Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, evaluasi memegang peranan yang amat
penting. Dari evaluasi itu, para pengambil keputusan pendidikan mendasarkan
diri dalam memutuskan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak
serta layak diberikan sertifikasi atau tidak.Ulangan dan Ulangan Umum yang
dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes Prestasi Belajar) adalah
alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah
proses belajar mengajar. Sementara itu istilah evaluasi biasanya dipandang
sebagai ujian untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang
pendidikan tertentu. Di Indonesia ujian seperti ini disebut Ujian Akhir Nasional
(UAN).
Isu aktual yang berkembang dalam pendidikan saat ini adalah rendahnya
mutu pendidikan Indonesia yang telah disadari oleh berbagai pihak, terutama
oleh para pemerhati pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan ini
dapat dilihat, antara lain dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional
(UAN) untuk semua bidang studi yang di-UAN-kan, baik di tingkat nasional
maupun daerah.
Rendahnya pendidikan di Indonesia dapat diketahui dari beberapa hasil
penelitian diantaranya hasil penelitian Programme for International Student
Assesment (PISA) 2006 yang diterbitkan Selasa, 4 desember 2007,
menunjukkan bahwa kemampuan mambaca (reading literacy) anak-anak
Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat ke-48, kemampuan matematika
berada pada peringkat ke-50, dan kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam berada
pada peringkat ke-50 dari 57 negara yang diteliti. Kemampuan membaca siswa
usia 15 masih pada peringkat ke-48 (peringkat bawah), padahal kemampuan
membaca ini merupakan faktor yang terpenting untuk melakukan eksplorasi
informasi yang sangat erat dengan kegiatan siswa dalam belajarnya.
Kemampuan matematika dan ilmu pengetahuan alam berada pada peringkat ke-
50, hal ini juga sangat memprihatinkan dalam sejarah pendidikan Indonesia.

1
Nilai kelulusan UAN yang dicapai oleh sebagian besar peserta didik
sebenarnya merupakan nilai yang tidak wajar. Namun, masyarakat kelihatannya
senang jika sekolah tertentu semua siswanya (100%) lulus. Masyarakat senang
jika anak-anak lulus dengan nilai baik, walaupun dengan cara yang tidak
mendidik dan tidak masuk akal. Barangkali sekarang, sudah saatnya sekolah
tidak memberi tanda lulus dengan disertai dengan nilai kelulusan. Sekolah
cukup memberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Dalam STTB cukup
diterangkan, seorang anak telah tamat belajarnya di SD, SMP, SMA atau SMK.
Jika orang mau melihat prestasi yang dimiliki siswa, silahkan melihat nilai yang
dimilikinya.
Dari uraian di atas pemakalah ingin menjelaskan lebih lanjut tentang
bagaimana hakikat serta konsep dasar hasil belajar peserta didik, serta hakikat
dan konsep dasar evaluasi pembelajaran. Agar kita mengetahui makna
sebenarnya dari evaluasi untuk selanjutnya menjadi lebih bijak dalam
mengaplikasikannya pada proses belajar mengajar sehingga pendidikan di
Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain dan mampu bersaing dalam dunia
global.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dirumuskan pada makalah kali ini yaitu:
1.2.1 Bagaimana Hakikat dan Konsep Dasar Hasil Belajar?
1.2.2 Bagaimana Hakikat dan Konsep Dasar Tes, Pengukuran, Penilaian,
dan Evaluasi Hasil Belajar?
1.2.3 Apa pengertian Tujuan dan Fungsi Tes, Pengukuran, Penilaian dan
Evaluasi Hasil Belajar?
1.2.4 Apa saja Objek dan Prinsip-Prinsip Tes, Pengukuran, Penilaian dan
Hasil Belajar?
1.2.5 Apa pegertian Data dan Skala Pengkuran, Penilaian dan Hasil Belajar?
1.2.6 Apa pengertian Penilaian Autentik?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin di capai pada makalh kali ini yaitu

