Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KIMIA ANALISIS LANJUT

Review Jurnal

ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN LOGAM BERAT CADMIUM (Cd) PADA


SEDIMEN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh :
Dhea Octavia (3311151110)
Nada Widya R (3311151117)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kontaminasi logam berat terhadap ekosistem perairan telah menjadi masalah
dalam kesehatan lingkungan selama beberapa dekade. Kontaminasi logam
berat pada ekosistem perairan secara intensif berhubungan dengan
pelepasan logam berat oleh limbah domestik, industri dan aktivitas manusia
lainnya. Kontaminasi logam berat dapat menyebabkan efek mematikan
terhadap organisme laut dan menyebabkan ketidakseimbangan ekologis dan
keanekaragaman organisme laut.

Pencemaran perairan ditandai dengan adanya perubahan sifat fisik, kimia


dan biologi perairan. Bahan pencemar berupa logam berat di perairan akan
membahayakan kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak
langsung terhadap kesehatan manusia. Salah satu jenis logam berat yang
memasuki perairan dan bersifat toksik adalah Cadmium(Cd). Cadmium(Cd)
merupakan logam berat yang sangat berbahaya karena tidak dapat
dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup dan dapat terakumulasi
ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa
kompleks bersamabahan organik dan anorganik. Gbaruko dan Friday,
menyatakan bahwa logam berat Cadmium(Cd) secara alami merupakan
komponen yang terdapat pada lapisan bumi dan dapat memasuki perairan
melalui rangkaian proses geokimia dan aktivitas manusia (antropogenik).
Penelitian tersebut sejalan dengan yang dilakukan oleh Zhou danShah,yang
menyatakanbahwa aktivitas manusia (antropogenik) merupakan penyebab
utama kontaminasi logam berat Cadmium(Cd) pada lingkungan perairan dan
menyebabkan gangguan pada sistem biologis karena dapat terakumulasi
dengan mudah dalam sedimen maupun organisme.

Pencemaran logam berat Cadmium(Cd) yang terjadi di Indonesia seperti


penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth, di sungai Surabaya dimana
pencemaran logam berat terjadi pada ikan keting dan bader yang mencapai
0,5 ppm, yang melebihi ambang batas yang di tetapkan oleh FAO yakni
sebesar 0,1 ppm.

Hasil penelitian LIPI juga di temukan cemaran pada sedimen di perairan


Teluk Buyat menunjukkan konsentrasi Cadmium(Cd)sebesar 0,14 ppm. Ward
dan Young, menyatakan bahwa memang frekuensi penurunan 20 spesies
umum, sebagian besar ikan, berhubungan dengan kepekatan logam
pencemar (Cd, Cu, Pb, Mn dan Zn) di dalam sedimendi perairan. Sehingga
memungkinkan cemaran logam berat juga terjadi di kawasan pesisir Kota
Makassar dimana pertimbangan berikut ini bahwa di kawasan pesisir Kota
Makassar, penggunaan lahan tepi sebagai kawasanbisnis dan pariwisata
terpadu diperkirakan kawasan pesisir memanjang dari utara hingga ke
selatan berpotensi terkena pencemaran Cadmium(Cd) khususnya kecamatan
yang berbatasan langsung dengan pesisir kota Makassar yaitu: Kecamatan
Biringkanaya, Ujung Tanah, Tallo, Mariso,dan Tamalate.

Oleh karena itu, untuk mengetahui pencemaran Cadmium(Cd), maka perlu


dilakukan pemeriksaan sediman sebagai indikator pencemaran logam
beratuntuk mengetahui besarnya risiko lingkungan yang terjadi akibat
paparan logam Cadmium(Cd) di Perairan Kota Makassar khususnya pada
lima kecamatan tersebut di atas.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi logam berat


Cadmium(Cd) dan besar risiko cemaran logam tersebut pada sedimen
wilayah pesisir Kota Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logam Berat
Logam berat adalah unsur logam yangmempunyai densitas Iebih besar dari
5gr/cm3. Keberadaan logam berat dalam airlaut dapat berasal dari
aktivitasmanusia didaratan yang kemudian masuk ke laut lewatsungai, dapat
pula berasaldari atmosferyang jatuh ke laut, serta dapat pula berasaldari
aktivitas gunung berapi (Hartati dkk,1993).
Logam yang mempunyai kontribusi toksisitas di dalam air adalah timbal,
kadmium, merkuri, dan aluminium. Sumber dari logam berat timbal, kadmium,
dan merkuri dalam air, baik yang berupa larutan atau pun padatan sering
ditemukan di balik batu, ditemukan dalam bentuk sulfida yang berasal dari
limbah/buangan industri yang terkontaminasi, lindi dari secure landfillyang
tidak terkendali, kegiatan pertambangan yang buruk, dan kebocoran pada
kolam penampungan limbah (Bunce, 1994).
Faktor yang menyebabkan logam tersebut dikelompokkan ke dalam zat
pencema ryaitu logam berat tidak dapatterurai melalui biodegradasi seperti
pencemar organik, logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan
terutama sedimen sungai dan laut, karena dapat terikat dengan senyawa
organikdan anorganik,melalui proses adsorpsi dan pembentukan senyawa
kompleks (Susiati dkk, 2009).

