Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU BEDAH REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET , 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

“FRAKTUR PATELLA”

Disusun Oleh :
Aulia Agma Darwis
N 111 17 081

PEMBIMBING KLINIK
dr. Haris Tata, Sp.B

DIBUAT DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PADA


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur


digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur. Klasifikasi fraktur antara lain fraktur
sederhana (simple) tidak merusak kulit diatasnya. Fraktur kompleks merusak kulit di
atasnya. Fraktur ada yang komplit, artinya keutuhan tulangnya terputus, dan fraktur
tidak komplit. Bila trauma itu sampai menghancurkan tulang menjadi tiga
fragmen/keping atau lebih maka disebut fraktur kominut. Apabila ada fragmen yang
terpendam dalam substansi yang lain disebut fraktur impak. Fraktur kompresi, yaitu
di mana tulang tersebut hancur, umumnya mengenai tulang vertebra. Jika fraktur
depresi umumnya terjadi pada tulang tengkorak, yang mana tulang tengkorak tersebut
masuk ke dalam.1

Patella merupakan tulang sesamoid besar yang melekat kuat pada


perpanjangan otot kuadriseps. Patela mudah cedera oleh dua macam trauma, yaitu
trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung biasanya menyebabkan fraktur
kominutif, sedangkan trauma tak langsung biasanya hanya menimbulkan garis
fraktur. Kontraksi otot kuadriseps yang kuat secara tiba – tiba dengan lutut posisi
fleksi dapat menyebabkan robekan transversal pada kuadriseps atau fraktur avulsi
patella transversal (fragmen proksimalnya tertarik menjauhi fragmen lainnya).1
Fraktur patella terjadi sekitar 1% dari semua jenis fraktur. Fraktur ini lebih sering
terjadi pada usia 20 – 50 tahun dimana laki – laki dua kali lebih beresiko dibanding
dengan perempuan.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI

Patella merupakan tulang kecil yang terletak di depan persendian lutut,


dimana femur dan tibia bertemu dan berfungsi untuk melindungi lutut dan
menghubungkan otot – otot yang berada di anterior paha sampai ke tibia.2
Patella berbentuk segitiga (triangular) dengan basis di superior dan apex di
inferior. Permukaan posterior dari patella halus, tersusun dari tulang rawan
articular, dibagi menjadi aspek medial dan lateral.Permukaan anteriornya
kasar, sebagai pelekatan dari tendon da ligament.Pusat osifikasi pada patella
tampak antara 3 – 6 tahun.3

Aspek medial dan lateral pada persambungan patella dengan kondilus


femur medial dan lateral, untuk membentuk komponen patellofemoral pada
persendian lutut.3

Patella merupakan tempat pelekatan tendon kuadriseps (bagian


superior) dan ligament atau tendon patella (dimana melekat pada tuberkel
tibia, bagian inferior). Medial dan lateral patellar retinaculum melekat pada
pinggir patella, mengelilingi fascia. Medial patellar retinaculum melekat pada
vastus medialis atau fascia Sartorius dan sering terganggu pada dislokasi
patella lateral.3

Vaskularisasi darah arteri pada patella melalui permukaan anterior dan


lingkaran anastomosis patella di suplai dari sepasang arteri superior dan
inferior geniculate.3
II. JENIS FRAKTUR

Fraktur patella bermacam – macam, dimana bisa hanya terjadi retakan


ataupun dapat patah menjadi beberapa bagian.Fraktur dapat terjadi pada
bagian atas, tengah atau bagian bawah dari tulang. Terkadang, fraktur ini
terjadi lebih dari satu area.2

This x-ray of the knee


taken from the side shows
a patella that has been
fractured in three places.

