Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan masyarakat, bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan maupun
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni, upaya Kesehatan Wajib dan
juga Upaya Kesehatan Pengembangan.Salah satu dari enam upaya
kesehatan wajib puskesmas yaitu upaya kesehatan ibu dan anak serta
keluarga berencara (KIA/KB).
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melaluiupaya kesehatan
anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan.
Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan
sampai 5 tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar
mencapai tumbuh kembangoptimal baik fisik, mental, emosional, maupun
sosial serta memilikiintelegensi majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya.
Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, pada
tahun 2017 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak
197 dari 26.052 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 7,56 per 1.000 KH. Penyebab AKB disebabkan
karena Diare, ISPA, DBD, dan kekurangan gizi yang dapat menyebabkan
infeksi berbagai penyakit(Dinkes,2017). Puskesmas Pabelan 2017 terdapat
14 kasus kematian neonatal, bayi dan balita.
Pemberian ASI sangat perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6
(enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan
terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan
oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Berdasarkan hasil
laporan puskesmas tahun 2017, pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-
6 bulan sejumlah 12.707 bayi atau 100 %. Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi 0-6 bulan di Kota Semarang telah mencapai target Renstra Kota
Semarang (65%). Sedangkan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun
2016 ada peningkatan dari 67,16% menjadi 67,33 % pada tahun 2017, hal
ini disebabkan karena adanya komitmen petugas kesehatan untuk
membantu ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui, ada
peningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui dan cara
menyusui yang tepat dan dukungan dari keluarga (Dinkes, 2017).
Asi eksklusif merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi
angka kematian maupun kesakitan pada neonatal, bayi, maupun balita.
Cakupan Asi Eksklusif tahun 2017 pada bayi di indonesia 63,33%, angka
tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Cakupan
Asi Eksklusif pada bayi di Jawa Tengah tahun 2017 adalah 54,40%,
sementara di semarang cakupan asi eksklusif pada bayi 65%, dan untuk
cakupan asi eksklusif di Puskesmas Pabelan tahun 2018 adalah 47%
[ CITATION Din181 \l 1057 ].
Cakupan pelayanan asi eksklusif bulan Februari dan agustus tahun
2018 dipuskesmas Pabelan sebanyak 24% . Pelaksanaan program asi
eksklusif ini sudah dilakukan oleh puskesmas Pabelan semaksimal
mungkin agar tercapainya target yang diharapkan/ditetapkan oleh
puskesmas Pabelan tetapi dalam pelaksanaan pemberian asi eksklusif oleh
ibu masih belum maksimal dilakukan karena persepsi ibu, pekerjaan,
pendidikan, ekonomi, lingkungan. Upaya yang dilakukan oleh Puskesmas
Pabelan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan
motivasi kepada masyarakat tentang pemberian asi eksklusif.
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 33 tahun 2012
pasal 2 menyatakan bahwa pemberian asi eksklusif bertujuan untuk
menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan asi ekslusif sejak lahir
sampai denganberusia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya, memberikan perlindungan pada ibu dalam memberikan
asi eksklusif kepada bayinya dan meningkatkan peran dan dukungan
keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap
pemberian asi eksklusif.
Program ASI eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI
saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Program
Air Susu Ibu (ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas.
Hal ini dikarenakan memberikan dampak luas terhadap status gizi dan
kesehatan balita. Didukung pula konferensi tingkat tinggi tentang
kesejahteraan anak menyepakati bahwa semua keluarga harus mengetahui
arti penting mendukung dalam tugas pemberian ASI saja selama enam
bulan untuk perempuan pada kehidupan pertama bagi anak.
Rekomendasi terakhir oleh UNICEF bersama World Health Assembly
(WHA) dan banyak negara lainnya menetapkan jangka waktu pemberian
ASI eksklusif selama enam bulan. Hal ini dikarenakan pada tahun 1999
ditemukan bukti bahwa pemberian makanan pada usia terlalu dini
memberikan efek negatif pada bayi dan dapat mengganggu pemberian ASI
eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi, selain itu tidak
ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan
padat/tambahan pada usia empat atau lima bulan lebih menguntungkan,
bahkan tidak ada dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhan
bayi.
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menekan Angka
Kematian Bayi (AKB) antara lain dengan pelaksanaan asi eksklusif,
pelayanan balita dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), tata
laksana perawatan bayi dan balita, kajian kasus kematian balita dan Audit
Maternal Perinatal (AMP), peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
petugas dalamtata laksana gizi buruk, pelatihan Pertolongan Pertama
Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatus (PPGDON), pelatihan Asuhan
Persalinan Normal (APN), pelatihan Antenatal Care (ANC) terpadu, tata
laksana neonatus dan bayi baru lahir, serta Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) pemulihan bagi balita gizi buruk.
Menentukan prioritas masalah dalam pelaksanaan program Asi
Ekslusif yaitu menggunakan metode CARL (Capability, Accessability,
Readiness dan Leverage) dan Fishbone.Metode Carl digunakan untuk
menentukan prioritas masalah dengan cara menentukan hasil perkalian
skor dimana semakin besar skor semakin tinggi letaknya pada urutan
prioritas. Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah
teamcenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247).
B. Skoring
Menentukan prioritas masalah dalam pelaksanaan program Asi
Ekslusif yaitu menggunakan metode CARL (Capability, Accessability,
Readiness dan Leverage) dan Fishbone.
Metode Carl digunakan untuk menentukan prioritas masalah
dengan cara menentukan hasil perkalian skor dimana semakin besar skor
semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Jadi dapat disimpulkan
bahwa prioritas masalahnya yaitu prgram Asi Ekslusif belum efektif.
Capability yaitu ketersediaan sumber daya seperti dana, sarana dan
peralatan. Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada, mudah diatasi
atau tidak. Readiness yaitu kesiapan dari tenagapelaksana maupun
kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas. Berikut identifikasi masalah
dan penentuan prioritas masalah dalam pelaksanaan program Asi Ekslusif
di Puskesmas Pabelan.

