Anda di halaman 1dari 18

Judul Identification Of Chemistry Learning Problems Viewed

From Conceptual Change Model


Identifikasi Kimia Belajar Masalah Ditinjau Dari Model
Ganti Konseptual
Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Tahun 2017
Penulis Aku. W. Redhana, IBN Sudria , I. Hidayat , LM Merta
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2018
Nomor DOI 10,15294 / jpii.v6i1.9594

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan


menjelaskan masalah belajar kimia dilihat dari perubahan
model konseptual dan kesalahpahaman siswa.
Subjek Penelitian Guru kimia dan siswa
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis
studi kasus. Studi kasus ini dilakukan pada topik larutan
penyangga. Fokus dari penelitian ini adalah proses belajar
mengajar dan konsepsi siswa dengan cara eksperimen.
Variabel Penelitian  Variabel bebas karena menggunakan model
konseptual
 Variabel terikat menyelesaikan masalah belajar
siswa

Perbandingan  Hasil penelitian di atas menegaskan temuan


sebelumnya yang terkait dengan kesalahpahaman
(de Jong, 1982; de Jong et al, 1995;. Nahum,
Hofstein, Mamlok-Naaman, & Bar-Dove, 2004;
Chiu, 2005; Barke, Hazari, & Yitbarek, 2009).
kesalahpahaman siswa yang ditemukan pada hampir
semua topik kimia, seperti struktur atom, sistem
periodik, dan ikatan kimia (Redhana & Kirna,
2004).
 Sementara itu, (Banerjee, 1991) menemukan
kesalahpahaman siswa pada topik kesetimbangan
kimia, yaitu: (1) air hujan adalah netral; (2) untuk
konsentrasi yang sama, pH larutan asam asetat
kurang dari atau sama dengan pH larutan asam
klorida; dan (3) tidak ada ion hidrogen dalam
larutan natrium hidroksida.
 Ross & Munby (1991) melaporkan kesalahpahaman
siswa pada topik asam-basa, yaitu: (1) semua asam
yang asam kuat; (2) bahan mudah terbakar adalah
asam; (3) semua asam yang beracun; (4) buah-
buahan yang basa; (5) asam kuat yang terkandung
ikatan hidrogen lebih dari asam lemah; (6) semua
zat tajam berbau berada asam; (7) asam pahit dan
pedas; dan (8) tanah mungkin tidak asam karena
sesuatu tidak mungkin tumbuh di asam. Bradley dan
Mosimege (1998) melaporkan kesalahpahaman
siswa pada topik asam dan basa, yaitu: (1) semua
solusi garam netral; (2) Indikator yang digunakan
untuk menguji apakah suatu zat adalah asam kuat
atau lemah; dan (3) indikator menetralisir keasaman
dari solusi. Di sisi lain, Redhana (2011) melaporkan
kesalahpahaman siswa pada topik hidrokarbon,
termasuk: (1) isomer senyawa hidrokarbon memiliki
massa relatif berbeda; (2) isomer senyawa
hidrokarbon memiliki sifat fisik dan kimia yang
mirip; (3) dalam molekul etena, satu atom C yang
bermuatan positif dan atom C lain yang bermuatan
negatif; (4) senyawa yang paling stabil adalah
senyawa yang memiliki titik didih tertinggi dan
massa molar tertinggi; (5) dalam sebuah molekul
metana, semua atom hidrogen yang bermuatan
positif; (6) di Cl 2 molekul, satu atom Cl didakwa
lebih bermuatan positif; (6) di Cl 2 molekul, satu
atom Cl didakwa lebih bermuatan positif; (6) di Cl 2
molekul, satu atom Cl didakwa lebih positif dan
atom Cl lain didakwa lebih negatif; (7) dengan
reaksi substitusi metana oleh HCl, atom H metana
bisa digantikan oleh atom H dari HCl karena atom
H dari HCl memiliki derajat yang lebih tinggi; (8)
bensin meledak dan terbakar karena memiliki titik
didih tinggi; (9) kerangka karbon bercabang yang
lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme
daripada karbon lurus; dan (10) kerajinan udara
menggunakan bahan bakar minyak tanah. Khasanah
et al. (2016) melaporkan bahwa kesalahpahaman
siswa umumnya terjadi di model mental yang
rendah. model mental dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan model
mental yang tinggi.
Instrument  Observasi
Penelitian
 Wawancara
 Tes
Kesimpulan Identifikasi masalah belajar kimia sangat penting. Dengan
mengetahui masalah belajar yang timbul, guru kimia dapat
merancang strategi pembelajaran yang efektif
Judul Implementation Of Problem-Based Learning With Green
Chemistry Vision To Improve Creative Thinking Skill
And Students’ Creative Actions
Implementasi Pembelajaran Problem-Based Dengan
Green Kimia Visi Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kreatif Dan Tindakan Creative Siswa
Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Tahun 2017
Penulis M. Nuswowati , E. Susilaningsih , Ramlawati , S.
Kadarwati
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2019
Nomor DOI 10,15294 / jpii.v6i2.9467