Stable Fracture (Fraktur Stabil). Pada fraktur jenis ini tidak terjadi
dislokasi. Pada jenis ini, tulang biasanya tetap berada di posisi nya selama
masa pemulihan.2
This x-ray of the knee
A vertical, stable fracture. taken from the front
shows the faint line of a
vertical, stable fracture
of the patella.
Displaced Fracture. Pada saat tulang tersebut patah dan terjadi
dislokasi, pecahan tulang tersebut tidak membentuk 1 garis.Fraktur jenis ini
sering memerlukan tindakan operasi untuk mengembalikan ke posisi semula. 2

A transverse fracture with


some displacement
This x-ray of the knee taken from the side
shows a significant gap (displacement)
between the broken pieces of the patella

Comminuted Fracture. Fraktur jenis ini tidak stabil, dimana tulang


tersebut hancur menjadi tiga atau lebih bagian. 2
A comminuted fracture of
the patella.

Open Fracture (Fraktur terbuka). Pada fraktur jenis ini, kulit juga
terluka dan fragmen tulang dapat dilihat dari luar.Cedera ini sering melibatkan
kerusakan pada jaringan otot, tendon dan ligament sekitarnya.Fraktur terbuka
memiliki resiko tinggi terjadinya komplikasi dan memerlukan waktu yang
lebih lama dalam penyembuhannya. 2

III. ETIOLOGI

Fraktur patella paling sering disebabkan karena trauma langsung,


seperti jatuh pada saat kecelakaan sepeda motor.Tetapi, juga dapat terjadi
fraktur secara tidak langsung. Contohnya kontraksi otot paha yang dengan
hebat dapat menyebabkan tarikan pada patella sehingga terpisah.2

IV. TANDA DAN GEJALA

Gejala utama pada fraktur patella adalah nyeri dan bengkak pada
bagian depan lutut. Gejala lainnya adalah :

- Memar2
- Hemartrosis, karena fraktur patella merupakan kerusakan intra-artikular1
- Tidak dapat meluruskan lutut2
- Tidak dapat berjalan. 2
V. DIAGNOSIS

Pemeriksaan radiologi foto x-ray merupakan teknik imaging yang


paling umum digunakan. Foto x-ray penting untuk menilai bagian depan dan
samping dari fraktur. 2

Walaupun jarang, ada yang dilahirkan dengan tulang tambahan pada


patella yang tidak tumbuh.Hal ini disebut bipartite patella dan dapat keliru
dianggap sebagai fraktur.Beberapa orang dengan bipartite patella, terdapat
pada kedua lutunya, sehingga terkadang dilakukan foto rontgen pada kedua
lutut. 2

VI. TATALAKSANA

Nonsurgical Treatment.

Pada fraktur yang tidak terjadi dislokasi, mungkin tidak diperlukan


tindakan operasi. Gips atau bidai dapat digunakan untuk menjaga agar lutut
tetap lurus. Hal ini untuk menjaga agar bagian yang fraktur tetapi pada posisi
yang benar sampai penyembuhan.Pasien tidak dapat untuk memberikan beban
pada kakiknya sampai penyembuhan sudah terjadi sempurna.Kondisi ini
memerlukan waktu 6 – 8 minggu dan mungkin lebih lama.Kebanyakan orang
menggunakan tongkat penopang pada masa ini. 2
Surgical Treatment.

Fraktur patella yang terpisah atau terjadi dislokasi, diperlukan tindakan


operasi.Fragmen fraktur yang tidak berdekatan sering tidak terjadi
penyembuhan atau sulit menyembuh.Pada fraktur terbuka perlu dibersihkan
dan dilakukan operasi segera.Jenis prosedur operasi yang dilakukan
tergantung dari jenis fraktur yang terjadi. 2

Transverse Fracture. Fraktur yang terpisah menjadi dua bagian


umumnya sering diperbaiki dengan menggunakan pins and wires dan tension
band dalam bentuk “figure-of-eight”. Ikatan figure-of-eightakan menekan dua
bagian yang terpisah ini menjadi satu. Prosedur ini paling bagus digunakan
untuk fraktur yang terletak ditengah patella.Fraktur yang terjadi pada ujung
patella, fragmennya terlalu kecil untuk dilakukan prosedur ini.Teknik ini
dapat menyebabkan penekanan yang berlebihan jika digunakan pada multiple
fraktur. Pendekatan teknik lain yang dapat digunakan pada fraktur transverse
adalah dengan mengunci tulang menggunkan sekrup kecil, kawat dan pin.
Pada beberapa kasus, kawat dan pin akan dilepaskan setelah 1 – 2 tahun
operasi. 2

A figure-of-eight tension
band holds the transverse
fracture together.

