaran moral yakni,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kesadaran tentang hal yang baik dan yang jahat. Suara hati tidak hanya sekedar
melakukan yang baik dan menghindari yang jahat. Suara hati adalah inti terdalam dari
manusia, karena melalui suara hati seseorang dapat mendengar suara Allah yang
menggema.
c. Tanggung Jawab
tindakan tersebut. Dalam konteks moral, tanggung jawab tidak hanya dimaknai
unsur penting dalam menentukan tanggung jawab moral seseorang atas tindakannya
yakni, unsur afektif, pengetahuan dan kehendak. Unsur afektif termasuk dalam bagian
tindakan manusia lahir dari iklim kejiwaan seseorang. Tatanan afektif manusia bukan
hanya bersifat perasaan, tetapi sungguh mencerminkan kesatuan dalam diri manusia.
Namun harus tetap dipahami bahwa masalah moral bukanlah masalah sentimental,
karena moral berdasarkan kedalaman dan maksud tindakan seseorang. Unsur afektif
32
ini tidak hanya mengacu pada kebenaran secara umum, tetapi mengacu pada arti
pengetahuan akan nilai-nilai moral yang perlu ditempatkan dalam visi sejarah
kehendak. Unsur ini menjadi penyatu antara unsur-unsur lain dalam tindakan.
tindakan. Dalam tindakan yang berdasarkan kehendak tidak ada unsur paksaan, karena
kehendak berasal dari dalam diri manusia. Unsur kehendak menunjuk pada aspek
moral adalah tindakan yang didasari oleh perasaan, pertimbangan akal budi dan
kehendak bebas.
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga adalah tempat perkembangan iman yang pertama dan utama. Dalam
sebuah keluarga orang tua memiliki peran yang sangat strategis untuk mendidik dan
sesuai dengan iman permandiannya dan disiapkan untuk memasuki masyarakat serta
umat Allah sebagai orang dewasa (GE, art. 3). Keluarga adalah tempat penyemaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
benih-benih iman. Orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik bagi anak-
anaknya, sehingga benih-benih iman yang tertanam dalam diri anak-anak mereka
Orang tua memiliki tugas yang cukup berat yakni, bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan dan pendidikan anaknya. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan
utama untuk anak-anaknya terutama dalam hidup beriman. Suasana yang penuh
dengan kehangatan kasih sayang dan penghargaan adalah tempat yang sangat kondusif
untuk perkembangan iman anak. Oleh sebab itu perlulah suasana tersebut diusahakan
agar tercipta dalam keluarga, sehingga semua anggota keluarga merasa saling
memiliki. Perkembangan iman seseorang mendapat pengaruh yang sangat besar dari
keluarganya. Jika dalam keluarga seorang anak tidak pernah mengalami pendidikan
iman dan teladan yang baik, maka dapat dipastikan setelah dewasa ia akan kesulitan
mempertanggungjawabkan imannya.
Oleh sebab itu keluarga diharapkan mampu untuk menunjukkan sikap cinta terhadap
kehidupan. Sikap tersebut ditandai dengan keyakinan yang teguh bahwa hidup
sebagaimana adanya harus dihadapi oleh setiap keluarga seperti yang dikehendaki
sang pencipta. Hidup keluarga adalah tawaran kasih karunia Allah yang menghendaki
34
tempat bagi anak untuk mengalami pembinaan iman yang pertama. Oleh sebab itu
peran keluarga sangat penting dan mendasar bagi perkembangan iman anak. Jika
dalam keluarga diselenggarakan pembinaan iman yang kondusif dan relevan serta
signifikan maka iman anak akan terbentuk sampai ia dewasa. Sebaliknya jika dalam
b. Gereja
Menurut Mardiatmadja (1985: 15) kata Gereja berasal dari bahasa Portugis
Igreja yang berakar dari Bahasa latin Ecclesia. Kata-kata ini merupakan terjemahan
dari Bahasa Hibrani Qahal, yang berarti pertemuan. Kata ini seringkali digunakan
untuk menyebut pertemuan dalam rangka perayaan kepada Yahwe yang disebut Qahal
Yahwe. Istilah ini juga bermakna sebagai pertemuan meriah umat Allah. Sementara
dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah kerk yang serumpun dengan kirche
dalam bahasa Jerman. Kedua kata ini berasal dari bahasa Yunani riake yang berarti
milik Tuhan. Dalam bahasa Indonesia istilah Gereja mengandung kedua arti tersebut
35
Dari uraian ini Gereja dapat dipahami sebagai persatuan antara manusia dengan Allah
dan sesama. Melalui Gereja manusia menjalin hubungan personal yang mendalam
dengan Allah. Tetapi istilah Gereja bukan hanya mengacu pada urusan rohani semata,
Gereja juga merupakan persatuan antara umat manusia. Kedua dimensi ini tidak dapat
dihayati secara terpisah, artinya persatuan dengan Allah harus tampak dalam
perbedaan-perbedaan. Namun persatuan dalam hal ini adalah persatuan yang universal
tanpa membedakan suku, ras dan bahasa. Dalam konteks inilah Gereja memiliki
umat beriman ini berbagai ajaran dan tradisi iman diwariskan. Maka keterlibatan
c. Sekolah
jenjang pendidikan dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Sekolah menjadi
tempat untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu mulai dari membaca, berhitung,
menulis, hingga nilai-nilai moral. Melalui sistem dan manajemen yang cukup
kemanusian dan moral, sekolah menjadi tempat yang strategis dalam membentuk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
nilai-nilai yang telah mereka terima secara langsung (Doni, 2007: 224-225).
dalam bidang kognitif tetapi hal-hal yang bersifat rohani juga menjadi perhatian
utama. Sekolah dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
pribadi menjadi cerdas dan beriman. Hal ini juga senada dengan pandangan Konsili
Uraian artikel dokumen ini menegaskan kembali pentingnya sebuah sekolah guna
perkembangan seseorang. Di sekolah tidak hanya diajari ilmu yang berkaitan dengan
fisik dan akal budi, tetapi ilmu tentang nilai-nilai luhur hidup manusia juga diajarkan.
Sekolah juga menjadi tempat terjalinnya rasa persahabatan antar pribadi yang
masyarakat yang melibatkan semua pihak, sehingga sekolah bukanlah tanggung jawab
37
Melalui peran strategisnya ini sekolah juga memberikan pengaruh yang besar
macam ajaran yang telah tersusun secara sistematis guna memperkembangkan hidup
beriman seseorang. Keadaan dan iklim belajar di sekolah misalnya, ketersediaan guru,
sarana dan prasarana menjadi penunjang dalam proses perkembangan iman mereka
d. Lingkungan Masyarakat
perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat yang terdiri dari orang yang tidak
terpelajar dan memiliki kebiasaan tidak baik akan memberikan pengaruh yang negatif
terhadap pribadi anggota masyarakat lainnya, terlebih anak-anak dan kaum muda.
Mereka akan tertarik untuk mengikuti dan berbuat seperti yang dilakukan orang-orang
kepribadian akan perlahan terbentuk sesuai dengan keadaan lingkungan. Hal ini juga
untuk melakukan hal yang sama sangat besar. Oleh para ahli pemahaman ini disebut
38
Perubahan ini sering kali disebut modernisasi atau globalisasi. Iswarahadi (2013: 46)
adalah keseluruhan proses baik bidang industri, ekonomi, teknologi, maupun ilmu
yang membendung pengaruh dari luar. Di jaman ini informasi sangat berlimpah dan
aksesnya terbuka lebar. Perkembangan ini memang patut disyukuri, tetapi di lain
pihak perkembangan ini justru membawa dampak yang negatif. Media jaman ini lebih
cepat mengubah hidup manusia dari pada agama. Masyarakat begitu mudah terbius
oleh media, dan menganggap agama tidak cocok lagi untuk dijadikan dasar hidup
jaman ini, karena tidak mampu menawarkan solusi yang instan (Iswarahadi, 2013:
48).
massa, radio, televisi, surat kabar, majalah dan internet berbagai macam peristiwa di
belahan dunia dengan cepat diketahui banyak orang sehingga berbagai pemikiran,
penemuan dan ideologi secara langsung maupun tidak langsung menyebar ke seluruh
penjuru dunia. Peristiwa globalisasi inilah yang memicu munculnya berbagai macam
ideologi baru. Ideologi-ideologi baru ini sering kali bertentangan dengan prinsip
beriman. Berikut adalah ideologi-ideologi yang muncul akibat globalisasi dan menjadi
39
1. Pragmatisme
Menurut Mangunharjana (1997: 189) istilah pragmatis berakar pada bahasa
pragmatikos adalah keahlian dalam urusan hukum, perkara negara dan dagang. Istilah
ini dalam bahasa Inggris menjadi kata pragmatic yang artinya berkaitan dengan hal-
hal praktis. Pragmatisme dapat diartikan sebagai pendekatan terhadap masalah hidup
apa adanya dan secara praktis di mana hasilnya dapat langsung dimanfaatkan.
tindakan daripada pengetahuan dan ajaran. Menurut kaum pragmatis otak berfungsi
untuk membimbing perilaku manusia. Pemikiran, teori dan gagasan merupakan alat
atau realisasi. Jika tidak dapat dilaksanakan maka tidak dapat dipandang sebagai
kebenaran.
Karena itu baik buruk perilaku dan cara hidup ditinjau dari segi praktis, dampak yang
terlihat serta manfaat bagi yang bersangkutan. Pandangan ini pada dasarnya sangat
positif dan mampu membawa perubahan yang nyata dalam masyarakat. Karena
40
makna hidup, karena segala sesuatu dinilai berdasarkan nilai praktisnya. Pemikiran
dan permenungan yang mendalam bukan menjadi hal yang penting untuk
dilaksanakan, sehingga makna hidup semakin direduksi dan terkikis. Sebagai akibat
dari paham ini orang tidak percaya akan kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh
agama. Terlebih dalam hal iman yang seringkali berkaitan dengan hal-hal abstrak dan
2. Individualisme
Menurut Mangunhardjana (1997: 107) individualisme berasal dari bahasa latin
individuus, dalam kata sifatnya menjadi indiviualis yang berarti ‘pribadi’ atau bersifat
beranggapan bahwa dasar kehidupan etis adalah pribadi perorangan bukan kelompok.
keputusan akan berdasar pada selera pribadi, bukan pada nilai yang berlaku dan
nyaman, maka tindakannya tersebut dianggap benar, dan sebaliknya jika dorongan
tersebut terasa tidak nyaman dengan sendirinya ia akan menilai tindakan tersebut
jahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3. Konsumerisme
hasil produksi secara berlebihan secara sadar dan berkelanjutan. Perilaku ini
4. Hedonisme
Hedonisme beranggapan bahwa nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir
hidup manusia adalah kenikmatan. Hedonisme sering kali berhenti pada pencarian
kenikmatan sensual, indriawi yang dapat dirasakan secara lebih cepat dan dekat. Oleh
umum hedonisme dapat dipahami sebagai pandangan hidup yang menganggap bahwa
orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan
sangat bertolak belakang dengan hidup beriman yang mengajarkan untuk saling
berbagi dan rela berkorban untuk orang lain (Mangunhardjana, 1997: 90).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kristiani sebagai jawaban dan penyerahan diri terhadap Allah disebut otonom, karena
menyangkut seluruh hidup manusia. Otonomi yang dimaksud adalah hubungan yang
kita bisa memilih seperti halnya memilih barang duniawi. Dalam iman manusia
berhadapan dengan Allah, nilai yang paling tinggi. Maka kebebasan akan terwujud
jika ada jawaban yang bebas dari pihak manusia. Tanpa tanggung jawab dari pihak
manusia, iman hanya akan menjadi angan-angan atau khayalan semata. Relasi akan
terjalin jika manusia memberikan jawaban dari hati atas gema sapaan Allah.
secara eksplisit berhubungan dengan iman misalnya, doa-doa dan kewajiban religius
langsung berhubungan dengan iman, seperti menjalin relasi dengan umat agama lain,
belajar dengan tekun, dll. Banawiratma (1986: 120) mendefinisikan penghayatan iman
sebagai heils-ethos (etos keselamatan) dan perwujudan iman sebagai welt-ethos (etos
duniawi). Etos keselamatan adalah perbuatan religius yang diatur oleh hukum-hukum
Penghayatan dan perwujudan iman terlaksana dalam lima tugas Gereja seperti
yang digambarkan oleh Lukas dalam kehidupan jemaat perdana (Kis 2:42-47).
Pertama, mereka bertekun dalam pengajaran para rasul (kerygma), kedua mereka
selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgia), ketiga semua orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yang telah dibaptis tersebut tetap menjadi satu (koinonia), keempat, selalu ada dari
mereka yang menjual hartanya untuk keperluan bersama (diakonia), dan kelima, apa
Berdasarkan uraian ini maka penghayatan iman dan perwujudan iman bagi
1. Pengahayatan iman
a. Liturgi (Liturgia)
Liturgi adalah perayaan iman umat. Dalam hal ini iman berarti dihayati
penghayatan iman dalam bidang ini adalah kebiasaan berdoa secara pribadi dan doa
bersama. Doa tidak sama dengan mendaraskan rumus-rumus hafalan. Doa berarti
mengarahkan hati kepada Tuhan. Oleh sebab itu berdoa tidak membutuhkan banyak
kata-kata, tidak terikat waktu dan tempat tertentu serta tidak menuntut gerak-gerik
Dalam liturgi yang utama bukanlah sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan
kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah karya
Kristus sang Imam Agung serta Tubuh-Nya, yakni Gereja. Oleh karena itu liturgi
bukan hanya kegiatan suci yang sangat istimewa, tetapi juga sebagai wahana utama
untuk menghantar Gereja ke dalam persatuan dengan Kristus (SC, art. 7). Penghayatan
iman dalam bidang liturgi dapat dilihat dari partisipasi aktif dalam perayaan-perayaan
sakramen misalnya, mengikuti misa pada hari minggu dan misa harian, kegiatan doa
44
b. Pewartaan (Kerygma)
Pewartaan berarti ikut serta membawa Kabar Gembira bahwa Allah telah
menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-Nya.
Pewartaan merupakan tugas dan panggilan setiap orang yang percaya kepada Kristus
keterlibatan dalam kegiatan pewartaan kabar suka cita bagi sesama. Dalam konteks
hidup mahasiswa tugas ini dapat dilaksanakan melalui peran aktif dalam kegiatan
pendalaman Kitab Suci dan pendalaman iman. Namun yang paling utama adalah
menerapkan pesan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadi
2. Perwujudan iman
a. Persekutuan (Koinonia)
Membangun persekutuan sering kali dibatasi hanya dalam lingkup Gereja (umat
seiman). Dalam perwujudan iman, persekutuan mendapat makna yang lebih luas
membedakan suku, ras dan agama. Maka perwujudan iman dalam bidang persekutuan
ini akan menjadi nyata ketika kita mampu menjalin relasi dengan sesama yang
45
b. Pelayanan (Diakonia)
Yesus pernah bersabda; “Sabat untuk manusia, bukan manusia untuk Sabat”.
Bertolak dari sabda Yesus itu dapat diartikan bahwa Gereja untuk manusia, bukan
manusia untuk Gereja dengan segala ajaran dan ibadatnya. Gereja dipanggil untuk
Pelayanan berarti ikut serta dalam melaksanakan karya karitatif / cinta kasih
melalui aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin,
telantar dan tersingkir, misalnya memberi donasi, perhatian kepada kaum kecil, lemah
tersingkir dan difabel. Dalam perwujudan iman pelayanan bukan hanya dimaksudkan
untuk mereka yang lemah dan tidak mendapat perhatian. Pelayanan bisa berupa
Syarat yang paling mendasar dalam hidup beriman adalah kebebasan. Tanpa
kebebasan iman hanya akan menjadi kewajiban semata yang tidak memiliki makna
menghayati imannya dengan sadar dan bertanggung jawab. Maka perkembangan iman
mengenai perkembangan iman sangat luas, maka pada bagian ini secara khusus hanya
mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan adalah orang yang membangun rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
di atas batu. Ketika hujan dan badai melanda rumah tersebut tidak rusak, karena
didirikan di atas batu. Sedangkan orang yang hanya mendengarkan dan tidak
melaksanakannya sama seperti orang bodoh yang membangun rumah di atas pasir.
Ketika hujan dan badai menerpa rumah tersebut hancur berantakan (Mat 7:24-27).
Kisah ini menegaskan bahwa iman yang berkembang adalah iman yang
sungguh dihayati dan diwujudkan. Sebagai seorang mahasiswa jika hanya mengetahui
tentang apa yang ia imani sama seperti orang bodoh yang membangun rumah di atas
pasir. Ketika diterjang oleh berbagai macam persoalan mulai menjauh dari iman,
mencari jalan pintas dan tidak mampu bertahan. Sementara orang yang mendengarkan
dan melaksanakan sabda Tuhan adalah mereka yang membangun rumah di atas batu.