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan


keterampilan berpikir kreatif dan bertindak kreatif melalui
penerapan Learning (PBL) Model Problem-Based dengan
wawasan kimia hijau
Subjek Penelitian Siswa
Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah desain metode campuran
dengan model eksperimental tertanam melalui pre-test
kelompok kontrol post-test untuk mengukur pengaruh
penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
dengan visi kimia hijau pada akhir kegiatan pembelajaran
terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan
tindakan kreatif dari mahasiswa dalam menyelesaikan
berbagai masalah lingkungan.
Variabel Penelitian  Variabel bebas menggunakan penerapan Problem-
Based Learning (PBL).
 Variabel terikat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif dan bertindak kreatif.
Perbandingan Berdasarkan uraian dari para ahli sebelumnya dan peneliti,
dapat dikatakan bahwa Problem Based Learning (PBL)
adalah model pembelajaran yang dapat menerapkan konsep
dan prinsip-prinsip ilmu termasuk kimia dari lingkungan,
yang juga lebih cocok untuk dipelajari melalui skor
apresiasi (Yoonet al, 2014;. Hicks & Bevsek, 2012). Seperti
yang kita semua tahu, penyebab utama pencemaran tal
environmen- adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan.
aplikasi ilmu dapat memiliki dampak positif dan negatif
pada dua sisi mata uang. Untuk menghadapi kedua dampak,
peserta didik perlu dibekali dengan skor yang berlaku,
sehingga hasil dari teknologi kimia diarahkan hanya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
PBL adalah model yang mengutamakan kesesuaian belajar
dengan hal-hal yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari peserta didik. Model ini sesuai dengan prinsip-prinsip
CTL, yaitu penyelidikan, konstruktivisme, dan penekanan
pada pemikiran tingkat tinggi. tion applica- dari model PBL
dapat menghasilkan banyak kemampuan rable desi- dalam
pendidikan tinggi (Sahin, 2010; Juntunen, 2013).
Pendekatan Belajar Beberapa penelitian yang relevan telah
con- menyalurkan tentang belajar kimia, lingkungan,
pembelajaran lingkungan, kimia hijau, masalah.Safe_mode
lem Berbasis, saling tipis raja keterampilan (Nuswowati &
Taufiq, 2015; Dhage 2013; Nuswowati, 2011).
Instrument penelitian  Observasi
 Portofolio
 Diskusi
Kesimpulan Penilaian aksi kreatif mulai dari penyelidikan kelompok ide
pemecahan masalah tertulis dari hasil diskusi kelompok.
Konsultasi waktu dengan dosen dilakukan untuk
pelaksanaan tugas, pameran, komunikasi (presentasi), dan
menulis ulang dalam bentuk laporan lebih rinci hasil /
produk dari tindakan kreatif yang telah dilakukan dan telah
diukur keberlanjutannya. Penerapan Problem-Based
Learning (PBL) model dengan visi hijau dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan tindakan
kreatif siswa.
Judul Discovering Learning Strategy To Increase
Metacognitive Knowledge On Biology Learning In
Secondary School
Menemukan Belajar Strategi Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Metakognitif On Pembelajaran Biologi Di
Sekolah Menengah
Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Tahun 2017
Penulis Y. Herlanti, Y.Mardiati, R. Wahyuningtyas, E. Mahardini,
M. Iqbal, A. Sofyan
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2019
Nomor DOI 10,15294 / jpii.v6i1.9605

