Anda di halaman 1dari 9

KULIAH MATEMATIKA

BAHAN:
I. Persamaan Differensian Biasa.
II. Fungsi Beta dan fungsi Gama
III. Deret Fourier.

Hari : Senin, jam 08.00 (R1); Jum’at, jam 13.00 (R2)


Referensi :
1. Shepley L. Ross “ Differential Equations” second
edition, John Wiley & Sons.
2. Frank Ayres “Differential Equations”, MacGrawhill.
3. H.K.Hwan, Ir “Kumpulan Soal-Soal Hitung Differensial
Integral.
4. Paul Online Notes , http://tutorial.math.lamar. edu/
Classes/DE/

0
Definisi: Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan
yang meliputi turunan fungsi dari satu atau lebih variabel
terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas.
(A differential equation is any equation which contains
derivatives, either ordinary derivatives or partial derivatives.)
Selanjutnya jika dalam persamaan tersebut turunan fungsi
itu hanya tergantung pada satu variabel bebas, maka
disebut Persamaan Difrensial Biasa (PDB) dan bila
tergantung pada lebih dari satu variabel bebas disebut
Persamaan Diferensial Parsial (PDP).
Contoh:
y y
1. 
x t
 xy  5 (Persamaan Differensial Parsial)
2
dy d 2 y  dy 
2.      3x  0
dx dx 2  dx 
(Persamaan Differensial Biasa)

Definisi Order: Order suatu PDB adalah order tertinggi dari


turunan dalam persamaan

F ( x, y ' , y" ,...., y ( n ) )  0 . Contoh no.2 adalah


persamaan differensial biasa order dua.

Definisi Linieritas dan Homogenitas: Persamaan differensial


biasa order n dikatakan linier bila dapat dinyatakan dalam
bentuk. (A linear differential equation is any differential
equation that can be written in the following form.)
a0 ( x ) y ( n )  a1 ( x) y ( n1)  ......  an1 ( x) y ' an ( x) y  F ( x ) dengan a ( x)  0 .
0

1. Jika tidak dapat dinyatakan dalam bentuk di atas


dikatakan tidak linier.

1
2. Jika koefisien a0 ( x), a1 ( x),....., an ( x) konstan maka disebut
persamaan differensial linier dengan koefisien konstan,
jika tidak disebut persamaan differensial linier dengan
koefisien variable.
3. Jika F ( x)  0 , maka disebut persamaan differensial linier
homogen, jika F ( x)  0 disebut tidak homogen.

Solusi (Penyelesaian) PDB.


Definisi: Tinjau suatu PDB
 dy dny
F  x, y, ,..., n   0 dengan F fungsi real dengan (n+2)
 dx dx 

dy dny
argumen x, y , ,...., n .
dx dx

1. Jika f adalah fungsi real yang terdefinisi untuk semua x


dalam interval real I dan mempunyai derivative ke-n
untuk semua x  I . Fungsi f disebut solusi eksplisit PDB di
atas pada I jika memenuhi
F  x, f ( x), f ' ( x),..., f ( n ) ( x) terdefinisi untuk semua x  I , dan
F  x, f ( x), f ' ( x),..., f ( n ) ( x )  0 untuk semua x  I

2. Suatu relasi g ( x, y )  0 disebut solusi implisit dari PDB di


atas jika g dapat ditransformasi ke minimal satu fungsi f

dengan variable x  I sedemikian sehingga f merupakan


solusi eksplisit dari PDB pada interval tersebut.
3. Kedua penyelesaian yaitu penyelesaian implicit dan
penyelesaian eksplisit biasanya secara singkat disebut
penyelesaian PDB.

2
Secara umum kedua solusi tersebut masih dikategorikan lagi
dalam tiga jenis solusi yaitu:
1. Solusi Umum (Penyelesaian Umum): solusi PDB yang
masih mengandung konstanta misalnya C atauc . Contoh:
y'  3 mempunyai penyelesaian umum y  3x  C .

2. Solusi Khusus/Partikulir (Penyelesaian Khusus/Partikulir):


solusi yang tidak mengandung konstanta karena adanya
syarat awal pada suatu PDB. Contoh: y'  3 dengan syarat
y ( 0)  1 , maka penyelesaian khususnya adalah y  3x  1

3. Solusi Singular (Penyelesaian Singular): solusi yang tidak


diperoleh dari hasil mensubstitusikan suatu nilai pada
konstanta pada solusi umumnya. Contoh: y  Cx  C 2 adalah
solusi umum dari PDB ( y ' ) 2  xy '  y , namun demikian disisi
lain PDB tersebut mempunyai penyelesaian singular
1 2
y x .
4

Metode Penyelesaian.
Metoda yang digunakan untuk mencari solusi
(menyelesaiakan) Persamaan Differensial antara lain:
1. Metoda Analitik: Metoda ini dapat menghasilkan dua
bentuk solusi yaitu bentuk eksplisit dan implicit yang dicari
melalui teknik deduktif analogis dengan menggunakan
konsep-konsep matematik. Kelebihannya dapat
mengetahui bentuk fungsi solusinya namun tidak cukup
fleksibel untuk masalah-masalah yang komplek. Dengan
komputer dapat diselesaikan dengan software MATLAB

3
atau MAPLE_ Prosedur dalam MATLAB ditulis sebagai
berikut:
%Menggunakan fungsi dsolve
>>dsolve(‘Dy = 3*y + 1, y(0)=1’)

2. Metoda Kualitatif: Solusi ini hanya dapat memberikan


gambaran secara geometris bagaimana visualisasi dari
solusi PDB. Dengan mengamati pola grafik gradien “field”
(direction field) maka dapat diestimasi solusi PDB itu.
Keunggulannya dapat memahami secara mudah kelakuan
solusi suatu PDB namun fungsi asli dari solusinya tidak
diketahui dan juga kurang fleksibel untuk kasus yang
komplek
3. Metoda Numerik. Pada saat sekarang metoda ini merupa-
kan metoda yang fleksibel. Metoda ini berkembang sesuai
dengan perkembangan computer, dan dapat
menyelesaikan PDB dari level yang mudah sampai pada
level yang kompleks. Meskipun fungsi tidak solusi tidak
diketahui secara eksplisit maupun implicit namun data
yang diberikan dapat divisualisir dalam bentuk grafik
sehingga dapat dianalisis dengan baik. Metoda ini
berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan (aproksimasi)
sehingga solusi yang diperoleh adalah solusi hampiran
(solusi pendekatan).

Pada kuliah ini hanya akan dibicarakan metode analitik yang


dikhususkan untuk menyelesaikan Persamaan Differensial

4
Biasa. Metoda numerik diberikan pada mata kuliah yang
lain.

Persamaan Differensial Order satu (First Order DE’s)


1. Variabel terpisah (Separable differential equations) dan
variabel tidak terpisah tapi mudah dipisahkan
Bentuk: N ( y )dy  M ( x)dx  0 , dan
N1 ( y ) M 2 ( x )dy  N 2 ( y ) M 1 ( x )dx  0

Untuk menyelesaikannya, integralkan.


 N ( y )dy   M ( x)dx   0  F ( y )  F ( x)  C
1 2

N1 ( y ) M ( x)
 dy   1 dx   0
N 2 ( y) M 2 ( x)

Contoh:
dy
1.  6 y 2 x  y 2 dy  6 x dx  0   y 2 dy   6 x dx   0
dx
1
PU PD: 
y
 3x 2  c

x dy dx dy
2. 1  0   0  ln x  ln y  ln c  x y  c
y dx x y

3. y'  2 x y  dy  2 x y dx  dy  2 x y dx  0

dy dy
  2 x dx  0     2 x dx   0  ln y  x 2  c
y y

dy 3 x 2  4 x  4
4.   (2 y  4) dy  (3 x 2  4 x  4) dx
dx 2y4
  (2 y - 4) dy -  (3 x  4 x - 4) dx   0
2

PU PD : (y 2  4 y)  (x 3  2 x 2  4 x)  c

Jika persamaan tersebut diberi syarat bahwa y(1) = 3,


maka syarat ini disubstitusikan ke PU PD untuk
mendapatkan nilai c.
(3)2  4(3)  {(1)3  2(12 )  4(1)}  c  c  2

5
Jadi Penyelesaian Khusus PD:
y 2  4 y  (x 3  2 x 2  4 x)  2  0

dy
5.  e  y (2x  4)  e y dy  (2 x  4) dx  0
dx

  e y dy   (2 x  4) dx   0  e y  (x 2  4 x)  c

dr r 2
6.  ; untuk r(1)  2
dθ θ
1 1 1 1 1
dr  dθ  0   2 dr   dθ   0    ln θ  c
r 2
θ r θ r

Substitusi syarat r(1) = 2 diperoleh c = -1/2


1
r
Sehingga penyelesaian PD: 1
 ln θ
2
dy dy e y e  t
7.  e yt sec(y) (1  t 2 )   (1  t 2 )
dt dt cos(y)

 e  y cos(y) dy  e  t (1  t 2 ) dt
  e -y cos(y) dy   e t (1  t 2 ) dt  c

ey
 {sin(y)  cos(y)}  e t (t 2  2t  3)  c
2
5
Substitusi syarat diperoleh: c
2
;

Sehingga penyelesaian khusus PD:


e y 5
{sin(y)  cos(y)}  e  t (t 2  2t  3) 
2 2
8. sec x cos 2 y dx  cos x sin y dy

sec x sin y
dx  dy  0   sec 2 x dx   tg y sec y dy   0
cos x cos y
2

 tg x  sec y  c

dy dx
9. (1  x 2 ) dy  1  y 2 dx  0   0
1 y 2
1 x 2

dy dx
    0  arcsin y  arctg x  c
1 y 2
1  x2

dy dx
10. (x 2  a 2 )dy  y dx  0    2  0
y x  a2

6
1 x a xa
 ln y  ln  ln c  y 2a  c
2a x  a xa

2. Variabel tercampur dan tidak mudah dipisahkan.


dy y
a). Bentuk: dx
 F( ) ;
x
Untuk bentuk ini diambil
dy
x y
substitusi v
y dv
  dx 
dy
vx
dv
x dx x 2
dx dx

Contoh:
1. x y y'4 x 2  y 2  0 ;

Bagi kedua ruas dengan x 2


sehingga PD jadi
berbentuk:
y y y
y'  4  ( )2  0 ; dengan substitusi v diperoleh
x x x
dv
v(v  x )  4  v 2  0  (2 v 2  4)dx  v x dv  0
dx

dx v dv 1
  2  0  ln 2 v 2  4  ln x  ln c
x 2v 4 4
1

 x (2 v 2  4) 4  c

y2 1

Penyelesaian Umum PD: x {2 2  4}  c


4

x
dy
b). Bentuk: dx
 F(x y) ; untuk bentuk ini dapat diambil

substitusi x y = u => x dy + y dx = du
Contoh:
2. (1 xy) y dx  (1 xy) x dy  0

 y dx  x dy  xy(y dx  x dy)  0
 d(xy)  xy(y dx  x dy)  0

d(xy) ydx  xdy d(xy) x


  y2 { } 0  y 2 d( )  0
xy y 2
xy y
x u
Ambil substitusi xy = u dan y
 v  y2 
v

Sehingga PD menjadi:
du u du dv 1
 dv  0  2   0  ln v   ln c
u v u v u

7
 v  c e1/u  x  c y e1/xy

Anda mungkin juga menyukai