Ketika masalah datang menerpa, ia tetap teguh dan semakin tekun menghayati
imannya.
menyatakan bahwa iman yang berkembang berada pada tahap keempat yakni, tahap
individuatif-reflektif sekitar usia 21-35 tahun. Pada tahap ini muncul kesadaran dan
refleksi diri yang mendalam. Dalam tahap ini seseorang semakin kritis melihat
perbedaan jati dirinya yang dipersepsikan oleh orang lain dengan yang ia alami
sendiri. Refleksi dan penilaian diri tidak lagi seluruhnya bergantung pada pandangan
orang lain. Melalui sikap reflektif ini akan muncul pertanyaan kritis tentang
keseluruhan nilai, pandangan hidup, kepercayaan, dan komitmen yang selama ini
berani dan kritis memilih secara pribadi ideologi, filsafat dan cara hidup yang
menghantar pada komitmen-komitmen kritis serta mawas diri dalam segala hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dengan tugasnya. Orang dewasa muda dalam tahap ini sudah memahami dirinya dan
orang lain, tidak hanya menurut pola sifat “pribadi” atau “antar pribadi”, melainkan
Iman dalam tahap ini ditandai oleh kesadaran yang tajam akan individualitas
dan otonomi. Jika ia mengakui tokoh religius tertentu, misalnya Yesus, maka
mengesahkan tokoh tersebut sebagai pendiri Gereja dan nabi yang utama melainkan
karena pribadi istimewa tersebut dipandang sebagai tokoh yang sungguh menghayati
hubungan dengan Allah. Bagi orang dewasa muda yang dijadikan kriteria adalah
dan disemangati oleh Roh Allah yang berkarya dan mendorong hati mereka.
realitas sosial yang ada. Dasar imannya sungguh berasal dari kebebasan dalam dirinya
bukan lagi iman yang bergantung pada orang lain dan lingkungan. Meskipun
misalnya, tidak pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi, hal ini tidak lagi
iman yang mencakup tiga dimensi yakni, iman sebagai keyakinan (faith as believing),
iman sebagai kepercayaan (faith as trusting), iman sebagai tindakan (faith as doing).
Iman sebagai keyakinan (faith as believing) berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
kognitif dari iman, misalnya sebagai orang Katolik ia mengetahui dan menyadari apa
dengan afeksi atau perasaan misalnya, merasa senang dan bersuka cita atas pilihannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menjadi seorang Katolik. Sementara iman sebagai tindakan (faith as doing) adalah
afektif dan tindakan. Ketiga dimensi ini tidak bisa dihayati secara terpisah-pisah. Jika
iman hanya mencakup dimensi percaya dan mempercayakan maka iman tersebut tidak
ada artinya. Sebaliknya jika hanya dimensi tindakan iman tersebut tidak memiliki
makna. Maka gambaran iman yang berkembang adalah iman yang mencakup dimensi
kognitif, afektif dan tindakan. Artinya ada kesatuan antara pikiran, perasaan dan
tindakan.
Dalam kehidupan sehari-hari iman yang berkembang dapat ditinjau dari lima
tugas Gereja. Pertama, liturgia atau liturgi adalah kegiatan doa secara pribadi dan doa
bersama. Doa bersama meliputi misa harian, misa pada hari minggu dan hari raya
serta ibadat-ibadat dalam lingkup lingkungan. Hidup doa adalah nafas dari iman,
maka seseorang yang imannya berkembang tidak pernah terlepas dari hidup doa.
kegiatan ini diwujudkan dengan cara membaca dan merenungkan Kitab Suci serta
mereka yang sangat membutuhkan. Sebagai seorang mahasiswa PAK kegiatan ini
dapat diwujudkan melalui peran serta dalam lembaga-lembaga sosial, misalnya POTA
(program orang tua asuh) yang ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar Kanisius se-
Yogyakarta dan dipimpin oleh Romo B.A Rukyanto, SJ. Keempat, koinonia atau
cinta kasih. Bagi mahasiswa kegiatan ini diwujudkan dengan membangun relasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
sehat dengan setiap orang tanpa membedakan ras, suku, agama dan bangsa, terlebih
iman yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya untuk mencapai iman yang sungguh
berkembang, maka keempat tugas ini harus dilaksanakan dalam hidup sehari-hari.
Iman tidak akan berkembang secara utuh bila hanya dihayati dalam satu kegiatan saja,
misalnya melalui perayaan Ekaristi. Oleh sebab itu keempat tugas atau kegiatan ini
BAB III
DESKRIPSI PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI
KABUPATEN KUTAI BARAT SELAMA BELAJAR DI PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK,
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iman yang berdasarkan Kitab Suci, Dokumen Gereja, pendapat para ahli dan sumber
lainnya. Pada bab tiga ini penulis membahas mengenai perkembangan iman
Pendidikan Agama Katolik (PAK), Universitas Sanata Dharma (USD). Bab tiga ini
PAK, USD.
Kutai Barat program studi PAK, USD, penulis menyusun bab ini dalam tiga bagian.
Kabupaten Kutai Barat. Bagian pertama ini terdiri dari latar belakang mahasiswa-
mahasiswi Kabupaten Kutai Barat dan harapan umat melalui pemerintah Kabupaten
Kutai Barat. Bagian kedua membahas profil program studi PAK, USD.
mahasiswa-mahasiswi Kutai Barat yang belajar di program studi PAK, USD. Bagian
ini terdiri dari rencana penelitian, laporan penelitian dan pembahasan hasil
51
Dalam bagian ini penulis mengandalkan referensi dan sumber informasi dari
Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat (BPPD) bekerja sama dengan Center
tahun 2007. Kajian utama dalam buku ini adalah antropologi pembangunan
Kutai Barat.
Kabupaten Kutai Barat memiliki luas sekitar 31.628,70 Km2 atau kurang
lebih 15 persen dari luas provinsi Kalimantan Timur dan jumlah penduduk
berdasarkan sensus tahun 2010 sebanyak 165.934 jiwa. Secara geografis Kabupaten
Kutai Barat terletak antara 113'048'49" sampai dengan 116'032'43" Bujur Timur
serta di antara 103'1'05" Lintang Utara dan 100'9'33" Lintang Selatan. Adapun
wilayah yang menjadi batas Kabupaten Kutai Barat adalah Kabupaten Mahakam
Ulu, Kabupaten Malinau dan Negara Serawak (Malaysia Timur) di sebelah Utara,
sebelah Selatan dan untuk sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Utara,
Kabupaten Kutai Barat terdiri dari 21 kecamatan dan 238 kampung. Kedua
52
Long Iram, Kecamatan Long Hubung, Kecamatan Long Bagun, Kecamatan Long
2007: 174-181).
Kutai Barat ini berasal dari berbagai penjuru Kabupaten Kutai Barat dengan bahasa
dan budaya yang berbeda-beda. Selain latar belakang budaya yang berbeda
pendidikan ke bangku kuliah setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) sedangkan
yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Penulis merupakan salah
satu bagian dari mahasiswa program beasiswa ini, maka responden dalam penelitian
ini berjumlah 12 orang. Dalam penulisan bagian ini penulis menggunakan kode R
subyek penelitian.
Tongkok merupakan salah satu kecamatan yang berada di dataran tinggi dan jauh
dari Sungai Mahakam. Karena memiliki daerah yang relatif datar maka pada jaman
penjajahan Belanda kecamatan ini dijadikan sebagai lahan bandar udara yang
dikenal dengan nama bandar udara Belintuut dan Melalatn. Sampai sekarang bandar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
udara Melalatn masih digunakan untuk penerbangan komersil dari dan menuju Kutai
penduduk setelah Kutai Barat resmi menjadi kabupaten dengan ibukota yang berada
dalam wilayah Barong Tongkok. Luas kampung Barong Tongkok adalah 52,43 Km2
dengan jumlah penduduk 4.893 jiwa. Etnik yang dominan adalah etnik Tonyooi
(salah satu bagian dari suku Dayak Tunjung). Etnik lain yang juga berdomisili di
Barong Tongkok adalah etnik Bugis, Jawa dan Banjar. Mata pencaharian utama
masyarakat Barang Tongkok adalah menyadap pohon karet, namun sebagian besar
warga Barong Tongkok kini berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS), Tentara
Bigung. Kampung Linggang Melapeh berdiri pada tahun 1919. Pendiri pertama
kampung Linggang Melapeh ini adalah Bangun Arum yang berasal dari Luuq
Tokokng (Kampung Tokokng). Nama Melapeh berasal dari nama jenis kayu kelapeh
suasana damai, aman dan tenteram. Luas kampung Linggang Melapeh adalah 49,15
Km2 dengan jumlah penduduk mencapai 1.096 jiwa. Suku yang mendiami
Kampung Linggang Melapeh ini adalah suku Dayak Rentenukng (salah satu bagian
dari suku Dayak), tetapi terdapat juga etnik lain dalam jumlah yang kecil seperti
Flores, Jawa dan Benuaq (salah satu bagian dari suku Dayak). Kegiatan
54
karet, selain itu ada juga yang berladang, berternak sapi, babi, ayam kampung,
Kampung Linggang Bigung dengan luas 109,86 KM2 dan jumlah penduduk
sebanyak 406 jiwa. Etnik yang berdomisili di Kampung Bigung Baru adalah etnik
Rentenukng. Suku lain yang juga berdomisili di Kampung Bigung Baru adalah
Jawa, Toraja, Bahau (suku Dayak yang berdomisili di pesisir Sungai Mahakam).
Mata pencaharian utama penduduk Bigung Baru adalah menyadap pohon karet,
berladang, berternak ayam kampung, sapi, babi dan budidaya ikan (Nikolaus, 2007:
452).
etnik Rentenukng, tapi kemudian dijadikan sebagai wilayah transmigran asal Flores.
R4 merupakan keturunan Flores yang lahir di Kabupaten Kutai Barat dan menjadi
warga Kutai Barat. Kampung Kelubaq ini merupakan bagian dari Kecamatan Tering
dengan luas 64,08 Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 399 jiwa. Nama Kampung
Kelubaq berasal dari salah satu anak sungai Mahakam, yakni Sungai Kelubaq.
Masyarakat Kampung Kelubaq sebagian besar masih berladang dan menjadi petani
R5 dan R6 berasal dari Kampung Datah Bilang Ilir yang memiliki luas
36,62 Km2 dengan jumlah penduduk 1.316 jiwa. Etnik yang dominan dalam
Kampung Datah Bilang Ilir ini adalah etnik Kenyah. Secara umum kebudayaan
etnik Kenyah sudah mengalami perubahan ke arah yang lebih modern, namun adat
istiadat masih dijadikan sebagai pedoman hidup. Mata pencaharian utama penduduk
55
perkebunan yang dibudidayakan adalah komoditas karet, kopi dan kemiri. Mata
pencaharian lain yang juga masih dominan adalah menangkap ikan, membuat ukiran
dan anyam-anyaman, seperti tikar, topi, tas dan lain sebagainya. Dalam keseluruhan
struktur sosial masyarakat Kampung Datah Bilang, lembaga adat memiliki peranan
yang sangat penting yakni, sebagai pembuat tata-tertib, pelaksana upacara adat dan
Km dari Kota Samarinda. Kampung Resak terletak persis di tepi jalur darat trans
Kaltim yang berada di tepi kawasan hutan dan sepanjang aliran sungai Kedang
Kanan. Luas Kampung Resak adalah 100,38 Km2 yang merupakan bagian dari
617 jiwa dengan mayoritas etnik Benuaq. Sebagian besar penduduk di kampung ini
berprofesi sebagai petani ladang dan pencari rotan, ada juga yang menjadi petani
karet. Penduduk di kampung ini masih menjunjung tinggi adat istiadat yang
diwariskan oleh leluhur secara turun temurun. Hal ini sangat terlihat jelas melalui
R8 berasal dari Kampung Long Pakaq yang dominan dengan etnik Kayan
(suku Dayak yang berasal dari sungai Kayan Kalimantan Tengah), etnik lain
misalnya Bahau, Aoheng dan Kenyah juga terdapat di Kampung ini. Luas Kampung
Long Pakaq adalah 287,95 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.105 jiwa.
Kampung ini terletak di ulu Sungai Mahakam yang kini menjadi bagian dari
Pakaq adalah berladang dan mencari hasil hutan, ada juga yang berburu dan
56
R9 berasal dari Kampung Muara Asa dikenal juga dengan nama Jolokng
dengan luas 20,48 Km2 dan jumlah penduduknya sebanyak 704 jiwa. Etnik yang
dominan adalah etnik Tonyooi. Penduduk di kampung ini masih memegang teguh
tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang, misalnya Beliatn (upacara adat untuk
roh leluhur) dan potong kerbau. Mata pencaharian utama penduduk Kampung Muara
Asa adalah menyadap karet, berladang, menangkap ikan dan berdagang (Nikolaus,
2007: 285).
R10 berasal dari Kampung Datah Suling atau sering juga disebut Kampung
Long Isun. Kampung ini terletak di daerah lembah aliran Sungai Maraseh, anak
Sungai Mahakam. Kampung Long Isun ini memiliki luas 781 Km2 dan merupakan
kampung paling luas di Kecamatan Long Pahangai. Jumlah penduduk kampung ini
relatif sedikit yakni hanya 389 jiwa. Etnik yang dominan adalah etnik Dayak Bahau.
Masyarakat Long Isun masih memegang teguh tradisi yang diwariskan oleh nenek
moyang terutama dalam upacara menanam padi yang dalam bahasa Dayak Bahau
disebut lalii’ugaal. Upacara adat ini merupakan yang paling meriah dari upacara-
upacara lainnya. Mata pencaharian utama penduduk Kampung Long Isun adalah
berladang, namun ada juga yang menangkap ikan dan mencari hasil hutan (Nikolaus,
2007: 225).
Kampung Ngenyan Asa ini berbatasan langsung dengan Kampung Barong Tongkok
yang cukup pesat. Etnik yang dominan di kampung ini adalah etnik Tonyooi, namun
karena jaraknya yang cukup dekat dari pusat kota maka banyak etnik pendatang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
seperti Bugis, Jawa, Flores yang juga berdomisili di kampung ini. Luas Kampung
Ngenyan Asa ini adalah 31,13 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 926 jiwa.
Kampung ini juga masih sering menyelenggarakan ritual-ritual adat yang diwariskan
oleh nenek moyang misalnya belian, pejeaak petakaar (upacara yang terkait dengan
adat) dan lain sebagainya. Sebagian besar penduduk asli Ngenyan Asa berprofesi
R12 berasal dari Kampung Pepas Ehekng yang terkenal dengan kerajinan
anyam-anyaman dari rotan. Kegiatan menganyam biasanya dilakukan pada sore hari
878 jiwa dengan luas wilayah 21,30 Km2. Kampung ini masih memegang teguh
tradisi nenek moyang yang sudah jarang ditemui, misalnya upacara beliant (upacara
Kabupaten Kutai Barat terdiri berbagai macam suku dan budaya serta bahasa.
Keberagaman ini merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Kabupaten Kutai
Barat, kendati begitu banyak perbedaan masyarakat tetap hidup rukun dan damai
sesuai dengan norma adat yang berlaku. Aturan adat masih dipandang sebagai aturan
58
karet. Pohon karet dipilih sebagai tanaman utama dalam pertanian, karena dianggap
tidak merusak ekosistem lingkungan, dari segi ekonomis hasil dari perkebunan
karet cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, menyadap
pohon karet tidak membutuhkan waktu yang lama, biasanya hanya setengah hari,
Namun akhir-akhir ini harga karet mengalami penurunan yang cukup drastis,
sehingga karet tidak dapat menjadi jaminan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat.
Kabupaten Kutai Barat mendapat angka 67,8 lebih rendah dari rata-rata IPM
Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 69,9. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan kualitas SDM merupakan masalah yang penting bagi Kabupaten Kutai
Sejauh ini, kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat dalam upaya
dan pegunungan serta dataran rendah yang rawan banjir, juga masalah tenaga kerja
dalam bidang pendidikan. Data yang dirilis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai
59
kerja dan meningkatkan mutu pendidikan melalui program beasiswa untuk putra-
putri daerah yang berprestasi dan siap mengabdi. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat
terpilih adalah yang terbaik. Melalui program beasiswa ini pemerintah berharap agar
dapat membentuk generasi muda yang dapat menjadi tokoh penggerak dalam bidang
pendidikan. Oleh sebab itu para peserta program beasiswa ini diharapkan dapat
belajar dan mengembangkan seluruh potensi diri, sehingga dapat menjadi guru yang
Kutai Barat, misalnya gotong royong, toleransi, menjaga alam, dan lain sebagainya .
Kearifan lokal atau sering disebut dengan istilah local wisdom adalah semua bentuk
dalam komunitas. Seperti diuraikan pada bagian awal, Kabupaten Kutai Barat
merupakan kabupaten yang sangat kaya akan keberagaman suku dan budaya. Oleh
sebab itu sangat dibutuhkan tokoh yang dapat mengelola kearifan lokal agar
masyarakat dapat hidup harmonis baik dengan sesama maupun dengan alam.