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi


pembelajaran yang efektif yang dapat meningkatkan
pengetahuan metakognitif.
Subjek Penelitian Siswa
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan eksperimen semu atau quasi
eksperimen yaitu rancangan penelitian eksperimen yang
dilakukan pada kondisi yang tidak memungkinkan
mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relavan.
Variabel Penelitian  Variabel bebas menggunakan strategi pembelajaran
yang efektif.
 Variabel terikat meningkatkan pengetahuan
metakognitif siswa.
Perbandingan Ini lebih memfokuskan pada kegiatan refleksi, yaitu
pertanyaan, mengklarifikasi, meringkas dan memprediksi
(Cooper & Greive, 2009: 45). Agoro & Akinsola (2013: 5)
mengatakan bahwa Reciprocal Teaching terdiri dari
komponen utama yang menggambarkan strategi
metakognitif. Komponen adalah dialog antara seorang
instruktur dan siswa di mana model instruktur mengapa,
kapan, dan di mana untuk menggunakan strategi. Praktek
mengajar timbal balik dengan pemetaan pikiran
mengoptimalkan peningkatan pengetahuan metakognitif
siswa. Penerapan mind mapping membuat informasi
didistribusikan di pikiran siswa lebih terstruktur seperti
yang dinyatakan oleh Buzan (2012: 8) peta pikiran
menempatkan perspektif baru pada hal-hal dengan
memungkinkan Anda untuk melihat semua masalah yang
relevan dan analisis pilihan dalam terang gambaran besar .
Pintrich (2016: 223) menganjurkan kompetensi membaca
komprehensif yang benar-benar efektif sebagai strategi
pembelajaran pengetahuan metakognitif, terutama dalam
diskusi kelompok. Menurut Doolittle, Hicks, Triplett,
Young, & Tech (2006: 115), banyak membaca dapat
dilakukan dengan menggunakan pengajaran timbal balik.
Choo, Eng, & Ahmad (2011: 142) menyatakan bahwa
pengajaran timbal balik didasarkan pada sosialisasi aktif,
dimana pengetahuan dibangun dari teks dinegosiasikan
dalam masyarakat wacana
Nov ak & Cañas, (2008: 1) menunjukkan peta konsep
sebagai strategi belajar metakognitif dalam pembelajaran
sains. pemetaan konsep adalah alat yang berguna untuk
membantu siswa belajar tentang konsep yang dibangun di
atas keteraturan yang dirasakan dalam peristiwa atau benda,
atau catatan peristiwa atau benda, yang ditunjuk oleh label
simbolis dan kata untuk menggambarkan struktur peta
konsep. pemetaan konsep membantu siswa dalam
meningkatkan pengetahuan metakognitif seperti yang
dinyatakan oleh Vanides, Yin, Tomita, Ruiz-Primo, (2005:
28) bahwa peta konsep memberikan siswa kesempatan
untuk: (1) berpikir tentang hubungan antara istilah ilmu
yang dipelajari, ( 2) mengatur pikiran mereka dan
memvisualisasikan hubungan antara konsep-konsep kunci
secara sistematis, dan (3) merefleksikan pemahaman
mereka.
Adodo (2013: 170) juga menyatakan bahwa pemetaan
konsep berguna sebagai Diri Mengatur Learning (SLR)
Media. SLR adalah bagian dari strategi metakognitif.
Mengatur diri sendiri terjadi ketika pemetaan konsep
memberikan siswa kesempatan untuk mengeksplorasi
hubungan antara ide-ide dan unsur-unsur argumen dan
menghasilkan solusi untuk masalah (Buzan, 2012: 8).
Selain itu Evrekli, Balim, & Inel (2009: 2279)
menyampaikan bahwa peta pikiran dapat memfasilitasi
untuk mengingat pengetahuan dan konsepsi dan keterkaitan
mengatur antara mereka.
Instrument penelitian Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest
nonequivalent
Kesimpulan Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi
yang paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan
metakognitif. Strategi lain adalah mengajar timbal balik
dengan pemetaan pikiran. Sementara itu penyelidikan
kelompok adalah strategi yang sebagian besar dilakukan
oleh guru Biologi karena secara harfiah efektif untuk
meningkatkan pengetahuan metakognitif.
Judul Enhancement Of Students’ Biological Literacy And
Critical Thinking Of Biology Through Socio Biological
Case-Based Learning
Peningkatan Siswa Biologi Melek Dan Berpikir Kritis
Biologi Melalui Sosial Hayati
Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Tahun 2017
Penulis H. Suwono , HE Pratiwi , H. Susanto , H. Susilo
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2019
Nomor DOI 10,15294 / jpii.v6i2.9622