Comminuted Fracture. Pada beberapa kasus, bagian atas maupun


bawah patella dapat hancur menjadi beberapa bagian. Karena Fragmen tulang
yang terlalu kecil untuk disambungkan kembali, maka fragmen tersebut akan
disingkirkan. Tendon yang longgar (loose tendon)akan dilekatkan pada tulang
2
patella yang tersisa. Akan tetapi, mengeluarkan patella sebisa mungkin
dihindari.4

Waktu yang diperlukan pada penyembuhan fraktur patella tergantung


dari derajat keparahan cedera.Rehabilitasi juga diperlukan agar dapat
melakukan kembali aktifitas sehari – hari. Perubahan gaya hidup juga
disarankan untuk melindungi lutut dan mencegah masalah yang dapat terjadi
dikemudian hari, seperti menghindari aktifitas yang melibatkan gerakan
menekuk lutut yang berulang – ulang. 2

VII. KOMPLIKASI

Arthirits.Fraktur patella sering menyebabkan kerusakan pada tulang


rawan articular, hal ini dapat menyebabkan terjadinya arthritis.Severe arthritis
terjadi pada 1 dari 5 pasien.Mild – Moderate arthritis lebih sering terjadi. 2

Kelemahan otot. Kelemahan permanen otot kuadriceps pada bagian


depan paha dapat merupakan komplikasi jangka panjang yang mungkin
terjadi. Hilangnya beberapa gerakan seperti meluruskan (ekstensi) atau
menekukan (fleksi) lutut juga sering terjadi. 2

Chronic pain. Nyeri pada bagian depan lutut dalam waktu yang lama
juga biasa ditemukan pada fraktur patella. 2
BAB III

KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn.Y

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : BTN Baliase Terpadu

Agama : Islam

Tanggal MRS : 22 Februari 2019

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri pada lutut kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Undata Palu, dengan keluhan tidak


dapat meluruskan lutut sebelah kanan yang dialami sejak 3
bulan yang lalu. Keluhan tersebut didapatkan akibat pasien
terjatuh dengan posisi lutut terbentur batu setelah pasien
terpental karena terkena ayunan batang pohon sat menebang
pohon. Saat terjatuh, pasien tidak mengeluhkan pingsan,
pusing, mual, muntah, demam, BAB dan BAK lancar.

Riwavat Penyakit Dahulu :

Post stabilisasi thoracolumbalis, 3 bulan yang lalu di tarakan

.
Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama


seperti pasien.

Riwayat Pengobatan : tidak ada

Riwayat Sosial : Pasien bekerja sebagai tukang kayu.

PEMERIKSAAN FISIK

KU : sakit sedang Kesadaran: Composmentis

VS : TD : 130/80mmHg RR : 20 x/menit

N : 74 x/menit S : 36,7ºC

Status generalis:

Kepala:

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan

Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan

Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.

Leher:

Dalam batas normal

Thoraks:

Cor:

I: ictus cordis tidak tampak

P: ictus cordis teraba di ICS IV MCLS

P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra

A: S1S2 tunggal
Pulmo:

I: Simetris, tidak ada retraksi

P: Fremitus raba normal

P: Sonor

A: Vesikuler +/+, Ronkhi-/- Wheezing -/-

Abdomen:

I: permukaan datar, massa (-), jejas (-)

A: bising usus (+) kesan normal

P: tympani seluruh lapang abdomen

P: tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas:

Akral Hangat Atas : +/+ Edema atas : -/-

Bawah : +/+ bawah : -/-

Status Lokalis:

Regio Genu Dekstra

Look : Deformitas (+)

Feel : Nyeri (-)

Move : ROM ekstensi (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (22 Februari 2019):

Hematologi

Hb : 14,2 gr/dl (13,4-17,7 gr/dL)


Lekosit : 7,22 x 109 /L (4,3-10,3 x 109/L)

Hematokrit : 39,9% (38-42%)

Trombosit : 338 x 109 /L (150-450 x 109/L)

GDS : 106 mg/dL

2. Hasil Pemeriksaan Radiologi (22 Februari 2019):

RESUME

Pasien laki – laki, usia 30 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada lutut

kanan sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan setelah pasien terpental sekitar 10 meter

akibat terkena ayunan batang pohon yang tumbang kemudian pasien terjatuh dengan posis

kaki terbentur batu. Setelah jatuh pasien bisa berjalan dan kaki terasa sakit jika digerakan.
Pasien mengaku tidak pingsan dan muntah setelah kejadian. Lutut kanan tidak terlihat

membengkak dan tidak ditemukan luka robek.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS 15, tekanan darah

130 / 80 mmHg. Nadi, suhu, dan pernapasan dalam batas normal. Pada pemeriksaan status

lokalis regiogenu dekstra didapatkan nyeri tekan (+), pergerakan pasif nyeri, sedangkan

pergerakan aktif nyeri hebat. Fungsi sensorik dan vaskularisasi baik. Pada pemeriksaan

penunjang radiologi foto x-ray didapatkan fraktur patella dekstra.

DIAGNOSIS KERJA

Fraktur Patella Dekstra

DIAGNOSIS BANDING
-

RENCANA TATALAKSANA

- Medikamentosa :
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ranitidine 1 ampul/12 jam
 Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
- Rencana tindakan Hernioraphy
- Instruksi post op:
 IVFD RL 28 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
 Inj. Ranitidin 1 ampul/ 12 jam

PROGNOSIS

Dubia et bonam
Gambar 5. Gambaran klinis pasien

LAPORAN OPERASI

1. Anestesi spinal, pasien diposisikan dalam posisi supinasi, disinfeksi daerah


operasi dan memasang duk steril
2. Insisi regio inguinal dextra lapis demi lapis, tampak kantong hernia
3. Insisi kantong hernia, kantong berisi cairan dan usus. Usus viable
4. Mengembalikan usus ke dalam cavum abdomen
5. Melakukan hernioraphy
6. Jahit luka lapis demi lapis sampai kutis
7. Tutup luka operasi dengan kasa steril
8. Operasi selesai
Gambar 6. Operasi Herniorapy

FOLLOW UP

6 April S: Nyeri luka operasi (+), BAB (- P:


2018 ), flatus (+), BAK (per kateter) IVFD RL 28 tpm
O: Cefadroxil Tab 2 x 500 mg
TD 110/70 mmHg Ranitidin Tab 2x150 mg
N 80x/menit Natrium diklofenak 2 x 50 mg
S 36,7°c Mobilisasi bertahap
P 20x/menit Diet biasa
Abdomen : peristaltik (+), distensi
(-)
A: hernia inguinalis lateralis
dextra reponibel + post
hernioraphy (D) H-1
7 April S: Nyeri luka operasi (+), BAB (- P:
2018 ), flatus (+), BAK (per kateter) IVFD RL 28 tpm
O: Cefadroxil Tab 2 x 500 mg
TD 100/60 mmHg Ranitidin Tab 2x150 mg
N 86x/menit Natrium diklofenak 2 x 50 mg
S 36,7°c Mobilisasi bertahap
P 18x/menit Diet biasa
Abdomen : peristaltik (+), distensi
(-)
A: hernia inguinalis lateralis
dextra reponibel + post
hernioraphy (D) H-2
8 April S: nyeri pada luka bekas operasi P
2018 mulai berkurang, BAB (-) dan AFF INFUS
BAK biasa AFF CATETER
O: TD 120/70 mmHg Cefadroxil 2x500mg
N 82x/menit Ranitidin 2 x 150 mg
S 36,5°c Rawat jalan
P 20x/menit
Abdomen : peristaltik (+), distensi
(-)
A: hernia inguinalis lateralis
dextra reponibel + post
hernioraphy (D) H-3
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan aloanamnesis dari pasien