Tabel 3.3 Skoring Masalah Asi Eksklusif


No Daftar Masalah C A R L Total Urutan
Nilai
1 Kurangnya sikap Ibu dalam 1 4 3 5 60 I
pemberian ASI eksklusif
2 Kurang partisipasi dan 2 3 3 3 54 II
antusias masyarakat dalam
mendukung keberhasilan ASI
Ekslusif
3 Edukasi Nakes dari pihak 1 3 3 3 27 III
rumah sakit untuk pemberian
susu formula untuk pasien
tertentu
4 Belum terdapat ruang khusus 3 2 2 2 24 IV
konseling ASI
5 Kurang efektif dalam 1 2 2 1 4 V
pemanfaatan pojok Asi

Keterangan:
Nilai 1 : Sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 : Tidak menjadi masalah
Nilai 3 : Cukup menjadi masalah
Nilai 4 : Sangat menjadi masalah
MONEY METHOD
Evaluasi Program
Nenek Asi
(frekuensi nakes
Rincian Anggaran
teknik edukasi )

Penyuluhan Kader

Sikap

Pemanfaatan pojok asi Kemauan

(Tidak ada edukasi, Edukasi Nakes Pekerjaan


kesadaran pasien
kurang) (Frekuensi
Persepsi Pekerja Pabrik
kunjungan dan
media edukasi) Dukungan Keluarga
ASI tidak
(Kurang Support)
cukup

MECHINE
MAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Teori
1. Definisi Asi Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar
payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan
berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013).
ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi
khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal
(Dinkes Kota Semarang, 2015).ASI berdasarkan definisi diatas adalah
sumber makanan bagi bayi yang diproduksi oleh kelenjar payudara ibu
yang mengandung unsur gizi lengkap untuk memenuhi kebutuhan bayi
secara optimal.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI dari ibu terhadap bayinyi
yang diberikan tanpa minuman atau makanan lainnya termasuk air
putih atau vitamin tambahan lainnya (Widuri, 2013). Pemberian ASI
Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan baik berupa cairan seperti susu formula, madu, air
teh, dan air putih, maupun berupa makanan padat seperti pisang, nasi
yang dilembutkan, bubur nasi, tim, biscuit, dan lain sebagainya
(Suryoprajogo, 2009). Pemberian ASI eksklusif dapat diberikan secara
langsung maupun tidak langsung. Pemberian ASI secara langsung
yaitu dengan caramenyusui, sedangkan pemberian ASI tidak langsung
dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya,
untuk kemudian diberikan kepada bayi (Suryoprajogo, 2009).
2. Jenis Asi
ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki jenis dan kandungan yang
berbeda beda, terdapat 3 jenis ASI yang diproduksi oleh ibu.

a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang
diproduksi pada hari pertama hingga keempat dengan kandungan
protein dan zat antiinfeksi yang tinggi serta berfungsi sebagai
pemenuhan gizi dan proteksi bayi baru lahir (Astutik, 2014).
b. Transitional milk(ASI peralihan)
ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah
kolostrum. ASI peralihan diproduksi 8-20 hari dengan kadar
lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang lebih tinggi, dan kadar
protein, mineral lebih rendah (Widuri, 2013).
c. Mature milk (ASI matang)
ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21
hari setelah melahirkan dengan kandungan sekitar 90% air untuk
hidrasi bayi dan 10% karbohidrat, protein, dan lemak untuk
perkembangan bayi (Widuri, 2013). ASI matamg memiliki dua
tipe yaitu foremilk dan hindmilk.Foremilk diproduksi pada awal
menyusui dengan kandungan tinggi protein, laktosa dan nutrisi
lainnya namun rendah lemak, serta komposisi lebih
encer.Sedangkan hindmilk diproduksi menjelang akhir menyusui
dengan kandungan tinggi lemak (Astutik, 2014).
d. Kandungan ASI
ASI merupakan makanan paling ideal dan seimbang bagi
bayi, menurut Astutik (2014), zat gizi yang terkandung dalam ASI
adalah
e. Nutrien
1) Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI yang
mudah diserap oleh bayi. Asam lemak essensial dalam ASI
akan membentuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang
decosahexaenoic acid (DHA) dan arachidoic acid (AA) yang
berfungsi untuk pertumbuhan otak anak.
2) Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang
bermanfaat untuk meningkatkan absorbs kalsium dan
merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
3) Protein
Protein dalam ASI yaitu whey, kasein, sistin, dan taurin.
Sistin dan taurin merupakan asam amino yang tidak dapat
ditemukan pada susu sapi. Sistin diperlukan untuk
pertumbuhan somatic dan taurin untuk pertumbuhan anak.
4) Garam dan Mineral
Kandungan garam dan mineral pada ASI relative rndah
karena ginjal bayi belum dapat mengonsentrasikan air kemih
dengan baik.Kandungan garam dan mineral pada ASI kalsium,
kaliun, natrium, tembaga, zat besi, dan mangan.
5) Vitamin
Vitamin pada ASI diantaranya vitamin D, E, dan K
f. Zat Protektif
1) Lactobasillus bifidus
Lactobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa ,emjadi
asam laktat dan asam asetat yang menyebabkan saluran
pencernaan menjadi lebih asamuntuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme
2) Laktoferin
Laktoferin berikatan dengan zat besi untuk menghambat
pertumbuhan kuman tertentu seperti E. coli dan menghambat
pertumbuhan jamur kandida.
3) Lisozim
Lisozim merupakan faktor protektif terhadap serangan
bakteri pathogen serta penyakit diare.
4) Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berfungsi sebagai daya opsonik,
anafilaktoksik, dan kemotaktik.
5) Faktor antistreptokokus
Antistreptokokus melindungi bayi terhadap infeksi kuman
steptokokus.
6) Antibodi
Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran
pencernaan bayi dan membuat lapisan pada mukosanya
sehingga mencegah bakteri pathogen atau enterovirus masuk
kea lam mukosa usus.
7) Imunitas Seluler
Imunitas seluler berfungsi membunuh dan memfagositosis
mikroorganisme, membentuk C3, C4, lisozim, serta laktoferin.
8) Tidak Menimbulkan Alergi
Sistem Ig E pada bayi beum sempurna, sehingga bayi yang
diberikan susu formula akan merangsang aktivasi system Ig E
dan menimbulkan alergi.
3. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi yang memiliki
berbagai manfaat, baik bagi bayi, ibu, keluarga dan negara. Manfaat
ASI menurut Maryunani (2012) dan Astutik (2014) adalah
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Kesehatan
ASI merupakan cairan yang mampu diserap dan digunakan
tubuh dengan cepat.Komposisi gizi pada ASI yang lengkap
bermanfaat memenuhi kebutuhan bayi, sehingga anak
terhindar dari malnutrisi.Kandungan antibodi pada ASI mampu
memberikan imunitas bayi sehingga mampu mencegah
terjadinya kanker limfomaligna dan bayi lebih sehat dan lebih
kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI.
2) Kecerdasan
ASI mengandung DHA terbaik, selain laktosa untuk proses
mielinisasi otak. Mielinisasi otak merupakan proses
pematangan otak agar berfungsi optimal. Pemberian ASI
secara langsung merangsang terbentuknya networking antar
jaringan otak sehingga terjalin sempurna.Penelitian Novita dkk
(2008) menyabutkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif
mempunyai IQ lebih tinggi dibandingkan dengan anak ASI
noneksklusif. Perbedaan selisih rata-rata IQ antara kedua
kelompok sebesar 13,9 point.
3) Emosi
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi.
Pemberian ASI dengan mendekap bayi dapat merangsang
kecerdasan emosional.Doa dan harapan yang didengungkan
selama proses menyusui dapat mengasah kecerdasan spiritual
bayi.
4) Stunting
ASI eksklusif dapat mencegah bayi dari stunting. Zainal
Arifin (2012), menyatakan bahwa faktor resiko kejadian
stunting pada anak usia 6-59 bulan, berat badan saat lahir,
asupan gizi balita, pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi,
pengetahuan gizi ibu, pendapata keluarga dan jarak kelahiran.
b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pascapersalinan
2) Mempercepat involusi uteri
3) Mengurangi resiko anemia
4) Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara
5) Memperkuat ikatan ibu dan bayi
6) Mempercepat kembali ke berat badan semula
7) Metode kontrasepsi sementara