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh sosio-


biologi berbasis kasus pembelajaran pada keaksaraan
biologi dan kemampuan berpikir kritis siswa guru biologi
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional
(pembelajaran berbasis kuliah).
Subjek Penelitian Guru dan siswa
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan kuasi-eksperimental yang
dilakukan pada kondisi yang tidak memungkinkan
mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relavan.
Variabel Penelitian  Variabel terikat menerapkan model sosial hayati dan
pengaruh sosio – biologi.
 Variabel bebas meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa guru biologi.
Perbandingan Sosio-biologis berbasis kasus pembelajaran memberikan
manfaat untuk pencapaian hasil belajar, yaitu untuk
menghubungkan penguasaan konsep biologi dan
hubungannya dengan konteks sosial (Allchin, 2013).
Menggunakan masalah di dunia nyata dalam mengajar akan
mengarah pada penemuan konsep ilmu biologi dan
mendorong siswa untuk melihat biologi tidak hanya sebagai
kumpulan konsep tetapi memberikan pengalaman membuat
koneksi biologis dengan disiplin ilmu lain termasuk
masalah sosial budaya (Kloser, 2012). Dalam sosio-biologi
berbasis kasus pembelajaran, dosen bertindak sebagai
fasilitator untuk memantau peningkatan kemampuan
berpikir siswa (Wee, 2004). Fasilitator mendorong siswa
untuk berpikir kreatif dan kritis dalam mencari solusi
terbaik untuk masalah, mulai dari kurang terstruktur untuk
masalah yang kompleks (Hmelo-Silver, 2004).
literasi sains adalah tujuan utama pendidikan sains di
seluruh dunia (DeBoer, 2000). Tujuan pendidikan
keaksaraan ilmiah ini adalah untuk membangun sebuah
masyarakat melek huruf secara ilmiah, yaitu masyarakat
yang memahami ilmu dan hubungannya dengan isu-isu
sosial. Dengan demikian pentingnya tidak hanya
penguasaan konsep ilmu melainkan kemampuan untuk
berpikir. literasi sains melibatkan penguasaan berpikir dan
menggunakan metode ilmiah untuk mengetahui dan
menangani isu-isu sosial (Choi et al, 2011;. Archer-
Bradshaw, 2014).
Berpikir kritis adalah keterampilan yang diperlukan dalam
21 st abad (Asosiasi Pendidikan Nasional, 21 st abad
(Asosiasi Pendidikan Nasional, 21 st abad (Asosiasi
Pendidikan Nasional, 2014). Berpikir kritis adalah
keterampilan yang diperlukan baik dalam kehidupan sosial
dan dunia kerja (Lombardi & Oblinger, 2007). Berpikir
kritis merupakan hasil belajar yang penting untuk pelajar
pendidikan yang lebih tinggi (Perry et al., 2014). Berpikir
kritis adalah proses berpikir yang melibatkan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam pengolahan informasi
untuk menghasilkan pemikiran baru (Choy & Cheah, 2009)
melalui pertanyaan, penalaran, membuat keputusan, dan
pemecahan masalah (Willingham, 2008). Lebih lanjut,
dikatakan bahwa berpikir kritis tidak memecahkan masalah
dengan menggunakan cara atau cara yang telah diingat
tetapi menggunakan cara-cara baru. Proses berpikir kritis
untuk memecahkan masalah memerlukan berbagai
komponen keterampilan, seperti masalah menganalisa,
induktif atau deduktif penalaran, membuat argumen,
menilai, mengevaluasi, membuat keputusan, dan
komunikasi yang efektif (Lai, 2011; Perry et al, 2014.;
Wagner, 2015).
Instrument penelitian Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest
nonequivalent.
Kesimpulan Studi ini memberikan bukti eksperimental yang sosio-
biologis berbasis kasus pembelajaran meningkatkan
keaksaraan biologi siswa biologi serta keterampilan
berpikir kritis. Bukti yang disajikan dalam penelitian ini
menawarkan dukungan tambahan untuk penggunaan sosio-
biologi berbasis kasus pembelajaran
sebagai kendaraan kurikuler bagi siswa belajar tentang
literasi biologi dan keterampilan berpikir kritis.
Judul The Model Of Educational Reconstruction: Students’
Conceptual Knowledge On Solid State Chemistry
Domain
Model Rekonstruksi Pendidikan: Siswa Pengetahuan
Konseptual On Solid State Kimia Domain
Jurnal Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Tahun 2018
Penulis E. Nursa'adah , Liliasari , A. Mudzakir , HD Barke
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2018
Nomor DOI 10,15294 / jpii.v7i2.14297