2
1.3.1 Bagaimana Hakikat dan Konsep Dasar Hasil Belajar
1.3.2 Bagaimana Hakikat dan Konsep Dasar Tes, Pengukuran, Penilaian, dan
Evaluasi Hasil Belajar
1.3.3 Apa pengertian Tujuan dan Fungsi Tes, Pengukuran, Penilaian dan
Evaluasi Hasil Belajar
1.3.4 Apa saja Objek dan Prinsip-Prinsip Tes, Pengukuran, Penilaian dan
Hasil Belajar
1.3.5 Apa pegertian Data dan Skala Pengkuran, Penilaian dan Hasil Belajar
1.3.6 Apa pengertian Penilaian Autentik

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Hakikat dan Konsep Dasar Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melaluikegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorangyang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yangrelative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol
yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar
telah ditetapkan oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Pada dasarnya hasil belajar merupakan proses terjadinya perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap kurang baik menjadi lebih
baik, dari tidak terampil menjadi terampil pada peserta didik. Artinya
sepanjang ada perubahan (∆...>0) pada hakikatnya dalam hasil belajar, hanya
tingkat keberhasilannya yang berbeda-beda ada yang tidak signifikan-kurang
signifikan-signifikan dan bahkan sangat signifikan yang bersifat kontinu
(terus-menerus) dan bersifat permanen.

2.2 Hakikat dan Konsep Dasar Tes, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Hasil Belajar
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakan pengertian antara tes, testing, testee,
dan tester (Arikunto dan Jabar, 2004). Tes merupakan salah satu upaya
pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan
kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan
dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas
sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes
menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa
untuk menanggapi tugas atau soal tersebut.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa
dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa
sehingga sifat kualitatif dan performance siswa tersebut dinyatakan dengan

4
angka-angka (Alwasilah 1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat
yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap
suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang, atau suatu obyek
tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau
formulasi tersebut harus disepakati oleh para ahli (Zainul dan Nasution, 2001).
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan mengukur atribut
atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan
peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan
pendapat tersebut, secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan
pengertian pengukuran sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan
suatu ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai
penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu
asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of Collecting
data which shows the development of learning”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian
proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal
penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak
dikesampingkan. Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam
kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif.
Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda,
tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke
dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek,
penilaian proyek,kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman
sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi
dan interviu (wawancara). Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen
merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor
siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen
sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal
yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen
menitikberatkan penilaian padaproses belajar siswa. Berkaitan dengan hal

5
tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap
penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang
telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai
hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi
(1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil
pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001)
menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes. Cronbach (Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi
sebagai akibat dilaksanakannya suatu program. Sementara itu Arikunto (2003)
mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam
hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu
sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

2.3 Tujuan dan Fungsi Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar
2.3.1 Fungsi dan Tujuan Tes
1) Tes berfungsi sebagai alat perantara untuk mengetahui sejauh mana
siswa mampu memecahkan masalah dan memahami beberapa
konsep yang ada.
2) Tes bertujuan sebagai proses akhir untuk setiap peserta didik
terhadap beberapa materi atau konsep dan menghasilkan nilai yang
sesuai dengan kemampuan peserta didik tersebut.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan pengukuran
1) Pengukuran berfungsi untuk mendapatkan hasil perbandingan atau
nilai yang diperoleh ketika pengukuran tersebut selesai dilakukan.

6
2) Pengukuran bertujuan untuk memandingkan sesuatu dengan satu
ukuran yang serupa.
2.3.3 Fungsi dan Tujuan Assesment
1) Assesment atau penilain berfungsi untuk mengetahui apakah
peserta didik mampu atau tidak dalam pembahasan materi.
2) Assesment atau penilaian bertujuan untuk menetapkan hasil akhir
guna mengetahui apakah peserta didik tersebut sudah mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.3.4 Fungsi dan Tujuan Evaluasi
1) Fungsi evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu fungsi untuk pendidik
dan fungsi untuk peserta didik. Fungsi evaluasi untuk pendidik/guru
yaitu evaluasi dilakukan sebagai acuan atau patokan guru untuk
mengambil keputusan, apakah suatu materi akan dilanjutkan atau
diulang kembali.
2) Fungsi evaluasi untuk peserta didik yaitu agar peserta didik
mengetahui sejauh mana dia mampu dan mengerti suatu materi atau
konsep yang telah diajarkan.

