Anda di halaman 1dari 16

A.

DEFINISI
Cedera Kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007).
Cedera kepala ringan (Mild Head Injury) adalah trauma kepala dengan
GCS 15 (sadar penuh), tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing
dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2007).

B. ETIOLOGI
a. Kontak bentur, terjadi bila kepala membentur atau menabrak sesuatu
obyek atau sebaliknya.
b. Guncangan lanjut, merupakan akibat peristiwa guncangan kepala yang
hebat, baik yang disebabkan oleh pukulan maupun yang bukan karena
pukulan (Muttaqin, Arif.2012.)

C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejalanya yaitu:
1. Nyeri yang menetap atau setempat.
2. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
3. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga
dan darah terlihat di bawah konjungtiva, memar diatas mastoid
(tanda battle), otoreaserebro spiral (cairan cerebros piral keluar
daritelinga), minorea serebro spiral (les keluar dari hidung).
4. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
5. Penurunan kesadaran.
6. Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi cepat les dan penurunan volume
intravaskuler.
7. Peningkatan TIK.
8. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis edkstremita.
9. Peningkatan TD, penurunan frek. Nadi, peningkatan pernafasan.
Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1. Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15.
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit.
c) Tidak ada fraktur tengkorak.
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma.
2. Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12.
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang
dari 24 jam.
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8.
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam.
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma
intracranial (Doenges, Marilynn E.2011).

D. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat
kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami
kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam
menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma
kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga
kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam
terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang
lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi
tengkorak, pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan
coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja
pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera
kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi
yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan
dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada
keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika pengereman mendadak pada
mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam bagian depan dari tulang
kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang. Sehingga
trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena pergerakan ke belakang yang
cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang tengkorak,
dan bagian depan otak menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada
keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak terjadi penurunan
tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan tulang tengkorak bagian
belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak bergerak ke
belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan
tinggi dan menekan gelembung udara tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya
gelembung yang mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh darah otak
karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh suplai darah
dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila
terjadi pergerakan kepala ke depan (Smeltzer,.2010).

E. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan
membuatluka mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk
mengeluarkan benda asing dan miminimalkan masuknya infeksi
sebelumlaserasi ditutup.
1. Menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan
muntahan;lepaskan gigi palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn
badan dgnmemasang collar cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt
ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu jalan nafas,maka pasien harus
diintubasi.
2. Menilai pernafasan: tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jika
tidak beri O2 melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki
dan atasi cedera dada berat sepertt pneumotoraks tensif,
hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi O2 -
*minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan
terancan/memperoleh O2 ygadekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO295%)
atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli
anestesi.
3. Menilai sirkulasi: otak yg rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera
intra abdomen/dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah pasang EKG. Pasang jalur intravena yg besar. Berikan
larutan koloid sedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi
edema.
4. Obati kejang: Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan
harusdiobati mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-
lahan dan dapat diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil
diberikan fenitoin15mg/kgBB.
5. Menilai tingkat keparahan: CKR,CKS,CKB. Pada semua pasien dengan
cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto tulang belakang servikal
(proyeksi A-P,lateral dan odontoid), kolar servikal baru dilepas setelah
dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-C7normal. Pada semua pasien
dgengan cedera kepala sedang dan berat :
- Pasang infus dgn larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL
cairanisotonis lebih efektif mengganti volume intravaskular daripada
cairanhipotonis dan larutan ini tdk menambah edema cerebri
- Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap, trombosit,
kimia darah. Lakukan CT scan pasien dgn CKR, CKS, CKB harus
dievaluasi adanya : hematoma epidural, darah dalam sub arachnoid dan
intraventrikel, kontusio dan perdarahan jaringan otak, edema cerebri.,
pergeseran garis tengah, fraktur cranium.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik
a. CT Scan
mengidentifikasi hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak
b. MRI
Sama dengan CT Scan dengan/ tanpa menggunakan kontras
c. Angiografi serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan
otak akibat oedema, perdarahan, trauma
d. EEG
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
e. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur garis tengah (karena perdarahan, oedema), adanya fragmen
tulang
f. BAER (Brain Auditory Evoked Respons)
Menentukan fungsi kortexs dan batang otak
g. PET (Position Emission Tomography)
Menunjukkan perubahan aktifitas metabolisme pada otak