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan MER


dalam mengembangkan CK siswa
Subjek Penelitian Siswa
Metode Penelitian Metode evaluasi yaitu dilakukan dengan Analisis, Desain,
Pembangunan atau Produksi, Implementasi atau
Menyampaikan, dan Evaluasi.
Variabel Penelitian  Variabel terikat menggunakan Model Pendidikan
Rekonstruksi (MER).
 Variabel bebas mengembangkan Pengetahuan
Konseptual siswa (CK) dari konsep SSC.
Perbandingan Beberapa peneliti menemukan bahwa semua
kesalahpahaman terjadi sebagai siswa kurangnya atribut
fenomena makro ke tingkat sub-mikron (Pérez et al., 2017).
Di sisi lain, guru dapat berkontribusi untuk kesalahpahaman
ini karena mereka tidak menyadari istilah yang mereka
gunakan (Bergqvist & Rundgren, 2016). Biasanya, para ahli
dengan mudah berpindah dari makro untuk partikulat
representasi, tetapi sulit bagi siswa.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Ini
membuktikan bahwa pembelajaran berbasis MER
mengembangkan pengetahuan konseptual siswa, di mana
pengetahuan meningkat signifikan terhadap konsepsi
ilmuwan. Hal ini juga stabil pada tingkat tinggi untuk
beberapa domain seperti kimia, fisika, dan geografi
(Reinfried et al, 2015; Sam et al 2016; Sam et al, 2015).
Barke et al, (2009) berpikir bahwa siswa memasuki kelas
dengan konsepsi mereka sendiri dari materi. konsepsi
tersebut dapat diperoleh baik dari rumah atau sekolah.
Sayangnya, tidak semua dari konsepsi mereka sesuai
dengan konsepsi ilmuwan, dan bahkan beberapa dari
mereka kesalahpahaman. Misalnya, ketika pertanyaan siswa
hadir tentang kerapuhan kristal ionik dibandingkan dengan
kristal logam, mereka menganggap bahwa ikatan logam
lebih kuat dari ikatan ionik. Selain itu, beberapa siswa
percaya bahwa ukuran kation kecil menyebabkan
kerapuhan kristal ionik. Jika kesalahpahaman tidak
terdeteksi dini, maka akan sulit bagi guru untuk
mengajarkan konsep-konsep lainnya.
Instrument penelitian Lembar validasi.
Kesimpulan MER adalah strategi yang kuat yang bisa mempromosikan
perkembangan siswa pengetahuan konseptual, dan menjaga
pengetahuan stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan
konseptual siswa dalam semua domain (logam struktur
kristal, paduan, jaringan pengikat, semikonduktor dan
kristal ionik) dalam pre-test dan post-test skor. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan pembelajaran
berbasis MER dalam topik kimia solid state, pengetahuan
konseptual siswa dekat dengan konsepsi ilmuwan
Judul Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Calon Guru Fisika
Jurnal Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi
Tahun 2017
Penulis Nurussaniah, Eka Trisianawati, Ira Nofita Sari
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2019
Nomor DOI 10.24042/jipfalbiruni.v6i2.1891