c. Manfaat ASI bagi keluarga


1) Praktis
ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu dalam
kondisi steril, sedangkan pemberiann susu formula yang harus
mencuci dan mensterilkan botol sebelum digunakan.
2) Menghemat biaya
ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu biaya
seperti membelikan susu formula. Pemberian ASI dapat
menyehatkan bayi sehingga menghemat pengeluaran keluarga
untuk berobat.
d. Manfaat ASI bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
3) Mengurangi devisa pembelian susu formula
4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
4. Alasan Pemberian ASI Eksklusif
Alasan dan riset yang mendukung pemberian ASI eksklusif
menurut Widuri (2013) adalah
a. Riset medis mengatakan ASI eksklusif membuat bayi berkembang
dengan baik khususnya pada 6 bulan pertama
b. Sistem pencernaan bayi belum memiliki protein dan enzim yang
lengkap hingga usia 6 bulan. Pemberian makanan padat sebelum
usia 6 bulan tidak dapat dicerna dengan baik oleh bayi dan
mengakibatkan reaksi tidak nyaman seperti gangguan pencernaan,
timbulnya gas, dan konstipasi.
c. Bayi usia 4-6 bulan memiliki usus yang belum menutup sempurna,
sehingga protein dan bakteri pathogen akan mudah masuk ke
dalam aliran darah. Kandungan antibodi pada ASI dapat melapisi
organ pencernaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif,
mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum
penutupan usus terjadi.
d. Kandungan zat besi pada ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi
dibandingkan zat besi dari susu sapi atau susu formula, sehingga
bayi dengan ASI eksklusif akan terhindar dari anemia.
e. Pemberian makanan padat terlalu dini akan meningkatkan
kandungan lemak dan berat badan pada masa anak-anak. Menunda
pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari resiko
obesitas di masa datang.
f. Pemberian makanan padat akan mengurangi asupan ASI bagi bayi,
sehingga produksi ASI akan semakin sedikit.
5. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif
Langkah keberhasilan ASI eksklusif menurut Roesli dalam Astutik
(2014) adalah.
a. Mempersiapkan payudara saat diperlukan
b. Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya
d. Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi
e. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian
ASIeksklusif
f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi
g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan
menyusui
6. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI menurut Haryono dan
Sulis (2014) dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor pemudah
(predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor
pendorong (reinforcing factors).
a. Faktor Pemudah (predisposing factors)
1. Pendidikan
Pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk mencari
tahu informasi yang dibutuhkannya. Pendidikan ibu yang
tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru, sehingga
promosi dan informasi mengenai ASI mudah diterima dan
diterapkan.
2. Pengetahuan
Pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang ASI
dalam hal posisi menyusui, merawat payudara, merangsang
ASI, manfaat dan keunggulan ASI, akan memotivasi ibu untuk
memberikan ASI dengan benar dan akan meningkatkan
pemberian ASI kepada bayi (Maryunani, 2012).
3. Nilai-nilai atau adat budaya
Adat budaya mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Ibu yang tinggal dengan budaya yang tidak
bertentangan dengan kesehatan khususnya pemberian ASI
akan melakukan pemberian ASI eksklusif, dan ibu yang
tinggal dengan budaya pemberian makanan pendamping ASI
lebih dini akan gagal dalam pemberian ASI eksklusif.
b. Faktor Pendukung (enabling factors)
1) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang tinggi cenderung mengkonsumsi
makanan dengan kandungan gizi baik. Ibu dengan status gizi
yang mencukupi akan melancarkan produksi ASI sehingga ibu
dapat memberikan ASI secara optimal kepada bayi. Ibu
menyusui membutuhkan tambahan kalori 700 kkal, dan 16
gram protein setiap hari selama 6 bulan (Proverawati dan Eni,
2010).
2) Ketersediaan waktu
Ketersediaan waktu erat kaitannya dengan status pekerjaan
ibu.Ibu yang tidak bekerja memiliki waktu lebih banyak untuk
bersama dengan bayi dan dengan leluasa memberikan ASI
kepada bayi.Ibu yang bekerja dapat meluangkan waktu di
rumah atau di tempat kerja untuk memerah ASI setiap 3-4 jam
dan disimpan untuk diberikan kepada bayi saat ibu bekerja.
3) Kesehatan ibu
Kesehatan ibu mempengaruhi kemampuan ibu dalam
menyusui.Ibu yang sehat dapat memberikan ASI secara
optimal tanpa khawatir dapat menularkan penyakit kepada
bayinya.
c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
1) Dukungan keluarga
Ibu menyusui membutuhkan dukungan dari keluarga dan
lingkungan terutama suami, baik ketika memulai maupun
melanjutkan menyusui (Proverawati dan Eni, 2010).
2) Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan yang professional dapat
memberikan informasi atau nasehat kepada ibu tentang ASI
dan manfaatnya, sehingga mempengaruhi kontinuitas ibu
dalam memberikan ASI.
7. Faktor Penghambat Pemberian ASI
Faktor yang menghambat pemberian ASI menurut Maryunani
(2012) adalah :
a. Kurang pengetahuan ibu terhadap keunggulan ASI dan fisiologi
laktasi
Pengetahuan terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi
yang kurang menyebabkan ibu kurang motivasi untuk
memberikan ASI.Pengetahuan yang kurang dapat terjadi akibat
mitos tentang ASI yang salah dan kurangnya pembenaran mitos
tersebut oleh tenaga kesehatann.
b. Kurangnya persiapan fisik dan psikologis ibu
Perawatan payudara dan nutrisi ibu harus diperhatikan