2.2 Cadmium (Cd)


Logam cadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, cadmium (Cd) merupakan logam yang lunak
dapat dibentuk, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan
kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta cepat akan
mengalami kerusakan bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida
(SO2) (Palar, 2004).
Pada kegiatan pertambangan biasanya kadmium ditemukan dalam bijih
mineral diantaranya adalah sulfida green ockite (=xanthochroite), karbonat
otative, dan oksida kadmium. Mineral-mineral ini terbentuk berasosiasi dengan
bijih sfalerit dan oksidanya, atau diperoleh dari debu sisa pengolahan lumpur
elektrolit. (Herman, 2006).

2.3 Karakteristik Cadmium (Cd)


Cadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor
(Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+yang
bersifat tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh
321°C, titik didih 767°C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati dkk.,
2008).
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan seperti
logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. kadmium (Cd)
digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan
plastik. Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan
logam lain terutama dalam pertambangan timahhitam dan seng (Darmono
1995).Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd
didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd)
didapat pada industri alloy, pemurnianZn, pestisida, dan lain-lain (Said, 2008).

2.4 Analisis Resiko Lingkungan (ARL)


Analisis risiko lingkungan adalah prosedur yang antara lain digunakan untuk
mengkaji pelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik dan
pemembersihan (clean up) limbah B3. (UU No 32 Tahun 2009 Pasal 47 ayat
1)

2.5 Atomic Absorbiton Spectrophotometer


AAS didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam
keadaan gas. Sinar yang diserap biasanya sinar tampak / UV. Prinsip AAS
secara garis besar sama dengan spektrofotometer UV-VIS, hanya saja
dibedakan atas cara pengerjaan, cuplikan, peralatan dan bentuk spectrum
atom. Untuk analisis kuantitatif, AAS mengukur kadar total unsur logam dalam
satu cuplikan, tidak bergantung bentuk molekul logam dalam cuplikan.
(Underwood, A.L, & Day R. A. 2001)
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah
garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan
prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama
Alan Walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada
cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara
ini yang sulit dengan memakan waktu, kemudian digantikan dengan
spektrofotometri serapan atom atau atomic absroption spectroscopy (AAS).
(Khopkar, S. M. 1990)..

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer
serapan atom, labu ukur 100 ml, kuvet, botol semprot, pipet tetes dan pipet
volume 10 ml, 5 ml, botol sampel.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan
standar Cd : 0,2 mg/L, 0,4 mg/L, 0,6 mg/L, 0,8 mg/L dan 1 mg/L, larutan
standar Cu 0,5 mg/L, 1 mg/L, 1,5 mg/L, 2 mg/L dan 2,5 mg/L, HNO 3 pekat,
sampel air dari sedimen air laut di wilayah Pesisir Kota Makassar.

3.2 Cara Kerja


Pengenceran Larutan Induk Cd 100 ppm
Mengencerkan Larutan induk Cd 100 mg/L menjadi 10 mg/L dalam 100 ml
larutan. Kemudian membuat larutan standar dari larutan Cd 10 ppm pada
konsentrasi 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 mg/L yang diencerkan dengan asam
nitrat.

Metode yang digunakan adalah metode sampel sesaat atau Grap


Sample pada dua titik berdasarkan kedalaman untuk masing-masing
kecamatan yang ditentukan dengan jarak minimal 0 - 100 meter kearah laut.
Sampel untuk masing-masing titik, diambil pada kedalaman 3 m dan 6 m.
Sampel yang telah diambil, kemudian dibawah ke Laboratorium Balai
Teknologi Pertanian Maros dan dilakukan pemeriksaan sedimen dalam berat
kering dengan menggunakan metode Atomic Absorbiton Spectrophotometer
(AAS). Data hasil pemeriksaan kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

DAFTAR PUSTAKA

Bunce, N. 1994. Environmental Chemistry. Canada: Wuerz Publishing Ltd

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemarannya. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).

Hartati, R., I. Riyantini,dan A. Djunaedi.1993. Pemantauan Logam Iogam


Berat pada Kerang-kerangan yang Dihasilkan dari Perairan Pantai Utara
Gunung Muria.Semarang:PPLH Undip.38hlm.

Herman, D.Z., 2006. “Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar


Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa
Pengolahan Bijih Logam”. Jurnal Geologi Indonesia Vol. 1 No. 1 Maret 2006:
31-36.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia,


Jakarta.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka
Cipt

Susiati, H., Arman, A., dan Yarianto.2009. Kandungan logam berat (Co,Cr,
Cs,As, Sc, dan Fe)dalamsedimen dikawasanpesisir ISemenanjung
Muria.Jurnal Pengembangan Energi Nuklir.11(1).

Underwood, A.L, & Day R. A. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga, Jakarta.

UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengolahan lingkungan Hidup dan yang


terbaru sekarang UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. 2008.Efek Toksik Logam.


Pencegahan dan Penanggulangan, Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit Andi.412
hlm.

Anda mungkin juga menyukai