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat


perbedaan peningkatan keterampilan proses sains calon
guru fisika setelah diterapkan pembelajaran inkuiri dan
konvensional.
Subjek Penelitian Mahasiswa sebagai calon guru fisika
Metode Penelitian metode eksperimen dengan bentuk quasi eksperimen dan
rancangan non-equivalent control group design. Non
equivalent control group design adalah hampir sama dengan
pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak
dipilih secara random.
Variabel Penelitian  Variabel bebas menggunakan pembelajaran inkuiri.
 Variabel terikat meningkatkan keterampilan proses
sains calon guru fisika.
Perbandingan Hasil penelitian yang diperoleh relevan dengan beberapa
penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh (Setyawati, Candiasa, & Yudana, 2016)
diketahui bahwa ratarata keterampilan proses sains siswa
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih besar daripada siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Sejalan dengan (Kurniawati,
Masykuri, & Saputro, 2016) penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing berbatuan LKS dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa pada materi hukum dasar
kimia.
Instrument penelitian Test (pretest dan post-test )
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
peningkatan keterampilan proses sains calon guru fisika
pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri lebih baik
dibandingkan dengan kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional. Peningkatan (gain)
keterampilan proses sains pada kelas yang diterapkan
pembelajaran inkuiri adalah 38,09 sedangkan pada kelas
yang diterapkan pembelajaran konvensional adalah 17,86.
Hasil uji t independent sampel menunjukkan angka
signifikansi yaitu 0,004 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menandakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima sehingga
terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains
calon guru fisika di kelas yang diterapkan pembelajaran
inkuiri dan konvensional. NGain (g) pada kelas eksperimen
adalah 0,65 dengan interpretasi sedang dan pada kelas
kontrol adalah 0,27 dengan interpretasi rendah. Adanya
perbedaan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
inkuiri mampu meningkatkan keterampilan proses sains
guru fisika.
Judul Problem Solving-Based Experiment untuk Meningkatkan
Keterampilan Penalaran Ilmiah Mahasiswa Fisika
Jurnal Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika
Tahun 2017
Penulis Muhamad Gina Nugraha, Kartika Hajar Kirana, Setiya
Utari, Nia Kurniasih, Nurdini, Fitri Nurul Sholihat
Reviewer Siti mey lindah
Tanggal 18 Februari 2018
Nomor DOI 10.21009/1.03203

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan


penalaran ilmiah mahasiswa fisika
Subjek Penelitian Siswa
Metode Penelitian Eksperimen yang dilakukan dengan mengolah dan
menganalisis data hasil eksperimen untuk memecahkan
permasalahan.
Variabel Penelitian  Varibel bebas menggunakan Penalaran ilmiah
(scientific reasoning).
 Variabel terikat meningkatkan keterampilan
penalaran ilmiah mahasiswa fisika.
Perbandingan Berdasarkan permasalahan yang diberikan, mahasiswa
dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan arahan sehingga
mahasiswa dapat merencanakan eksperimen, merancang
alat dan bahan eksperimen, melakukan eksperimen serta
mampu mengolah dan menganalisis data hasil eksperimen
untuk memecahkan permasalahan (Nugraha 2015). Dengan
kegiatan eksperimen seperti ini, mahasiswa dilibatkan
secara aktif dalam pemecahan masalah (engagment),
menemukan dan mengumpulkan informasi yang diperlukan
melalui proses penyelidikan (inquiry), membangun
penyelesaian masalah (solutin building), bertukar pendapat
dan mengevaluasi solusi yang ditemukan (debriefing and
reflection), serta mahasiswa dapat menampilan dan
menemukan solusi yang tepat (presentation of finding)
(Flint 2005).
Instrument penelitian Test
Diskusi
Kesimpulan Hasil penelitan menunjukkan bahwa problem solving-based
experiment mampu meningkatkan penalaran ilmiah
mahasiswa fisika. Hal ini karena langkah-langkah dalam
kegiatan eksperimen berbasis pemecahan masalah mampu
melatihkan aspek-aspek penalaran ilmiah mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian, eksperimen berdasarkan
pemecahan masalah bisa menjadi salah satu solusi dalam
perkuliahan eksperimen fisika yang selama ini umumnya
dilakukan dengan metode cookbook yang tidak
memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa
untuk bereksplorasi sehingga kurang melatihkan
keterampilan berpikir mahasiswa.
Seminar Usul Penelitian
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar usul penelitian)
Dosen pengampu : Antomi Saregar M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Siti Mey Lindah
Npm : 1611090080

Kelas/Semester : B/VI

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019

Anda mungkin juga menyukai