selama masa kehamilan.Timbulnya masalah payudara pada ibu
dapat dideteksi sebelum ibu mulai menyusui, sehingga ibu dapat
melakukan konsultasi agar masalah tersebut tidak berlanjut pada
masa menyusui.Ibu hamil juga dapat mengkonsumsi kalori ekstra
untuk pertumbuhan janin dan persiapan persediaan lemah untuk
pembentukan ASI. Persiapan perawatan ibu menyusui yang
kurang akan menyebabkan kurangnya motivasi ibu menyusui
bayinya dan mengakibatkan produksi ASI berkurang.
c. Kurangnya dukungan keluarga
Proses menyusui merupakan tanggungjawab tim antara ibu,
bayi, ayah, dan keluarga. Keluarga yang kurang memperhatikan
ibu menyusui akan mempengaruhi kesuksesan ibu dalam proses
menyusui.
d. Kurangnya dukungan pelayanan kesehatan
Pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif kepada
masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan membenahi
persepsi masyarakat yang keliru tentang ASI.
e. Kurangnya dukungan laktasi di tempat kerja
Tempat kerja yang tidak menyediakan tempat laktasi atau
bahkan tidak mengizinkan waktu karyawan untuk memerah ASI
membuat ibu terpaksa tidak memberikan ASI eksklusif pada
anak.
f. Kurangnya dukungan lingkungan
Budaya dalam masyarakat mempengaruhi persepsi dan
perilaku.Budaya kesehatan yang kurang tepat khususnya adanya
mitos tentang ASI mengakibatkan cakupan ASI menjadi tidak
optimal.
8. faktor yang menjadi kendala ketika menyusui dibedakan menjadi dua
yakni faktor internal dan eksternal (Prasetyono, 2012).
a. Faktor Internal
Faktor internal sangat mempengaruhi keberhasilan
menyusui bayi.Diantaranya ialah kurangnya pengetahuan yang
terkait penyusuan. Karena tidak mempunyai pengetahuan yang
memadai ibu tidak mengerti tentang cara menyusui bayi yang
tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan ditemui bila ibu
tidak menyusui bayinya, dan lain sebagainya (Prasetyono, 2012).
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam
urutan perilaku kognitif.Seseorang dapat mendapatkan
pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat diingat
kembali.Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari
pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam mempelajari informasi yang penting (Potter
& Perry, 2005). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya. Yang
berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefes), takhayul
(superstition) dan penerangan- penerangan yang keliru
(misinformation) (Soekanto, 2003). Pengetahuan adalah
merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek
tertentu (Mubarak, Chayatin, Rozikin, Supriadi, 2007).
Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang
terkait pemberian ASI Eksklusif dapat mempengaruhi perilaku
orang tersebut dalam memberikan ASI Eksklusif. Hal ini telah
dibuktikan oleh Asmijati (2001) dalam penelitiannya, yaitu
ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 6,7941
kali lebih besar untuk menyusui secara Eksklusif.
Yuliandrin (2009) juga mendapatkan hasil serupa pada
penelitiannya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
memiliki kemungkinan 5,47 kali lebih besar untuk menyusui
secara Eksklusif dari ibu yang memiliki pengetahuan rendah
(Pertiwi, 2012). Ketidakpahaman ibu mengenai kolostrum
yakni ASI yang keluar pada hari pertama hingga kelima atau
ketujuh. Kolostrum merupakan cairan jernih kekuningan yang
mengandung zat putih telur atau protein dengan kadar tinggi
serta zat anti infeksi atau zat daya tahan tubuh
(immunoglobulin) dalam kadar yang lebih tinggi ketimbang
ASI matureyaitu ASI yang berumur lebih dari tiga hari.
Kebiasaan membuang kolostrum karena ada anggapan bahwa
kolostrum merupakan susu basi lalu menggantinya dengan
susu formula atau makanan lainnya (Prasetyono, 2012).
2) Kondisi Kesehatan
Model kontiniu sehat-sakit Neuman (1990) dalam Potter &
Perry (2005) mendefenisikan sehat sebagai sebuah keadaan
dinamis yang berubah secara terus-menerus sesuai dengan
adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan yang ada di
lingkungan internal dan eksternalnya.Adaptasi penting
dilakukan untuk menghindari terjadinya perubahan
danpenurunan disbanding kondisi sebelumnya.Adaptasi
terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat
(Pertiwi, 2012). Ibu yang menderita penyakit jantung
sebaiknya tidak menyusui bayinya yang apabila menyusui
dapat terjadi gagal jantung. Selain itu, pemberian ASI juga
menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita
galaktosemia yaitu keadaan kongenital dimana dalam hal ini
bayi tidak mempunyai enzim galaktase sehingga galaktosa
tidak dapat dipecah menjadi glukosa dan akan berpengaruh
pada perkembangan bayi (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa,
Usman, 2010). Kondisi kesehatan bayi juga dapat
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Ada berbagai
kondisi bayi yang membuatnya sulit menyusu kepada ibunya
antara lain bayi yang lahir prematur, kelainan pada bibir bayi
dan penyakit kuning pada bayi yang baru lahir (Prasetyono,
2012).
Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia
menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa,
gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi,
2001). Faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau
sering menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui
jugamempengaruhi pemberian ASI Eksklusif (Harahap,
2010).
3) Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut
Siregar (2004) yaitu sindroma ASI kurang.Pada kasus
sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang dia produksi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.Ibu sering merasa
payudara sudah tidak memproduksi ASI karena
ketegangannyaberkurang.