Katolik tidak hanya dibentuk menjadi seorang guru yang profesional dan tokoh
dalam masyarakat, tetapi juga menjadi katekis yang dapat diandalkan dan siap
melayani, karena situasi pembinaan iman umat di Kabupaten Kutai Barat sangat
60
merayakan hari anak misioner, Paskah dan Natal. Pembinaan iman yang intensif dan
peduli dan mau terlibat dalam kegiatan pendampingan iman di paroki atau
devosional masih sangat jarang dijumpai. Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah
pun masih sebatas pengetahuan semata. Sebagai akibatnya umat tidak memiliki
Umat melalui pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat berharap agar para
peserta beasiswa yang dikirim untuk menjadi guru agama dan katekis dapat menjadi
solusi terhadap masalah kekurangan tenaga kerja baik di bidang pendidikan maupun
bidang katekese. Guru agama dan katekis inilah yang menjadi ujung tombak
terciptanya Gereja yang dicita-citakan oleh umat dan pemerintah daerah Kabupaten
Kutai Barat, yakni Gereja yang sungguh beriman pada Kristus menurut kebudayaan,
nilai-nilai dan cara hidup umat setempat (LG art.1), sekaligus Gereja yang siap
Gereja sungguh memiliki iman yang mendalam, relevan dan misioner. Oleh sebab
itu para calon guru agama dan katekis ini pertama-tama harus memiliki iman yang
61
Prodi PAK-USD dan Laporan Evaluasi Diri Prodi PAK-USD yang disusun oleh tim
Prodi PAK merupakan salah satu Prodi yang dipercaya oleh pemerintah
mahasiswinya. Prodi PAK memiliki visi yang sama dengan harapan pemerintah
yakni, mendidik calon Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang beriman tangguh
Indonesia yang semakin bermartabat. PAK merupakan salah satu Prodi dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang bertujuan untuk
guru agama Katolik, katekis, dan pengembang karya katekese melalui kerja sama
Selama kurang lebih 54 tahun Prodi ini secara konsisten menyiapkan calon
katekis dan guru agama yang siap melayani sesama serta memiliki ketrampilan dan
untuk membentuk pribadi yang cerdas dan juga bijaksana. Upaya ini diwujudkan
mahasiswi tidak hanya berkembang secara kognitif saja, tetapi aspek afektif dan
62
Prodi ini dapat dilihat dalam tiga kegiatan pokok dari kurikulum, yakni: kurikuler,
mata kuliah keilmuan dan ketrampilan, keahlian berkarya serta mata kuliah
Kitab Suci, filsafat dan pendidikan. Kegiatan kurikuler ini bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan bagi para calon katekis dan guru agama dalam
dan perhatian pada setiap pribadi. Kegiatan pembinaan spiritualitas ini dilaksanakan
di setiap semester dengan tema yang berbeda-beda. Kegiatan ini bertujuan untuk
untuk memupuk relasi antara dosen, karyawan dan mahasiswa. Suasana ini sangat
berasal dari luar Pulau Jawa. Melalui suasana ini tidak ada yang merasa terasing,
karena semua merupakan satu keluarga. Prodi ini memberikan perhatian terhadap
setiap pribadi atau sering dikenal dengan istilah cura personalis yang terwujud
ini sangat penting, karena setiap mahasiswa memiliki latar belakang dan
63
Kateketik (HIMKA). Kegiatan pengembangan bakat dan minat ini dikoordinir oleh
kegiatan yang dikoordinir oleh HIMKA dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu:
dalam lingkup Universitas Sanata Dharma. Kegiatan penalaran dan keilmuan antara
mengundang narasumber dari luar Prodi guna mengisi acara pembinaan umum yang
diadakan secara rutin setiap hari Kamis/Jumat minggu ketiga, menerbitkan majalah
volley, bulu tangkis, tenis meja, dan bela diri), kesenian (paduan suara
meliputi malam keakraban dengan mahasiswa baru pada awal tahun akademik, hari
Prodi, pentas seni, nonton bareng, piknik dan kegiatan rohani: misa kampus setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
awal bulan, ziarah, doa bersama, pelayanan misa di paroki-paroki. Dalam bidang
kesejahteraan ini ada tiga seksi yang bertanggungjawab, yakni seksi olahraga,
lain: posko bencana, donor darah, gerakan penghijauan, pelayanan tugas gerejani di
berbagai paroki, retret dan rekoleksi untuk siswa dari berbagai sekolah, bina iman
anak dalam rangka BKSN dan Kristianitas di SMA Pangudi Luhur Van Lith.
kritis, dewasa, bisa diandalkan oleh Gereja, mampu mendampingi umat dalam
pencarian makna dan mampu memberikan jawaban yang tegas dalam soal-soal
iman.
1. Rencana Penelitian
Iman yang mendalam merupakan salah satu syarat yang mutlak bagi
seorang calon guru agama. Iman bukan hanya menyangkut hal-hal yang bersifat
religius atau hanya berhubungan dengan Tuhan, tetapi meliputi seluruh aspek dalam
kehidupan. Iman memiliki tiga dimensi yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yakni
believing, trusting, and doing. Ketiga dimensi ini menyangkut segi kognitif, afektif
65
pengetahuan yang diperoleh selama masa studi direfleksikan atau dibatinkan, tetapi
bila hal ini tidak dilaksanakan, maka seluruh proses perkuliahan hanya sebatas
kegiatan perkuliahan menjadi sarana untuk mencapai tujuan dan alasan mahasiswa-
mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat yang telah belajar di Prodi PAK ini
berkembang imannya sesuai dengan harapan pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan
di Prodi PAK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
b. Tujuan Penelitian
Menurut Groome (2010: 81) iman Kristen memiliki tiga dimensi yang
believing), iman sebagai kepercayaan (faith as trusting), dan iman sebagai tindakan
(faith as doing). Dalam konteks mahasiswa Universitas Sanata Dharma kegiatan ini
Berdasarkan penjelasan ini maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
c. Definisi Konseptual
Groome (2010: 81) menyatakan bahwa iman Kristen sebagai realitas yang
hidup meliputi tiga dimensi yakni, iman sebagai keyakinan (faith as believing), iman
d. Jenis Penelitian
meneliti kondisi alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian.
e. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain ex post facto.
Desain ini menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas telah terjadi
melihat efeknya pada variabel terikat. Menurut Sugiyono (2013: 50) penelitian
dengan desain ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti
peristiwa yang terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
faktor yang menimbulkan kejadian tersebut. Dalam penelitian ini masalah yang
f. Responden
Menurut Sugiyono (2013: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Dengan demikian populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang menjadi komunitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
Salah satu syarat sampel adalah harus bersifat representatif, artinya bisa
sampling jenuh atau sensus, yakni mengambil seluruh anggota populasi sebagai
sampel. Hal ini karena jumlah populasi relatif kecil atau kurang dari 30 orang
beasiswa pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang sedang belajar di Program Studi
68
berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Apabila dilihat dari setting-nya,
data dalam penelitian ini dapat dikumpulkan pada setting alamiah misalnya di
dalam penelitian ini menggunakan sumber primer yakni, sumber data langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Selanjutnya bila dilihat dari segi
wawancara yakni, pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur
(in depth interview). Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara yang dibicarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
adalah hal-hal yang tidak berkaitan dengan tujuan, jika sudah terbuka kesempatan
wawancara ini, sehingga data yang diperoleh adalah data yang akurat.
i. Variabel Penelitian
j. Kisi-kisi Penelitian
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No. Variabel Aspek Indikator Jumlah Nomor
Soal
Competence Meyakini imannya 1 1,2
(faith as
Perkembangan believing)
1.
Iman Conscience Bahagia dan 2 3,4
(faith as bertanggungjawab
trusting) menjadi Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Memiliki semangat 1 5
untuk melayani
umat
Compassion Memiliki 1 6
(faith as doing) Kebebasan
Mendengarkan 1 7
Suara hati
Bertanggungjawab 3 8-10
Pendidikan iman 1 11
dari orang tua
Pendalaman iman 1 12
Keluarga dan kegiatan orang
Gereja muda Katolik
Faktor
pendukung Sekolah Pelajaran agama
Katolik 1 13
dan Masyarakat
2. Kebiasaan-
penghambat Teknologi 1 14
perkembangan kebiasaan setempat
komunikasi
iman Memanfaatkan
teknologi secara
bijak 1 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
melalui metode ini penulis dapat memperoleh data yang lebih mendalam dan dapat
a. Identitas Responden
Tabel 2
Identitas Responden
Jenis
No. Nama Nama Kampung Kode
Kelamin
1. Sesilia Perempuan Barong Tongkok R1
2. Kristina Verawati Perempuan Melapeh Lama R2
3. Natalia Yustika Perempuan Bigung Baru R3
4. Maria Dolorosa Tonis Perempuan Kelubaq R4
5. Klaudius Himang Laki-Laki Datah Bilang R5
6. Christina Lunau Jalung Perempuan Datah Bilang R6
7. Maria Fransiska F. Radja Perempuan Resak R7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
menekankan segi intelektual. Iman dipahami sebagai sebuah keyakinan, oleh sebab
itu iman harus direnungkan, dipahami dan didalami agar iman dapat diyakini dengan
teguh. Salah satu bentuk dari dimensi kognitif ini adalah kemampuan untuk
mengkritisi informasi yang diterima, bukan hanya menolak tetapi juga memandang
berbagai hal sebagai jalan untuk memperkembangkan iman. Dimensi kognitif iman
dinamika studi di PAK membantu para mahasiswa untuk semakin mendalami iman.
R1 dan R11 menyatakan bahwa mereka semakin menyadari akan rencana Tuhan
atas hidup ini, oleh sebab itu hidup harus selalu dimaknai. Belajar di PAK
menjadikan pengalaman yang sangat pahit, yakni kehilangan orang tua menjadi
bermakna. Melalui pengalaman ini kasih Tuhan sungguh dirasakan dan menghantar
73
apa yang kurang baik dalam hidupnya, namun setelah kuliah di PAK ia mendapat
Ekaristi hanya di pandang sebagai rutinitas semata dan tidak ada hubungan dengan
Ekaristi di pandang tidak lebih dari penanda hari minggu dan sebagai kegiatan
sebagai kegiatan opsional, boleh dirayakan atau boleh juga tidak dirayakan. Setelah
belajar di PAK cara pandang tersebut berubah total. Kini perayaan Ekaristi di
pandang sebagai perayaan yang sangat bermakna, bahkan menjadi kebutuhan dasar
pengetahuan tentang agama menjadikan iman sangat dangkal. Iman tidak dipahami
dalam seluruh realitas hidup, namun hanya disempitkan pada perayaan Ekaristi.
Artinya dengan rajin mengikuti perayaan Ekaristi, maka iman akan semakin
kegiatan rohani, misalnya doa pribadi, refleksi dan lain sebagainya terasa sangat
asing. Dalam proses belajar di PAK pemahaman akan iman secara perlahan
mendapat titik terang. Iman tidak lagi dipahami sebagai bagian yang terpisah dari
74
Sebelum kuliah di PAK sempat ragu-ragu akan adanya Tuhan dalam hidup
ini. Tidak ada pengalaman yang menegaskan bahwa Tuhan sungguh ada dan hadir
dalam hidup ini. Iman menjadi sangat kering dan tidak relevan untuk dijadikan
sehingga sekarang menjadi sangat yakin bahwa Tuhan sungguh ada dan hadir dalam
R12 mengalami pergulatan yang sama yakni, tidak yakin akan kehadiran
Tuhan dalam hidup ini. Pengalaman sakit yang cukup parah membuatnya sadar akan
kehadiran Tuhan. Pengalaman sakit ketika sedang dalam masa studi di PAK
menjadikannya sadar bahwa Tuhan sungguh ada dan sangat murah hati. Proses
seseorang dengan Tuhan. Relasi ini menekankan segi afeksi atau rasa yang terkait
dengan hati nurani. Segi afeksi ini membahas soal isi hati, oleh karena itu hal yang
paling utama dalam dimensi afektif ini adalah mendengarkan suara hati. Selain itu,
untuk menjalin relasi tersebut harus ada rasa bangga terhadap apa yang di imani,
75
sudah bangga menjadi seorang Katolik, ditambah pengetahuan yang ia dapat selama
menyatakan hal yang sama, yakni setelah kuliah di PAK dan banyak mendapat
R2 bangga karena sistem hirarkis dan model pelayanan yang ada dalam Gereja
Katolik. R5 juga menegaskan hal yang sama bahwa ia bangga menjadi Katolik,
belajar di PAK semakin menegaskan bahwa Katolik adalah pilihan yang tepat
baginya. Sedangkan menurut R4 dan R7 Katolik terdiri dari berbagai macam suku
dan budaya serta sangat menghargai pluralitas, inilah yang menjadikan mereka
bangga sebagai orang Katolik. R6 merasa bangga menjadi seorang Katolik karena
kehidupannya. Menurut pengalaman R9, R10 dan R11 Katolik adalah agama yang
sebagai jati diri yang tidak mungkin ditinggalkan. Rasa bangga menjadi Katolik
lahir dari keadaan umat di tempat asalnya yang masih kental dengan kepercayaan
lokal dan belum mengerti Katolik sepenuhnya. R12 melihat situasi ini ia merasa
sangat beruntung menjadi seorang Katolik dan merasa tertantang untuk memberikan
(7)-(9)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
sebagai seorang beriman selama belajar di PAK terkadang muncul rasa terpaksa
untuk melaksanakannya, terlebih ketika sedang jenuh dan lelah. Dalam kegiatan
tertentu, misalnya doa pribadi dan mengikuti perayaan Ekaristi sudah dilaksanakan
dengan penuh kebebasan, tetapi dalam kegiatan lainnya masih ada rasa terpaksa (R2
dan R7). R3, R9, R11 dan R12 menyatakan, bahwa mengikuti perayaan Ekaristi
pada hari minggu merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri dan
dilaksanakan dengan penuh kebebasan, tanpa ada intervensi dari pihak luar. Berbeda
dengan kegiatan lain seperti: misa harian, doa lingkungan, pendalaman iman, koor
serta kegiatan lainnya sering kali dilaksanakan dengan terpaksa dan hanya untuk
menambahkan hal yang sama, yakni selama kuliah di PAK niat mereka semakin
dimurnikan, sehingga dalam menjalani tanggung jawab hidup beriman sungguh lahir
dan kesadaran dan kebebasan. Menurut R6 dan R8 semuanya itu memang tidak
terjadi begitu saja, tetapi harus melawati suatu proses dan dinamika yang panjang
katekis memang bukan perkara yang mudah, sering kali dihadapkan dengan
persoalan-persoalan yang membuat diri tidak yakin dengan panggilan tersebut (R1).
Dalam hal ini suara hati membantu untuk melihat tantangan dari berbagai aspek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
sehingga ketika menghadapi masalah dalam proses studi tidak langsung menyerah
(R2). R1 menyatakan untuk dapat mendengar suara hati biasanya ia merenung dan
melihat kembali perjalanan hidup selama ini, dengan demikian ia akan mendapat
selama ini suara hati menjadi salah satu tolak ukur dalam pengambilan keputusan,
meskipun hal tersebut tidaklah mudah namun tetap ia usahakan. R8, R11 dan R12
juga menguatkan pernyataan R6 bahwa, selama belajar di PAK suara hati memiliki
peran yang sangat besar, terlebih ketika menghadapi situasi yang sulit, misalnya
kehilangan anggota keluarga (R8, R11), mengalami sakit yang parah (R12). Suara
hati menjadi acuan dan pendorong dalam usaha menyelesaikan tanggung jawab
(11)].
R3, R4, R5, R7, R9 dan R10 mengalami hal yang berbeda, selama belajar
di PAK suara hati justru sering terabaikan. Suara hati belum mendapat peranan yang
besar dalam proses belajar selama 4 tahun ini, meskipun sering kali ada pergulatan
ketika menghadapi suatu pilihan. Pemenuhan akan keinginan pribadi menjadi lebih
dominan dari pada kebutuhan, sehingga pilihan selalu dijatuhkan pada hal-hal yang
skripsi sering kali tergantikan dengan menonton televisi atau chating, dan lain
Berdasarkan hasil wawancara, menurut R1, R4, R6, R7, R8, R10 dan R11
bentuk tanggung jawab yang telah dilakukan sebagai mahasiswa beasiswa adalah
pemerintah. Selain mendapatkan IPK yang cukup tanggung jawab tersebut juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
dilakukan dengan cara menjaga nama baik kampus dan pemerintah yang telah
kursus public speaking (R2), terlibat dalam kepanitiaan (R3), kelompok paduan
suara (R5). Sedangkan menurut R9 dan R12 bentuk tanggung jawab mereka sebagai
(12)-(13)].