2.4 Objek dan Prinsip-Prinsip Tes, Pengukuran, Penilaian dan Hasil Belajar
2.4.1 Objek tes, pengukuran, penilaian dan hasil belajar
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi, yaitu segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut, unsur-unsur objek
evaluasi pembelajaran
1) Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa
segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani
setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
a) Kemampuan (psikomotorik)
b) Kepribadian

7
c) Sikap-sikap
d) Inteligensi
2) Transformasi
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian
antara lain:
a) Kurikulum/materi
b) Metode dan cara penilaian
c) Sarana pendidikan/media
d) Sistem administrasi
e) Guru dan personil lainnya
3) Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk
mengetahui seberapan jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar
mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk
mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement
test.
2.4.2 Prinsip-prinsip tes, pengukuran, penilaian dan hasil belajar
Dalam evaluasi pembelajara terdapat 2 prinsip yaitu prinsip umum
dan prinsip khusu.
a) Prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan
evaluasi harus bertitik-tolak daro prinsip-prinsip umum sebagai
berikut:
1) Valid
2) Mendidik
3) Berorientasi pada kompetensi
4) Adil dan objektif
5) Terbuka
6) Berkesinambungan
7) Menyeluruh
8) Bermakna

8
b) Prinsip-prinsip khusus evaluasi pembelajran
1) Evaluasi proses dan hasil belajar harus memungkinkan adanya
akesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk
menunjukan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta
mendemonstrasikan kemampuannya.
2) Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur evaluasi dan
pencatatan secara tepat
2.5 Data dan Skala Pengkuran, Penilaian dan Hasil Belajar
2.5.1 Data dan Skala Pengukuran
1. Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun
kuantitatif yang menunjukkan fakta. Data terbagi atas beberapa
yaitu jenis data menurut cara memperolehnya, macam-macam data
berdasarkan sumber data, klasifikasi data berdasarkan jenis
datanya, pembagian jenis data berdasarkan sifat data dan jenis-
jenis data menurut waktu pengumpulannya.
a) Jenis data menurut cara memperolehnya
1) Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek /
obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun
organisasi. Contoh : Mewawancarai langsung penonton
bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen bioskop.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara
langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data
yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun
non komersial. Contohnya adalah pada peneliti yang
menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau
majalah.

9
b) Macam-macam data berdasarkan sumber data
1) Data Internal
Data internal adalah data yang menggambarkan
situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara internal.
Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi, dsb.
2) Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan
situasi serta kondisi yang ada di luar organisasi. Contohnya
adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada
konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran
penduduk, dan lain sebagainya.
c) Klasifikasi data berdasarkan jenis datanya
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam
bentuk angka-angka. Misalnya adalah jumlah pembeli saat
hari raya idul adha, tinggi badan siswa kelas 3 ips 2, dan
lain-lain.
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam
bentuk kata-kata yang mengandung makna. Contohnya
seperti persepsi konsumen terhadap botol air minum dalam
kemasan, anggapan para ahli terhadap psikopat dan
lain-lain.
d) Pembagan jenis data berdasarkan sifat data
1) Data Diskrit
Data diskrit adalah data yang nilainya adalah
bilangan asli. Contohnya adalah berat badan ibu-ibu pkk
sumber ayu, nilai rupiah dari waktu ke waktu, dan lain-
sebagainya.
2) Data Kontinyu