langsung, serta dari pemeriksaan fisik yang dilakukan. Pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan adanya benjolan pada lipat paha kanan. benjolan dirasakan telah
muncul + 1 tahun yang lalu. Benjolan terasa jelas saat pasien batuk, bersin dan
mengedan. Pada saat berbarik benjolan tidak jelas atau terasa seperti menghilang.
Nyeri (+), Demam (-) Pusing (-), Mual (-), Muntah (-) BAK (+) lancar, BAB (+) Lancar

Berdasarkan teori, benjolan yang keluar dapat dimasukkan kembali adalah


termasuk dalam klasifikasi hernia reponibel, hernia inguinalis lateralis reponibel
adalah hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk.
Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk
perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia
disebut hernia ireponibel.. Setelah dihubungkan dengan teori bahwa anamnesis yang
didapatkan mengarah ke hernia inguinalis lateralis dextra reponibel.

Pada pemeriksaan fisik (visible test), didapatkan adanya benjolan pada


inguinal kanan berbentuk lonjong seperti telur puyuh , diameter ± 3 cm,
permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan., tidak teraba hangat,
konsistensi kenyal, dan pada pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi bising usus
positif kesan normal.

Pada kasus hernia inguinalis lateralis, pemeriksaan darah rutin kurang


menunjang untuk dijadikan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan
darah rutin dilakukan untuk menilai apakah terdapat faktor komorbid yang lain,
seperti infeksi atau anemia.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang


telah dilakukan, dapat ditegakkan diagnosis pasien ini mengalami hernia inguinalis
lateralis reponibel, hal ini sudah sesuai dengan teori-teori yang telah dipaparkan.

Untuk penatalaksanaan dari hernia ingunalis lateralis adalah dengan dilakukan


tindakan operatif. Pada pasien ini dilakukan tindakan hernioraphy untuk mengatasi
keluhan pasien, hal ini sudah sesuai dengan teori. Pengobatan yang dilakukan pada
kasus ini adalah dilakukan operasi hernioraphy. Operasi hernioraphy yang dilakukan
berupa herniotomi dan hernioplasti, pada pasien ini telah dilakukan herniotomi
dimana dilakukan pembukaan kantong hernia untuk memastikan isi kantong hernia
dan setelah dilakukan pembukaan kantong hernia, yang didapatkan berupa usus halus.

Teknik hernioplasti yang digunakan pada pasien ini adalah metode free
tension repair. Operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit
lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prosthesis, mesh
yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan
tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik
ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%
DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th

Edition. Philadelpia. Elsevier Saunders. 1199-1217

2. Purnama S, Muda S, Rasmaliah. 2011. Karakteristik Penderita Hernia

Inkarserata yang Dirawat Inap di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011.

USU Medan.

3. Kusala M, Mantu N. 1992. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak. Cermin

Dunia Kedokteran. Malang

4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th

Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

5. Sjamsuhidajat R, Karndihardja W, et al. 2010. Dinding Perut, Hernia,

Retroperitoneum, dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. EGC. Jakarta.

615-629.

6. Snell RS. 2006. Abdomen: BAgian 1 Dinding Abdomen. Anatomi Klinik untuk

Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. EGC. Jakarta.147-191.

7. Brunicardi CF, et al. 2006. Inguinal Hernias. Schwartz’s Manual of Surgery 8th

Edition. McGraw-Hill Medical Publishing. New York. 920-929.

8. Sadler TW. 2000. Langmasn’s Medical Embriology 8th Edition. Lippincott

William & Wilkins. New York. 357-359

Anda mungkin juga menyukai