Iman sebagai tindakan (faith as doing) berkenaan dengan wujud nyata dari
iman berupa perhatian terhadap hidup rohani, keterlibatan dalam kegiatan Gereja
perayaan Ekaristi (R1, R2, R4, R6, R11, R12). R1 dan R4 mengatakan bahwa pada
saat awal kuliah belum memiliki semangat dan antusias yang besar untuk mengikuti
merefleksikan panggilan hidup serta mengetahui makna perayaan Ekaristi. R6, R11
dan R12 menyatakan hal yang sama yakni, sebelum belajar di PAK mengikuti
perayaan Ekaristi masih sebagai formalitas semata dan sangat jarang dilaksanakan,
tetapi setelah belajar di PAK menjadi tahu makna perayaan Ekaristi dan semangat
PAK menghantar dirinya semakin dekat dengan Tuhan, kedekatan inilah yang
(14)-(15)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
untuk ambil bagian dalam perayaan Ekaristi, akan tetapi jarak dari tempat tinggal ke
gereja cukup jauh dan ia tidak memiliki alat transportasi, sehingga selama belajar di
R5 studi di PAK tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap semangat untuk
Faktor penyebab yang utama adalah rasa malas dan tugas-tugas kuliah yang sangat
banyak (R7, R10). Sedangkan menurut pengalaman R8 dan R9 faktor untuk yang
adalah lingkungan dan suasana yang baru. Sebelum kuliah di PAK R8 dan R9
untuk terlibat aktif dalam kegiatan rohani di gereja, tetapi setelah kuliah di PAK
waktu khusus yang disediakan secara rutin untuk hidup rohani, kendati demikian
selalu berusaha menyempatkan diri untuk berdoa. Selama ini yang paling sering
dilakukan adalah doa sebelum tidur, doa rosario dan membaca Kitab Suci,
sedangkan refleksi hanya dilaksanakan ketika awal-awal kuliah saja (R1, R4, R5,
R6, R7, R8, R10). R1, R7, R8, dan R10 menyatakan bahwa tugas kuliah dan
tidurnya sering dijadikan tempat berkumpul teman-teman satu kos hampir setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
malam, sehingga ia tidak lagi punya waktu pribadi untuk berefleksi. Sedangkan R6
masalah dalam keluarga, relasi dengan teman, kuliah dan lain sebagainya. Menurut
R7 fasilitas yang ia dapatkan, misalnya mesin cuci, wi-fi¸ televisi, smartphone dan
dihabiskan untuk menikmati fasilitas tersebut dan lupa untuk berefleksi [lampiran 4:
(13)-(14)].
untuk berdoa dan membaca Kitab Suci, hanya akhir-akhir ini sudah jarang
dilakukan. R9 juga menyatakan hal yang sama, yakni selama ini ia selalu
menyiapkan waktu untuk berdoa dan membaca Kitab Suci sesuai bacaan harian.
Sementara R3, R11 dan R12 mengungkapkan bahwa selama ini tidak ada waktu
khusus untuk hidup rohani yang dilakukan hanya sebatas doa sebelum tidur. Lima
responden, yakni R2, R3, R9, R11 dan R12 menyatakan bahwa selama ini mereka
Menurut R1, R10 pada tahun kedua kuliah di PAK ia rajin mengikuti
menurut pengalaman R2, R9 dan R12 keterlibatan dalam kegiatan paroki ataupun
lingkungan hanya pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada bulan Maria dan bulan
Kitab Suci. R4, R6 dan R7 memiliki pengalaman yang sedikit berbeda, yakni tidak
terlibat aktif dalam kegiatan paroki atau lingkungan tempat tinggal mereka, tetapi
justru aktif dalam kegiatan di paroki lain, misalnya koor, lektor dan pendampingan
iman anak. Sementara R3, R5 dan R11 menyatakan bahwa selama belajar di PAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tidak pernah terlibat dalam kegiatan-kegiatan rohani baik di tingkat paroki maupun
lingkungan tempat tinggal mereka. Pengaruh dari teman satu asrama sangat besar
rata-rata teman satu asrama terlebih yang beragama Katolik tidak ada yang terlibat
belum memiliki gambaran yang pasti bentuk pelayanan macam apa yang akan
memiliki rencana yang sama, yakni memberdayakan kaum muda melalui berbagai
macam kegiatan (R3, R11 dan R12.) Selama ini kaum muda tidak memiliki banyak
misalnya nikah muda, narkoba dan lain sebagainya. Kaum muda ini memiliki
potensi yang besar dalam upaya menghidupkan Gereja. Oleh sebab itu kaum muda
perlu mendapat perhatian yang khusus (R3, R11). R12 menambahkan bahwa
keterlibatan kaum muda tidak cukup hanya dalam lingkup Gereja, tetapi harus
R12 untuk peduli dan bersedia menjadi promotor kegiatan kaum muda di tempat
R4, R5, R6, R9 dan R10 memiliki perhatian khusus pada kegiatan katekese.
Selama ini kegiatan lingkungan hanya sebatas doa rosario, itu pun sangat jarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
terjadi. Oleh sebab tidak heran iman umat sangat kering dan tidak sedikit umat yang
memilih untuk beralih ke agama lain. Kegiatan katekese seperti yang dialami selama
kuliah belum pernah dirasakan oleh umat yang ada kampung halaman (R4, R5, R6,
R9 dan R10), sehingga hal ini menjadi kesempatan yang sangat besar untuk
e. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa faktor pendukung dalam
pertama adalah pendidikan iman dari orang tua. R1 dan R9 menyatakan bahwa
pendidikan iman yang ia dapatkan dalam keluarga berupa teladan dari orang tua
yang sangat rajin membaca Kitab Suci dan terlibat aktif dalam hidup menggereja.
Menurut R1 dan R9 selain teladan dari orang tua pendidikan iman juga didapatkan
makan, mengikuti perayaan Ekaristi bersama dan lain sebagainya. Orang tua cukup
tegas dalam hal iman, terlebih ibu yang sering memaksa agar terlibat dalam kegiatan
rohani. Sekarang dirinya menyadari bahwa yang telah dilakukan ibu sangat
yang hampir sama, pendidikan iman yang ia alami dalam keluarga melalui
melakukan doa bersama setiap pukul 18.00. Selain itu R7 juga mengatakan bahwa
semasa kecil ia bersama saudara-saudarinya yang lain selalu diajarkan cara berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
yang benar oleh ibunya, bukan hanya menghafal doa. R8 dan R12 juga mengalami
hal yang sama, namun karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh orang
tua, pendidikan iman yang dialami hanya sebatas pembiasaan untuk selalu berdoa
[lampiran 4: (18)-(19)].
Sedangkan R2, R3, R4, R5, R10 dan R11 mengalami pendidikan iman
yang sedikit berbeda, yakni hanya sebatas pergi ke gereja pada hari Minggu,
selebihnya tidak ada. Orang tua memang memberikan nasihat untuk selalu berdoa
dan aktif mengikuti kegiatan rohani di Gereja, tetapi cara berdoa dan teladan aktif
dalam kegiatan hidup menggereja tidak pernah diajarkan (R11). Pendidikan iman
diselenggarakan oleh paroki asal mahasiswa, misalnya rekoleksi, retret dan lain
hal yang sama, terlebih ketika duduk di bangku SMA (sekolah menengah atas)
mereka tinggal di asrama, sehingga begitu banyak kegiatan rohani yang di alami
[lampiran 4: (19)-(21)].
R3, R5, R6, R8, R9 dan R12 memiliki pengalaman yang sedikit berbeda,
meskipun memiliki antusias dan semangat untuk terlibat, tetapi kegiatan yang
kegiatan pastoral, terlebih kegiatan bagi kaum muda. Oleh sebab itu tidak heran jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kegiatan-kegiatan rohani hanya terjadi pada saat Natal dan Paskah dan kegiatannya
hanya sebatas latihan koor serta mendekorasi gedung gereja [lampiran 4: (19)-(21)].
Faktor pendukung yang ada di Prodi PAK menurut R1, R2, R4, R5, R6, R8,
R10, R11 dan R12 kurikulum di PAK menjadi salah satu pendukung perkembangan
iman. Kurikulum di PAK banyak memuat mata kuliah terkait dengan iman, sehingga
wawasan tentang iman menjadi semakin luas. Selain itu, kurikulum di PAK juga
Selain itu, Prodi PAK juga mengadakan kegiatan retret yang sudah terjadwal dengan
baik, sehingga mahasiswa sungguh terbantu untuk menghayati imannya (R1, R2,
R4, R5, R6, R7, R8, R10, R11, R12). Sedangkan menurut R3 dosen yang mayoritas
iman. Para imam yang siap sedia membimbing para mahasiswa, bukan hanya dalam
mengumpulkan uang bagi korban bencana alam atau teman yang berduka.
Kebiasaan-kebiasaan ini melatih mahasiswa untuk peka dan mau beraksi secara
85
f. Faktor Penghambat
dari luar maupun dari dalam diri seseorang. Ke-12 responden menyatakan bahwa
faktor penghambat yang muncul dari dalam diri adalah rasa malas. Sedangkan faktor
dari luar adalah pelajaran agama sewaktu sekolah, lingkungan tempat tinggal dan
Menurut pengalaman R1, R7, R8 dan R12 guru yang mengampu PAK di
sekolah tidak memiliki kreativitas dan sering kali hanya meminta siswa untuk
mencatat. Hal ini menjadikan PAK sangat membosankan dan tidak memberikan
manfaat bagi siswa (R1, R7 dan R12). Berdasarkan pengalaman R8, PAK di sekolah
SMA, PAK semakin tidak ada kejelasan, bahkan selama 3 tahun, PAK hanya
Berdasarkan pengalaman R2, R3, R4, R5, R6 dan R11 PAK di sekolah
adalah pelajaran yang sangat membosankan semenjak di bangku SD. Sebagian besar
waktu pelajaran PAK digunakan untuk mencatat. Guru PAK tidak memiliki
kreativitas dan inovasi dalam mengajar, sehingga PAK di sekolah menjadi sangat
monoton dan membosankan (R2, R3, R11). Selain itu figur guru yang mengampu
PAK tidak mencerminkan diri sebagai seorang guru agama serta ditambah dengan
jadwal PAK yang selalu ditempatkan di akhir menjadikan PAK di sekolah semakin
Menurut pengalaman R3, R4, R5, R6, R9 dan R12 lingkungan tempat
lingkungan tempat cenderung memikirkan diri sendiri dan tidak peduli dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
suatu komunitas tidak terjadi (R3 dan R5). R4 menambahkan bahwa selama ini
kamarnya dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul, sehingga waktu untuk berdoa
pribadi dan berefleksi menjadi terganggu. Hal inilah yang menjadikan lingkungan
tempat tinggal kurang kondusif bagi proses perkembangan iman [lampiran 4: (22)-
(23)].
kebutuhan pokok agar dapat terhubung dengan orang lain. Penggunaan smartphone
juga dapat menjadikan informasi dan konten rohani sangat mudah didapatkan, kapan
saja dan di mana saja (R1, R2, R6 dan R7). Akan tetapi Smartphone justru sering
kali menyita waktu untuk belajar, berkumpul bersama teman, bahkan menggantikan
waktu untuk berdoa (R3, R5, R10, R11, R12). Konten rohani dan aplikasi-aplikasi
yang bernuansa rohani sering kali hanya selesai pada tahap download saja, meng-
update status dan upload foto ke media sosial lebih menyita perhatian dari pada
kampus belum kondusif bagi perkembangan iman, terlebih untuk kegiatan doa.
Letak kampus yang berada di tengah keramaian menjadikan suasana hening sangat
sulit ditemukan. Sedangkan menurut R3 di Prodi PAK terlalu banyak tugas dan
berlomba untuk mendapat nilai yang baik, sangat sedikit yang berjuang untuk
keutamaan hidup. R10 menambahkan, teladan dari dosen masih kurang, terlebih
87
kualitatif perkembangan iman para mahasiswa ini dibagi menjadi 4 bagian. Pertama
a. Identitas Responden
Berdasarkan data yang diperoleh, kedua belas responden ini berasal dari
berbagai penjuru Kabupaten Kutai Barat dengan bahasa dan budaya yang berbeda-
beda. Selain latar belakang budaya yang berbeda mahasiswa-mahasiswi ini juga
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda. Sebagian besar
setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) sedangkan sebagiannya bekerja terlebih
dahulu. Mahasiswa-mahasiswi ini berjumlah 13 orang yang terdiri dari 4 orang laki-
laki dan 9 orang perempuan. Penulis merupakan salah satu bagian dari mahasiswa
program beasiswa ini, maka responden dalam penelitian ini berjumlah 12 orang
[lampiran 3: (3)].
b. Dimensi Kognitif
Menurut Groome (2010: 81) dimensi kognitif dari iman adalah sebuah
keyakinan (faith as believing). Untuk dapat sampai pada keyakinan, maka iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
harus direnungkan, dipahami dan didalami. Bentuk dari dimensi kognitif ini adalah
diperoleh.
yang selama ini dijalani. Sebelum belajar di PAK kegiatan-kegiatan rohani hanya
selama ini hanya berlalu begitu saja, kini dapat dimaknai dan menjadi sangat berarti,
(7)].
keadaan yang statis yang tidak bergerak dan berkembang. Iman merupakan kegiatan
menunjukkan bahwa iman adalah sebuah kegiatan. Melalui iman manusia dapat
Dimensi kognitif dari iman menuntut sebuah pengakuan yang didasari oleh
terhadap apa yang diimani, tanpa ada paksaan dari pihak luar. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa keyakinan yang teguh terhadap iman akan muncul manakala
iman tersebut dipahami, direnungkan dan didalami. Berkaitan dengan hal ini
89
Berdasarkan rumusan artikel dokumen di atas dapat dilihat bahwa syarat utama
dalam iman adalah penyerahan seluruh hidup, termasuk di dalamnya kehendak dan
akal budi secara bebas kepada Allah. Iman dapat dipahami sebagai sebuah
semakin menyadari dan merasakan campur tangan Allah dalam hidup mereka.
Pengalaman inilah yang menjadi titik tolak keyakinan terhadap rencana dan karya
Allah dalam hidup ini. Kehadiran dan peran Allah dalam hidup kini semakin
mendapat kejelasan dan tidak lagi diragukan. Secara kualitatif dimensi kognitif iman
4: (4)-(7)].
c. Dimensi afektif
Groome (2010: 87) menyatakan bahwa dimensi afektif dari iman adalah
dalam iman, dimensi afektif ini lebih menekankan relasi personal seseorang terhadap
apa yang ia imani. Dalam hal ini relasi tersebut berarti hubungan personal seseorang
dengan Allah. Karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus
melalui doa, baik secara pribadi maupun komunal. Doa merupakan dimensi dialogis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dari hubungan kita dengan Allah, tanpa dialog ini maka hubungan tersebut tidak
akan bertahan.
menyatakan bahwa iman merupakan cara mengetahui dunia secara aktif dan cara
berhubungan dengan dunia, maka iman memiliki dimensi kognitif dan juga afektif.
Dimensi kognitif (rasionalitas) iman tidak dapat dipisahkan dari dimensi afektif
(perasaan). Dimensi perasaan adalah emosi afektif yang muncul dari iman sebagai
berhubungan dengan seseorang atau sesuatu dengan cara sedemikian rupa, sehingga
hati kita diarahkan, perhatian diberikan dan harapan kita tertuju pada orang lain.
PAK semakin menegaskan peran suara hati dalam hidup mereka. Suara hati semakin
keputusan. Sedangkan enam responden lainnya menyatakan, bahwa selama ini suara
hati jarang didengarkan, meskipun sering kali bergulat dengan suara hati [lampiran
4: (10)-(11)].
Suara hati dapat dipahami sebagai bisikan atau suara yang menyerukan
untuk selalu berbuat kebaikan. Suara hati adalah kesadaran moral yakni, kesadaran
tentang hal yang baik dan yang jahat. Suara hati tidak hanya sekedar kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
moral tetapi juga kemampuan untuk mengambil keputusan untuk melakukan yang
baik dan menghindari yang jahat. Suara hati adalah inti terdalam dari manusia,
karena melalui suara hati seseorang dapat mendengar suara Allah yang menggema
(KGK, art. 1776). Oleh sebab itu dalam hidup beriman suara hati sangat penting
belajar di PAK mereka semakin bangga menjadi orang Katolik, bahkan beberapa
responden mengungkapkan bahwa Katolik adalah jati diri mereka yang tidak
mungkin ditinggalkan. Rasa bangga sebagai orang Katolik memang sudah ada sejak
kecil, akan tetapi rasa bangga tersebut semakin diteguhkan ketika mengalami
dinamika perkuliahan di PAK. Rasa bangga sebagai seorang Katolik ini belum
sampai mengakar dan menjadi dasar dalam hidup beriman dan cenderung hanya
Pengaruh dari luar masih menjadi alasan utama dalam menjalankan tanggungjawab
sebagai orang Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa iman sebagai seorang Katolik
merupakan iman yang diwariskan, bukan iman yang menjadi milik pribadi [lampiran
4: (7)-(9)].
bahwa bentuk tanggungjawab yang dilakukan selama ini sebagai mahasiswa adalah
92
2013: 34).
mengembangkan seluruh potensi diri agar kelak dapat melayani lebih banyak orang.
afektif tidak terlalu berkembang, mengingat dimensi afektif bukan hanya ungkapan
d. Dimensi Tindakan
ungkapan nyata dari iman dalam wujud tindakan. Yesus sendiri menegaskan bahwa
orang yang masuk Kerajaan Allah bukanlah mereka yang selalu berseru “Tuhan,
Tuhan”, tetapi mereka yang melakukan kehendak Allah (Mat 7:21). Dari Sabda
Yesus ini ingin ditegaskan kembali bahwa iman tidak cukup hanya dengan kata-kata
saja, iman membutuhkan sebuah tindakan nyata. Oleh sebab itu iman sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
realitas yang hidup sangat penting, artinya apa yang diimani harus sungguh
pokok yang berkaitan dengan hidup doa pribadi maupun komunal dan bentuk
tidak memiliki perhatian khusus terhadap hidup rohani, terlebih setelah memasuki
tahun terakhir masa studi hidup rohani mulai ditinggalkan. Selama ini bentuk
perhatian terhadap hidup rohani hanya berupa doa yang umum dilaksanakan oleh
semua orang, misalnya doa sebelum tidur dan lain sebagainya. Hasil penelitian juga
bahkan beberapa responden menyatakan sejak awal kuliah sampai sekarang tidak
Menurut Cremers (1995: 160-179), ciri utama iman yang dewasa adalah
bersifat reflektif. Kemampuan refleksi adalah syarat dasar untuk mencapai tahap
iman yang dewasa, karena melalui refleksi pengalaman hidup akan memiliki makna.
Oleh sebab itu kebiasaan refleksi merupakan hal yang sangat penting, terlebih bagi
para calon katekis dan guru agama yang bertugas untuk membantu orang lain agar
dalam mengikuti perayaan Ekaristi semakin meningkat. Perayaan Ekaristi tidak lagi
94
dalam hidup beriman. Semua responden menyatakan bahwa tindakan tersebut lahir
dari kebebasan tanpa intervensi dari pihak luar. Artinya semua tindakan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden tidak ada yang terlibat secara
bahkan tiga responden menyatakan bahwa selama belajar di PAK tidak pernah ambil
juga dilihat dari bentul pelayanan yang akan diberikan bagi umat setelah
perhatian khusus dalam pelayanan adalah bidang katekese dan pembinaan kaum
muda. Sementara responden lainnya sejauh ini belum memiliki gambaran bentuk
mahasiswi Kabupaten Kutai Barat tidak jauh berbeda dengan perkembangan dimensi
afektif. Sebagian besar dimensi tindakan dari iman masih berhenti pada taraf niat,
95
terkait dengan pendidikan iman dalam keluarga, kegiatan rohani dalam Gereja, PAK
iman mereka. Pendidikan iman yang terjadi dalam keluarga dalam bentuk
pembiasaan untuk hidup menurut tata cara Kristiani, misalnya berdoa bersama,
mengikuti Misa dan membaca Kitab Suci. Sedangkan bentuk pendidikan iman
dalam keluarga yang dirasakan oleh responden lainnya masih berupa perintah untuk
mengikuti Misa dan kegiatan rohani. Tidak semua responden mendapatkan teladan
cara hidup beriman dari orang tua, karena keterbatasan informasi dan pengetahuan
[lampiran 4: (18)-(19)].
iman yang pertama dan utama. Dalam sebuah keluarga orang tua memiliki peran
bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar mereka
mengabdi Allah sesuai dengan iman permandiannya dan disiapkan untuk memasuki
masyarakat serta umat Allah sebagai orang dewasa (Gravisimum Educationis, art.
3). Keluarga adalah tempat penyemaian benih-benih iman. Orang tua hendaknya
memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya, sehingga benih-benih iman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
art. 11).
menyatakan memiliki keinginan yang besar untuk mengikuti kegiatan rohani, tetapi
tidak banyak paroki yang memiliki kegiatan bagi kaum muda. Hampir seluruh
mampu mengurus berbagai macam kegiatan pastoral, terlebih kegiatan bagi kaum
muda. Oleh sebab itu tidak heran jika kegiatan-kegiatan rohani hanya terjadi pada
saat Natal dan Paskah dan kegiatannya hanya sebatas latihan koor serta mendekorasi
gedung gereja
berbeda-beda. Secara umum responden merasa PAK di sekolah dasar (SD) sangat
menyenangkan. Hal ini sangat berbeda dengan PAK di SMP dan SMA, sebagian
Faktor penyebab kejadian ini adalah kurangnya guru agama yang profesional dan
memiliki hati untuk anak didiknya, sehingga PAK di sekolah dilaksanakan dengan
seadanya saja. Padahal bila bertolak pada dokumen Gereja, sekolah sangat penting
bagi perkembangan seseorang. Di sekolah tidak hanya diajari ilmu yang berkaitan
dengan fisik dan akal budi, tetapi ilmu tentang nilai-nilai luhur hidup manusia.
Sekolah juga menjadi tempat terjalinnya rasa persahabatan antar pribadi yang
97
jawab para guru saja, tetapi merupakan tanggungjawab seluruh masyarakat (GE, art.
5).
besar terhadap seorang individu, maka pemilihan lingkungan tempat tinggal sangat
responden merasa bahwa selama ini lingkungan tempat tinggal tidak begitu kondusif
bagi perkembangan iman. Hal ini terlihat keterlibatan anggota komunitas lingkungan
tempat tinggal mereka dalam berbagai kegiatan rohani masih sangat kurang
[lampiran 4: (22)-(23)].
merupakan alat yang dapat menjadi sarana perkembangan iman, tetapi juga bisa
dalam perkembangan iman, karena smartphone sering kali lebih menarik dari
kegiatan lainnya. Dengan demikian sebagian besar waktu dihabiskan untuk bermain
smartphone, sehingga waktu untuk belajar maupun hidup rohani sangat sedikit,
ada di Prodi PAK adalah kurikulum PAK yang disusun dengan sangat proporsional
antara materi dan praktik, sehingga mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori, tetapi
pembinaan spiritualitas, rekoleksi dan retret yang rutin diselenggarakan oleh Prodi
98
Selain itu suasana kekeluargaan yang ada dalam lingkungan Prodi PAK juga turut
menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa tidak ada faktor penghambat
yang ada di Prodi PAK terkait perkembangan iman. Faktor penghambat yang ada
lebih banyak muncul dari dalam diri buka dari luar [lampiran 4: (25)].
4. Kesimpulan Penelitian
Dari tiga dimensi iman yang dikemukakan oleh Groome (2010: 81), penulis
atau iman sebagai keyakinan adalah dimensi iman yang menekankan segi
intelektual. Hal ini bertolak dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa para
Dimensi tindakan juga tidak jauh berbeda dengan dimensi afektif, wujud konkret
dari iman masih berhenti pada taraf perencanaan atau niat semata, belum sampai
sebagian besar berada pada tahap sintetis-konvensional. Dalam tahap ini iman masih
ditafsirkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan kriteria yang dikatakan oleh orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dalam kelompoknya atau sesuai dengan pemahaman yang populer. Tahap ini
merupakan tahap penyesuaian diri di mana seseorang ingin sekali merespons dengan
Dalam tahap ini seseorang belum mampu memahami identitas pribadi untuk
membuat keputusan-keputusan yang otonom. Iman dalam tahap ini masih bersifat
otoritas yang berada di luar dirinya. Iman belum dijadikan sebagai milik pribadi.
sebagai milik pribadi. Seseorang yang beriman dengan cara ini berada pada tahap
berani dan kritis memilih secara pribadi ideologi, filsafat dan cara hidup yang
hubungan dengan tugasnya. Orang dewasa muda dalam tahap ini sudah memahami
dirinya dan orang lain, tidak hanya menurut pola sifat “pribadi” atau “antar pribadi”,
melainkan sebagai suatu bagian sistem sosial dan institusional. Faktor lain yang juga
adalah pendidikan iman dari orang tua yang tidak semua mendapatkannya. Kegiatan
perkembangan iman, lingkungan tempat tinggal yang kurang kondusif dan alat
BAB IV
UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN
MAHASISWA-MAHASISWI MELALUI KEGIATAN RETRET
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian pada bab III penulis menyampaikan usulan
perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat. Bab ini terdiri dari
tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan pemikiran dasar kegiatan, bagian kedua
berupa usulan kegiatan dan bagian ketiga adalah contoh persiapan retret mahasiswa.
belum sampai pada tindakan. Hal ini menegaskan bahwa selama ini seluruh kegiatan
perkuliahan hanya berhenti pada pemahaman dan keinginan semata, belum sampai
pada pemaknaan. Hidup rohani belum menjadi perhatian yang utama dalam
keseluruhan proses studi. Pengaruh dari luar masih menjadi penentu dalam
Barat mengalami dis-orientasi dalam proses studi. Dampak yang terlihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
perubahan orientasi ini adalah sulit membedakan antara sarana dan tujuan, bahkan
Permasalahan ini muncul karena seluruh proses studi dan nilai-nilai pokok
yang ditawarkan oleh universitas, fakultas maupun prodi belum direfleksikan serta
hanya menjadi sebuah informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden tidak lagi memiliki kebiasaan berefleksi. Refleksi sangat penting terlebih
bagi para calon guru agama dan katekis ini, karena hanya melalui refleksi pengalaman
akan menjadi bermakna. Tanpa refleksi seseorang akan kehilangan jati dirinya dan
kehilangan tujuan hidupnya, sehingga hidup hanya dijalani apa adanya. Sebagai
mahasiswa yang mendapat kepercayaan dari pemerintah tentu tujuan utamanya adalah
membaktikan diri bagi pemerintah, dalam hal ini pemerintah adalah masyarakat yang
memberikan kesempatan dan dukungan untuk belajar di perguruan tinggi. Untuk dapat
yang belajar di Program Studi Pendidikan Agama Katolik kompetensi tersebut adalah
membantu umat untuk memperkembangkan imannya. Oleh sebab itu sebagai calon
guru agama atau katekis syarat utama untuk melayani umat (masyarakat) adalah
memiliki iman yang mendalam. Menurut Groome (2010: 81) iman mencakup tiga
aspek yakni, kognitif, afektif dan tindakan, maka berbicara tentang iman berarti
berbicara tentang keseluruhan hidup seseorang. Meminjam istilah latin Nemo dat quod
non habet yang berarti kita tidak dapat memberi apa yang tidak kita miliki. Bagi
seorang guru agama atau katekis tidak mungkin mengajarkan tentang iman, sedangkan
102
tahunnya untuk para mahasiswa, tetapi retret tersebut menggunakan model preaching
retreat, yakni retret model ceramah/kotbah. Program retret ini tidak menggunakan
model preaching retreat. Retret ini akan bertolak dari pengalaman peserta dengan
menggunakan langkah life, faith, new life. Melalui retret ini para peserta diharapkan
dapat merefleksikan pengalaman hidup beriman mereka selama ini dalam terang ajaran
perlu dipersiapkan dalam retret. Hal ini guna mempermudah dan memperlancar
1. Tema
Tema umum dalam kegiatan retret ini adalah “Iman Yang Individuatif dan
Reflektif”. Tema ini dipilih untuk membantu para mahasiswa mengenali jati diri dan
tujuan hidup yang sesungguhnya. Melalui tema ini para mahasiswa diajak untuk
103
2. Tujuan
3. Peserta
5. Bentuk Kegiatan
Kegiatan retret ini dilaksanakan berdasarkan tiga langkah, yakni life, faith and
new life. Peserta akan mengungkapkan pengalaman selama menempuh studi di PAK
dan merefleksikannya dalam terang iman Katolik, kemudian menentukan sikap baru
dalam hidup beriman. Bentuk kegiatan retret ini berupa refleksi pengalaman,
menonton film inspiratif dan penyampaian materi serta menentukan sikap . Retret ini
merenungkan pengalaman studi selama ini. Pemutaran film dan penyampaian materi
Pada akhir kegiatan retret ini para peserta mengambil sikap dan mewujudkan hasil
104
6. Metode
7. Sarana
a. Multimedia : laptop, proyektor, speaker, pengeras suara
8. Tim
9. Susunan Acara
Tabel 3
Susunan Acara
Waktu Acara
Hari I : Life
15.00-15.30 Registrasi
15.30-16.00 Snack
16.00-16.30 Pengantar
16.30-18.00 Sesi I :
Pengalaman suka- duka di PAK
18.00-19.00 Makan
19.00-21.00 Sesi II :
Gambaran imanku
Hari II: faith
06.30-07.00 Doa pagi
07.00-08.00 Sarapan
08.00-10.00 Sesi III : Iman yang sungguh berkembang
10.00-10.30 Snack
10.30-12.00 Sesi IV : Sharing
12.00-13.00 Makan siang
13.00-16.00 Istirahat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
16.00-16.30 Snack
16.30-19.00 Sesi V : Menonton Film “Mother Teresa of Calcuta”
19.00-19.30 Makan malam
19.30-21.00 Sesi VI : Sharing mengenai film “Mother Teresa of Calcuta”
Hari III : New Life
06.30-07.00 Doa pagi
07.00-08.00 Sarapan
08.00-09.00 Sesi VII : Menentukan sikap dalam beriman
09.00-10.00 Sharing mengenai sikap/aksi konkret yang akan dilakukan
10.00-10.30 Ibadat penutup
10.30 Sayonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Tabel 4
Matriks Program
107
- Setyawan, A,
SJ.(2011). Saat
Tuhan Tiada; dari
cermin Anthony de
Mello, SJ.
Yogyakarta: PT.
Kanisius
Hari III : new Mengajak peserta - Pengalaman Refleksi - Laptop Pengalaman peserta
life untuk menemukan hidup peserta Diskusi - Proyektor
nilai hidup yang - Hasil sharing Sharing - Soundsystem
hendak sesi I dan II
digarisbawahi dan
merumuskan
tindakan nyata
terkait hidup
beriman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
1. Pemikiran dasar
pengalaman suka maupun duka selama belajar di Prodi PAK. Peserta juga telah
Pada sesi ini peserta diajak untuk belajar dari refleksi para ahli tentang
hidup beriman. Peserta diajak untuk mengkritisi cara hidup beriman mereka
selama ini dan menimba inspirasi dari refleksi para ahli tentang iman.
Perbandingan antara pengalaman dengan refleksi para ahli akan membantu peserta
2. Tujuan
3. Materi
b. 3 dimensi iman
4. Sumber bahan
109
Mulia.
5. Metode
a. Informasi
b. Tanya Jawab
6. Sarana
a. Laptop
b. Proyektor
c. Soundsystem
a. Pengantar
Maka pada kesempatan ini, kita bersama-sama akan mendalami refleksi para ahli
terkait hidup beriman. Harapannya setelah mendalami refleksi para ahli terkait
110
b. Penyampaian materi
pribadi memiliki gambaran tentang iman yang berbeda sesuai dengan masing-
masing tahap. Fowler menyusun tujuh tahap dalam perkembangan iman. Menurut
(21-35 tahun). Pada tahap ini muncul kesadaran diri dan refleksi diri yang
mendalam. Orang dewasa muda semakin kritis melihat perbedaan jati dirinya
yang dipersepsikan oleh orang lain dengan yang ia alami sendiri. Dalam tahap ini
refleksi diri tidak seluruhnya bergantung pada pandangan orang lain. Melalui
yang selama ini ia terima dan jalani. Ia tidak dapat lagi bersandar pada orang lain,
tetapi dengan berani dan kritis ia harus memilih secara pribadi ideologi, filsafat
dan cara hidup yang menghantar pada komitmen-komitmen kritis serta mawas diri
dalam segala hubungan dengan tugasnya. Orang dewasa muda dalam tahap ini
sudah memahami dirinya dan orang lain, tidak hanya menurut pola sifat “pribadi”
atau “antar pribadi”, melainkan sebagai suatu bagian sistem sosial dan
institusional.
Tahap ini menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos dan
lain sebagainya atau sering disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala macam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
simbol dan mitos yang ia kenal selama ini mulai diselidiki dengan kritis dan
Kepercayaan dalam tahap ini ditandai oleh kesadaran yang tajam akan
mengumumkan dan mengesahkan tokoh tersebut sebagai pendiri Gereja dan nabi
yang utama, melainkan karena pribadi istimewa tersebut dipandang sebagai tokoh
yang sungguh menghayati hubungan dengan Allah. Bagi orang dewasa yang
mesra sebagaimana diilhami dan disemangati oleh Allah yang berkarya dan
mendorong hati mereka. Dalam tahap ini seseorang menemukan identitasnya dan
112
Dimensi kognitif dari iman adalah sebuah keyakinan yang teguh terhadap apa
dimensi kognitif yang menekankan pengakuan dalam iman, dimensi afektif ini
lebih menekankan relasi personal seseorang terhadap apa yang ia imani. Dalam
hal ini relasi tersebut berarti hubungan personal seseorang dengan Allah. Karya
kekaguman, hormat, pemujaan, rasa terima kasih, dan permohonan dari pihak
pribadi maupun komunal. Doa merupakan dimensi dialogis dari hubungan kita
dengan Allah, tanpa dialog ini maka hubungan tersebut tidak akan bertahan.
dari iman dalam wujud tindakan. Yesus sendiri menegaskan bahwa orang yang
masuk Kerajaan Allah bukanlah mereka yang selalu berseru “Tuhan, Tuhan”,
Untuk mencapai iman yang dewasa maka ketiga dimensi ini harus
seluruh aspek dalam pribadi seseorang (kognitif, afektif dan psikomotorik). Iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan hidup seseorang, bahkan iman akan
c. Refleksi
ahli tentang iman. Dalam bagian kita akan diberi waktu untuk merefleksikan
hidup beriman kita selama ini. Untuk membantu kita dalam berefleksi, telah
d. Sharing
adalah kesempatan untuk kita saling memperkaya satu dengan yang lain melalui
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian pertama menyampaikan
mengemukakan saran untuk beberapa pihak yang terkait demi perkembangan iman
para mahasiswa-mahasiswi.
A. Kesimpulan
yakni, kognitif, afektif dan tindakan. Ketiga dimensi ini tidak dapat dihayati secara
terpisah, artinya iman akan berkembang jika ketiga dimensi ini berkembang secara
serentak. Iman yang dewasa adalah iman yang bersifat reflektif dan di dasari oleh
kebebasan.
mahasiswi Kabupaten Kutai Barat rata-rata berada dalam tahap kognitif. Para
mahasiswa ini sebagian besar belum mampu untuk menghayati setiap proses
perkuliahan baik materi ataupun dinamika yang terjadi di dalamnya, sehingga proses
Faktor utama yang menyebabkan iman kurang dihayati adalah tidak adanya
kebiasaan refleksi. Tanpa refleksi seluruh proses perkuliahan yang dijalani tidak
pengalaman dan informasi yang diperoleh, sehingga semua itu sungguh menjadi
milik pribadi yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mahasiswi menghayati imannya. Melalui retret ini, para mahasiswa memiliki waktu
dan kesempatan serta suasana yang tepat untuk merefleksikan seluruh pengalaman
studi, sehingga para mahasiswa sungguh memiliki iman yang individuatif dan
reflektif. Iman yang menjadi milik pribadi, bukan lagi iman yang berdasarkan
B. Saran
motivasi bagi para mahasiswa beasiswa dalam upaya menimba ilmu misalnya,
2. Bagi Prodi PAK, supaya lebih mengintensifkan lagi kegiatan refleksi yang
pendampingan agar tetap relevan dengan para mahasiswa yang terdiri dari
3. Bagi mahasiswa beasiswa pemerintah Kabupaten Kutai Barat Prodi PAK harus
memiliki jadwal rutin untuk berefleksi dan berdoa agar seluruh proses
123
Daftar Pustaka
Agus, Cremers. (1995). Tahap - Tahap Perkembangan Iman. Yogyakarta: PT.
Kanisius.
Banawiratma, JB. (1986). Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Chang, William. (2005). Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Krispurwana Cahyadi,T. (2014). Gereja di tengah pergumulan hidup. Bogor:
Mardi Yuana.
Creswell, John. W. (2016). Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dapiyanta, F.X. (2008). Pendidiakan Agama Katolik Pada Tingkat Dasar.
Yogyakarta: IPPAK-USD.
Darmawijaya, St. (2011). 12 Pola Keluarga Beriman. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Dawson, Catherine. (2002). Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (1990). Sarosantum Consilium
Groome, Thomas H. (2010). Christian Religius Education. Jakarta: Gunung
Mulia.
Koesoema A, Doni. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Konferensi Wali Gereja Indonesia .(1996). Iman Katolik :Buku informasi dan
referensi. Yogyakarta: Kanisius-Obor.
. (2007). Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah.
. (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. Bogor: Mardi Yuana.
Iswarahadi, Y.I, SJ. (2003). Beriman dan Bermedia. Yogyakarta: PT. Kanisius.
. (2009). Media DI Era Digital. Yogyakarta: Pusat Pastoral
Yogyakarta.
. (2013). Media Pewartaan Iman. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Mangunhardjana, A. (1997). Isme-isme dari A sampai Z. Yogyakarta: PT.
Kanisius.
Mardiatmadja, B.S, SJ. (1985). Beriman Dengan Bertanggungjawab. Yogyakarta:
PT. Kanisius
, (1985). Beriman Dengan Sadar. Yogyakarta: PT. Kanisius
Moelang, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdarkarya.
Nasution, S, M.A. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito.
Nikolous, Dkk. (2007). Etnografi: Komunitas Kampung Kabupaten Kutai Barat.
Sendawar: BPPD Kabupaten Kutai Barat dan Center for ethnoecology
reaserch and development.
Panitia Insadha. (2012). Panduan Insadha 2012. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Papo, Jacob. (1989). Pendidikan Hidup Beriman Dalam Lingkup Sekolah.
Yogyakarta: PT. Kanisius
Slameto.(2013). Belajar dan Fakto-Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Staf Dosen PAK. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: IPPAK-USD.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Sesilia Perempuan R1
2. Kristina Verawati Perempuan R2
3. Natalia Yustika Perempuan R3
4. Maria Dolorosa Tonis Perempuan R4
5. Klaudius Himang Laki-Laki R5
6. Christina Lunau Jalung Perempuan R6
7. Maria Fransiska F. Radja Perempuan R7
8. Antonius Kerung Laki-Laki R8
9. Martalina Perempuan R9
10. Agustina Havui Batoq Perempuan R10
11. Yohana Susmi Perempuan R11
12. Deodatus Asri Biantoro Laki-Laki R12
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Kognitif
a. Perkembangan iman selama studi di PAK
R1 Selama kuliah di PAK saya merasa ada peningkatan iman saya, jika
dibandingkan dulu sebelum masuk PAK. Perkembangan tersebut memang tidak
konstan, ada saat-saat tertentu juga merasa malas.
R2 Secara pribadi sekarang merasa lebih baik dibandingkan dulu, sebelum masuk
PAK saya sempat menyalahkan Tuhan karena keadaan hidup yang saya alami
(suasana keluarga, status sosial, ekonomi,dll). Namun sekarang saya menyadari
bahwa. Tuhan punya rencana terhadap hidup saya meskipun hidup saya berantakan
dan rencana Tuhan untuk hidup saya ini sangat saya syukuri.
R4 Menurut saya iman itu adalah hidup doa. Saya merasa iman (hidup doa) saya
selama studi PAK lebih baik dibandingkan dengan dulu sebelum saya di PAK. Di
sini saya cukup sering berdoa dan mengikuti kegiatan-kegtiatan rohani, dulu saya
tidak pernah tertarik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini.
R5 Sebelum masuk PAK merasa sangat asing dengan agama, tidak ada perhatian
khusus terhadap perkembangan iman. Selama di PAK banyak belajar tentang iman
dan terlibat dala, kegiatan perkembangan iman.
R6 Setelah belajar di PAK saya merasa iman saya berkembang, terutama dalam
relasi dengan sesama. Sebelum kuliah saya kira iman hanya sebatas pergi ke gereja,
tetapi setelah studi di PAK ternyata iman sangat luas, bahkan justru lebih banyak
ditemukan dalam dinamika hidup bersama, ke gereja hanya salah satu aspek dari
iman. Iman menjadi nyata ketika dilakukan. Kedua adalah penyerahan diri pada
Tuhan lebih terasa mendalam setelah belajar di PAK.
R8 Saya merasa cukup berkembang meskipun tidak signifikan, dulu saya merasa
ragu-ragu akan apa yang
saya imani. Tetapi sekarang saya merasa lebih yakin kalau Tuhan itu ada dan
percaya akan pertolongan Tuhan dalam hidup ini.
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R9 Saya merasa semakin berkembang dan lebih baik bila di bandingkan dengan
awal-awal studi. Dulu tidak terlalu peduli dengan kegiatan rohani, terutama misa,
tapi sekarang jika tidak misa ada sesuatu yang hilang.
R10 Aku merasa iman berkembang meskipun masih naik turun, menurutku iman
itu kepercayaan dan karunia yang diberikan Tuhan. Pengalaman dari PAK yang
penuh pergulatan membuat saya semakin tahu dengan apa yang saya imani dan
pengetahuan ini membuat saya semakin percaya.
R11 Saya merasa semakin berkembang, karena semakin hari saya semkin percaya
rencana Tuhan dan mampu memaknai setiap pergulatan hidup saya, terlbih
pengalaman kehilangan ibu saya.
R12 Saya merasa iman saya cukup berkembang, terlebih ketika saya mengalami
sakit yang serius. Melalui Pengalaman ini saya menyadari bahwa hidup
mempunyai makna dan perlu terus untuk dimaknai. Saya menyadari semua ini,
karena dinamika perkuliahan di PAK. Sebelum kuliah di PAK saya tidak pernah
berpikir bahwa setiap harus dimaknai, bahkan dulu saya sangat jarang mengikuti
misa, karena tidak tahu makannya bagi hidupku.
R2 Dari tiga dimensi iman ini saya merasa dimensi afektif saya lebih berkembang
selama di PAK, selama di PAK banyak persoalan yang saya alami dan suara hati
membantu saya untuk melihat persoalan dari berbagai aspek dan memaknai
persoalan tersebut, tidak lagi sempit.Yang saya rasa masih kurang yakni dimensi
kognitif, bagi saya pengetahuan tentang sangat luas dan cukup rumit untuk saya
pelajari.
R3 Saya rasa yang paling berkembang adalah segi afektif, dulu saya tidak dekat
dengan orang tua dan selalu menghindar dari orang tua, tapi dari PAK saya belajar
untuk mengolah rasa itu dan sekrang menyadari bahwa orang tua sebenarnya
mengasihi saya.Yang paling kurang adalah tindakan, faktor penyebab utamanya
adalah rasa malas dari dalam diri sendiri, faktor lain yang juga mempengaruhi
adalah teman sehari-hari.
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R4 Dimensi yang berkembang adalah segi hati, saya merasa kuliah di PAK
menjadikan saya semakin peka dan peduli terhadap orang lain. Sering ada teman-
teman yang pinjam uang, meskipun saya juga butuh tapi saya sering memberikan,
karena mereka lebih membutuhkan. Yang masih kurang adalah segi kognitif,
karena selama ini saya masih kurang baca.
R5 Dari tiga iman yang paling menonjol adalah kognitif, karena selama 4 tahun
belajar tentang agama yang otomatis membuat saya banyak tahu tentang iman.
Yang paling kurang adalah psikomotorik atau dimensi tindakan, hal ini dikarenakan
menjalin relasi dan interaksi/terlalu sibuk dengan diri sendiri. Faktor lain yang juga
mempengaruhi adalah teman asrama yang tidak ada yang terlibat di lingkungan.
Kampus menciptakan iklim yang tidak kondusif, ke lingkungan hanya karena ada
tugas.
R7 Dari tiga dimensi ini saya merasa dimensi yang paling berkembang adalah
tindakan, karena saya merasa kuliah di PAK semakin menggerakan saya untuk
membantu orang lain. Terlebih karena saya sendiri pernah mengalami situasi yang
sulit dan saya bersuaha semampu saya untuk membantu teman yang mengalami
kesulitan. Dimensi yang kurang berkembang adalah dimensi afektif, saya belum
mampu mengolah hati dengan bijaksana, penyebabnya adalah dari dalam diri
sendiri. Dari pihak kampus sudah cukup membantu, namun saya masih belum
mampu.
R8 Selama kuliah di PAK saya merasa suara hati saya semakin berkembang,
terlebih ketika dihadapkan dengan niat-niat jahat saya mendapat bisikan dan
masukan dari dalam (suara hati). Suara hati ini berkembang karena kebiasaan di
PAK untuk berefleksi. Yang masih kurang adalah tindakan, kadang kita tahu untuk
melakukan hal baik, tetapi untuk menjalankan niat baik tersebut sangat susah
karena tidak sanggup menanggung risiko, malas, dll
R9 Saya merasa aspek yang paling berkembang adalah tindakan, karena saya
merasa ketika kuliah di PAK saya semakin ringan tangan dan rela membantu
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesulitan orang lain. Yang dirasa masih kurang adalah dimensi afektif, karena saya
sangat mudah terpengaruh omongan orang dan cenderung mengabaikan suara hati.
R10 Menurut pengalaman saya selama studi di PAK dimensi iman yang paling
berkembang adalah dimensi tindakan, ketika saya liburan pulang kampung, dulu
saya tidak pernah memimpin ibadat, tetapi setelah studi di PAK saya lebih berani
untuk bertindak. Yang masih kurang berkembang adalah aspek afektif, relasi saya
dengan Tuhan, saya sering mengingat Tuhan di saat butuh saja, saya menyadari apa
yang saya lakukan, faktor penyebab yang paling utama adalah rasa malas.
R11 Saya merasa dimensi afektif yang paling perkembang, karena saya merasa saya
mulai mampu memaknai pengalaman hidup. Yang masih kurang adalah dimensi
tindakan, karena saya sulit untuk memaafkan, faktor utamanya adalah kerelaan
untuk berbuat baik bagi sesama masih sangat sulit saya lakukan.
R12 Menurut pengalaman saya selama ini dimensi iman yang paling berkembang
adalah dimensi afektif. Sekali lagi ini karena pengalaman ketika saya jatuh sakit.
Ketika sakit saya sungguh merasa bahwa Tuhan sungguh dekat dan selalu
membantu saya dalam proses penyembuhan, sekrang saya sembuh serta bsia
melanjutkan kuliah lagi. Ketika kuliah di PAK saya menyadari relasi saya dengan
Tuhan semakin terasa nyata. Yang masih kurang adalah tindakan, selama ini saya
banyak belajar dan menghayati nilai-nilai agama Katolik, namun masih sangat sulit
untuk mempraktekannya, karena rasa malas dan belum memiliki niat yang cukup
untuk bertindak.
2. Afektif
a. Bangga menjadi Katolik
R1 Sebelum kuliah di PAK saya mersa bangga menjadi orang Katolik ditambah
pengetahuan kulih tentang agama Katolik saya menjadi semkin memahami agama
Katolik, kendati aktif di Gereja. Sekarang saya banyak tahu dan semakin bangga.
R2 Saya bangga, karena saya kagum dengan sistem hirarkis gereja dan di PAK saya
memperoleh banyak pengetahuan tentang ini. Selain itu saya juga bangga dengan
pelayanan yang diajarkan oleh agama Katolik, terlebih kesaksian hidup di tengah
masyarakat.
R3 Dulu memang Katolik hanya formalitasnya saja, tapi sekarang saya bangga
menjadi Katolik dan tidak ragu lagi, belajar di PAK semakin menegaskan bahwa
Katolik adalah agama pilihan saya yang benar. Memang pernah terlintas untuk
pindah agama dan merasa kering dengan ritus agama Katolik, sehingga harus
mencari ke gereja lain, tapi dengan ini malah saya semakin bangga dengan Katolik.
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R4 Saya bangga menjadi Katolik, pertama semua keluarga saya menjadi Katolik.
Dari PAK saya belajar bahwa Katolik sangat terbuka dan menghargai agama orang
lain, ini yang menjadikan saya sangat bangga menjadi Katolik.
R5 Merasa sangat bangga, karena ternyata menjadi Katolik banyak hal yang dapat
dilakukan. Katolik sangat menekankan kasih yang menggugah saya untuk berbagi.
Inilah yang membuat saya bangga
R6 Saya merasa sangat bangga, karena Katolik menghantar saya untuk merasakan
kehadiran Tuhan. Melalui agama Katolik saya menjadi tahu bahwa beriman tidak
hanya sebatas mampu bernyanyi atau main musik.
R7 Setelah kuliah di PAK saya semakin bangga dengan Katolik, terlebih karena
saya berasal dari keluarga Katolik yang fanatik. Perjumpaan dengan teman-teman
yang berasal dari pulau dan suku lain yang juga beragama Katolik menjadikan saya
bangga, karena ternyata orang Katolik juga banyak dan bermacam-macam suku.
R8 Saya merasa sangat bangga, karena sebelum kuliah di PAK saya tidak banyak
pengetahuan tentang agama, terlebih ketika sma saya tidak memiliki guru agama
dan agama lain selalu punya kegiatan yang tampaknya menyenangkan, saya mersa
iri karena Katolik tidak punya. Tapi setelah saya kuliah di PAK ternyata Katolik
juga punya banyak kegiatan rohani, hanya saja belum dilaksanakan.
R9 Saya semakin bangga, karena melalui studi di PAK saya semakin banyak
pengetahuan akan agama Katolik dan mengenal lebih dalam agama Katolik, agama
Katolik adealah agama yang baik bagi saya dan belum pernah terpikirkan untuk
pindah agama.
R10 Saya sangat bangga dan saya yakin menjadi Katolik. Saya Katolik bukan
karena saya terlanjur di baptis menjadi orang Katolik, tetapi karean memang
Katolik telah menjadi jati diri saya dan saya merasa Katolik adalah diris saya. Yang
saya banggakan dari Katolik adalah sikap toleransinya.
R11 Saya sangat bangga, karena melalui agama Katoliklah saya belajar untuk
memaknai hidup dan mengenal Tuhan. Agama Katolik memberikan saya banyak
kesempatan, misalnya untuk belajar dan membentuk kepribadian saya.
R12 Saya merasa bangga, karena di kampung halaman saya agama hanya sebatas
formalitas semata, terlebih kampung saya masih sangat kental dengan kepercayaan
lokal, sehingga agama bukan di pandang sebagai jati diri, tetapi hanya pelengkap
saja. Keadaan ini memotivasi saya untuk memahami Katolik lebih dalam dan
menggugah niat saya untuk membangun serta menghidupakan keKatolikan di
kampung saya.
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Memiliki kebebasan
R1 Saya masih sering merasa terpaksa menjalani tanggungjawab saya, terlebih
ketika saya merasa jenuh dan lelah menjalani tanggungjawab sebagai mahasiswa.