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. DATA FOKUS PENGKAJIAN
Umum:
a. Airway
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas.
2) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi
untuk mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
3) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau
mulut
b. Breathing
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi
oksigen
c. Circulation
1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary
rafill, sianosis pada kuku, bibir)
2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran,
reflek terhadap cahaya
3) Monitoring tanda – tanda vital
4) Pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitoring intake dan output
Kebutuhan sehari-hari :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda :Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,
quadreplegia, ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam
keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot,
otot spastic
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi),
perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang
diselingi dengan bradikardi, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresi dan inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera Tanda
: Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar
kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran,
tingling, baal pada ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan,
seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang
pandang, fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan
memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada
mata, ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan pengindraan,
spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran. Wajah tidak
simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon
dalam tidak ada atau lemah, aphasia, hemiparese, quadreplegia,
postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive
terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian
tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi,
mengi positif (kemungkinan karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon
eye”, tanda battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya
trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung
(CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralysis. Demam,
gangguan dalam regulasi suhu tubuh

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: - trauma kepala Perfusi jaringan
Do: cerebral tidak
- Gangguan status efektif
mental intra kranial
- Perubahan
perilaku
- Perubahan respon jaringan otak rusak
motorik (kontusio, laserasi)
- Perubahan reaksi
pupil
- Kesulitan menelan perubahan autoregulasi
- Kelemahan atau
paralisis
ekstrermitas aliran darah ke otak
- Abnormalitas menurun
bicara
O2 menurun

Gangguan metabolisme

Laktat meningkat

Oedema otak

Gangguan perfusi jaringan


cerebral
2. Ds: pasien mengeluh trauma kepala Nyeri
nyeri
Do:
- Posisi untuk ekstra kranial, tulang
menahan nyeri kranial
- Tingkah laku
berhati-hati
- Gangguan tidur terputusnya kontunuitas
(mata sayu, jaringan kulit, otot,
tampak capek, vaskuler
sulit atau gerakan
kacau,
menyeringai) nyeri
- Terfokus pada diri
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan
persepsi waktu,
kerusakan proses
berpikir,penuruna
n interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
menemui orang
lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah,
perubahan nafas,
nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
3. Ds: - trauma kepala Resiko kerusakan
Do: integritas kulit
- Gangguan pada
bagian tubuh ekstra kranial
- Kerusakan lapisa
kulit (dermis)
- Gangguan terputusnya kontunuitas
permukaan kulit jaringan kulit, otot,
(epidermis) vaskuler

perdarahan hematoma

perubahan sirkulasi CSS

peningkatan TIK

girus medialis lobus


temporalis tergeser

hemiasi unkus

mensefalon tertekan

kompresi medulla
oblongata

gangguan kesadaran

imobilisasi

resiko kerusakan integritas


kulit
4. DS: pasien trauma kepala Resiko bersihan
mengatakan sesak jalan nafas tidak
DO: efektif
intra kranial
- Penurunan suara
nafas
- Cyanosis jaringan otak rusak
- Kelainan suara (kontusio, laserasi)
nafas (rales,
wheezing)
- Kesulitan berbicara perubahan autoregulasi
- Batuk, tidak
efekotif atau tidak
ada kejang
- Produksi sputum
- Gelisah
Perubahan frekuensi obstruksi jalan nafas,
dan irama nafas dispnea, henti nafas,
perubahan pola nafas

resiko bersihan jalan nafas


tidak efektif

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Perfusi jaringan serebral b. edema serebral
b) Nyeri akut b.d trauma jaringan
c) Resiko gangguan integritas kulit b.d kerusakan jaringan kulit
d) Resiko bersihan jalan tidak efektif b.d adanya peningkatan
sekret

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Tujuan Intervensi Rasional
1. Perfusi Tupan : perfusi jaringan - Kaji ulang tanda-tanda - Mengkaji adanya
jaringan kembali efektif vital kecenderungan pada tingkat
serebrtidak Tupen : setelah dilakukan kesadaran
efektif b.d asuhan keperawatan - Monitor tekanan - Peningkatan tekanan darah
edema selama 2x24 jam darah, catat adanya sistemik yang diikuti
serebral diharapkan perfusi hipertensi sistolik penurunan tekanan darah
jaringan serebral normal secara teratur dan distolik (nadi yang membesar)
kembali, dengan kriteria tekanan nadi yang merupakan tanda terjadinya
hasil: makin berat peningkatan TIK
- Tekanan systole dan - Bradikardia dan disritmia dapat
diastole dalam timbul yang encerminkan
rentang yang - Monitor Heart Rate, adanya depresi / trauma pada
diharapkan catat adanya batang otak pada pasien yang
- Tidak ada bradikardi, takikardi tidak mempunyai kelainan
ortostatikhipertensi atau bentuk disritmia jantung sebelumnya
- Komunikasi jelas  lainya. - Kepala yang miring pada salah
Menunjukkan satu sisi menekan vena
konsentrasi dan jugularis dan menghambat
orientasi aliran darah lain yang
- Pupil seimbang dan selanjutnya akan meningkat
reaktif - Pertahankan kepala / TIK.
- Bebas dari aktivitas leher pada posisi - Menurunkan hipoksemia yang
kejang tengah/ pada posisi mana dapat menaikkan
- Tidak mengalami netral. vasodilatasi dan vol darah
nyeri kepala serebral yang meningkatkan
TIK.