10
Data kontinyu adalah data yang nilainya ada pada
suatu interval tertentu atau berada pada nilai yang satu ke
nilai yang lainnya. Contohnya penggunaan kata sekitar,
kurang lebih, kira-kira, dan sebagainya. Dinas pertanian
daerah mengimpor bahan baku pabrik pupuk kurang lebih
850 ton.
e) Jenis-jenis data menurut waktu pengumpulannya
1) Data Cross Section
Data cross-section adalah data yang menunjukkan
titik waktu tertentu. Contohnya laporan keuangan per 31
desember 2006, data pelanggan PT. angin ribut bulan mei
2004, dan lain sebagainya.
2) Data Time Series / Berkala
Data berkala adalah data yang datanya
menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau
periode secara historis. Contoh data time series adalah data
perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro
Eropa dari tahun 2004 sampai 2006.
2. Skala Pengukuran
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses
sistimatik dalam menilai dan membedakan sesuatu obyek yang
diukur. Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka
untuk berbagai objek sedemikian rupa sehingga angka ini mewakili
kualitas atribut. Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian
angka untuk berbagai objek sedemikian rupa sehingga angka ini
mewakili kualitas atribut. Pengukuran tersebut diatur menurut
kaidah-kaidah tertentu. Kaidah-kaidah yang berbeda menghendaki
skala serta pengukuran yang berbeda pula. Terdapat empaat jenis
skala yang dapat digunakan untuk mengukur atribut yaitu: skala
nominal, skala ordinal, skala interval dan skala ratio.
a) Skala Nominal

11
Menurut Dedan Rusana, dkk. menyatakan bahwa skala
niminal merupakan skala yang paling lemah/rendah diantara
skala pengukuran yang ada. Skala nominal hanya bisa
membedakanbenda atau peristiwa yang satu dengan yang
lainnya berdasarkan nama (predikat). skala pengukuran
nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek, individual
atau kelompok dalam bentuk kategori. Skala ini merupaan slah
satu jenis pengukuran dimana angka dikenakkan untuk objek
atau kelas objek untuk tujuan identifikasi. Contohnya, jika
dalam suatu penelitian tertentu pria diberi kode 1 dan wanita
kode 2, untuk mengtahui jenis kelamin seseorang adalah
melihat apakah orang ini berkode 1 atau 2. Kita bisa menukar
angka-angka tersebut, selama suatu karakteristik memiliki
angka yang berbeda dengan karakteristik lainnya. Karena tidak
memiliki nilai instrinstik, maka angka-angka (kode-kode)
yang kita berikan tersebut tidak memiliki sifat sebagaimana
bilangan pada umumnya. Oleh karenanya, pada variabel
dengan skala nominal tidak dapat diterapkan operasi
matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan,
penjumlahan, perkalian, dan lainnya.
b) Skala Ordinal
Skala ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan
sering juga disebut skala peringkat. Hal ini karena dalam skala
ordinal, lambang-lambang hasil pengukuran selain
menunjukan pembedaan juga menunjukan urutan atau
tingkatan objek yang diukur menurut karakteristik tertentu.
Skala ini merupakan salah satu jenis pengukuran dimana
angka dikenakan terhadap data berdasarkan urutan dari objek.
Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap pembelajaran
fisika. Bisa kita beri angka dengan 5 = sangat puas, 4 = puas,
3 = kurang puas, 2 = tidak puas dan 1 = sangat tidak puas.