Tapi dalam saat tertentu saya menjalani tanggungjawab saya dengan ikhlas hati dan
tanpa ada paksaan dari luar.
R2 Selama ini saya menjalani tanggup jawab sebagai orang beriman misalnya
berdoa dll sungguh karena kesadaran dan dorongan hati saya sendiri. Tetapi ketika
belajar di kampus saya sering merasa terpaksa dan melakukan hanya demin ujian.
R3 Kalau mengikuti misa saya sudah merasa bebas, tetapi untuk ikut kegiatan
rohani, misalnya di lingkungan masih sering terpaksa dan ikut orang lain, di
lingkungan juga masih bingung mau buat apa dan haru bagaimana, karena masih
takut di cap macam-macam oleh umat, misalnya sok rajin, dsb.
R4 Selama ini saya melakukan tanggungjawab saya sungguh dari hati tidak ada
intervensi dari pihak luar, misalnya kalau saya memang niat saya akan
melakukannya. Misalnya, pada saat KBP saya sering misa pagi dan rumah tempat
saya tinggal sampai sekarang ikut misa pagi.
R5 Selama ini sudah merasa bebas dalam bertindak, ketika mengikuti misa tidak
lagi karena perintah orang lain, tetapi karena kerinduan yang sungguh lahir dari
dalam hati saya.
R6 Selama menjalani studi di PAK, saya semakin merasa dimurnikan dan merasa
ini semua adalah campur Tangan Tuhan, sehingga apapun yang aku lakukan
sungguh lahir dari kebabasan hatiku, bukan lagi karena keterpaksaan dan intervensi
dari luar seperti sebelum kuliah di PAK.
R7 Kalau terkait dengan hidup rohani saya sungguh melakukannya dengan bebas
dan dari dalam lubuk hati. Tetapi kalu terkait perkuliahan, memang awalnya ada
rasa terpaksa, tapi sekrang sudah tidak lagi.
R9 Saya merasa sangat bebas ketika mengikuti misa, tidak ada paksaan, karena
sungguh lahir ddari dalam hari, tapi untuk kegiatan rohani lain misalnya, kegiatan
lingkungan saya masih bmerasa sangat terpaksa untuk mengikutinya.
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R12 Selama ini saya merasa cukup bebas untuk melaksanakan kewajiban saya
sebagai orang beriman, misalnya misa. Namun, ada saat-saat tertentu saya juga
merasa malas dan terpaksa melakukan kewajiban tersebut. Tetapi selama kuliah di
PAK saya merasa lebih banyak bertindak dengan kebebasan tanpa intervensi dari
luar, terlebih ketika menjalankan kewajiban hidup beriman, msialnya misa.
R2 Iya tentu (idem No. 2) Dari tiga dimensi iman ini saya merasa dimensi afektif
saya lebih berkembang selama di PAK, selama di PAK banyak persoalan yang saya
alami dan suara hati membantu saya untuk melihat persoalan dari berbagai aspek
dan memaknai persoalan tersebut, tidak lagi sempit.
Yang saya rasa masih kurang yakni dimensi kognitif, bagi saya pengetahuan
tentang sangat luas dan cukup rumit untuk saya pelajari.
R3 Saya sering bergulat dalam hati, tetapi sering kali saya abaikan dan tidak peduli
dengan suara yang berbisik.
R4 Selama ini saya sering melawan, biasanya terjadi ketika saya mau mengerjakan
tugas dan dihadapkan tawaran lain (jalan, main HP) dan saya cenderung memilih
untuk tidak mendengarkan suara hati.Untuk mendengarkan suara hati biasanya saya
flashback kembali pengalaman hidup.
R5 Selama ini saya tidak begitu mendengarkan suara hati, memang pergulatan
tersebut ada dalam hati saya, tetapi saya cenderung mengabaikannya. Misalnya
ketika mengakses internet, saya lebih sering mengakses situs porno, padahal bisikan
dalam hati saya melarang.
R6 Selama ini saya merasa suara hati adalah suara yang selalu memberi
pertimbangan dalam hati ketika mengahadapi suatu permasalahan. Baru-baru ini
saya ada masalah dengan ibu saya, suara hatilah yang mendorong saya untuk
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meminta maaf dan melawan ego saya. Biasanya untuk mempertimbangkan suara
hati saya melihat dampak dari keputusan yang akan saya ambil dan mencari yang
terbaik dengan demikian meskipun berat saya mampu mendengarkan suara hati.
R7 Saya merasa masih belum bisa mendengarkan suara hati, karena masih sulit
mengelola hati/perasaan. Untuk mendengarkan suara hati biasanya saya merenung.
R8 Persolaan terkait suara hati yang paling besar adalah ketika saya kehilnagan
ayah saya saat tengah mengikuti ujian akhir semester. Saya sudah merasa sangat
gelap dan ingin memutuskan untuk pulang dan tidak melanjutkan ujian, tetapi suara
hati saya berbisik lain, toh meskipun saya pulang juga tidak ada yang dapat saya
lakukan. Akhirnya saya memutuskan untuk bertahan dan menyelesaikan dulu ujian
akhir semseter, mekipun demikian penyesalan-penyesalan dan keinginan untuk
pulang masih sangat besar. Dalam pengalaman ini saya merasa suara hati sungguh
saya dengarkan dan memabntu saya untuk bertahan.
R9 Saya sering bergulat dengan rasa malas, sering kali suara hati saya abaikan,
karena tawaran dari luar lebih menyenangkan. Untuk mendengarkan suara hati saya
harus memaksakan diri untuk melawan rasa malas yang muncul dari dalam diri.
R10 Selama ini saya sering bertentangan dengan suara hati, sering kali saya
mengabaikan suara hati terlebih ketika menghadapi rasa malas. Sangat berta untuk
dapat mengikuti suara hati.
R11 Saya sering mendengrakan suara hati, tapi suara hati sering saya abaikan.
Namun akgir-akhri ini saya sungguh mendengarkan suara hati, terutama ketika
kehilangan ibu saya, saya sempat berpikir untuk tidak melanjutkan studi, tapi suara
hati saya terus berbisik untuk tetap melanjutkan studi karena walaupun ibu sudah
tidak ada dia akan bahagia bila saya bisa menyelesaikan studi saya. Akhir-akhir ini
suara hati lebih dominan.
R12 Selama ini saya selalu merasa ada pertimbangan dalam hati saya, terutama
dalam pengalaman kuliah. Saya selalu berusaha untuk mendengarkan suara hati,
meskipun berat. Biasanya saya memaksakan diri dan mengalahkan ego pribadi
untuk mendengarkan suara hati.
d. Bertanggungjawab
R1 Tanggungjawab yang saya lakukan dari segi akademik saya sudah memenuhi
harapan dan target yang ditentukan pemerintah. Sekarang masih ada
tanggungjawab yang harus saya lakukan yakni menyelesaikan skripsi.
R2 Menurut saya kegiatan yang saya lakukan sebagai bentuk tangungjawab saya
bagi pemerintah adalah belajar public speaking dan sayarasa hanya itu.
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R3 Selama ini yang saya lakukan sebagai tanggungjawab sebagai mahasiswa adalah
belajar dengan baik dan mengembangkan diri melalui kegiatan-kegiatan kepanitian.
Sebagai mahasiswa beasiswa saya menggunakan uang yang diberikan oleh
pemerintah sesuai dengan tujuan uang tersebut.
R7 Yang sudah saya lakukan yakni belajar dan memenuhi target pemerintah (IPK).
Selain itu mengembangkan pribadi melalui kegiatan-kegiatan kampus. kalau
sekarang yang saya lakukan adalah menyelesaikan skripsi.
R8 Yang sudah saya lakukan adalah memenuhi tuntutuan yang diberikan oleh
pemerintah dan berusaha untuk tidak dibawah standar yang di tentukan oleh
pemerintah. Meskipun kadang cukup berat, tapi tetap saya usahakan.
R10 Menjaga nama baik pemerintah dan universitas dengan tidak melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar peraturan. Selain itu saya ikut beberapa kegiatan
organisasi di Prodi maupun universitas.
R12 Menurut pengalaman saya bentuk tanggung jawab yang saya lakukan sebagai
mahasiswa adalah menyelesaikan perkuliahan hingga akhir. Meskipun saya pernah
sakit dan hampir tidak bisa melanjutkan kuliah, tetapi saya berusaha untuk tetap
melanjutkan sebagai tanggungjawab saya sebagai mahasiswa.
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Psikomotorik
a. Waktu khusus untuk hidup rohani
R1 Ridak ada waktu khusus yang disediakan secara rutin, tetapi selalu ada waktu
khusus yang saya sediakan untuk mengasah hidup rohani saya, terlebih ketika ada
masalah. Yang paling sering dan rutin dilakukan hanya doa sebelum tidur.
Kalau refleksi dulu awal-awal kuliah saya rajin berefleksi, tetapi sekarang malah
hilang, karena banyak kegiatan dan kesibukan.
R3 Waktu yang disediakan khusus setiap hari belum ada, selama ini hanya sebatas
doa pribadi saja. Refleksi belum ada sama sekali.
R4 Awalnya saya rajin berdoa dan baca bacaan rohani, namun akhir-akhir ini kamar
saya sering dijadikan sebagai tempat untuk nongkrong, maka otomatis kebiasaan-
kebiasaan saya menjadi terganggu dan lama-kelamaan tidak dijalani lagi.
Refleksi juga sudah sangat jarang, hanya awal-awal kuliah saja. Paling banyak yang
saya lakukan adalah merenung sebelum tidur.
R5 Yang masih dilakukan hanya doa pribadi, yang lainnya tidak ada lagi, hanya
ketika awal-awal kuliah saja, terlebih refleksi yang sudah tidak lagi dilakukan. Dulu
selalu ada waktu khusu yang luangkan untuk membina hidup rohani dengan
refleksi. Faktor yang utama adalah “kenyamanan”, semua fasilitas sudah tersedia,
terlebih sekarang sudah punya akses internet wi-fi yang menyita begitu banyak
waktu. Smartphone juga memberikan tawaran yang sangat menarik, sehingga
sangat sulit untuk lepas dari smartphone, bahkan begitu bangun tidur smartphone
adalah benda pertama yang di sentuh.
R6 Kalau waktu yang rutin, tidak ada, hanya biasanya doa sebelum tidur.
Saya sering berefleksi tapi dengan cara yang berbeda dari refleksi seperti biasanya.
Misalnya ketika menghadapi suatu permasalahan dalam keluarga saya langsung
merefleksikan pengalaman tersebut dan mencari maknanya. Melalui pengalaman
refleksi seperti ini saya merasa jauh lebih baik. Tidak ada waktu khusus yang
disediakan untuk berefleksi, hanya pada saat-saat tertentu.
R7 Selamam ini tidak ada waktu yang rutin yang saya siapkan, hanya saat-saat
tertentu, misalnya ketika ada masalah. Untuk refleksi saya lakukan saat awal kuliah
dan sekarang sudah jarang. Saya biasanya menulis di buka pengalaman sehari-hari,
dimakani lalu disykuri. Semenjak semester V semua ini sudah jarang.
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R8 Kalau waktu khusus yang rutin belum ada, hanya waktu-waktu tertentu saja.
Tetapi selalu saya usahakan untuk menyediakan waktu untuk hidup rohani,
meskipun tidak setiap hari.
Dulu sebelum semeseter 7 saya sangat rajin untuk berefleksi dan merenungkan,
terutama saat banyak persoalan. Hanya saja sekarang malah jarang.
R9 Saya selalu menyediakan waktu khusus untuk kehidupan rohani, tapi hanya
untuk berdoa dan membaca Alkitab. Kalau refleksi belum sama sekali saya lakukan.
R10 Saya tidak punya waktu khusus utnuk hidup rohani, yang sering dilakukan
paling doa rosario dan baca Kitab Suci tapi tidak rutin. Refleksi masih sangat
jarang, karena selama ini selalu sibuk dengan diri sendiri.
R11 Saya tidak ada waktu khusus untuk kehidupan rohani, hanya sebatas doa dan
merenung, tapi untuk refleksi dan bacaan rohani masih belum dilakukan.
R12 Selama ini saya hanya sebatas berdoa, namun tidak ada waktu khusus yang
secara rutin saya siapkan. Refleksi masih belum saya lakukan, karena sangat sulit
untuk memulai.
R2 Sebenarnya kuliah di PAK menambah semangat saya untuk misa, tapi karena
keterbatasan alat transportasi jadi saya sering tidak ke gereja. Begitu pula dengan
kegiatan lingkungan.
R3 Saya baru-baru ini semangat untuk mengikuti misa, terlebih ketika ada
pengalaman diaman saya merasa Tuhan sungguh dekat dan tanpa sadar saya
menitikan air mata. Studi di PAK memang perlahan menambah semangat dan
kesadaran saya untuk mengikuti misa.
R4 Kuliah di PAK membuat saya semakin semangat utnuk ikut misa, terlebih
karena tuntutan panggilan saya sebagai guru agama. Tuntutan inilah yang
menjadikan saya semakin semangat ikut misa.
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R5 Studi di PAK tidak serta merta memberi pengaruh yang signifikan terhadap
semngat semangat untuk mengikuti misa. Selama ini mengikuti misa masih bersifat
musiman, kadang semangat kadang tidak.
R6 Saya merasa lebih semangat, karena dengan studi di PAK saya menjadi banyak
mengetahui tentang perayaan Ekaristi dan maknanya bagi hidup saya. Tidak lagi
seperti dulu, ke gereja hanya untuk menjalani kewajiban semata.
R7 Jujur saya selama di PAK malah lebih malas bila dibandingkan dengan saat saya
di rumah. Entah apa alasanya, mungkin karena semakin dekat dengan Tuhan
semakin banyak godaan.
R8 Saya merasa malah semakin hari semakin tidak semangat, beda dengan dulu.
Karena sekarang tahu bahwa kalu misa dengan hati terpaksa sebenarnya sia-sia.
Tetapi ketika di kampung ada kerinduan yang amat dalam untuk mengikuti misa.
R9 Selama studi di PAK saya merasa semangat untuk mengikuti ekaristi dan
kegiatan rohani mengalami kemunduran, dulu saya sangat rajin dan tidak ada
bolong sama sekali, tapi sekarang sering bolong-bolong.
R10 Selama studi di PAK saya merasa semangat utnuk mengikuti Misa sangat
berkurang drastis, dulu saya sangat dekat dengan kegiatan-kegiatan rohani. Tetapi
setelah masuk di PAK dengan banyaknya tugas saya tidak rajin seperti dulu lagi,
meskipun saya menyadari semua itu.
R11 Saya merasa sekarang menjadi lebih semangat karena dulu saya jarang ke
gereja, tapi sekarang rutin meskipun hanya hari minggu, misa harian masih jarang.
R12 Kuliah di PAK memang tidak serta merta menambah semangat untuk
mengikuti misa, tetapi memang ada perubahan yang saya dalam diri saya. Sebelum
kuliah di PAK saya tidak merasa bahwa misa adalah hal yang penting, tetapi ketika
kuliah di PAK saya menyadari bahwa misa sangat berarti bagi kehidupan beriman
dan kesadaran inilah yang menggugah saya untuk mengiktui misa.
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R2 Iya pernah ambil bagian dalam kegiatan lingkungan misalnya bulan maria,
bulan kitab suci, hanya tidak rutin. Namun saya belum tahu nama lingkungan dan
ketua lingkungan.
R3 Tidak sama sekali, faktor utamanya memang dari dalam diri, yakni pikiran
negatif dari dalam diri. Teman asrama juga mempengaruhi, karena semua tidak ada
yang akftif jadi otomatis saya merasa tidak masalah untuk tidak iktu kegiatan
lingkungan.
R4 Kalau di lingkungan temapt tinggal sanagt jarang, kalau koor di paroki lain saya
cukup sering akhir-akhir ini.
R5 Tidak sama sekali, karena tidak ada relasi dan interaksi/terlalu sibuk dengan diri
sendiri. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah teman asrama yang tidak ada
yang terlibat di lingkungan. Kampus menciptakan iklim yang tidak kondusif, ke
lingkungan hanya karena ada tugas
R6 Kalau di lingkungan tempat tinggal saya jarang terlibat, tetapi di paroki biasanya
saya terlibat sebagai anggota koor dan lektor. Paling sering adalah sebagai lektor,
karena saya merasa memiliki kemampuan di bidang lektor dan saya bisa
memberikannya untuk melayani.
R9 Pada saat tertentu, misalnya paskah menjadi petugas tata laksana, pernah sekali
ikut koor, kalau untuk kegiatan rutin tidak ada. Penyebab utamanya adalah rasa
malas, meskipun banyak ajakan dari umat dan teman tapi rasa malas lebih besar.
R10 Awal-awal datang saya sering ikut terlibat, tapi sekarang sangat jarang karena
banyak kata-kata negatif yang saya dengar dari umat lingkungan.
R11 Selama tinggal di asrama tidak pernah ikut kegiatan di lingkungan yang rutin.
Hanya satu atau dua kali saja.