- Kolaborasi pemberian
O2 tambahan sesuai
indikasi

2. Nyeri akut Tupan : nyeri hilang dan - Kaji nyeri (skala, - Untuk mengetahui nyeri
b.d teratasi intensitas, lokasi, dirasakan pasien
traujaringan Tupen : setelah dilakukan karakteristik, durasi,
asuhan keperawatan frekuensi, kualitas dan
selama 2x24 jam faktor presipitasi
diharapkan nyeri - Gunakan teknik - Agar pasien terbuka dan mau
berkurang, dengan komunikasi terapeutik menjelaskan rasa nyeri yang
kriteria hasil: untuk mengetahui diras
- Mampu mengontrol pengalaman nyeri
nyeri (tahu penyebab pasien
nyeri, mampu - Kontrol lingkungan
menggunakan tehnik yang dapat - Untuk mengurangi nyeri yang
nonfarmakologi mempengaruhi nyeri dirasakan
untuk mengurangi seperti suhu ruangan,
nyeri, mencari pencahayaan dan
bantuan) kebisingan
- Melaporkan bahwa - Ajarkan teknik
nyeri berkurang relaksasi nafas dalam - Untuk mengurangi nyeri yang
dengan dirasakan pasien
menggunakan - Kolaborasikan dengan - Untuk mengatasi rasa nyeri
manajemen nyeri dokter jika ada yang dirasakan pasien
- Mampu mengenali keluhan dan tindakan
nyeri (skala, nyeri tidak berhasil
intensitas, frekuensi untuk pemberian
dan tanda nyeri) analgetik
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal
3. Resiko Tupan : resiko gangguan - Anjurkan pasien untuk - Mencegah terjadinya lecet
gangguan integritas kulit teratasi menggunakan pakaian karena pakaian yang terlalu
integritas Tupen : setelah dilakukan yang longgar sempit
kulit b.d asuhan keperawatan - Hindari kerutan pada - Terjadinya luka tambahan
kerusakan selama 2x24 jam tempat tidur - Menghindari dari luka atau
jaringan diharapkan kerusakan - Jaga kebersihan kulit lecet pada tubuh
kulit integritas kulit berkurang agar tetap bersih dan - Agar tidak terjadi decubitus
dengan kriteria hasil: kering
- Mobilisasi pasien
- Integritas kulit yang (ubah posisi pasien) - Mencegah terluka tambahan
baik bisa setiap dua jam sekali pada tubuh
dipertahankan - Monitor kulit akan
(sensasi, elastisitas, adanya kemerahan
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi
pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
- Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
4. Resiko Tupan : resiko bersihan - Kaji keadaan jalan - Obstruksi mungkin dapat
bersihan jalan nafas teratasi napas disebabkan oleh akumulasi
jalan nafas Tupen : setelah dilakukan sekret, sisa cairan mucus,
tidak efektif asuhan keperawatan perdarahan,
b.d adanya selama 2x24 jam bronkhospasme, dan/atau
peningkatan diharapkan bersihan jalan posisi dari
sekresi nafas kembali efektif, endotracheal/tracheostomy
sekret dengan kriteria hasil: tube yang berubah.
- Mendemonstrasikan - Saluran napas bagian
batuk efektif dan bawah tersumbat dapat
suara nafas yang - Evaluasi pergerakan terjadi pada
bersih, tidak ada dada dan auskultasi pneumonia/atelektasis akan
sianosis dan dyspneu suara napas pada menimbulkan perubahan
(mampu kedua paru (bilateral). suara napas seperti ronkhi
mengeluarkan atau wheezing.
sputum, bernafas - Selama intubasiklien
dengan mudah, tidak - Catat adanya batuk, mengalami refleks batuk
ada pursed lips)  bertambahnya sesak yang tidak efektif, atau
Menunjukkan jalan napas, suara alarm dari klien akan mengalami
nafas yang paten ventilator karena kelemahan otot-otot
(klien tidak merasa tekanan yang tinggi, pernapasan
tercekik, irama pengeluaran sekret (neuromuscular/neurosenso
nafas, frekuensi melalui rik), keterlambatan untuk
pernafasan dalam endotracheal/tracheost batuk.
rentang normal, omy tube, - Untuk membersihkan jalan
tidak ada suara nafas bertambahnya bunyi nafas
abnormal) ronkhi.
- Mampu - Lakukan penghisapan
mengidentifikasikan lender jika diperlukan,
dan mencegah faktor batasi durasi
yang penyebab. pengisapan dengan 15
- Saturasi O2 dalam detik atau lebih.
batas normal Gunakan kateter
- Foto thorak dalam pengisap yang sesuai,
batas norma cairan fisiologis steril.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.2011.Rencana Asuhan Keperawatan ed-3. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif.2012.Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai