BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberi asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem pencernaaan peritonitis di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan:
1. Agar mahasiswa mengetahui tinjauan teori peritonitis
2. Agar mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien peritonitis
3. Agar mahasiswa dapat menentukan diagnosa keperawatan pada pasien
Peritonitis
4. Agar mahasiswa dapat menentukan intervensi pada pasien peritonitis
5. Agar mahasiswa dapat menentukan implementasi pada pasien
peritonitis
6. Agar mahasiswa dapat menentukan evaluasi pada pasien peritonitis
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di
keperawatan.
peritonitis
selama pendidikan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.3 Sejarah
a. Sejarah Berdiri 5
2) Tanggal 1 Juli 1995 sampai Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir,
SpOG sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
3) Bulan Juli 2000 sampai dengan November 2000 : Pelaksana Tugas
dr. H. Dachlan Abbas SpB.
4) Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001 : Pelaksana
Tugas dr. M. Faisal Soleh, SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 sampai dengan 19 Januari 2012 : dr.
Hj. Indah Puspita, H.A,MARS sebagai Direktur RSUD Palembang
BARI.
6) Tanggal 19 Januari 2012 sampai dengan sekarang : dr. Hj.
Makiani, M.M selaku Direktur RSUD Palembang BARI
sekunder, akut atau kronis yang disebabkan oleh kontaminasi isi usus,
bakteri atau kimia.
Peritonitis adalah suatu peradangan dan peritoneum, pada
membrane serosa, pada bagian rongga perut. Peritonitis adalah inflamasi
peritoneum - lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronik/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda-tanda umum
inflamasi. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum) lapisan membrane
serosarongga abdomen dan dinding perut bagian dalam.
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum,
fibrin, sel-sel dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan
nyeri tekan pada abdomen, konstipasi, muntah dan demam peradangan
yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada peritoneum.
Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar
didalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum
parietal dan peritoneum visceral, yang berfungsi menutupi sebagian besar
dari organ-organ abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang
memungkinkan organ saling bergeser tanpa ada penggesekan. Organ-
organ digabungkan bersama dan menjaga kedudukan mereka tetap, dan
mempertahankan hubungan perbandingan organ-organ terhadap dinding
posterior abdomen. Sejumlah besar kelenjar limfe dan pembuluh darah
yang termuat dalam peritoneum, membantu melindunginya terhadap
infeksi.
Lapisan kulit yang terdiri dari kutus dan subkutis, lemak subkutan dan
facies superficial (facies scapa), kemudian ketiga otot dinding perut m.
obliquus abdominis eksterna, m. obliquus abdominis internus dan m.
transversum abdominis, dan akhirnya lapis preperitonium dan peritonium,
yaitu fascia transversalis, lemak preperitonial dan peritonium. Otot di
bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rektus abdominis dengan
fascianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba.
2.2.3 Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen
berupa inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi appendisitis,
perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis. Ileus obstruktif dan
13
2.2.4 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di
antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita
fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
14
2.2.5 Pathways
2.2.6 Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
16
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder,
dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan
lanjut, yaitu : (chushieri)
1. Komplikasi dini
a. Septikemia dan syok septic
b. Syok hipovolemik
c. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
kegagalan multi system
d. Abses residual intraperitoneal
e. Portal Pyemia (misal abses hepar)
2. Komplikasi lanjut
a. Adhesi
b. Obstruksi intestinal rekuren (Muttaqin,2011)
2.2.11 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna
dengan memuaskan pasien, pemberian atibiotikyang sesuai, dekompresi
20
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
Nyeri abdomen. Keluhan nyeri dapat bersifat akut, awalnya rasa
sakit sering kali membosankan dan kurang terlokalisasi
(peritoneum viseral). Kemudian berkembang menjadi mantap,
berat, dan nyeri lebih terlokalisasi (peritoneum parietal). Jika tidak
terdapat proses infeksi, rasa sakit menjadi berkurang. Pada
beberapa penyakit tertentu (misalnya: perforasi lambung,
pankreatitis akut berat, iskemia usus) nyeri abdomen dapat
digeneralisasi dari awal
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapat keluhan lainnya yang menyertai nyeri, seperti peningkatan
suhu tubuh, mual, dan muntah. Pada kondisi lebih berat akan
didapatkan penurunan kesadaran akibat syok sirkulasi dari
septicemia
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk dikaji dalam menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi peritonitis. Untuk memudahkan anamnesis,
perawat dapat melihat pada tabel. Penyebab dari peritonitis sebagai
bahan untuk mengembangkan pernyataan. Anamnesis penyakit
sistemik, seperti DM, hipertensi dan tuberkulosis dipertimbangkan
sebagai sarana pengkajian preoperatif.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga yang meliputi
pola makan, gaya hidup atau pun penyakit yang sering diderita
22
d. Pemeriksaan fisik
Didapatkan sesuai dengan manisfestasi klinis yang muncul.
1) Keadaan umum : pasien terlihat lemah dan kesakitan
2) TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan gangguan
hemodinamik.
3) Suhu badan meningkat ≥38,5oC dan terjadi takikardia, hipotensi,
pasien tampak legarti serta syok hipovolemia
4) Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
- Inspeksi : pasien terlihat kesakitan dan lemah. Distensi
abdomen didapatkan pada hampir semuja pasien dengan
peritonitis dengan menunjukkan peningkatan kekakuan dinding
perut. Pasien dengan peritonitis berat sering menghindari
semua gerakan dan menjaga pinggul tertekuk untuk
mengurangi ketegangan dinding perut. Perut sering
mengembung disertai tidak adanya bising usus. Temuan ini
mencerminkan ileus umum. Terkadang, pemeriksaan perut juga
mengungkapkan peradangan massa
- Auskultasi : penurunan atau hilangnya bising usus merupakan
salah satu tanda ileus obstruktif
- Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), peningkatan suhu
tubuh, adanya darah atau cairan dalam rongga peritoneum akan
memberikan tanda-tanda rangsangan peritoneum. Rangsangan
peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular.
Pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas dibawah
diafragma. Pemeriksaan rektal dapat memunculkan nyeri
23
Peningkatan
frekwensi nadi
Kelemahan
Kulit kering
3 Nyeri Pain level Pain management :
Batasan Pain control Lakukan pengkajian nyeri secara
karakteristik : Comfort level komprehemsif termasuk
Perubahan selera Kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekwensi
makan Mampu mengontrol ,kualitas dan factor presipitasi
Perubahan tekanan nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal dari
darah penyebab nyeri, ketidaknyamanan
Indikasi nyeri mampu Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
yang dapat diamati menggunakan menentukan intervensi
Perubahan posisi tehnik Analgesic administration :
untuk menghindari nonfarmakologi Tentukan
nyeri untuk mengurangi lokasi,karakteristik,kualitas dan
Gangguan tidur nyeri) derajat nyeri
Mampu mengenali Cek instruksi dokter tentang jenis
nyeri( obat dan dosis obat
skala,intensitas,frek Kolaborasi pemberian obat
wensi dan tanda analgesic
nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
BAB III
TINJAUAN KASUS
Suara napas :
(ѵ) vesikuler ( )ronronchii
( )wheezing
Refleks batuk :
(ѵ) ada ( ) tidak
Analisa BGA:
Ph….,PCO2…..mmhg, po2….mmhg,
HCO3….mEq/,….SaO2…..%
( ) lainnya,
………………………………
………………………………
……………………………....
SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( ) actual MANDIRI
Nadi : 87 x/mnt, ( ) resiko ( ) memonitor vital sign S:
TD :110/70 mmHg ( ) memonitor sirkulasi
Irama : perifer
(ѵ) teratur ( ) memonitor tingkat O:
33
( )lainnya:
…………………………………..
…………………………………
…………………………………….
SISTEM HEMATOLOGI
Hb : 14,8 gr% MANDIRI
Ht : 45 vol%, ( ) actual (ѵ) memonitor vital sign
Leukosit :17 rb/ul ( ) resiko ( ) memonitor LOC
Trombosit : 260 rb/ul ( ) memonitor status
( ) terjadi peradangan b.d hedrasi
Mengeluh kesakitan: o Perdarahan ( ) membatasi adanya
( ) tidak (ѵ) ya pendarahan
Pendarahan: ( ) intoleransi aktifitas b.d ( ) membantu AKS
( ) gusi mudah berdarah o Insufisiensi transport O2 (ѵ) menyarankan untuk S:
( ) mimisan ( ) petechi sekunder terhadap bedrest
( ) echimosis perdarahan,anemia ( ) tindakan lainnya:
( ) lemah Kelemahan …..
36
( ) o\pucat ….. O:
( ) terus menerus ( ) diagnose keperawatan lainnya : …..
……
….. Kolaborasi A:
…… (ѵ) pasang IVFD
( ) berikan transfuse
(ѵ) periksa laboratorium
cairan rutin P :
( ) tindakan lainnya:
…..
…
37
BAB : 2 x/hr
Keadaan saat ini :
Kosistensi:
(ѵ)padat ( )lunak ( )encer
( )cair ( )berlendir
Warna
(ѵ)kuning ( )hitam ( )merah
( )dempul ( )berdarah
Perut:
( )supel
( )lembek
(ѵ)kembung
( )asites
41
P : Intervensi di
lanjutkab
dengan :
Terpa IVFD gtt
20x/menit
Berikan
tekhnik
relaksasi (nafas
dalam)
Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
MUSKULUSKELETAL/INTEGUMEN MANDIRI
Turgor kulit : ( ) actual (ѵ) mengatur posisi
(ѵ) ya ( ) tidak ( ) resiko ( ) memonitor mual
Keadaan kulit : muntah
(ѵ) baik ( )buruk ( ) kerusakan integritas kulit / infeksi (ѵ) memonitor nyeri ulu
( ) dekubitus : b.d hati
44
( )tidak
nyeri
( )ya ( ) tidak
45
( ) lainnya:
…….. MANDIRI
……. ( ) menghentikan
pendarahan
( ) imobilisasi dengan
spalk
( ) membersihkan luka
( ) tindakan lainnya:
….
…..
( ) gangguan mobilisasi b.d …..
o Kerusakan neuromuskuler Kolaborasi
o Luka ( ) terapi O2…it/mnt
o Fraktur ( ) pasang gips
( ) pasang IV-line
( ) diagnose keperawatan lainnya : …tts/mnt
……. ( ) tindakan lainnya:
……. ….
……. ….
…..
46