12
Dalam skala ordinal, tidak seperti skala nominl ketika kita
ingin mengganti angka-angkanya harus dilakukan secara
berurut dari besar ke kecil atau sebaliknya. Selain itu, yang
perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal adalah
meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi
belum memiliki jarak (selisih).
2.6 Penilaian Autentik
2.6.1 Pengertian Autentik
penilaian auntentik adalah sebuah bentuk penilaian dengan meminta
peserta didik untuk menunjukkan tugas “dunia nyata” yang
mendemonstrasikan aplikasi yang bermakna dari pengetahuan dan
keterampilan (Mueller, 2008 dan Palm, 2008), serta sikap, yang mereka
butuhkan untuk digunakan di dalam kehidupan profesional (Ariev,
2005; Gulikers, Bastiaens, & Kirschner, 2004; Lombardi, 2008).
Penilaian autentik melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja yang
mencerminkan belajar, prestasi, motivasi, dan sikap siswa pada
kegiatan yang relevan dengan pembelajaran (O’Malley dan Pierce,
1996).
Dengan penilaian autentik, peserta didik dilibatkan dalam tugas-tugas
autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994). Tugas
yang diberikan dapat berupa replika atau analogi dari permasalahan
yang dihadapi oleh orang dewasa atau profesional dalam bidangnya.
Seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang
ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran: melakukan
penelitian, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan
analisa oral terhadap peristiwa politik terbaru; berkolaborasi dengan
siswa lain melalui debat, dan seterusnya. Singkatnya, penilaian autentik
meminta siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur
dalam konteks dunia nyata (Johnson & Johnson, 2002).
2.6.2 Karakteristik Autentik
Beberapa karakteristik penilaian autentik antara lain.

13
a) berpusat pada peserta didik.
b) merupakan bagian terintegrasi dari pembelajaran.
c) bersifat kontekstual dan bergantung pada konten pembelajaran,
d) merefleksikan kompleksitas belajar.
e) menggunakan metode/prosedur yang bervariasi
f) menginformasikan cara pembelajaran atau program pengembangan
yang seharusnya dilakukan.
g) bersifat kualitatif.
Penilaian autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada
situasi atau konteks dunia “nyata” memerlukan berbagai macam
pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan
kemungkinan bahwa satu masalah dapat mempunyai lebih dari satu
macam pemecahan. Dengan kata lain, penilaian autentik memonitor
dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam
kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau
konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran nyata, penilaian
autentik mengukur, memonitordan menilai semua aspek hasil belajar
(yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik
yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran,
maupun berupa perubahan dan perkembangan aktifitas, dan perolehan
belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.
2.6.3 Teknik Penilaian
Penerapan penilaian autentik dalam pendidikan merupakan
aspek yang sangat penting. Penilaian berfungsi untuk membantu dalam
menyebarkan peserta didik menjadi kelompok, meningkatkan metode
pembelajaran, mengukur kesiapan peserta didik (sikap, mental, dan
material), dan memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam
meningkatkan kompetensinya,memberikan informasi yang dapat
membantu pendidik dalam melaksanakan pendidikan yang lebih baik,
dan dalam membuat keputusan mengenai keberlanjutan studi dan
evaluasi program pembelajaran.

14
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya
penilaianautentik dalam pembelajaran. Mintah (2003) melakukan
penelitian tentang jenis penilaian auntentik dalam pendidikan fisika dan
dampaknya terhadap kemampuan konsep diri, motivasi, dan
keterampilan siswa. Hasil penelitian Baroroh dan Nasrun (2011)
menunjukkan bahwa penerapan penilaian autentik dapat meningkatkan
kejujuran mahasiswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya
penelitian Azim dan Khan (2012) dalam penelitian berjudul “Authentic
Assessment: an Instructional Tool to Enhance StudenLearning”,
menunjukkan bahwa implementasi metode penilaian autentik
diapresiasi dengan sangat baik oleh siswa. Penilaian autentik sangat
menekankan pada kemampuan alam bawah sadar
siswa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil
pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001)
menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh

15
melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes. Cronbach (Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi
sebagai akibat dilaksanakannya suatu program. Sementara itu Arikunto (2003)
mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam
hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu
sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
3.2 Saran
Saran yang penulis ajukan pada penyusunan makalah ini adalah penulis
menghimbau kepada pembaca untuk mencari sumber lain tentang meteri ini
guna menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca, serta penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Raehang. 2014. PEMBELAJARAN AKTIF SEBAGAI INDUK

PEMBELAJARAN. Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 7. No 1

Siti Ermawati dan Taufiq Hidayat, 2017. Penilaian Autentik Dan Relevansinya
Dengan Kualitas Hasil Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol
27, No.1 ISSN:1412-3835

16

Anda mungkin juga menyukai