Menurut Prasetyono (2009) menyebutkan bahwa 98 ribu
dari 100 ribu ibu yang menyatakan bahwa produksi ASI- nya
kurang, sebenarnya mempunyai cukup ASI tetapi kurang
mendapatkan informasi tentang manajemen laktasi yang
benar, dan posisi menyusui yang tepat. WHO menetapkan
pengganti ASI, dalam hal ini susu formula direkomendasikan
untuk ibu dengan HIV hanya jika memenuhi syarat AFASS
yaitu cocok (acceptable), mudah dikerjakan (feasible), mampu
(affordable), digunakan terus-menerus (sustainable), dan aman
(safe). Sayangnya didaerah yang miskin susu formula yang
memenuhi syarat AFASS belum tentu disediakan (Kosim,
Yunanto, Dewi, Sarosa, Usman, 2010).
Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu
tidakmengalami perubahan perilaku dalam memberikan ASI
Eksklusif.Salah satu masalah emosi yang paling umum
dialami oleh ibu adalah stress. Wagner (2012) menyatakan
stress dapat terjadi pada ibu menyusui akibat bayi cepat marah
dan sering mencari susu ibu. Dia juga mengatakan stress
memiliki pengaruh terhadap produksi ASI (Pertiwi, 2012).
Rukiyah (2011) mengatakan bahwa ibu yang dalam keadaan
stress maka akan memiliki kemungkinan untuk mengalami
kegagalan dalam pemberian ASI, karena keadaan stress bisa
menyebabkan terjadinya suatu blockade dari refleks let down.
Karena refleks let down yang tidak sempurna maka bayi yang
haus tidak akan puas.
4) Usia
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1059/MENKES/SK/IX/2004 wanita usia subur
adalah wanita yang berusia antara 15-39 tahun, termasuk ibu
hamil dan calon pengantin. Dalam kurun waktu reproduksi
sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan
menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai
dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung
dalam pemberian ASI eksklusif,sedangkan umur yang kurang
dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik,
mental, dan psikologi dalammenghadapi kehamilan,
persalinan,serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun
dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik
ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi
risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan
kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Arini, 2012
dalam Yanti, 2012). Namun, Suratmadja(1997) dan Novita
(2008) mengatakan produksi ASI berubah seiring dengan
perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23 tahun umumnya
memiliki produksi ASI yang lebih dibanding ibu yang berusia
lebih tua. Hal initerjadi karena adanya pembesaran payudara
setiap siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai
usia 30 tahun, namun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar
penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan setelah usia 30
tahun (Pertiwi, 2012).
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas,
serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang
berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum
siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, serta dalam membina bayi dalam dilahirkan
Sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut (Arini H,
2012) disebut sebagai masa dewasa” dan disebut juga masa
reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah
mampu untuk memecahkanmasalah-masalah yang dihadapi
dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti
(Yanti, 2012).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan
terjadi bila faktor internal dapat dipenuhi oleh ibu. Faktor eksternal
yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif dibagi menjadi:
1) Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Novita (2008)
menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI
pada bayinya.Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan
tinggi biasanya memiliki kesibukan di luar rumah
sehinggacenderung meninggalkan bayinya sedangkan ibu
yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah
sehingga memiliki lebih banyak kesempatan untuk
menyusui bayinya (Pertiwi, 2012).Pernyataan ini didukung
juga dengan hasil penelitian Saleh (2011) yang mengatakan
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemberian
ASI Eksklusif.Dimana ibu-ibu dengan pendidikan tinggi
cenderung lebih cepat memberikan prelaktal dan MP-ASI
dini kepada bayinya daripada ibudengan pendidikan
rendah. Dia mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang
tinggi tanpa disertai pengetahuan ASI Eksklusif dapat
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
2) Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas Kesehatan sangat penting dalam
mendukung ibu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Dimana WHO/ UNICEF(1989), dimana isinya telah
dikembangkan oleh Depkes RI/ BK-PP-ASI (Badan
koordinasi- Peningkatan Penggunaan ASI) telah
mengeluarkan pedoman bagi fasilitas kesehatan yang
merawat ibu dan bayi untuk meningkatkan penggunaan
ASI yang disebut The ten steps to successful breastfeeding
(sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui/ LMKM)
yang salah satu isinya bahwa setiap fasilitas yang
menyediakan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru
lahir hendaknya membuat kebijakan tertulis mengenai
pemberian ASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada
semua petugas kesehatan, membantu para ibu
mengawalipemberian ASI dalam setengah jam pertama
setelah melahirkan (Inisiasi Menyusui Dini) (Maryunani,
2012). Berdasarkan penelitian Pinem (2010) menyebutkan
faktor petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap
pemberian ASI Eksklusif.Sebanyak 60% responden
mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang ASI
Eksklusif dari petugas kesehatan.

3) Dukungan Orang Terdekat


Dukungan orang terdekat khusunya suami sangat
dibutuhkan dalam mendukung ibu selama memberikan
ASI-nya sehingga memunculkan istilah breastfeeding father
atau ayah menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai,
dan diperhatikan maka akan muncul emosi positif yang
akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga
produksi ASI pun lancar (Prasetyono, 2012).
Menurut Roesli (2000) mengemukakan suami dan
keluarga berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan
ASI kepada bayinya.Dukungan tersebut dapat
memperlancar refleks pengeluaran ASI karena ibu
mendapat dukungan secara psikologis dan emosi (Pertiwi,
2012).
4) Promosi Susu Formula
Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat
berdirinya usaha pemerahan susu. Susu sapi dimodifikasi
dan diproses menjadi susu formula yang menjadi asupan
untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai
sama dengan susu manusia, namun secara kualitas
keduanya berbeda. Perbedaan antara kuantitas dan kualitas
antara ASI dan susu sapi sebelumnya telah ditampilkan
dalam Tabel 2.2. Berdasarka perbedaan komposisi tersebut,
bayi yang mengkonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi
tubuh yang berbeda dengan bayi yang mengkonsumsi susu
formula (Coad & Dunstall, 2005 dalam Pertiwi, 2012).
Menurut Prasetyono (2012) menyebutkan ada beberapa
faktor yang membuat sebagian ibu tidak menyusui anaknya.
Salah satunya adalah promosi yang terlampau gencar dari
pihak produsen susu dan makanan pendamping ASI. Inilah
yang membuat para ibu terpengaruh untuk menggantikan
ASI sebagai makanan utama bayi dengan susu formula.
Promosi ini sangat mempengaruhi pemikiran ibu yang
kurang memilikipengetahuan yang luas tentang ASI.
Dengan adanya promosi tersebut, para ibu dibujuk agar
mempercayai ucapan mereka dan mulai menggunakan susu
formula sebagai pengganti ASI. Bagi para ibu
menggunakan susu formula dianggap lebih mendatangkan
semacam kelonggaran karena mereka tidak perlu selalu siap
sedia memberikan ASI kepada anak (Prasetyono, 2012).
5) Budaya
Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-
temurun dalam suatu masyarakat memiliki pengaruh pada
perilaku menyusui secara Eksklusif.Sebagian besar hasil
studi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan praktik pemberian ASI Eksklusif di Indonesia
masih jarang dilakukan karena pengaruh budaya yang
dianut.Biasanya hal yangmenghambat keberhasilan ASI
Eksklusif adalah praktik pemberian makan yang seharusnya
belum dilakukan pada bayi di bawah enam bulan. Swasono
(1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya
terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan di
beberapa wilayah di Indonesia seperti pada masyarakat
Bandainera, To Bunggu, Lombok dan Betawi(Pertiwi,
2012).
Sulistinah (2010) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa ibu yang memiliki kebiasaan yang buruk atau
lingkungan social budaya yang buruk mempunyai
kemungkinan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif
terhadap bayinya sebesar 3, 01 kali lipat dibandingkan
dengan ibu yang tidak memiliki kebiasaan yang baik atau
tidak terpengaruh oleh lingkungan sosial budaya yang
buruk.
6) Status Pekerjaan
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
pendapatan.Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh
laki-laki tetapi juga perempuan tidak terkecuali ibu
menyusui.Jumlah partisipasi ibu menyusui yang bekerja
menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui (Siregar,
2004).
Menurut Prasetyono (2012) faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah karena ibu
bekerja di luar rumah sehingga tidak dapat memberikan
ASI Eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.
B. Analisis Jurnal
1. Judul jurnal
ANALISIS INPUT DAN LINGKUNGAN IBU MENYUSUI
TERHADAP PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (Studi
Kasus Puskesmas Pandanaran Kota Semarang)
2. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitik. Objek penelitian diantaranya SDM, sumber dana,
sarana dana prasaran serta metode program pemberian ASI eksklusif
Puskesmas Pandanaran serta dukungan suami, keluarga, masyarakat
dan pengaruh sosial budaya dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui. Subjek penelitian ini dipilih dengan metode purposive
sampling.
3. Hasil Penelitian
a) Gambaran Input Dalam segi input, sumber daya yang dimiliki oleh
puskesmas Pandanaran sudah baik dalam ketersediaan dan
pengembangan pelatihan dari tenaga pelaksana, dana yang tersedia
dari BOK, sarana dan prasarana yang telah dimiliki dan masih
berfungsi dengan baik , meskipun letak ruang pojok laktasi tidak
strategis dan tidak luas karena menjadi satu dengan ruang
pelayanan KIA dan Gizi serta ketersediaan SOP yang digunakan
petugas dalam pelaksanaan kegiatan ASI eksklusif.
b) Gambaran Lingkungan Ibu Menyusui ,Lebih banyak ibu yang
merasakan dukungan suami dalam pemberian ASI. Namun ada
tiga ibu yang mendapat dukungan tetapi tidak memberikan ASI
secara eksklusif, dikarenakan ibu bekerja dan memberikan
makanan selain ASI.
c) Dukungan keluarga lebih banyak dirasakan oleh ibu menyusui.
Namun ada tiga ibu yang mendapat dukungan tetapi tidak
memberikan ASI ekslusif, dikarenakan dua ibu memiliki
pengetahuan yang kurang terkait ASI eksklusif dan satu ibu
bekerja. Sedangkan satu ibu yang tidak merasakan dukunganya
dari kelurganya tetapi memberikan ASI eksklusif, dikarenakan
kemauan ibunya yang kuat dan tidak memiliki kendala selama
proses menyusui.
d) Dukungan masyarakat lebih banyak dirasakan ibu menyusui.
Kader posyandu aktif dalam mengingatkan dan menyarankan
kepara para ibu untuk memberikan ASI hingga usia bayi 6 bulan.
Penggerak PKK pun turut memberikan dukungan kepada ibu
menyusui dalam kegiatan PKK dan posyandu. d. Pengaruh sosial
budaya yang terjadi pada ibu dengan kendala dalam pemberian
ASI. Kendala yang mereka hadapi diantaranya bekerja, anak tidak
mau diberi ASI, sehingga memutuskan untuk memberikan
makanan selain ASI kepada bayi < 6 bulan.

C. Analisis Observasi lapangan


Dari 5 ibu yang sedang menyusui mayoritas adalah pekerja pabrik,
diamana ketika bekerja bayi diasuh oleh neneknya yang manyoritas
pengetahuan tentang asi eksklusif sangat kurang dan budaya yang masih
melekat akan persepsi tentang bayi yang tidak diberikan sufor/makanan
pendamping akan merasa kelaparan. Kemauan ibu menyusui secara asi
eksklusif juga masih kurang dikarenakan ibu sibuk bekerja, dan merasa
kesulitan dalam memberikan asi eksklusif. Dari faktor nakes juga kurang
dalam upaya peningkatan cakupaan asi eksklusif seperti kurangnya
edukasi tentang teknik dalam penyimpanan asi kepada ibu dan kurangnya
frekuensi kunjungan pada ibu asi eksklusif.

D. Kebijakan/program yang berjalan


1. Nenek ASI
Membuat program Nenek ASI namun tetap mencangkup ASI
EKSKLUSIF dengan cara memnerikan edukasi pada Nenek bayi atau
ibu bekerja yang masih tinggal dengan keluarga tekait tentang manfaat
Asi Eksklusif itu sendiri

E. Pemerintah
Dalam implementasi kebijakan ASI Eksklusif dalam peraturan
Pemerintah Nomer 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif
terlibat aktor aktor yang memiliki kepetingan dan pengaruh dalam
keberhasilan implementassi kebijakan. Aktor aktor tersebut disebut
stakeholder. Stakeholder dalam implementaasi kebijakan asi eksklusiff
adalah pemerintah, organisasi, profesi tenaga kesehatan, masyarakat,
keluarga, perusahaan swasta serta perusahaan formula. Stakeholder saling
memiliki kesadaran peran antar stakeholdr, akan tetapi perusahaan susu
formula dan perusahaan sawasta masih dikatakaan belum memiliki
kesadaran kontribusi terhadap implementassi kenijakan asi eksklusif
sehingga dengan demikian terdapat kerjasama yang masih kurang antara
pemerintah dengan perusahaan susu formula dalam keberhasilan program
asi eksklusif.
Untuk mendukung pembangunan kesehatan, pemerinntah
memberikan dukungan melalui regulasi anggaran, bahkan dengan
dukungan moral. Dukuangan tersebut tertuang dalam PP.33 tahun 2012
mengenai pemberian asi eksklusif, melalui PP ini pemerintah
memformaalkan hak perempuan untuk menyusui termasuk di tempaat
kerja, melarang promosi pengganti asi. Namun pada kenyataannya
peraturan pemerintah tersebut belum terlaksana secara menuluruh dan
merata, smentara itu promosi susu formula dilakukan dengan sangat
gencar, selain itu kegiatan edukasi, advokasi dan kampanye terkait
pemberian asi dan makanan penadamping ASI (MP-ASI) juga belum
maksimal dilakukan. Faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan
rendahnya pemberian asi eksklusif di indonesia ialah belum semua rumah
sakit ataupun puskesmas menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui (LMKM), belum semua bayi memproleh inisiasi menyusui dini
(IMD) dan jumlah konselor asi menyusui sedikit [ CITATION Kem15 \l
1057 ].
F. Non pemerintah (masyarakat)
Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam implementasi asi eksklusif
adalah
1. Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi ke
generasi sehingga menyebabkan banya ibu masa kini mendapati bahwa
ibu dan nenek mereka rendah pengetahuan tentaang menyussui dan
tidak mampu memberikan banyak dukungan terhadap pemberian asi
eksklusif sehingga pemberian asi tidak dapat dilakukan.
2. Implementasi asi ekssklusi juga dipengaruhi oleh iklan TV yang
menawarkan berbagai produk susu formula untuk bayi. Adanya
promosi susu formula juga menjadi kemungkinan gaagalnya
pemberian asi walaupun mindset awalnya assi eksklusif, yang
terkadang promosi susu fomula bersal dari petugas kesehatan .
3. Faktor sosial budaya menjadi faktor utama pada pemberian asi
eksklusif ada bayi indonesia. Ketidaktahuan masyarakat, gencarnya
promosi susu formula dan kurangnya fasilitas tempat menyusui di
tempat kerja danpublik menjadi kendala utama. Faktor sosial budaya
berupa dukungan suami terhaddap pemeberian asi eksklusif menjadi
faktor kunci kesadaran sang ibu untuk memberikan gizi terbaik bagi
bayinya. Dukungan suami terhadao ibbu untuk menyusui harus
ditinngkatkan. Keluarga dan masyarakat juga harus memberikan
arahan dan ruang bagi ibu menyusui, karena minimnya dukungan
keluarga dan suami membuat ibu sering kali tidak semangat
memberikan asi kepada bayinya. Tidak sedikit bayi berumur dua bulan
sudah duberikan makanan pendamping karena ketidaktahuan ibu akan
manfaat asi.
4. Adanya kepercayaan yang merupakan mitos dalam menyusi seperti
kolostrum tidak baik bahkan bahaya untuk bayi, bayi membutuhkan
banyak makanan dan cairan sebelum menyusu, serta asi tidak
mencukupi kebutuhan bayi.
G. Analisis implementasi kebijakan
Implmentasi kebijakan program pemberian Asi Eksklusif di
wilayah kerja puskesmas pabelan berdasarkan pelaksanaan tahapan,
ketepatan tujuan, dan kinerja program sampai sejauh ini implementasinya
kurang baik, sasaran dalam pelaksanaan masih terbatas sehingga tidak
optimal dalam mencapai target.
Faktor yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan
program pemberian asi eksklusif di puskesmass pabelan adalah faktor
MAN yaitu dari ibu sendiri yang dinilai belum bisa berpartisipasi dalam
keberhasilan ASI Eksklusif, dukungan dari keluarga yang masih kurang,
faktor ibu bekerja yang menghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif
H. Proses yang sudah terjadi
1. Penyuluhan kelas ibu hamil
2. Penyuluhan kunjungan nifas
3. Penyuluhan kunjungan rumah
4. Nenek ASI yang sudah berjalan sejak 2017 awal
5. Penyuluhan di Posyandu
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Monitoring
1. kurangnya minat ibu dalam menyusui karena mayoritas ibu menyusui
adalah ibu bekerja
2. kurangnya dukungan keluarga dalam mensuport menyusui bayinya
3. kurangnya dukungan tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi
tentang pentingnyamenyusui
4. kurangnya pengetahuan ibu tentang asi eksklusif masih adanya budaya
budaya tentang anggapan bahwa asi saja tidak cukup untuk bayi oleh
karena itu harus di tambah dengan bubur
5. ruang pojok asi yang terkadang belum dimanfaatkan semakssimal
mungkin bagi pasien yang menyusui di puskesmas

B Inovasi
1. Program Kawal ASI Eksklusif
Prosif adalah suatu program asi eksklusif yang melibatkan seluruh
elemen masyarakat dan tenaga kesehatan dalam mendukung asi
eksklusif.
C Teknis
1. Pembuatan grup WhatApps per desa yang melibatkan ibu ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan cara membagikan informasi via
wa dan untuk sharing tentang keluhan tentang asi eksklusif
2. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lapangan
(kader) ssatu kali seminggu untuk memantau perkembangan asi
eksklusi dan menanyakan keluhan dan memberikan intervensi atas
keluhan yang mereka rasakan
3. Memberikan reward pada ibu yang berhasil dalam asi eksklusif berupa
uang sejumlah Rp. 1.000.000 dan buah tangan sebagai bentuk apresiasi
kepada ibu yang memberikan asi eksklusif pada bayinya dari uang kas
desa dan punishment kepada ibu yang tidak berhasil memberikan asi
eksklusif selama 6 bulan dengan cara membayar denda sebesar Rp.
300.000 yang akan dikumpulkan dalam iuran uang kas desa.