R12 Kegiatan lingkungan yang paling sering saya ikuti selama ini adalah
pendalaman iman yang lainnya masih belum. Pedalaman iman yang terjadi di
bulan-bulan tertentu.
d. Memiliki gambaran bentuk pelayanan bagi umat setelah selesai studi
R1 Kebetulan paman saya katekis jadi selama ini kami sudah banyak bercerita dan
membuat rencana untuk terlibat dalam pembinaan prodiakon. Program ini adalah
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
program yang dirancakan oleh paroki dan saya berencana untuk terlibat di
dalamnya, meskipun tidak dapat memberi banyak sumbangan. Selain prodiakon
saya juga bertugas untuk mendapampingi PIA danb OMK.
R2 Kegiatan yang akan saya lakukan setelah pulang lebih mengarah ke sekolah
yang saya beri nama komsel (kelompok sel), kegiatan untuk memotivasi siswa
untuk belajar dan terlibat di gereja.
R3 Saya ingin mengkaderisas kaum muda, terlebih karena di kampung saya banyak
orang muda Katolik yang nikah muda. Selain itu petugas liturgi atau aktifis gereja
masih sangat kurang. Kaum muda ini nantinya diharapkan dapat membantu
kegiatan gerejawi, misalnya memimpin ibadat, dll.
Kesulitan yang saya alami adalah respon dari mereka yang sangat kurang.
R4 Saya ingin melakukan katekese model SCP dan PIA. Sejauh ini masih dalam
tahap rencana belum ada kepastian yang detail untuk kegiatannya.
R6 Melihat keadaan paroki saya yang sangat minim kegiatan rohani saya memiliki
niat untuk mengkatifkan kegiatan doa lingkungan. Karena selama ini doa
lingkungan hanya sebatas doa rosario dan sangat jarang terjadi dalam satu tahun
hanya beberapa kali terjadi. Inilah yang menggugah saya untuk mengaktifkan
kembali kegiatan doa lingkungan yang ada, jika lingkungannya hidup maka
parokipun akan hidup.
R7 Kalau jadi katekis Saya belum ada gambaran sama sekali dan belum kepikiran,
yang penting lulus dulu. Kalau jadi guru agama saya ingin membentuk pola pikir
anak didik saya bahwa pendidikan itu penting, tapi bentu kegiatannya belum
terpikirkan.
R8 Saya rasa yang sduah pasti saya lakukan adalah katekese dalam bahasa daerah,
karena disana belum ada kegiatan katekese sama sekali dan banyak tema yang bisa
diangkat. Selama ini kegiatan yang ada hanya sebatas doa dan ibadat. Mimpi
terbesar saya adalah membuat ibadat dan doa-doa dalam bahasa daerah saya.
R9 Setelah studi selain aktif di sekolah saya akan aktif di lingkungan misalnya
menjadi pemimpin doa, dll.
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R10 Kegiatan pertama yang saya lakukan adalah doa lingkungan, dengan doa ini
saya ingin menyatukan kembali umat. Selain itu saya juga ingin menghidupkan
kembali kegiatan OMK dan memperbaiki administrasi paroki.
R11 Mengkader kaum muda menjadi petugas liturgi, supaya kaum muda paham
tentang liturgi dan bisa terlibat secara aktif dalam kegiatan liturgi.
R12 Saya mempunyai rencana untuk membangkitkan kembali kegiatan orang mdua
di kampung saya, tidak hanya sebatas dalam kegiatan rohani tetapi juga
bermasyarakat, misalnya kegiatan 17an. Dengan kemampuan dan pengalaman yang
saya dapatkan selama di PAK saya akan merancang kegaiatn untuk akum muda di
kampung saya. Karena bagi saya kaum muda adalah tulang punggung penggerak
gereja, terlebih kaum muda sangat rawan dengan perilaku menyimpang.
R2 Ibu saya cukup tegas terkait kegiatan gerejawi dan mengharuskan saya untuk
terlibat dalam kegiatan gereja, sejauh ini hanya itu yang saya ingat.
R3 Dalam keluarga saya tidak ada pendidikan iman yang khusus, yang terjadi hanya
pergi ke gereja dan di minta aktif di gereja.
R4 Saya sejak kecil tidak bersama orang tua. Pendidikan iman yang saya ingat,
kakak saya sering mengajak saya untuk berdoa bersama dan misa hari minggu.
R5 Dalam keluarga tidak ada pendidikan iman yang khusus, hanya sebatas pergi ke
gereja untuk ikut misa.
R6 Ibu saya cukup tegas dalam hal pendidikan iman, dulu waktu kecil saya sering
dipaksa untuk ikut kegiatan anak-anak di gereja, bahkan sampai di pukul. Sekarang
saya sungguh merasakan buah dari apa yang dulu ibu lakukan, saya menjadi kuat
dalam iman Katolik.
R7 Dari kecil kami selalu dibiasakan untuk berdoa bersama setiap pukul 18.00 satu
keluarga kumpul dan sebelum tidur kami juga berdoa bersama. Mamaku selalu
mengajarkan saya cara berdoa yang benar, bukan hanya menghafal doanya tetapi
juga penghayatannya. Pembiasan-pembiasaan ini sangat membekas bagi saya.
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R8 Yang masih saya ingat adalah dibiasakan untuk ikut misa dan berdoa sebelum
melakukan sesuatu, karena keterbatasan pendidikan orang tua, maka tidak banyak
yang dapat diajarkan oleh orang tua. Namun semenjak smp saya sudah tidak tinggal
di rumah, tetapi pembiasaan yang dulu saya dapat sangat membekas dan
membentuk pribadi saya.
R9 Dalam keluarga saya pendidikan iman sangat kondusif terjadi lewat teladan
orang tua, karena orang tua sangat rajin berdoa dan ikut misa secara konsisten.
Selalu mengajak ke gereja, ikut kegiatan rohani di gereja, dll. teladan ini sangat
besar bagi perkembangan iman saya
R10 Tidak ada yang secara spesifik, tetapi seingat saya orang tua sangat mendukung
saya dalam mengikuti kegiatan-kegaiatan rohani. Pendidikan iman yang rasakan
lebih berupa teladan dan perintah-perintah
R11 Dalam keluarga saya pendidikan iman terjadi hanya lewat perintah orang tua,
misalnya di suruh berdoa, tetapi tidak pernah diajarkan bagaimana cara berdoa dan
apa isi doanya. Tetapi teladan yang sangat kuat adalah dari almarhum ibu saya, saya
sangat rajin berdoa dan selalu memberikan nasihat untuk berdoa. Bahkan di saat-
saat terakhirnya ia tetap berkeinginan untuk ke gereja.
Karena memang sewaktu kecil keluarga kami tinggal di ladang sehingga akses ke
kegiatan rohani, dll menjadi sangat terbatas.
R12 Pendidikan iman yang saya rasakan dalam keluarga melalui teladan-teladan
yang orang tua berikan. Terlebih ibu yang sangat rajin berdoa. Teladan dari orang
tua inilah yang medasari iman saya sebagai seorang Katolik.
b. Gereja
R1 Kegiatan rohani di gereja sangat mendukung perkembnagan iman saya, terlebih
saya pernah di tunjuk untuk menjadi ketua OMK. Ketika saya menajdi ketua OMK
saya di pilih untuk terlibat dalam kegiatan retret di Malang. Pengalaman retret ini
menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya, terutama untuk
perkembanmgan iman saya. Rangkaian kegiatan rohani ini memang belum cukup
mengakomodasi perkembangan iman dan di rasa masih kurang.
R2 Kalau di paroki asal saya tidak terlebiat sama sekali, kalau di sini saya pernah
ikut mengajar PIA dan ikut koor. Saya rasa kegiatan yang ditawarkan gereja masih
kurang.
R3 Saya aktif dari SMP di kegiatan gereja, tapi kegiatan gereja masih sangat kurang
dan tidak berlanjut, kadang hanya sebatas senang-senang saja.
R4 Saya tidak terlibat sama sekali di kegiatan paroki, meskipun ada kegiatan
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R5 Kegiatan yang ada di paroki hanya saat natal dan paskah, itupun hanya terlibat
dalam kegiatan dekorasi dan koor saja. Kegiatan rohani misalnya rekoleksi, retret
belum ada sama sekali.
R6 Ketika di kampung halaman tidak banyak kegiatan rohani yang saya alami,
karena memang paroki dan stasi tempat saya tinggal tidak memiliki banyak
kegiatan, bahkan sekarang tidak ada. Ketika kuliah saya terlibat aktif dalam
komunitas lektor, tetapi akhir-akhir ini sudah jarang, karena banyak kegiatan.
R7 Kalau di Kalimantan saya tidak pernah terlibat, karena saya tinggal di asrama
dan semua kegiatan saya ikut dalam kegiatan asrama misalnya retret. Di asrama
sangat banyak kegiatan yang membentuk iman saya. Bangun pagi jam 03.30 lalu
ikut misa jam 6, lalu diajarkan untuk menajdi petugas liturgi dan koster. Ini
dilakukan secara rutin setia hari.
R8 Dari pihak gereja memang tidak ada kegiatan rohani yang diselenggarakan oleh
gereja, karena hanya sebatas koor saat paskah dan natal. Saya rasa kegiatan rohani
masih sangat minim. Hal ini membuat saya merasa asing dengan kebiasaan-
kebiasaan rohani di gereja.
R9 Kegiatan rohani yang saya alami, camping rohani, sekami tetapi kegiatan ini
tidak rutin terjadi hanya saat-saat tertentu dan sangat jarang. Saya lebih merasa
dorongan orang tua lebih besar pengaruhnya dari kegiatan rohani di gereja.
R10 Dulu sewaktu saya masih di kampung banyak sekali kegiatan rohani yang saya
ikuti, misdinar, orang muda Katolik dan sewaktu sma saya tinggal di asrama sangat
banyak kegiatan rohani yang saya alami.
R11 Saya tidak banyak tahu karena saya tidak terlibat aktif di paroki atau stasi,
hanya pernah sekali ikut pendalaman iman orang muda.
R12 Di stasi saya tidak ada sama sekali kegaiatan rohani, sampai sekarang.
c. Sekolah
R1 Waktu SD grunya mengajar dengna sangat baik dan menyenangkan, sehingga
waktu SD saya masih mengingat dengan sangat jelas sosok guru agama tersebut.
Waktu SMP gurunya sudah tua dan lebih banyak menyenangkan. Ketika SMA
pelajaran agama Katolik sangat kacau, hanya datang hari senin dan kami, kalaupun
datang hnaya untuk memberi tugas dan catatan.
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R3 Sangat membosankan, karena PAK selalu mencatat, hanya ketika SMP PAK
lumayan menarik karena gurunya sungguh mengajar dengan baik.
R4 PAK yang saya alami tidak terlalu menyenangkan, karena guru PAK tidak
mencerinkan pribadi seorang guru PAK. Jika disimpulkan PAK yang saya alami
selama masa sekloh masih sangat kurang.
R5 Sewaktu sekolah PAK kegiatan hanya mencatat dan tidak pernah berubah,
ditambah lagi figur guru PAK yang tidak menarik (pemarah). Jadi PAK tidak ada
beda dengan pelajaran lain, bahkan cenderung tidak menarik dan tidak menunjang
perkembangan iman.
R9 Sewaktu sekolah PAK tidak hanya mencatat tapi juga gurunya menjelaskan dan
sering meminta menghafalkan alat liturgi, saya rasa PAK cukup menyenagkan dan
membangkitkan semangat saya untuk pergi ke gereja
R10 Sangat menyenangkan, karena gurunya sangat menarik dan dekat dengan
muridnya. Gurunya tidak hanya mengajar dengan ceramah, tetapi juga dengan
variasi-variasi.
R11 PAK yang saya alami dari SMP sampai SMA selalu mencatat dan mencatat,
saat ujian hanya diminta menghafaal doa.
PAK tidak ada jauh beda dengan pelajaran lainnya dan sangat membosankan, tapi
waktu SMA saya senang karena PAK hanya mencatat dan kami boleh ribut.
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R12 Ketika SMP PAK bagi saya sangat menyenangkan, tetapi ketika SMA PAK
tidak terlalu menarik dan tidak memberi sumbangan bagi pekembangan iman saya,
karena PAK tidak jauh beda dengan pelajaran lain.
d. Lingkungan
R1 Lingkungan tempat saya tinggal tidak terlalu memberi pengaruh yang besar
terhadap perkembangan iman saya. Menurut pengalaman pribadi saya lingkungan
tempat saya tinggal cukup kondusif dan nyaman bagi saya untuk menjalankan
kewajiban agama saya.
R2 saya rasa tempat tinggal saya (asrama) cukup mendukung, karena melalui teman
asrama saya justru belajar banyak untuk mengolah perasaaan dan melatih
kesabaran. Secara umum teman asrama mendukung poerkembangan iman saya,
sering mengajak untuk ikut kegiatan, hanya saja saya jarang menanggapi.
R6 Menurut saya pengalaman saya tempat tinggal (kos) tidak terlalu mendukung
perkembangan iman saya, karena memang saya tinggal di kos yang mayoritas
muslim, sehingga tidak ada suasana yang mendukung untuk perkembangan iman
saya.
(22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R9 Saya merasa tempat saya tinggal cukup mendukung perkembangan iman saya,
terlebih saat di rumah.
Teman asrama sangat mempengaruhi, karena sering kali saya berpatokan pada
teman lain, kalau teman tidak gereja saya cenderung tidak ikut juga.
R10 Cukup mendukung, karean banyak kegiatn-kegiatan yang dapat saya ikuti.
R11 Saya rasa lingkungan tempat tinggal cukup mendukung perkembangan iman
saya, sering ada teman asrama mengajak untuk terlibat di kegiatan lingkungan atau
ikut misa, tapi saya sendiri jarang menanggapinya.
R12 Lingkungan sekitar tidak terlalu mendukung dan juga tidak menghambat
perkembangan iman saya, karena lingkungan tempat saya tinggal biasa-biasa saja
dan tidak terlalu mepengaruhi perkembangn iman saya.
e. Kemajuan teknologi
R1 Saya aktif di media sosial, dan saya rasa media sosial sangat membantu
perkembangan iman saya. Karena melalui internet saya bisa mengakses informasi-
informasi dari luar terkait perkembangan iman saya. Saya selalu merasa tertarik
dengan konten-konten rohani dan sering mengakses konten rohani dalam dunia
digital. Bagi saya alat komunkasi yang saya miliki sudah dimanfaatkan dengan bijak
untuk perkembangan iman saya.
R3 Selama ini saya gunakan gadget hanya untuk chating dan browsing, hal-hal yang
menyenangkan saja. Utnuk hal-hal yang bersifat rohani masih sangat jarang, kadang
kao perlu saja.
(23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut saya gadget cukup mendukung perkembangan iamn saya, namun sering kali
gadget menjadi penghambat, karena sering kali saya menghabiskan waktu untuk
bermain gadget.
R5 Belum, selama ini internet lebih banyak saya gunakan untuk chating dan
mengupdate status, belum digunakan untuk menunjang perkembangan iman.
R7 Selama ini saya sering mengakases sesawinet dan e-Katolik untuk mebaca
renungan dan doa-doa. saya memanfaatkan 30% handphone saya untuk kebutuhan
rohani. Menurut pengalam saya selama ini alat komunikasi ini sangat menunjang
perkembanmgan iman saya tidak menjadi penghambat.
R10 Selama ini saya sering mengakses konten-konten rohani misalnya e-Katolik, FB
liturgi. Dari pengalaman saya gadget masih menjadi pengahmbat, karena sering kali
waktu doa dan hening digantikan dengan main gadget.
R11 Gadget sangat menunjang, tapi pengalaman saya gadget justru penggunaannnya
menjadi bias, banyak waktu tersita, terlebih waktu untuk hening dan doa untuk
bermain gadget.
R12 Pengalaman saya selama ini alat komunikasi justru menajdi penghambat dalam
proses perkembangn iman saya. Karena sering kali gadget terlebih wi-fi yang ada
mengalihkan perhatian saya, sehingga berdoa dan belajar sering ditinggalakan.
f. Kampus
Pendukung :
Menurut R1, R2, R4, R5, R6, R8, R10, R11 dan R12 kurikulum di PAK menjadi
salah satu pendukung perkembangan iman. Kurikulum di PAK banyak memuat
mata kuiah terkait dengan iman, sehingga wawasan tentang iman menjadi semakin
luas. Selain itu, kurikulum di PAK juga membantu mahasiswa untuk terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan pastoral maupun katekese, sehingga bukan
hanya pengetahuan yang bertambah. R7 menambahkan bahwa suasana
(24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penghambat :
Menurut R1 suasana lingkungan kampus belum kondusif bagi perkembangan iman,
terlebih untuk kegiatan doa. Letak kampus yang berada di tengah keramaian
menjadikan suasana hening sangat sulit ditemukan. Sedangkan menurut R3 di Prodi
PAK terlalu banyak tugas dan lebih mengedepankan kuantitas daripada kualitas.
Hampir seluruh mahasiswa berlomba untuk mendapat nilai yang baik, sangat
sedikit yang berjuang untuk keutamaan hidup. R10 menambahkan, teladan dari
dosen masih kurang, terlebih terkait dengan ajaran iman Katolik.
(25)