D Dasar legal
1. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
a. Menimbang
1) Bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan Pasal 5 huruf a
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif, Pemerintah Daerah dalam rangka
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif dapat menetapkan Kebijakan yang
dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah;
2) Bahwa dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya Air Susu Ibu secara Eksklusif serta untuk
memberikan perlindungan dan menjamin pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini maka perlu diatur mengenai Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dengan
Peraturan Daerah;
3) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;

b. Menetapkan
1) Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a) Daerah adalah Kabupaten Semarang.
b) Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
c) Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia ebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
d) Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
e) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
f) Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah
Kepala Daerah Kabupaten Semarang.
g) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD
yang membidangi adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada
Pemerintah Daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi di
bidang kesehatan. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis
h) Usaha yang bersifat tetap dan terus menerus baik berbadan
hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan,
atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik
Negara, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Daerah dan
yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
Negara Republik Indonesia dan untuk tujuan memperoleh
keuntungan atau laba.
i) Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN,
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
j) Perusahaan Daerah adalah semua Perusahaan yang didirikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau
untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,
kecuali jika ditentukan ain dengan atau berdasarkan Undang-
Undang.
k) Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil
sekresi kelenjar payudara ibu.
l) Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disingkat ASI
Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/
atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Inisiasi
Menyusu Dini (early initiation) yang selanjutnya disingkat IMD
merupakan permulaan proses Bayi mencari putting susu Ibu,
menemukan dan menyusu sendiri segera setelah lahir, dengan
cara bayi ditengkurapkan di dada ibu sehingga kulit bayi
melekat pada kulit Ibu setidaknya sampai 1 (satu) jam atau
sampai penyusuan awal selesai.
m) Bayi adalah anak dari baru lahir sampai usia 12 (dua belas)
bulan.
n) Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis
lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
o) Susu formula bayi adalah susu yang secara khusus
diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai
berusia 6 (enam) bulan.
p) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan /atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan/ atau masyarakat.
q) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau
ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
r) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
s) Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
t) Pengurus Tempat Kerja adalah orang yang mempunyai tugas
memimpin langsung suatu Tempat Kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri.
u) Sarana umum adalah bangunan dalam ruang publik yang biasa
digunakan oleh masyarakat untuk beraktifitas, seperti terminal
stasiun kereta api, tempat wisata, pasar tradisional maupun
swalayan, supermarket atau mall dan lain sebagainya.
v) Ruang laktasi adalah ruangan khusus yang digunakan untuk
kegiatan menyusui, memerah dan menyimpan ASI, yang
dilengkapi dengan sarana prasarana minimal meliputi meja, dan
kursi, tempat cuci tangan dan tempat menyimpan ASI perah.
w) rogram Peningkatan Pemberian ASI yang selanjutnya disingkat
Program PP-ASI adalah Program Peningkatan Pemberian ASI
yang dimulai dari IMD segera setelah lahir, pemberian ASI
Eksklusif sampai bayi berumur 6 (enam) bulan dan penyusuan
anak sampai umur 2 (dua) tahun, dengan pemberian makanan
pendamping ASI mulai bayi berumur 6 (enam) bulan.
x) Konselor Menyusui adalah tenaga terlatih, baik tenaga
kesehatan atau bukan tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat pelatihan konseling menyusui.
y) Satuan Pendidikan Kesehatan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan
kesehatan.
z) Swasta adalah pihak atau badan nonpemerintahan.
2) Pasal 3
Maksud dan tujuan disusunnya Peraturan Daerah ini adalah untuk :
1) Memberikan perlindungan secara hukum dan kesempatan bagi
bayi untuk mendapatkan hak dasar berupa ASI Eksklusif;
2) Memberikan pelindungan secara hukum dan kesempatan bagi
ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dimanapun berada.

3) Pasal 4
Maksud dan tujuan IMD dan pemberian ASI Eksklusif adalah
untuk :
1) menjaga kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh
kembang bayi yang optimal sekaligus mempertahankan
kesehatan ibu setelah melahirkan;
2) Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan IMD dan
pemberian ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia
6 (enam) bulan dengan
3) Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya,
memberikan perlindungan kepada ibu dalam melaksanakan
IMD dan pemberian ASI Eksklusif kepada Bayinya; dan
4) Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,
swasta dan Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan IMD dan
pemberian ASI Eksklusif.

4) Pasal 5
Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam IMD dan
program pemberian ASI Eksklusif meliputi :
1) Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka pelaksanaan
IMD dan program pemberian ASI Eksklusif.
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi dalam rangka
pelaksanaan IMD dan program pemberian ASI Eksklusif di
wilayah Daerah.
3) Memberikan pelatihan teknis konseling menyusui di wilayah
Daerah;
4) Menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya di
wilayah Daerah;
5) Membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian kegiatan IMD dan program
pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat di wilayah Daerah.
6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan pelaksanaan
IMD dan program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung
perumusan kebijakan Daerah.
7) Mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan
edukasi atas penyelenggaraan kegiatan IMD dan pemberian
ASI Eksklusif di wilayah Daerah.
5) Pasal 13
1) Dalam hal pemberian ASI Eksklusif tidak dimungkinkan
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9, bayi dapat diberikan Susu Formula Bayi.
2) Dalam memberikan Susu Formula Bayi sebagaimana
dimaksud pada ayat Tenaga Kesehatan harus memberikan
peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian Susu
Formula Bayi

Anda mungkin juga menyukai